You are on page 1of 8

Promotif, Vol.4 No.

2, April 2015 Hal 72-79

Artikel I

HUBUNGAN SHIFT MALAM DENGAN PENAMPILAN KERJA DAN PERUBAHAN


POLA TIDUR KARYAWAN DI PT. SERMANI STEEL MAKASSAR
Darmi Indrawaty
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea Makassar
ABSTRACT
Night Shift according to ILO is conducted job activity at night during 7 - 11 hour,
passing time between at 23.00 - 05.00. Shift work specially night shift can influence
health of physical and also is psychical. the annoyed health also will bother individual
job appearance. Attention of worker become less can be centred, downhill job
motivation and its downhill appearance level. Impact work night shift most off all is
trouble of Circadian Ritme causing trouble at sleep pattern, lacking of fatigue and sleep
causing the happening of degradation of care. But job shift remain to be required in
order to efficiency and effectiveness.
This research aim to obtain get information about relation of shift night with
appearance of job and change of pattern sleep employees in PT. Sermani Steel
Makassar. Variable the checked is appearance of job, tired and change of pattern sleep
employees. Research type the used is research of observasional with approach of
sectional cross. Data collecting through admission filling of kuesioner with amount of
sampel 42 employees.
Result of research indicate that there no relation between night shift with
appearance of job (p value = 1) found also that responder which is energy accept low
night shift but appearance of positive job counted 22 people ( 95,7%). There is relation
between night shift with fatigue ( p value = 0,002) found also that responder which is
energy accept natural and low night shift is its distribution fatigue counted 21 people (
91,3%). There no relation between night shift with change of sleep pattern ( p value =
0,281) found also that responder which is energy accept low night shift and its sleep
pattern annoyed its distribution counted 18 people ( 78,3%).
Keyword: night shift, appearance of job and change of sleep pattern.
ABSTRAK
Shift malam menurut ILO adalah aktivitas kerja yang dilakukan pada malam hari
selama 7 11 jam, melewati waktu antara pukul 23.00 05.00. shift kerja khususnya
shift malam dapat mempengaruhi kesehatan fisik maupun psikis. Kesehatan yang
terganggu tersebut juga akan mengganggu tampilan kerja individu. Perhatian pekerja
menjadi kurang dapat dipusatkan, motivasi kerja menurun dan tingkat penampilannya
menurun. Dampak kerja shift malam yang terutama adalah gangguan Circadian Ritme
yang menyebabkan gangguan pada pola tidur, kekurangan tidur dan kelelahan yang
berakibat terjadinya penurunan kewaspadaan. Namun shift kerja tetap dibutuhkan
dalam rangka efektivitas dan efisiensi.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan shift
malam dengan penampilan kerja dan perubahan pola tidur karyawan di PT. Sermani
Steel Makassar. Variable yang diteliti adalah penampilan kerja, kelelahan dan
perubahan pola tidur karyawan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan
melalui pengisian kuesioner dengan jumlah sampel 42 karyawan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara shift malam
dengan penampilan kerja (nilai p = 1) ditemukan pula bahwa responden yang daya
72

