You are on page 1of 11

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007

ISSN : 1858-3709

KAJIAN DEFORMASI DAN STABILITAS DINAMIS


CAMPURAN LATASTON LAPIS AUS (HRS-WC)
YANG MENGANDUNG ASBUTON LAWELE
Oleh :
Lusyana
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang

ABSTRACT
The most surfaces distress at asphalt mixes was occurring in Indonesian is plastic deformation. The results of
some research show that addition of Asbuton Lawele can increase the value of Dynamic Stability. This means,
exploiting of Asbuton Lawele can give durable and strong hard coat, also it can fulfill requirement of national
asphalt for road construction. This study was to asses the mixture performance of HRS-WC using Asbuton
Lawele used are 8 % and 12 % of the total weight of mix, and to compare the results with the HRS-WC mix
without Asbuton Lawele using Marshall and Percentage Refusal Densitys (PRD) method, and the strength of the
mixture against the permanent deformation by using Wheel Tracking test. The result of this research shows that
addition of 8% and 12 % Asbuton Lawele can increase the value of Marshall Stability (1500 kg for L-8, 1466 kg for
L-12 and 1312 kg for L-0). The highest value of Dynamic Stability (DS) at temperature 45oC, was obtained by L8 dan L-12 mixes (7000 passes/mm), but at temperature 60oC, the L-0 mix give the highest Dynamic Stability
(2250 passes/mm). In general, the total of L-8 mix (8 % Asbuton Lawele) has a better result compared to the
other mixes (L-0 dan
L-12), as indicated by the result Marshall Test, Marshall Immersion test and Wheel
Tracking test.
Keywords: HRS-Wearing Course, Asbuton Lawele, Percentage Refusal Density, Permanent Deformation.

I.

PENDAHULUAN

perbaikan kinerja. Perbaikan terakhir merujuk

1.1

Latar Belakang

pada

Di Indonesia, campuran beraspal panas

Beraspal

untuk

perkerasan

lentur

Pedoman

Perencanaan

Panas

Dengan

Campuran
Pendekatan

dirancang

Kepadatan Mutlak, Pedoman Teknik Direktur

menggunakan metoda Marshall konvensional.

Jendral Bina Marga No.025/T/BM/1999. Dalam

Dengan metoda ini sulit untuk menjamin

pedoman ini disyaratkan kesenjangan gradasi

campuran yang tahan terhadap kerusakan

untuk HRS yaitu minimal 80% agregat lolos

berbentuk alur plastis (Plastis Flow). Salah

saringan No. 8 (2,36 mm) dan harus juga lolos

satu jenis campuran beraspal panas yang

saringan No. 30 (0,600 mm). Hal lain yang

dikembangkan oleh Bina Marga sejak tahun

disyaratkan

1980-an adalah Lapis Tipis Beton Aspal

mutlak

(Lataston) atau HRS (Hot Rolled Sheet). HRS

pemadatan yang lebih besar sebagai simulasi

merupakan

dengan

adanya pemadatan sekunder oleh lalu lintas,

kelenturan dan kadar aspal relatif lebih tinggi

hingga benda uji tidak bertambah padat lagi.

daripada jenis Laston, yang diyakini akan

Hingga setelah beberapa tahun umur rencana,

menghasilkan jalan dengan kelenturan dan

terjadinya

keawetan yang cukup, agar tidak menimbulkan

campuran beraspal dapat dikurangi. (Yamin,

kerusakan retak atau pelepasan butir seperti

2002).

campuran

beraspal

dalam

perkembangannya

(Refusal

pengujian
Density),

deformasi

plastis

kepadatan

yaitu

pada

usaha

lapis

Dari beberapa penelitian yang pernah

yang sering terjadi pada Laston


HRS

adalah

di

dilakukan (Kurniadji, 2003 dan Kusnianti,

Indonesia telah beberapa kali mengalami

2003), penambahan asbuton Lawele pada

53

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007

ISSN : 1858-3709

campuran beraspal dapat meningkatkan nilai

(Dynamic Stability) dari campuran Lataston

stabilitas dinamis pada campuran tersebut.

