You are on page 1of 17

EKSTRASI ANTOSIANIN DARI BAHAN ALAMI SEBAGAI

DYE PADA PROTOTYPE SEL SURYA BERBASIS TIO2

KELOMPOK 10
ANGGOTA :
RUDI

G74110001

BUDHI ARGO M

G74110029

LUTPITA MAHARDIKA

G74110036

FITRAH HADI FIRDAUS

G74110058

CITRA KUSUMAWARDHANI

G74110069

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ABSTRAK
Along with the dense population of the Earth would result in world energy
demand also continues to soar and many, of something like this it would require
human effort to develop new and renewable energy Solar Energy (Solar) is one of
the renewable energy that is currently being developed. because it has
environmentally friendly, one of the applications of solar energy is in energy
conversion of light into electricity is by solar cells. So far, the dye is used as a
sensitizer in DSSC solar cells Fotovoltaic dye can be either synthetic or natural
dyes, along with the increasing number of bans synthetic dyes for toxicological
and ecological reasons, the use of natural dyes, for reasons other than relatively
cheap products is to reduce the pollution load . There are the necessary
ingredients as natural dyes in the energy conversion process is eggplant purple
skin, red ginger, and red rose. Anthocyanins are also classified as flavonoids that
function as a natural antioxidant. In addition, anthocyanins were able to stop the
reaction of free radicals by donating hydrogen or electrons to free radicals and
stabilize. with UV-Vis Spektrovotometer test then we will know the wavelength of
visible light is 400 nm -800 nm, using distilled water as the solvent. Absorbance
obtained from the skin three sample are at wavelengths between 450 nm to 485
nm.
Keywords: Anthocyanins, nature ingredients, UV-Vis Spektrovotometer, distilled
water.
ABSTRAK
Semakin meningkatnya populasi yang padat bumi akan mengakibatkan
permintaan energi terus bertambah meningkat, dari seperti ini akan memerlukan
usaha manusia untuk mengembangkan energi terbarukan. Tenaga matahari adalah
salah satu energi terbarukan yang saat ini sedang dikembangkan karena memiliki
lingkungan ramah. salah satu aplikasi dari energi matahari adalah energi konversi
cahaya menjadi listrik adalah oleh sel surya. Sejauh ini, pewarna digunakan
sebagai sensitizer dalam sel surya DSSC Fotovoltaic pewarna dapat pewarna
sintetis atau alami, meningkatnya jumlah larangan pewarna sintetis untuk alasan
Toksikologi dan ekologi, menggunakan pewarna alami, dan mengurangi beban
polusi. Ada bahan yang diperlukan sebagai pewarna alam dalam proses konversi
energi salah satunya kulit terong ungu, jahe merah, dan mawar merah.
Anthocyanin juga diklasifikasikan sebagai flavonoid yang berfungsi sebagai
antioksidan alami. Selain itu, anthocyanin mampu menghentikan reaksi radikal
dengan menyumbang hidrogen atau elektron radikal dan menstabilkan. dengan
UV-Vis Spektrovotometer tes maka kita akan tahu panjang gelombang cahaya
tampak 400 nm -800 nm, menggunakan air suling sebagai pelarut. Absorbansi
diperoleh dari ketiga sampel dengan panjang gelombang antara 450 nm sampai
485 nm.
Kata kunci: Antosianin, bahan alami, UV-Vis Spektrofotometer, air distilasi.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Suplai energi matahari yang diterima oleh permukaan bumi cukup besar,
yakni mencapai 3072 Joule pertahun. Jumlah energi sebesar itu setara dengan
10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini. Oleh karena itu, sinar
matahari merupakan alternatif sumber energi yang dapat dikembangkan melalui
konversi energi cahaya menjadi energi listrik secara langsung atau efek
fotovoltaik dengan sistem sel surya. Dengan kata lain, jika permukaan bumi
ditutup sebesar 0.1 % menggunakan piranti sel surya yang memiliki efisiensi 10%
sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi listrik di seluruh dunia saat ini.
Perkembangan yang pesat dari industri sel surya pada tahun 2004 telah mencapai
tingkat 1000 MW membuat banyak kalangan semakin melirik sumber energi masa
depan yang sangat diharapkan ini.
Pemanfaatan bahan alami sampai saat ini masih sebatas sampai
penggunaan sebagai antioksidant dan sebagai vitamin untuk tubuh. Padahal
didalam sayur dan buah terdapat kandungan antosianin yang juga dapat digunakan
sebgai pewarna tersentilisai untuk menambahkan efisiensi dari solar cell. Pada
penelitian kali ini digunakan tiga sampel sebagai pembanding kandungan
antosianin saat terjadinya penyerapan energy matahari.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana mendapatkan sumber antosianin?
b. Bagaimana mendapatkan antosianin yang efektif sebagai dye pada sel
surya?
c. Antosianin

