You are on page 1of 9

Self-inflicted injury

All types of injury can be self-inflicted, accidentally inflicted or deliberately inflicted


by another. Most deliberate self-inflicted injuries are caused by those with psychiatric
or mental health issues, or in association with stressful situations and anxiety. Patterns
of injury are well-documented in such individuals. In the forensic setting there is a
small, but significant, group of individuals who self-harm for other motivations, such
as staging assault for attention-seeking and similar motives, or to deliberately
implicate others in criminal acts or for financial gain (e.g. insurance fraud). Such
injuries will not follow the pattern of typical self-arm injury.
Fatal self-inflicted blunt-force injuries may be inflicted following, for
example, jumping from a height or under a train. There may be no specific features to
the injuries that identify them as selfinflicted. Self-inflicted bite marks may
occasionally be seen on the arms of an individual who claims to have been assaulted
or blunt force injuries to the head or other parts of the body. Abrasions might be
created by using objects such as abrasive pads to fabricate injury.
Self-inflicted incised or stabbing injuries, however, frequently show specific
patterns that vary depending on the aim of the individual. In suicidal individuals, selfinflicted sharp-force injuries are most commonly found at specific sites on the body
called elective sites; for incised wounds these are most commonly on the front of
the wrists and neck, whereas stabbing injuries are most commonly found over the
precordium and the abdomen. In individuals who only desire to self-harm or
mutilate themselves, the site can be anywhere on the body that can be reached by the
individual (Figure 8.31). Generally, the eyes, lips, nipples and genitalia tend to be
spared.
The other features of self-inflicted injuries lie in the multiple, predominantly
parallel, nature of the wounds and, in suicidal acts, the more superficial injuries are
referred to as hesitation or tentative injuries (Figure 8.32).

The forensic practitioner has an important role in the evaluation of the nature
and pattern of injuries that might be self-inflicted. In the absence of an admission of
self-harm from an individual, it may be possible to come to a view as to whether
injuries are likely to have been self-inflicted if the characteristics listed in Table 8.1
are considered. Some or all of these characteristics - commonly inflicted by some
form of implement, such as a knife or a nail, may be present, but it is important to
note that only some, and rarely all, may be present in an individual case. The absence
of a particular feature listed does not preclude self-infliction; neither does its presence
necessarily imply self-infliction.
In some difficult cases, it may not be possible to exclude assault, and evidence
of self-harm, rather than assault, must come from alternative sources, such as other
witnesses.
The staging of assault or injury may also involve other individuals complicit
in the process. In such a setting, injuries that are unusual as self-harm injuries (e.g.
black eyes or deep abrasions) may have been inflicted by an accomplice. In such
cases the detail of the accounts given (Or not given) can be crucial in determining the
actual course of events.

Torture
Article 3 of the European Convention on Human Rights states that no-one
shall be subjected to torture or to inhuman or degrading treatment or punishment.
Unfortunately, such treatment and punishment is still widely found throughout the
world. Forensic physicians and pathologists may be asked to assess individuals
claiming torture or human rights abuse. Such assessments can be complex and it may
be necessary to assess and interpret physical findings for which there may be a
number of explanations. The doctors role is to assess these finding impartially. In
order to make an assessment for physical evidence of torture a structured examination
must take place, which involves the history, the medical history and then the physical

examination. The physical examination must involve systematic examination of the


skin, face, chest and abdomen, musculoskeletal system, genitourinary system and the
central and peripheral nervous systems. Specific examination and evaluation is
required following specific forms of torture which include: beatings and other blunt
trauma; beatings of the feet; suspension; other positional torture; electric shock
torture; dental torture; asphyxiation; and sexual torture, including rape. Specialized
diagnostic tests may be required to assess damage (e.g. nerve conduction studies).
The history taking should include direct quotes from the victim, establishment
of a chronology, where possible backing it up, for example with old medical records
and photos. A summary of detention settings, and abuses, must be obtained with
details of the conditions within those settings and methods of torture and illtreatment. Attention must also be paid to, and may require specialist assessment of,
the psychological status of the victim. Specific torture techniques that may be
described include:

TRANSLATE
Cedera Yang Dilakukan Kepada Diri Sendiri (Melukai Diri Sendiri)
Semua jenis cedera bisa dilakukan kepada diri sendiri, bisa secara tidak
sengaja atau sengaja dilakukan oleh orang lain. Melukai diri sendiri dan disengaja,
biasanya dilakukan oleh orang-orang dengan masalah kesehatan jiwa atau mental,
atau hubungannya dengan situasi stres dan kecemasan. Pola cedera pada orang-orang
tersebut, telah terdokumentasi dengan baik. Dalam dunia forensik ada dalam jumlah
kecil, tapi signifikan, sekelompok orang yang menyakiti dirinya untuk motivasi lain,
seperti serangan bertahap untuk mencari perhatian dan motif yang sama, atau dengan
sengaja melibatkan orang lain dalam tindak pidana atau untuk keuntungan finansial
(misalnya penipuan asuransi). Cedera tersebut tidak akan mengikuti pola 'khas' dari
cedera akibat melukai diri sendiri.
Luka tumpul yang dilakukan kepada diri sendiri dapat berakibat fatal,
misalnya, melompat dari ketinggian tertentu atau dari melompat dari kereta api yang
berjalan. Mungkin tidak ada ciri khusus untuk luka yang teridentifikasi sebagai luka
diri akibat melukai diri sendiri. Bekas gigitan kepada diri sendiri secara sengaja,
kadang-kadang dapat dilihat pada lengan seseorang yang mengaku telah diserang atau
luka akibat benda tumpul pada kepala atau bagian lain dari tubuh. Luka lecet
mungkin dibuat dengan menggunakan benda-benda seperti bantalan abrasif untuk
membuat cedera.
Luka iris atau tusuk kepada diri sendiri, bagaimanapun, sering menunjukkan
pola tertentu yang berbeda-beda tergantung pada tujuannya. Pada orang yang ingin
bunuh diri, melukai diri sendiri dengan benda tajam secara sengaja, yang paling
sering ditemukan di lokasi tertentu pada tubuh yang disebut 'tempat elektif'; luka ini
paling sering terjadi di bagian depan pergelangan tangan dan leher, sedangkan luka
tusuk yang paling sering ditemukan di atas dada kiri dan perut. Pada orang-orang
yang hanya ingin 'menyakiti diri' atau memutilasi diri mereka sendiri, tempat luka

dapat berada di mana saja di tubuh yang dapat dijangkau (Gambar 8.31). Umumnya,
pada mata, bibir, puting dan alat kelamin cenderung dihindari.

Gambar 8.31 (a) Beberapa tanda luka bakar linear (yang disebabkan oleh pisau
yang dipanaskan dan disayatkan pada kulit) - perhatikan lesi yang sudah sembuh
diantara lesi akut. (b) Beberapa luka iris pada lengan - perhatikan berbagai usia
dari bekas luka.
Ciri lain dari luka kepada diri sendiri, terutama paralel, sifat luka dan, dalam
tindakan bunuh diri, biasanya lukanya lebih dangkal yang disebut sebagai 'ragu-ragu'
atau cedera 'tentatif' (luka percobaan) (Gambar 8.32).

Gambar 8.32 Beberapa luka iris baru dengan luka percobaan yang lebih
kecil dan superfisial (tanda panah).
Ahli forensik memiliki peran penting dalam mengevaluasi sifat dan pola
cedera yang dilakukan kepada diri sendiri. Dengan tidak adanya pengakuan
menyakiti diri dari seseorang, mungkin saja cederanya memang telah ditimbulkan
sendiri jika karakteristiknya tercantum dalam Tabel 8.1. Beberapa atau semua
karakteristik ini - biasanya dilakukan dengan berbagai macam, seperti pisau atau
paku, tetapi penting untuk dicatat bahwa hanya beberapa, dan jarang sekali, mungkin
ada dalam kasus seseorang. Tidak adanya karakteristik tertentu yang terdaftar dalam
tabel tersebut, tidak mengekslusi adanya percobaan menyakiti diri sendiri; juga
berlaku sebaliknya, karakterisktik seperti pada tabel yang muncul, bukan berarti ada
niat untuk melukai diri sendiri.
Tabel 8.1 Beberapa karakteristik yang mungkin terkait dengan cidera yang dilakukan
kepada sendiri
Karakteristik
1. Pada area tubuh seseorang yang berada

Komentar Tambahan
Cedera di tempat yang kurang dapat dijangkau

dalam jangkauan

(misal di punggung tengah belakang)