Lapis Aus (HRS-WC) yang mengandung

Hasil ini disamping mendapatkan lapisan

asbuton Lawele terhadap campuran yang

perkerasan yang kuat dan tahan lama, juga

sama tanpa asbuton Lawele.

dapat memanfaatkan aspal alam yang ada di


negeri sendiri. Mengingat tingginya kebutuhan
aspal

nasional

untuk

berbagai

1.3

pekerjaan

seperti pembangunan jalan baru, peningkatan

Bahan

dan

Pengujian

Campuran

Beraspal Panas
1.3.1 Aspal

dan pemeliharaan jalan sekitar 1.200.000

Aspal didefinisikan sebagai suatu cairan

ton/tahun (Dinas PU Sultra, 2001), sedangkan

kental ataupun padat, berwarna coklat tua

Pertamina sebagai pemasok utama aspal

sampai kehitaman yang secara esensial terdiri

dalam negeri hanya mampu menyediakan

dari senyawa hidrokarbon dan turunannya,

aspal sebanyak 600.000 ton/tahun, sehingga

yang terlarut dalam trichloroethylene, tidak

untuk memenuhi kebutuhan aspal, sebagian

mudah menguap, melunak secara perlahan

dilakukan

(Kurniadji,

ketika dipanaskan, memiliki sifat kedap air dan

2003). Berdasarkan hal tersebut dilakukan

adhesi. Konsistensi aspal bisa likuid, semi

pengkajian terhadap deformasi dan stabilitas

likuid ataupun solid. Aspal bisa didapat dari

dinamis dari campuran Lataston Lapis Aus

sumber alam atau melalui proses penyulingan

(HRS-WC) yang mengandung asbuton Lawele.

minyak bumi (Shell Bitumen, 1990). Aspal

dengan

cara

impor.

yang digunakan untuk penelitian ini aspal pen


1.2

60/70 yang diproduksi oleh kilang minyak

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :


1. Mengkaji
asbuton

karakteristik
Lawele

karakteristik

dari

dari

Pertamina di Cilacap.
bitumen

hasil

ekstraksi

dan

aspal

minyak

yang

dicampur dengan bitumen asbuton Lawele


hasil ekstraksi.
2. Mengkaji

1.3.2 Agregat
Seluruh agregat yang digunakan pada
penelitian ini (kasar, halus dan filler) diambil
dari

karakteristik

Marshall

dan

Kepadatan Mutlak dari campuran Lataston

lokasi

sumber

material

di

daerah

Karawang, Jawa Barat dan mempunyai mutu


agregat seperti ditunjukkan pada Tabel.3.

Lapis Aus (HRS-WC) yang mengandung


asbuton Lawele sebagai agregat halus dan
filler untuk mendapatkan kadar aspal

karakteristik

deformasi

dari

campuran Lataston Lapis Aus (HRS-WC)


yang
dengan

Fraksi

agregat

kasar

untuk

perencanaan adalah yang tertahan saringan

optimum.
3. Mengkaji

a. Agregat Kasar

mengandung
memakai

asbuton
alat

WTM

Lawele
(Wheel

Tracking Machine).
4. Membandingkan nilai Laju Deformasi (Rate
of Deformation) serta Stabilitas Dinamis

No.8 atau

2,36 mm. Fungsi agregat kasar

dalam campuran aspal bergradasi senjang


adalah sebagai pengembang volume dari
mortar sehingga campuran menjadi lebih
ekonomis. Fraksi agregat kasar harus terdiri
dari batu pecah atau kerikil pecah dan harus
mempunyai satu bidang pecah atau lebih.

54

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007

ISSN : 1858-3709

menghasilkan perencanaan campuran yang

b. Agregat Halus
Agregat halus terdiri dari pasir atau

memenuhi kriteria. Gradasi agregat campuran

pengayakan batu pecah yang lolos saringan

berdasarkan

No. 8 (2,36 mm) dan tertahan ayakan No.200

beraspal panas untuk Lataston Lapis Aus

(0,075 mm). Agregat halus merupakan bahan

(HRS-WC) dengan ukuran maksimum agregat

yang bersih, keras dan bebas dari lempung,

19 mm, seperti terlihat pada tabel berikut :

atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya.