dari

bahan

alami

manakah

yang

paling

maksimal

penyerapannya?
3. Tujuan Penelitian
a. Untuk menghasilkan pewarna dari bahan bahan alami.
b. Untuk mengetahui kemampuan absorbansi dari bahan alami.
c. Untuk mengetahui pewarna alami yang menyerap secara maksimal.
4. Manfaat Penelitian

a. Mengetahui pengaruh ekstrak Dye terhadap hasil pewarna yang


terbentuk.
b. Mengetahui kemampuan Penyerapan sinar matahari yang dilakukan oleh
ketiga pewarna sampel.
c. Teknik Ekstraksi ketiga sampel yang dilakukan dalam penelitian ini bisa
menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut sehingga menghasilkan
pewarna alami yang lebih bagus yang lebih baik.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Antosianin
Antosianin merupakan salah satu dari kelas flavonoid yang berupa
pisgmen berwarna merah, ungu atau biru dan dapat larut di dalam air. Antosianin
merupakan pewarna yang penting dan tersebar luas dalam tumbuhan. Secara
kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu
sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan
atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. Antosianin tidak mantap
didalam larutan netral atau basa, sehingga antosianin harus diekstraksi dari
tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida
(misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan larutannya harus
disimpan di tempat gelap serta sebaiknya didinginkan. Antosianidin ialah aglikon
antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Ada enam
jenis antosianidin, yaitu : sianidin, pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan
delfinidin.
Warna pigmen antosianin merah, biru, violet, dan biasanya dijumpai pada
bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran. Warna yang disebabkan oleh adanya
antosianin dipengaruhi oleh konsentrasinya dan pH dari pelarut. Konsentrasi
antosianin yang rendah mengakibatkan warna tidak merah melainkan ungu.
Apabila konsentrasinya sangat tinggi maka warnanya menjadi ungu tua atau dapat
menjadi hitam. pH pelarut sangat berpengaruh terhadap warna antosianin. Secara
umum pada pH rendah (pH<7) antosianin berwarna merah, pada pH netral (pH=7)
berwarna biru dan pH tinggi (pH>7)berwarna putih. Disamping itu adanya ion
logam akan diikat oleh antosianin, misalnya dengan ion Al, menyebabkan
antosianin akan berwarna biru. Di dalam kulit terong ungu terdapat Antosiani
Yang merupakan salah satu zat pewarna alami berwarna kemerah-merahanyang
larut dalam air dan tersebar luas di dunia tumbuh-tumbuhan. Zat warna ini banyak
diisolasi untuk digunakan dalam beberapa bahan olahan, makanan maupun
minuman. Pada kondisi asam, antosianin akan lebih stabil dibandingkan dengan
pada kondisi basa atau netral.