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 72-79

Artikel I

terima shift malam rendah tetapi berpenampilan kerja positif sebanyak 22 orang
(95,7%). Ada hubungan antara shift malam dengan kelelahan (nilai p = 0,002)
ditemukan pula bahwa responden yang daya terima shift malam rendah dan
mengalami kelelahan distribusinya sebanyak 21 orang (91,3%). Tidak ada hubungan
antara shift malam dengan perubahan pola tidur (nilai p = 0,281) ditemukan pula bahwa
responden yang daya terima shift malam rendah dan pola tidurnya terganggu
distribusinya sebanyak 18 orang (78,3%)
Disarankan kepada pihak perusahaan agar karyawan diberikan waktu istirahat
yang cukup ketika shift malam untuk meminimalkan kelelahan, memberikan makanan
yang bergizi serta tiap beberapa jam karyawan diberikan kudapan yang bergizi untuk
menambah produktivitas kerja ketika shift malam, serta penempatan karyawan
hendaknya disesuaikan dengan kondisi karyawan seperti usia, keterampilan dan
kondisi fisik karyawan dalam rangka mengurangi dampak gangguan kesehatan di
tempat kerja. Serta, perlu adanya pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
untuk mendiagnosis secara dini adanya penyakit akibat kerja.
Kata kunci: shift malam, penampilan kerja dan perubahan pola tidur
PENDAHULUAN
Era globalisasi saat ini dan seiring
dengan
meningkatnya
tuntutan
pekerjaan, tidak sedikit karyawan yang
bekerja dengan system shift. Terkadang
mereka masuk siang namun adakalanya
masuk
malam.
Begitu
seterusnya
bergantian.
Umumnya
orang
menganggap pola kerja seperti ini
sebagai hal biasa. Bekerja shift (bergilir)
sudah merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat pekerja. Kota-kota besar
diperkirakan ada 50% tenaga kerja
terlibat bekerja shift.
Para ahli di Jepang yang
mendalami
masalah
kesehatan
lingkungan dan kerja menggelar riset
yang melibatkan 14 ribu pekerja, mereka
menyimpulkan para karyawan yang
bekerja shift malam beresiko empat kali
lebih besar untuk terkena beberapa
penyakit mematikan seperti kanker
prostat, kanker payudara atau kanker
usus besar.
Munculnya penyakit-penyakit ini
berkaitan dengan berkurangnya sekresi
(pengeluaran)
hormon
melatonin.
Hormon ini berguna untuk membantu
tubuh agar cepat tertidur. Dalam kondisi
normal, sekresi melatonin akan rendah di
siang hari, kemudian meningkat segera
setelah
matahari
terbenam
dan
mencapai puncaknya pada tengah

malam. Setelah itu hingga pagi hari,


sekresi melatonin berangsur menurun.
Kerja
secara
shift,
berpotensi
mengacaukan ritme alami tersebut yang
pada gilirannya bisa meningkatkan resiko
terkena beberapa jenis kanker (Eman,
2009).
Monk
dan
Wagner
(1999)
menyatakan bahwa berkurangnya jumlah
dan kualitas tidur pekerja malam
mengacu
pada
berkurangnya
performansi pekerja. Pada beberapa
pekerjaan, interaksi yang terjadi pada
kesenjangan kebutuhan kerja. Kondisi
tubuh dengan kesulitan tidur dapat
menimbulkan
penurunan
secara
signifikan
pada
performansi
dan
keselamatan pekerja malam (Nurmianto,
2004).
Murrel
(1999)
mengatakan
kelelahan tubuh yang merupakan akibat
dari
perpanjangan
kerja
adalah
konsekuensi
kehabisan
persediaan
energi tubuh. Kelelahan ini akibat dari
kebanyakan tugas. Pada pekerjaan yang
berulang, tanda pertama kelelahan
merupakan peningkatan dalam rata-rata
panjang waktu yang diambil untuk
menyelesaikan suatu siklus aktivitas
(Nurmianto, 2004).
Dampak kerja shift yang terutama
adalah gangguan Circadian ritme yang
menyebabkan gangguan pada pola tidur,
73

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 72-79

Artikel I

kerja dan perubahan pola tidur karyawan.


Penelitian ini dilaksanakan di PT.
Sermani Steel Makassar pada bagian
production (shearing line, galvanizing),
environment, electricity maintenance dan
machinery maintenance. Pada bagian ini
mendapatkan tugas shift malam dan
sifatnya permanen.
Populasi dalam penelitian ini
adalah semua karyawan yang mendapat
shift malam dan teknik pengambilan
sampel adalah exchaustive sampling
yaitu pengambilan sampel dengan teknik
mengambil jumlah keseluruhan populasi
yang ada. Hal ini dilakukan karena
jumlah populasi relatif kecil.
Sumber pengumpulan data adalah
data primer yaitu data yang diperoleh
dari responden dengan membagikan
kuesioner yang berisi variabel penelitian
yang diteliti. Data sekunder yaitu
diperoleh dari PT. Sermani Steel
Makassar. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan program SPSS
dan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi disertai penjelasan.
Analisis data menggunakan teknik
statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Statistik deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan
karakteristik
penampilan kerja dan perubahan pola
tidur dengan teknik tabel distribusi
frekuensi, rata-rata dan persentase.
Statistik inferensial yang digunakan
adalah analisis chi square untuk menguji
hipotesis penelitian.