Fungsi

utama

memberikan

agregat

stabilitas

halus
dan

adalah

mengurangi

deformasi permanen campuran melalui friksi


dan

perilaku

saling

mengunci

partikel-

partikelnya.
c. Filler

spesifikasi

baru

campuran

Tabel 1. Spesifikasi Gradasi HRS-WC


Ukuran
% Berat Yang Lolos Batas
Saringan
(Spesifikasi)
tengah
ASTM
(mm)

19
100
100

12,5
90 100
95
3/8
9,5
75 85
80
No.8
2,36
50 72(1)
61
No.30
0,600
35 60
57,95 (2)
No.200
0,075
6 12
9

Filler adalah suatu mineral agregat dari


fraksi halus yang hampir seluruhnya lolos
saringan No.200 (75m). Fungsi filler dalam
campuran
agregat

adalah
halus

memodifikasi

dan

gradasi

bersama-sama

Berdasarkan

pada

variasi

penambahan

Asbuton Lawele pada campuran, maka dibuat


3 (tiga) jenis campuran yaitu :

aspal

Tabel 2. Tipe Campuran

membentuk adukan sebagai pelumas dan

Tipe
Campuran
L-0
L-8
L-12

mengikat agregat halus pada adukan.


1.3.3 Asbuton Lawele

Penambahan
Asbuton Lawele
0%
8%
12%

Asbuton Lawele adalah aspal alam yang


berasal dari daerah Lawele, Pulau Buton, yang
memiliki cadangan aspal alam sekitar 210 juta
ton dengan kadar aspal diatas 25% (Kurniadji,
2003).

Beberapa

penelitian

hingga 200), sehingga dalam keadaan asli,


kemungkinan mempunyai pelarut (solvent)
yang sangat tinggi. Asbuton Lawele harus
terlebih

kerja

yang

dilaksanakan

dalam

penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir


yang ditunjukkan pada Gambar 1.

menunjukkan

bahwa Asbuton Lawele bersifat lunak (pen

dikondisikan

Program

dahulu

dengan

melakukan pemanasan pada suhu 120

selama 5 jam, sehingga beratnya tetap dan


asbuton berubah bentuk menjadi butiran.

2.2

Sifat-sifat Campuran Beraspal


Kinerja

campuran

beraspal

sangat

dipengaruhi oleh sifat reologi aspal, yaitu


komposisi kimia dan sifat-sifat fisik aspal. Hal
ini disebabkan karena aspal yang digunakan
berfungsi

sebagai

bahan

pengikat,

memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan


agregat dan antara aspal itu sendiri, juga
sebagai bahan pengisi rongga antar butir-butir

II.

METODE PENELITIAN

2.1

Gradasi Agregat Campuran


Gradasi

agregat

harus

agregat dan pori-pori dalam agregat tersebut.


Suatu campuran beraspal harus memiliki
memenuhi

spesifikasi yang telah ditetapkan sehingga

workability yang baik, yaitu kemudahan dalam


pelaksanaan. Karakteristik dasar yang harus

55

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007

ISSN : 1858-3709

dimiliki oleh campuran aspal panas adalah

campuran tidak dapat menjadi lebih padat lagi.

stabilitas,

dan

Persyaratan kepadatan mutlak ini digunakan

kekesatan permukaan (Krebs & Walker, 1971).

untuk mengakomodasi kepadatan lanjutan oleh

fleksibilitas,

durabilitas

lalu lintas di lapangan agar tidak melebihi


2.3

Perencanaan

Campuran

kepadatan rencana di laboratorium. Metoda

Beraspal

Panas dengan Pendekatan Kepadatan

kepadatan

Mutlak

menggunakan pemadat getar listrik (BS 598

Prosedur Marshall digunakan sebagai

Part

dasar

untuk

perencanaan

volumetrik,

mutlak

104

1989).

penentuan stabilitas dan kelelehan. Kadar

digunakan

Aspal

memberikan

Optimum

ditentukan

VIMPRD.

menghasilkan

berdasarkan

adalah
nilai

dilakukan

dengan

Pemadatan
Kadar
kadar

VIMMarshalll

mutlak

aspal
aspal
sebesar

yang
yang
6%

parameter tersebut, ditambah dengan batasan

(VIM6%), dan 0,5% diatas dan dibawah dari

nilai VIM pada kepadatan mutlak. Selain

kadar aspal tersebut. Kadar Aspal Optimum

dengan metode Marshall, penentuan KAO

selanjutnya dapat ditentukan dari contoh yang

campuran

memiliki paling sedikit VIM 3 %.

juga

menggunakan

metode

kepadatan mutlak (Refusal Density).