2. TiO2
TiO merupakan bahan semikonduktor yang bersifat inert, stabil terhadap
fotokorosi dan korosi oleh bahan kimia. Lapisan TiO2 memiliki bandgap yang
tinggi (>3eV) dan memiliki transmisi optik yang baik. Penggunaan TiO2
diantaranya untuk manufaktur elemen optik. Selain itu TiO 2 berpotensial pada
aplikasi elektronik seperti DSSC dan sensor gas. Untuk aplikasinya pada DSSC,
TiO2 yang digunakan umunya berfasa anatase karena mempunyai kemampuan
fotoaktif yang tinggi. TiO2 dengan struktur nanopori yaitu ukuran pori dalam skala
nano akan menaikan kinerja sistem karena struktur nanopori mempunyai
karakteristik luas permukaan yang tinggi sehingga akan menaikan jumlah dye
yang terserap yang implikasinya akan menaikan jumlah cahaya yang terserap.
TiO2 adalah material fotokatalis yang memiliki daya oksidasi yang kuat,
photostabilitas yang tinggi dan selektivitas redoks. Syarat penting untuk
meningkatkan aktivitas katalis dari TiO2 adalah meningkatkan luas permukaan
dari TiO2 yang bergantung pada ukuran kristalnya. Sifat fisis dan kimia dari TiO 2
bergantung pada ukuran, morfologi dan struktur kristalnya. TiO2 memiliki tiga
bentuk kristal yaitu anatase, rutile, dan brookite. Kristal TiO 2 fase anatase
memiliki kemampuan yang lebih aktif daripada rutile. Anatase dianggap sebagai
fase yang paling menguntungkan untuk fotokatalisis dan konversi solar energi.
TiO2 hanya mampu menyerap sinar ultraviolet (350-380 nm). Untuk
meningkatkan serapan spektra TiO2 di daerah tampak, dibutuhkan lapisan zat
warna yang akan menyerap cahaya tampak. Zat warna tersebut berfungsi sebagai
sensitizer.
3. Dye
Proses fotosintesis pada tumbuhan telah membuktikan adanya senyawa
pada tumbuhan yang dapat digunakan sebagai dye. Zat-zat tersebut ditemukan
pada daun atau buah, yaitu antosianin, klorofil, dan xantofil. Peneliti telah
membuktikan bahwa klorofil dan xantofil dapat tereksitasi dengan adanya
penyinaran pada penerapan dyes. Sebagai hasil pengembangannya, peneliti telah
mendapatkan efisiensi konversi energi yang lebih baik pada turunan dyes klorofil
tersebut karena memiliki gugus carboxylate. Sejauh ini, dye yang digunakan

sebagai sensitizer dapat berupa dye sintesis maupun dye alami. Karena
meningkatnya jumlah larangan pewarna sintetis untuk alasan toksikologi dan
ekologi, maka digunakannya pewarna alami, dengan alasan selain produk relatif
murah adalah untuk mengurangi beban pencemaran, meskipun dirugikan sifat
musiman dari bahan awal, yang tidak teratur baik dari segi kualitas dan kuantitas.
Anthocyanin cukup banyak hadir dalam buah dan bunga dan hadir dalam jumlah
yang lebih kecil di bagian tanaman lainnya seperti daun, batang, akar dan kayu.
Beberapa percobaan telah dilakukan pada anthocyanin anggur dengan
membandingkan pelarut yang berbeda (air, metanol, etanol) dan asam berbeda
(asam organik dan mineral).
4. DSSC
DSSC adalah salah satu kandidat potensial sel surya generasi yang akan
datang, hal ini disebabkan tidak diperlukanya material yang punya kemurnian
tinggi sehingga biaya produksi yang diperlukan juga relatif rendah. Berbeda
dengan sel surya konvensional dimana semua proses produksinya harus
melibatkan material silicon itu sendiri, pada DSSC absorbsi cahaya dan separasi
muatan listrik terjadi pada proses terpisah. Absorbsi cahaya dilakukan oleh
molekul dye dan separasi muatan oleh inorganik semikonduktor nanokristal yang
punya bandgap lebar. Elektroda kerja pada DSSC merupakan kaca yang sudah
dilapisi oleh TiO2 yang telah terabsorbsi oleh dye, yang mana TiO2 berfungsi
sebagai collector elektron sehingga dapat disebut sebagai semikonduktor tipe-n.
Struktur nano pada TiO2 memungkinkan dye yang teradsorpsi lebih banyak
sehingga menghasilkan proses absorbsi cahaya yang lebih efisien. Pada elektron
pembanding dilapisi katalis berupa karbon untuk mempercepat reaksi redoks pada
elektrolit. DSSC berbentuk struktur sandwich, dimana dua elektroda yaitu
elektroda TiO2 dengan dye dan elektroda pembanding yang terbuat dari kaca ITO
(Indium Tin Oxide) dilapisi karbon yang mengapit elektrolit membentuk sistem sel
fotoelektrokimia. Elektroda pembanding terbuat dari kaca ITO yang dilapisi
dengan karbon karena memiliki konduktivitas yang cukup dan resistansi panas
dan aktivitas elektrokatalitik dari reduksi triiodide. Pada DSSC dye berfungsi
sebagai donor elektron yang menyebabkan timbulnya hole saat molekul dye

