You are on page 1of 2

Jurnal baru

Dari
In this context, it is interesting to contrast hepatocytes, which have low levels of FPN protein
and lack detectable hephaestin transcripts, with Kupffer cells, which have higher levels of
FPN and express hephaestin transcripts, at levels that are considerably lower than the
intestine [35]. Taken together, these observations suggest that the ferroxidase activity of
ceruloplasmin can indeed substitute for hephaestin in FPN-expressing cells in the liver (but
not in the intestine). Another possibility is that hepatocytes and Kupffer cells may employ
additional means to promote iron export, such as upregulation of hephaestin in response to
iron loading and/or the expression of alternative exporters or ferroxidases.

Sampai
Blablablablabla...........................................
body's iron levels, increasing as they increase and decreasing as they decrease [46]. Hepcidin
regulates iron uptake constantly on a daily basis, to maintain sufficient iron stores for
erythropoiesis [47], as well as its feedback mechanism to prevent iron overload. Hepcidin
negatively regulates the uptake of iron by Tf, the major iron transport protein in the blood.
Since Tf is the major source of iron for hemoglobin synthesis by red blood cell precursors,
increased hepcidin limits erythropoiesis and is a major contributor to the anemia of chronic
disease [48]. In humans, patients with large hepatic adenomas found to overexpress
hepcidin, had a severe iron refractory microcytic anaemia, which was corrected by removal
of the adenoma [49].

Dalam konteks ini, perbedaan hepatosit, memiliki protein FPN kadar rendah dan terdeteksi
kekurangan transkrip hephaestin, sedangkan sel Kupffer, memiliki kadar FPN lebih tinggi
dan dapat mengekspresikan transkrip hephaestin lebih rendah dari usus [35 ]. Pengamatan ini
menunjukkan bahwa aktivitas ferroxidase dari seruloplasmin bisa menggantikan hephaestin
dalam sel mengekspresikan FPN di hati (bukan di usus). Kemungkinan lain bahwa hepatosit
dan sel Kupffer dapat meningkatkan pengeluaran besi, seperti peningkatan pengaturan
hephaestin dalam memuat besi dan / atau pengeluaran alternatif eksportir atau ferroxidase.
Sebuah kemajuan besar dalam memahami metabolisme besi adalah penemuan hormon
hepcidin pengatur besi hampir 10 tahun yang lalu. Hepcidin awalnya diidentifikasi sebagai
peptida antimikroba yang diisolasi dari urine manusia [37]. Hati adalah sumber utama
hepcidin, di mana prepropeptide 84-asam amino disintesis dan dibelah untuk menghasilkan
20- dan 25-asam amino peptida yang dilepaskan ke dalam sirkulasi dan disaring oleh ginjal.
Secara konsisten di edarkan ke dalam darah dari hepatosit, immunoreactivity hepcidin
diamati sepanjang perbatasan sinusoidal membran hepatosit, dengan sebuah pewarnaan dari
periportal (zona 1) hepatosit yang menurun menuju vena sentral dan sinusoid [38].
Hepcidin bertindak sebagai sistem hormon pengatur besi karena mengontrol transportasi zat
besi dari jaringan ke dalam plasma [39]. [Gambar 9] Penelitian pada tikus menujukkan bahwa
hepcidin memproduksi besi berlebihan mengingatkan pada hemokromatosis herediter [40],
sedangkan tikus dengan ekspresi hepcidin berlebih mengalami anemia defisiensi besi yang
parah [41]. Hepcidin menghambat penyerapan usus [37,41], pelepasan makrofag [42,43] dan
jalur besi plasenta [41]. Sebuah penelitian farmakodinamik tentang efek suntikan hepcidin

pada tikus, menunjukkan satu dosis 50 mg menghasilkan penurunan 80% serum besi dalam 1
jam yang tidak kembali normal selama 96 jam [44]. Hal ini sesuai dengan penghalangan
pemakaian ulang zat besi dari makrofag dan respon cepat hepcidin terhadap pengaturan IL-6
[45]. Hilangnya plasma besi secara cepat diikuti oleh pemulihan yang terlambat, mungkin
karena resintesis yang lambat pada membran FPN. Konsentrasi hepcidin diketahui
terakumulasi dalam jaringan duodenum proksimal dan limpa, mencerminkan ekspresi tinggi
FPN di jaringan tersebut.
Hepatosit mengatur status zat besi tubuh dan melepaskan atau menurunkan hepcidin sesuai
dengan status besi tubuh [Gambar 9]. Saat 65 mg zat besi dimasukkan melalui mulut seorang
sukarelawan sehat menyebabkan peningkatan hepcidin >5 kali lipat dalam waktu 1 hari [45].
Pergerakan mRNA Hepcidin mengikuti kadar zat besi dalam tubuh, meningkat saat zat besi
meningkat dan menurun saat zat besi berkurang [46]. Hepcidin mengatur penyerapan zat besi
setiap hari, untuk menjaga cadangan besi agar cukup untuk eritropoiesis [47], serta
mekanisme umpan balik untuk mencegah kelebihan zat besi. Hepcidin mengatur peniadaan
penyerapan zat besi oleh Tf, protein utama untuk transport zat besi dalam darah. Karena Tf
adalah sumber utama zat besi untuk sintesis hemoglobin dengan prekursor sel darah merah,
meningkatkan hepcidin membatasi eritropoiesis dan merupakan penyebab utama terjadinya
anemia penyakit kronis [48]. Pada manusia, pasien dengan adenoma hati yang besar
ditemukan pelepasan hepcidin secara cepat, terjadi anemia mikrositik refrakter berat, yang
dikoreksi dengan penghapusan adenoma [49].

You might also like