Kepadatan
tertinggi

yang

mutlak
dapat

yaitu
dicapai,

kepadatan
sehingga

Tabel 3. Hasil Pengujian Agregat Kasar, Halus dan Filler


No

Karakteristik Agregat

HasilPengujian
L-0

L-8

L-12

Persyaratan
Min

Maks

Standar

A. Agregat Kasar
1

Penyerapan, (%)

1,369

SNI 03-1969-1990

- Berat Jenis Bulk

2,629

2,500

SNI 03-1969-1990

- Berat Jenis SSD

2,665

2,500

SNI 03-1969-1990

- Berat Jenis App.

2,728

2,500

SNI 03-1969-1990

Kekekalan agregat,terhadap
Magnesium Sulfat, (%)
Abrasi dengan Los Angeles, (%)

0,039

18

SNI 03-3407-1994

21,1

40

SNI 03-2417-1991

> 95

95

SNI 03-2439-1991

Kelekatan agregat terhadap


aspal,(%)
Angularitas, (%)

> 95

95/90

Partikel Pipih, (%)

22,91

25

DoTs Pennsylvania
Test Method, No.621
BS.812

Partikel Lonjong, (%)

19,93

10

BS.812

3
4
5

B. Agregat Halus
1

Penyerapan, (%)

1,341

1,341

1,341

SNI 03-1970-1990

- Berat Jenis Bulk

2,672

2,666

2,664

2,500

SNI 03-1970-1990

- Berat Jenis SSD

2,708

2,700

2,695

2,500

SNI 03-1970-1990

- Berat Jenis App.

2,771

2,758

2,751

2,500

SNI 03-1970-1990

50

SNI 03-4428-1997

Nilai setara pasir (%)

85

C. Filler
1

Berat Jenis

2,630

2,623

2,620

56

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007

ISSN : 1858-3709

Tabel 4. Hasil Pengujian Aspal Pen 60/70


No

Jenis Pengujian

1
2
3
4
5
6

Penetrasi, 25 C, 100 gr, 5 detik, 0,1 mm


Titik lembek, oC
Titik nyala, oC
Daktilitas, 25 C, 5 cm per menit, cm
Berat jenis
Kelarutan dalam Trichloro Ethylen, %
berat
Penurunan Berat (dengan TFOT), 163 oC
5 jam, % berat
Penetrasi setelah penurunan berat, % asli
Daktilitas setelah penurunan berat, % asli

7
8
9

Hasil
Uji

Persyaratan
Min Maks

65,1
50,8
336
>100
1,030
99,8

60
48
200
100
1
99

79
58
-

SNI-06-2456-1991
SNI-06-2434-1991
SNI-06-2432-1991
SNI-06-2433-1991
SNI-06-2441-1991
SNI-06-2438-1991

0,0028

0,8

SNI-06-2440-1991

57,2
> 100

54
50

SNI-06-2456-1991
SNI-06-2432-1991

Standar

Mulai
Kajian Pustaka
Persiapan Material

Pengujian sifat
sifat agregat

Pengujian sifat
sifat aspal

Tidak

Memenuhi
Spesifikasi ?

Ekstraksi dan Pengujian


sifat Asbuton Lawele
Pengkondisian
Asbuton

Ya
Pembuatan campuran dengan :
Gradasi HRS - WC
AC pen 60 dengan asbuton (0%, 8%
dan 12%)
Pengujian campuran dengan metoda Marshall
dan Kepadatan Mutlak untuk mendapatkan
KAO - Marshall dan KAO - PRD
Pengujian perendaman Marshall
pada KAO Marshall

Memenuhi
Syarat ?