terkena sinar matahari. Sehingga dye dapat dikatakan sebagai semikonduktor tipep. Ketika molekul dye terkena sinar matahari, electron dye tereksitasi dan masuk
ke daerah tereduksi yaitu lapisan titanium dioksida.

Prinsip kerja pada DSSC secara skematik ditunjukkan pada gambar 2.2,
sedangkan proses yang terjadi di dalam DSSC dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Ketika foton dari sinar matahari menimpa elektroda kerja pada DSSC, energi
foton tersebut diserap oleh larutan dye yang melekat pada permukaan partikel
TiO2. Sehingga elektron dari dye mendapatkan energi untuk dapat tereksitasi
(D*).

D + cahaya

D* (2.1)

b. Elektron yang tereksitasi dari molekul dye tersebut akan diinjeksikan ke pita
konduksi TiO2 dimana TiO2 bertindak sebagai akseptor / kolektor elektron.
Molekul dye yang ditinggalkan kemudian dalam keadaan teroksidasi (D+).

D* + TiO2

e-(TiO2) + D+ (2.2)

c. Selanjutnya elektron akan ditransfer melewati rangkaian luar menuju


elektroda pembanding (elektroda karbon).
d. Elektrolit redoks biasanya berupa pasangan iodide dan triiodide (I-/I3-) yang
bertindak sebagai mediator elektron sehingga dapat menghasilkan proses
siklus dalam sel. Triiodida dari elektrolit yang terbentuk akan menangkap

elektron yang berasal dari rangkaian luar dengan bantuan molekul karbon
sebagai katalis.
e. Elektron yang tereksitasi masuk kembali ke dalam sel dan bereaksi dengan
elektrolit menuju dye teroksidasi. Elektrolit menyediakan elektron pengganti
untuk molekul dye teroksidasi. Sehingga dye kembali ke keadaan awal
dengan persamaan reaksi :

D+ + e-(elektrolit)

elektrolit + D (2.3)

f. Tegangan yang dihasilkan oleh sel surya TiO2 tersensitisasi dye berasal dari
perbedaan tingkat energi konduksi elektroda semikonduktor TiO2 dengan
potensial elektrokimia pasangan elektrolit redoks (I-/I3-). Sedangkan arus yang
dihasilkan dari sel surya ini terkait langsung dengan jumlah foton yang
terlibat dalam proses konversi dan bergantung pada intensitas penyinaran
serta kinerja dye

METODOLOGI PENELITIAN

1.

Preparasi Elektroda TiO2

Substrat kaca berlapis ITO (Indium Tin Oxide) diukur resistansinya


dengan menggunakan multimeter digital. Selanjutnya pada sisi kaca
berlapis TCO ditutup dengan menggunakan isolatipe seperti pada gambar
3. Untuk pembuatan larutan TiO2 dilakukan dengan menambahkan 2 ml
asetilaseton pada 2 gr koloid TiO2, lalu ditambahkan beberapa tetes
detergen

untuk

memfasilitasi

penyebaran

koloid

pada

substrat.

Selanjutnya dilakukan deposisi TiO2 pada substrat kaca berlapis ITO


yang sebelumnya telah dibilas dengan aseton. Setelah kering, isolatipe
dibuka dan kemudian kaca ITO dipanaskan dengan suhu 300 0C selama
30 menit.
2.