2. Cedera superficial atau minor

cenderung bukan tindakan melukai diri sendiri


Luka yang lebih parah juga bisa disebabkan,
terutama pada mereka dengan gangguan

3. Jika ada lebih dari satu luka gores,

kejiwaan
Biasanya, melukai diri sendiri dengan senjata

penampilan, gaya dan orientasi lukanya mirip

tajam, lukanya lebih superfisial, banyak dan

antara satu sama lain (misalnya sejajar satu

mirip satu sama lain daripada akibat serangan,

sama lain)

dimana reaksi alami dari orang yang terluka

4. Jika ada jenis lain cedera (misalnya goresan,

adalah untuk menghindari cedera berulang


Seperti di atas - beberapa luka superfisial, dan

luka bakar rokok) penampilan, gaya dan

relatif ringan, cedera yang mirip satu sama

orientasi lukanya juga mirip antara satu sama

lain, meningkatkan kemungkinan dari adanya

lain
5. Beberapa luka atau cedera berada pada satu

tindakan melukai diri sendiri


Seperti di atas

regio anatomi
6. Beberapa luka atau cedera berada pada sisi

Seseorang yang kidal akan cenderung melukai

kontralateral tangan dominan pasien


7. Luka percobaan

bagian kanan tubuhnya


Luka atau cedera yang lebih kecil di sekitar
luka utama, dikelompokkan dengan luka
percobaan, di mana upaya awal pada cedera

8. Luka lama yang telah menyembuh pada

telah dibuat
Mungkin menunjukkan usaha-usaha melukai

tempat yang sama atau mirip


9. Perbedaan usia luka-luka pada tempat yang

diri sendiri sebelumnya


Mungkin menunjukkan usaha-usaha melukai

sama atau mirip


10. Cedera yang lambat sembuh

diri sendiri sebelumnya dan secara berulang


Persistensi luka yang seharusnya telah
diharapkan sembuh, karena tidak adanya

11. Psikiatrik dan masalah terkait (seperti

faktor-faktor lain
Mungkin ada peningkatan insidensi melukasi

gangguan makan, penyalahgunaan obat dan

diri sendiri dengan kondisi seperti

alkohol)
12. Kemungkinan luka pada diri sendiri yang

Pada kasus ini mungkin tidak banyak

dibuat pada setiap tahap kejahatan yang telah

karakteristik yang muncul yang telah

dilakukan

disebutkan di atas.

Dalam beberapa kasus yang sulit, hal itu tidak memungkinkan untuk
menampik terjadinya serangan, dan bukti menyakiti diri, bukan penyerangan, harus
berasal dari sumber-sumber alternatif, seperti saksi lainnya.
Penyerangan bertingkat atau cedera mungkin juga melibatkan orang lain
dalam prosesnya. Pada suatu kondisi tertentu, luka yang tidak biasa, atau sebagai
cedera 'menyakiti diri' (misalnya mata hitam atau lecet yang dalam) mungkin telah

dilakukan oleh teman persengkokolannya. Dalam kasus seperti ini bisa menjadi
sangat penting dalam menentukan arah peristiwa yang sebenarnya.
Penyiksaan
Pasal 3 dari Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa
tidak ada seorangpun dapat disiksa atau perlakuan tidak manusiawi atau direndahkan
martabatnya. Sayangnya, beberapa pengobatan dan hukuman tersebut masih banyak
ditemukan di seluruh dunia. Dokter forensik dan ahli patologi mungkin akan diminta
untuk menilai individu yang mengaku disiksa atau pelanggaran HAM. Penilaian
tersebut dapat menjadi kompleks dan mungkin perlu untuk mengkaji dan menafsirkan
temuan fisik yang mungkin mengandung beberapa penjelasan. Peran dokter adalah
untuk menilai temuan ini tanpa memihak. Untuk melakukan penilaian pada bukti fisik
penyiksaan, pemeriksaannya harus terstruktur, yang meliputi riwayat kejadian,
riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik juga harus sistematis dari
kulit, wajah, dada dan perut, sistem muskuloskeletal, sistem urogenital dan sistem
saraf pusat dan perifer. Pemeriksaan dan evaluasi khusus yang diperlukan pada
bentuk-bentuk khusus penyiksaan yang meliputi: pemukulan dan trauma tumpul
lainnya; pemukulan pada kaki; penggantungan; penyiksaan posisional lain;
penyiksaan sengatan listrik; penyiksaan pada gigi; sesak napas; dan penyiksaan
seksual, termasuk pemerkosaan. Tes diagnostik khusus mungkin diperlukan untuk
menilai kerusakan (misalnya penilaian konduksi saraf).
Penilaian riwayat sebelumnya menyertakan kutipan langsung dari korban,
membangun sebuah kronologi, dimana memungkinkan dilakukan back up, misalnya
dengan catatan medis tua dan foto. Catatan kondisi saat penahanan, dan pelanggaran,
harus diperoleh dengan detail dan metode penyiksaan dan penganiayaan yang
digunakan. Harus member perhatian lebih dan mungkin memerlukan penilaian dari
spesialistik, seperti status psikologis korban. Teknik penyiksaan tertentu yang dapat
dijelaskan antara lain:

You might also like