Tidak

Ya
Pembuatan benda uji campuran Lataston untuk
uji Wheel Tracking (kondisi 0%, 8%, dan 12%)
Pengujian ketahanan deformasi dan stabilitas
dinamis dengan alat WTM
Analisis Data
Kesimpulan dan Saran
Selesai

Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan Penelitian

57

V I M (%)

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007

ISSN : 1858-3709

10,0
9,0
8,0
7,0
6,0
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0

6,5

7,0

7,5

8,0

8,5

9,0

9,5

Kadar aspal (%)


Gambar 2. Grafik VIMMarshall dan VIMrefusal serta Bar Chart KAO campuran L-8
Tabel 5. Hasil pengujian Marshall pada campuran L-8
Sifat-Sifat Campuran

Hasil Pengujian

Kadar Aspal; %
Kepadatan; t/m3
V I M; %
V I M Refusal; %
V M A; %
V F A; %
Stabilitas; Kg
Kelelehan; mm
Hasil Bagi Marshall; Kg/mm

7,0
2,229
7,80
21,71
64,06
1336
3,53
383

7,5
2,243
6,58
3,34
21,66
69,65
1367
3,42
405

8,0
2,264
5,00
2,68
21,33
76,57
1509
3,44
442

8,5
2,284
3,49
1,67
21,08
83,44
1434
3,81
378

Spesifikasi
9,0
2,289
2,58
21,33
87,92
1270
3,81
334

3 - 6%
> 2%
> 18%
> 68%
> 800 Kg
> 3 mm
> 250 Kg/mm

Tabel 6. Hasil analisis Marshall benda uji HRS-WC pada KAOMarshall


Sifat-Sifat Campuran
Kadar Aspal optimum ; %
Penyerapan Aspal, %
Kepadatan; t/m3
V I M; %
V M A; %
V F A; %
Stabilitas; Kg
Kelelehan; mm
Hasil Bagi Marshall; Kg/mm
Tebal lapisan aspal; m

III.

Jenis Campuran
L-0
L-8
L-12
6,88
8,2
8,85
0,65
0,62
0,61
2,311
2,257
2,246
4,86
4,65
4,46
18,83
21,76
22,67
74,23
76,85
80,32
1312
1500
1466
3,46
3,18
3,60
383
473
408
11,85
14,61
16,10

Spesifikasi
Maks. 1,2
3 - 6%
> 18%
> 68%
> 800 Kg
> 3 mm
>250 Kg/mm
-

Nilai perbandingan kepadatan masing-

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengujian Marshall

masing campuran pada kadar aspal yang

a.

ditinjau ditunjukkan pada Gambar 3. campuran

Karakteristik Volumetrik
Volumetrik campuran yang berperan

L-0 mempunyai kepadatan yang lebih tinggi

penting dalam uji Marshall, yaitu VIM, VMA,

dari campuran L-8 dan L-12. Karena pada

VFA dan parameter VIMRefusal yang diperoleh

berat

dari pengujian Kepadatan Mutlak (Percentage

mempunyai volume campuran yang lebih

Refusal

sangat

besar, karena mengandung mineral Lawele

berkaitan dengan nilai kepadatan (Density)

yang mempunyai nilai berat jenis (Gmb) yang

dan sangat menentukan nilai Kadar Aspal

lebih kecil. Semakin banyak kadar asbuton

Optimum (KAO).

yang ditambahkan kedalam campuran, maka

Density).

Parameter

ini

tertentu,

campuran

L-8

dan

L-12

58

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007

ISSN : 1858-3709

kepadatan campuran akan menjadi lebih

mempunyai

rendah.

memberikan nilai VFA yang lebih kecil jika

nilai

VMA

paling

kecil,

dibandingkan dengan campuran L-8 dan L-12

2,360

(Gambar 6).

2,340

2,300

24,00

2,280

23,00

2,260
22,00

2,240

V M A (%)

Kepadatan t/m

2,320

2,220
2,200
2,180
5,5

6,0

6,5

7,0

7,5

8,0

8,5

9,0

9,5

10,0

Kadar aspal (%)


L-0

L-8

21,00
20,00
19,00
18,00

L-12
17,00
5,5

Gambar 3. Perbandingan nilai Kepadatan


terhadap perubahan kadar aspal
Pada kadar aspal yang sama, campuran

6,0

6,5

7,0

7,5

8,0

8,5

9,0

9,5

10,0

Kadar aspal (%)


L-0

L-8

L-12

Gambar 5. Perbandingan kurva VMA terhadap


perubahan kadar aspal

L-8 dan L-12 mempunyai nilai VIM yang lebih


95,00

tinggi dibandingkan dengan campuran L-0,

90,00
85,00

berkaitan dengan belum seluruhnya terjadi

80,00

pemisahan bitumen dan mineral Asbuton

V F A (%)

seperti yang terlihat pada Gambar 4. Hal ini

75,00
70,00

Lawele yang digunakan. Jadi bitumen asbuton

65,00

tidak bisa secara maksimal mensubstitusi

60,00
55,00

aspal minyak (8% dan 12% dari aspal minyak).