Ekstraksi kulit terong


a. Alat dan bahan
Neraca digital , Pipet tetes , Gelas ukur, hotplate, kapsul magnetik,
Alumunium foil,Blender, kertas saring Whatman no 42 , sarung
tangan, UV Vis Spektrovotometer, Aquades, Etanol, Asam Sitrat
dan Kulit terong ungu kering yang sudah dihaluskan.
b. Langkah kerja
Penimbangan serbuk kulit terong ungu yang sudah dihaluskan

10 gr.
Pencampuran larutan (10 ml Etanol + 1,6 ml H2SO4+ 8, 4 ml

Aquades), lalu diaduk.


Pemberian stirrer magnetic pada serbuk kulit terong ungu,
kemudian dicampur dengan larutan Etanol, Asam Sitrat dan

Aquades.
Pengadukan dengan Stirring Hotplate pada suhu 60oC,
kecepatan 3 rpm, dengan waktu 30 menit, kondisi tertutup
Alumunium Foil.

Perlakuan pendiaman (maserasi ) selama kurang lebih 1 jam .


Penyaringan dengan kertas saring whatman no 42 sehingga

dapat dipisahkan antara serat dengan sarinya.


Hasil penyaringan ditutup dengan Alumunium foil, serta diuji
dengan

UV

Vis

Spektrofotometer

untuk

mengetahui

kemampuan absorbansi dan panjang gelombang yang bisa


dihasilkan.
3.

Ekstraksi jahe merah


a. Alat dan bahan
Serbuk jahe kering, Aquades, Gelas ukur, lemari es, timbangan
digital, UV-VIS spektrofotometri.
b. Langkah kerja
Penimbangan serbuk jahe merah yang sudah dihaluskan 25 gr.
Pencampuran larutan (Aquades 125 ml ) aduk dengan pengaduk.
Pastikan pengadukan merata, kemudian dinginkan didalam lemari

pendingin agar sampel lebih awet dengan keadaan tertutup.


Hasil ekstraksi diuji dengan UV Vis Spektrofotometer untuk
mengetahui kemampuan absorbansi dan panjang gelombang yang
bisa dihasilkan.

4.

Ekstraksi mawar merah


a. Alat dan bahan
Timbangan digital , Pipet, Gelas ukur, Stiring hotplate, Alumunium
foil,Blender, kertas saring sarung tangan. , UV Vis Spektrovotometer.
Bahan : Aquades, Etanol, Asam Sitrat, Mawar merah yang sudah
dihaluskan.
b. Langkah kerja
Penimbangan serbuk mawar merah yang sudah dihaluskan 10 gr.
Pencampuran larutan ( Etanol 10 ml + Asam Sitrat 2 ml +

Aquades 8 ml ) aduk dengan pengaduk.


Pemberian stirrer magnetic pada serbuk mawar merah, kemudian

dicampur dengan larutan Etanol, Asam Sitrat dan aquades.


Pengadukan dengan Stirring Hotplate pada suhu 60oC,
kecepatan 3 rpm, dengan waktu 30 menit, dengan kondisi

tertutup Alumunium Foil.


Pendiaman (maserasi ) selama kurang lebih 1 jam .

Penyaringan dengan kertas saring sehingga dapat dipisahkan

antara serat dengan sarinya.


Hasil penyaringan ditutup dengan Alumunium foil dan diuji
dengan UV Vis Spektrofotometer untuk mengetahui kemampuan
absorbansi dan panjang gelombang yang bisa dihasilkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
Kulit terong ungu

Jahe merah

Mawar merah

2. Pembahasan
Absorbansi terjadi ketika foton bertumbukan langsung dengan atom
atom pada material dari kehilangan energy pada electron atom. Absorbansi
menyatakan besarnya cahaya yang diserap oleh laposan tipis dari total
cahaya yang disinarkan. Absorbansi suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu tertentu bertambah dengan semakin banyaknya
molekul yang mengalami transisi pada penelitian ini akan dilakukan uji
absorbansi pada masing masing sampel yaitu variasi perendaman , dimana
rentang panjang gelombang yang digunakan antara 400 nm hingga 800
nm, sehingga akan diperoleh nilai Absorbansinya.
Dari

ketiga

sampel

yang

diuji

karakeristik

absorbansinya

menunjukkan nilai absorbansi yang bervariasi. Dari ketiga sampel, nilai


absorbansi tertinggi dimiliki oleh ekstraksi dari kulit terong ungu dengan
nilai absorbansi sekitar 3-4. Untuk nilai absorbansi pada ekstraksi jahe
merah berada pada kisaran 2-3. Sedangkan nilai absorbansi untuk ekstraksi
mawar merah memiliki nilai absorbansi terendah yakni 1-2 saja.

Nilai absorbansi mulai terlihat pada panjang gelombang 450-550 nm


dimana terjadi penyerapan energy foton. Pada ketiga grafik hasil
absorbansi terlihat nilai maksimal pada panjang gelombang 500 nm.

Sedangkan pada panjang gelombang 300-400nm bukanlah nilai absobansi,


melainkan noise yang terekam.

SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
Dari hasil sintesa yang sudah dilakukan terhadap pewarna dari
bahan alami maka dapat diambil kesimpulan :
a. Dalam percobaan digunakan percepatan putar dan pengadukan yang
sama, maka hasil pembandingan murni dari uji absorbansi.
b. Proses penyimpanan Dye alami dari tiga sampel harus diperhatikan,
kondisi botol harus tertutup alumunium foil dan dye harus disimpan
dalam lemari pendingin dan penyimpanan harus benar benar bagus
agar dye yang dihasilkan awet lama.
c. Dengan uji UV Vis Spektrofotometer pada ketiga sampel, Absorbansi
yang paling bagus pada panjang gelombang 450 nm 585 nm

sehingga memungkinkan penyerapan sinar

matahari yang bisa

dilakukan oleh pewarna alami ini cukup bagus.


d. Dari ketiga sampel, dapat diketahui pula bahwa nilai absorbansi kulit
terong ungu memiliki nilai absorbansi tertinggi yakni antara 3-4.
Sehingga dapat menghasilkan daya serap untuk sel surya lebih
maksimal ketimbang dari kedua bahan lainnya.
2. Saran
a. Pada penelitian selanjutnya seharusnya menggunakan bahan yang
lebih bervariasi agar didapatkan nilai absorbansi yang lebih besar lagi.
b. Pada penelitian selanjutnya dicoba untuk variasi lama perendaman dan
lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
[1]Subodro, Rohmat

, Sunaryo.2013.EKSTRASI PEWARNA BAHAN

ANTOSIANIN KULIT TERONG UNGU SEBAGAI PEWARNA ALAMI


PADA SEL SURYA DYE DYE-SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC).
POLITEKNOSAINS VOL1. XI NO. 2. Maret 2013.
[2]Subodro, Rohmat.2012. EKSTRAK PEWARNA ANTOSIANIN BUNGA
MAWAR MERAH SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA SEL SURYA
DYE DYE-SENSITIZED SOLAR CELL(DSSC). POLITEKOSAINS VOL.
XI NO. 2. September 2012.
[3]Ekasari, Vitriany dan Yudoyono, Gatut.2013. Fabrikasi DSSC dengan Dye
Ekstrak Jahe Merah (Zingiber Officinale Linn Var. RubrumI) Variasi
Larutan TiO2 Nanopartikel Berfase Anatase dengan Teknik Pelapisan Spin

Coating. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 1, (2013)


2337-3520.
[4] Mochamad Choirul Misbachudin, Suryasatriya Trihandaru, Adita Sutresno,
salatiga 2013. PEMBUATAN PROTOTIPE DYE SENSITIZED SOLAR
CELL(DSSC) DENGAN MEMANFAATKAN EKSTRAK ANTOSIANIN
STRAWBERRY. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains
VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4,
No.1, ISSN:2087-0922.

You might also like