5,5

6,0

6,5

7,0

7,5

8,0

8,5

9,0

9,5

10,0

Kadar aspal (%)


L-0

L-8

L-12

9,00

Gambar 6. Perbandingan kurva VFA terhadap


perubahan kadar aspal

8,00
7,00

V I M (%)

6,00
5,00

b.

4,00

Karakteristik Marshall
Stabilitas

3,00

merupakan

ukuran

kemampuan campuran untuk memikul beban

2,00
1,00
5,5

6,0

6,5

7,0

7,5

8,0

8,5

9,0

9,5

10,0

Kadar aspal (%)


L-0

L-8

lalu lintas sampai terjadi kelelehan plastis. Dari


Gambar 7, terlihat bahwa campuran L-8 dan L-

L-12

12 mempunyai nilai stabilitas yang lebih tinggi


Gambar 4. Perbandingan kurva VIM terhadap
perubahan kadar aspal

dari campuran L-0. Hal ini karena pada kadar


aspal yang tinggi, mortar menghasilkan friksi

Nilai VMA sangat berkaitan dengan kepadatan

yang tinggi sehingga nilai stabilitas campuran

campuran. Pada Gambar 5 terlihat bahwa

yang mengandung Asbuton Lawele menjadi

campuran L-0 yang memiliki kepadatan yang

lebih tinggi.

lebih tinggi, memberikan nilai VMA yang lebih

Campuran L-12 memiliki stabilitas yang lebih

kecil jika dibandingkan dengan campuran yang

rendah dari campuran L-8. Hal ini disebabkan

L-8 dan L-12. Untuk campuran L-0 yang

oleh karena film aspal dalam campuran L-12

59

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007

ISSN : 1858-3709

lebih tebal, yang menyebabkan butiran lebih

500

mudah tergelincir.

450

M Q (kg/mm)

400

1600
1500

Stabilitas (kg)

1400

350
300
250

1300

200
5,5

1200

6,0

6,5

7,0

7,5

8,0

8,5

9,0

9,5

10,0

Kadar aspal (%)


L-0

1100
1000
5,5

6,0

6,5

7,0

7,5

8,0

8,5

9,0

9,5

10,0

L-8

L-12

Gambar 9. Perbandingan kurva Hasil Bagi


Marshall terhadap perubahan kadar aspal

Kadar aspal (%)


L-0

L-8

L-12

3.2. Pengujian Perendaman Marshall


Gambar 7. Perbandingan kurva Stabilitas
terhadap perubahan kadar aspal

Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa


campuran L-8 mempunyai nilai IKS sedikit

Campuran yang mempunyai nilai kelelehan

lebih besar dari campuran L-0. Sedangkan

relatif rendah pada Kadar Aspal Optimumnya,

untuk campuran L-12, nilai IKS lebih kecil jika

biasanya memiliki daya tahan deformasi yang

dibandingkan dengan campuran L-0, karena

lebih baik. Dari hasil analisis Marshall, pada

campuran L-12 mempunyai kepadatan yang

Gambar 8 terlihat nilai kelelehan cenderung

paling rendah, sehingga memudahkan infiltrasi

naik seiring dengan bertambahnya kadar

air yang menyebabkan lepasnya ikatan antara

aspal.

aspal dan agregat, walaupun memiliki selimut


aspal yang lebih tebal (16,1 m).

4,3
4,0

Kelelehan (mm)

3,5
3,3
3,0
2,8
2,5
5,5

6,0

6,5

7,0

7,5

8,0

8,5

9,0

9,5

10,0

Kadar aspal (%)


L-0

L-8

L-12

Indeks Kekuatan Marshall Sisa (%)

100
3,8

89,08
90

85,14
79,24

80
70

60

50

Gambar 8. Perbandingan kurva Kelelehan


terhadap perubahan kadar aspal
Dari Gambar 9 terlihat nilai hasil bagi Marshall
campuran L-8 menunjukan hasil yang lebih
baik dilihat dari nilai stabilitas yang tinggi dan
kelelehan

yang

kecil,

jika

L-0

L-8
Jenis Campuran

L-12

Gambar 10. Perbandingan Nilai Indeks


Kekuatan Sisa (IKS)
3.3. Pengujian Wheel Tracking
Dari hasil pengujian Wheel Tracking

dibandingkan

pada suhu 45 oC, campuran L-8 dan L-12

campuran L-12 dan campuran L-0. Tapi

menghasilkan nilai Stabilitas Dinamis (DS) dan

dengan penambahan asbuton lebih dari 8%,

Laju Deformasi (RD) yang sama yaitu sebesar

nilai hasil bagi Marshallnya semakin menurun.

7000 lintasan/mm dan 0,0060 mm/menit,


sedangkan campuran L-0 memberikan nilai

60

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007

0,0067 mm/menit (Tabel 7). Ini terjadi karena


campuran L-0 pada KAO memiliki kekakuan
rendah (nilai MQ) dan nilai penurunan VIM
yang

besar.

Walaupun

mempunyai

nilai

Stabilitas Dinamis dan Laju Deformasi yang


sama, campuran L-8 memiliki nilai deformasi

Stabilitas Dinamis (lintasan/mm)

yang lebih kecil yaitu 6300 lintasan/mm dan

ISSN : 1858-3709

7500
7000
6500
6000
5500
5000
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000

7000
6300

2250
1431.8
40

permanen awal (D0) = 1,15 mm lebih kecil dari

45

yang

lebih

L-0

Tabel 7. Hasil Pengujian Wheel Tracking pada


suhu 45 oC
Kinerja Deformasi

Jenis Campuran
L-0
L-8
L-12

L-8

L-12

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1

Kesimpulan

1.

Hasil perencanaan campuran dengan


metoda Marshall dan Kepadatan Mutlak

Laju Deformasi
0,0067 0,0060 0,0060
(RD) ; mm/menit
Stabilitas Dinamis
6300 7000
7000
(DS) ; lintasan/mm
D0 ; mm
1,15
1,15
1,27

memperlihatkan bahwa :
a. Nilai

KAO

campuran

yang

mengandung Asbuton Lawele lebih


besar dari campuran tanpa asbuton

Tabel 8. Hasil Pengujian Wheel Tracking pada


suhu 60 oC
Kinerja Deformasi

65

Gambar 11. Perbandingan Nilai Stabilitas


Dinamis pada suhu pengujian

baik

dibandingkan campuran L-12.

1465.1
60

tersebut campuran L-8 mempunyai ketahanan


deformasi

55
Suhu ( C)

campuran L-12 (1,27 mm). Berdasarkan hal

terhadap

50

Lawele,

karena

campuran

yang

mengandung Asbuton Lawele memiliki

Jenis Campuran
L-0
L-8
L-12

rongga yang besar, sehingga batasan

Laju Deformasi
0,0187 0,0287 0,0293
(RD) ; mm/menit
Stabilitas Dinamis
2250 1465,1 1431,8
(DS) ; lintasan/mm
D0 ; mm
1,91
1,31
1,49

VIMMarshall dan batasan VIMRefusal akan


diperoleh pada kadar aspal yang lebih
tinggi.
b. KAOMarshall untuk tiap-tiap campuran
lebih besar dari KAORefusal.

Pada pengujian Wheel Tracking pada suhu 60


C seperti terlihat pada Tabel 8, campuran L-0

c. Nilai stabilitas pada KAOMarshall untuk

memberikan nilai DS yang lebih besar yaitu

campuran yang mengandung Asbuton

2250 lintasan/mm dibandingkan L-8 (1465,1)

Lawele (1500 kg untuk L-8 dan 1466

dan L12 (1431,8). Hal ini disebabkan karena

untuk L-12 kg), lebih besar dari

campuran yang mengandung Asbuton Lawele

campuran tanpa Lawele (1312 kg).

mempunyai tebal lapisan aspal (film thickness)


yang

lebih

tinggi,

sehingga

pada

suhu

2.

Campuran L-8 memberikan nilai IKS


lebih

besar

(89,08%)

dibandingkan

pengujian 60 oC aspal menjadi melunak dan

campuran L-0 (85,14%) dan campuran

mengakibatkan alur yang terjadi (rut depth)

L-12 (79,24%), karena campuran L-8

paling besar. Perbandingan nilai Stabilitas

memiliki nilai stabilitas perendaman yang

Dinamis dari campuran HRS-WC untuk suhu

lebih tinggi dengan selimut aspal yang

pengujian 45 oC dan 60 oC ditunjukkan pada

cukup, sehingga mampu mengurangi

Gambar 11.

infiltrasi air.

61

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007


3.

Hasil pengujian Wheel Tracking pada

Departemen Kimpraswil (2002),

Metode,

suhu 45C menunjukkan nilai Stabilitas

Spesifikasi dan Tata Cara. Bagian 4 :

Dinamis (DS) campuran L-8 dan L-12

Aspal, Aspal Batu Buton (Asbuton),

(7000 lintasan/mm) lebih besar dibanding

Perkerasan Jalan, NSPM Kimpraswil, 1-

campuran

26.

L-0

(6300

lintasan/mm),

karena campuran L-0 mempunyai nilai


penurunan

VIM

yang

tinggi

serta

kekakuan yang rendah (dari nilai MQ).


Tapi walaupun L-8 dan L-12 mempunyai

Departemen Kimpraswil (2003), Campuran


Beraspal Panas. Buku V Spesifikasi,
Seksi 6.3, 25-39.
Krebs, D.Robert, Walker, D.Richard (1971),

nilai DS yang sama, campuran L-8

Highway

memiliki ketahanan terhadap deformasi

Company New York, 385 388.

yang lebih baik dari campuran L-12,

4.

ISSN : 1858-3709

Material,

Kurniadji

Mcgraw-Hill

(2003),

Book

Pengembangan

terlihat dari nilai D0 campuran L-8 (1,15

Pemanfaatan Asbuton Lawele Sebagai

mm) yang lebih kecil dari L-12 (1,27 mm).

Bahan Perkerasan Jalan, Puslitbang

Kadar Asbuton Lawele yang memberikan

Prasarana

kinerja terbaik pada penelitian ini adalah

KIMPRASWIL, Bandung, 4-40.

campuran L-8 (8% Asbuton Lawele),

Kusnianti,N

Transportasi,

(2003),

Kajian

Departemen

Laboratorium

dimana mempunyai Stabilitas Marshall,

Pemanfaatan Aspal Alam Buton dari

durabilitas dan Stabilitas Dinamis (suhu

Lawele dalam Campuran Beton Aspal,

45 oC) tertinggi.

Program Magister Sistem dan Teknik


Jalan Raya (STJR), Institut Teknologi
Bandung, 18-65.

4.2

Saran

1.

Perlunya

penelitian

campuran

yang

lanjutan

menggunakan

kinerja
kadar

Asbuton Lawele antara 5% sampai 8%

2.

Shell Bitumen (1990), The Shell Bitumen


Handbook, Shell Bitumen, U.K, 89-239.
Standar

Nasional

Indonesia

(1991),

(6% dan 7%) untuk mengetahui kadar

Pengujian Campuran Beraspal dengan

asbuton yang paling optimum.

Alat Marshall, SNI No. : 03-2489-1991.


tambahan

The Asphalt Institute (1993), Mix Design

seperti Modulus Resilien (UMATTA) dan

Methods for Asphalt Concrete and

pengujian ketahanan campuran terhadap

Other Hot-Mix Types, Manual Series

retak lelah (Fatigue Cracking), untuk

No.2, Sixth Edition, The Asphalt Institute,

melengkapi

57-78.

Perlu

dilakukan

pengujian

kinerja

campuran

pada

penelitian ini.

Yamin, R.A. (2002), Campuran Beraspal


Panas dengan Pendekatan Kepadatan

DAFTAR PUSTAKA
AASHTO (1998), Standard Specifications for
Transportation Materials and Methods
of Sampling and Testing, Washington
D.C, 52-204.

Mutlak, Puslitbang Jalan, Departemen


KIMPRASWIL, Modul 2.
Yoder, E.J., Witczak, M.W, (1975), Principles
of Pavement Design, Second Edition,
John Wiley and Sons, Inc, New York, 280282,289-29

62

Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 2, Nomor 2, Maret 2007

ISSN : 1858-3709

63

You might also like