kekurangan tidur dan kelelahan yang


berakibat
terjadinya
penurunan
kewaspadaan. Namun shift kerja tetap
dibutuhkan dalam rangka efektivitas dan
efisiensi. Tingkat absensi tertinggi pada
pagi hari menyusul malam dan siang
hari. Adapun alas an pekerja tidak masuk
kerja/absen yang banyak dikemukakan
adalah dikarenkan sakit.
Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Murnihayah Hamid di Rumah Sakit
Dr. Wahidin Sudirohusodo, perawat yang
mengalami kelelahan setelah shift malam
sebanyak 49 orang (83,1%). Tenaga
perawat yang berusia diatas 40 tahun
banyak yang cepat lelah dikarenakan
penurunan kondisi fisiologis tubuh.
Sebanyak 37 orang (75,5%) perawat
mengatakan jumlah jam tidurnya selama
shift malam adalah kurang dari 8 jam.
PT. Sermani Steel menerapkan
tiga sistim shift yaitu shift I, shift II dan
shift III. Pergantian shift tiap satu minggu.
Jumlah keseluruhan karyawan yang
ditugaskan hanya 10 orang yaitu bagian
production (Shearing Line, galvanizing,
forklift), environment dan electricity
maintenance. Karyawan yang shift
malam berbeda-beda tetapi jumlahnya
tetap 10 orang. Jadwal shift dimulai dari
hari senin sampai sabtu. Khusus hari
minggu karyawan bekerja 12 jam dimulai
dari pukul 08.00 sampai dengan 20.00
Wita.
Melihat banyaknya akibat buruk
dari shift kerja terutama shift malam
maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan shift malam
dengan penampilan kerja dan perubahan
pola tidur karyawan. Tujuan penelitian
yaitu untuk melihat hubungan antara shift
kerja
dengan
penampilan
kerja,
perubahan pola tidur dan kelelahan
karyawan PT. Sermani Steel Makassar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilaksanakan di PT.
Sermani Steel Makassar pada bagian
production (shearing line, galvanizing),
environment, electricity maintenance dan
machinery maintenance. Jumlah sampel
sebanyak 42 orang dengan tujuan untuk
mengetahui hubungan antara shift
malam dengan penampilan kerja dan
perubahan pola tidur karyawan. Adapun
hasil yang diperoleh adalah sebagai
berikut:

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
survey analitik dengan pendekatan Cross
Sectional Study. Untuk melihat hubungan
antara shift kerja dengan penampilan
74

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 72-79

Artikel I

Tabel 1
Distribusi responden menurut kelompok umur karyawan PT. Sermani Steel Makassar
Umur (tahun)
n
%
20 s.d. 24
2
4,8
25 s.d. 29
9
21,4
30 s.d. 34
7
16,7
35 s.d. 39
5
11,9
40 s.d. 44
6
14,3
>44
13
31,0
Total
42
100
Sumber: Data Primer
Tabel 1 menunjukkan bahwa
distribusi terendah adalah kelompok
distribusi
responden
tertinggi
umur 20 s.d 24 tahun sebanyak 2 orang
berdasarkan kelompok umur adalah
(4,8%) karena mereka belum mempunyai
kelompok umur >44 tahun sebanyak 13
pengalaman yang cukup dan belum
orang (31%) karena mereka telah lama
terbiasa
kerja
shift
malam.
bekerja dengan sistim kerja bergilir dan
Tabel 2
Distribusi responden berdasarkan unit bagian di PT. Sermani Steel Makassar
Unit Bagian
n
%
Production sharing line
6
14,3
Production galvanizing
24
57,1
Environment
5
11,9
Electricity maintenance
4
9,5
Machinery maintenance
3
7,1
Total
42
100
Sumber: Data Primer
Tabel 2 menunjukkan bahwa
sebenarnya proses produksi memiliki 3
distribusi responden tertinggi bekerja
tahapan, yaitu shearing line (pemotongan
shift malam adalah bagian production
coil), galvanizing (pelapisan seng) dan
galvanizing sebanyak 24 orang (57,1%)
corrugation (penggelombangan). Tetapi
karena pada proses galvanizing inilah inti
ketika shift malam, proses produksi
dari proses kerja menghasilkan sejumlah
hanya dilakukan sampai pada tahap
seng. Distribusi terendah bekerja shift
galvanizing (pelapisan seng) saja.
malam
adalah
bagian
machinery
Mengingat jumlah karyawan shift malam
maintenance sebanyak 3 orang (7,1%)
terbatas yaitu hanya 10 orang tiap
dan untuk tiap shift malam dalam satu
minggu, maka proses produksi untuk
minggu hanya satu orang saja yang
penggelombangan seng tidak dilakukan
bekerja. Khusus pada bagian production,
pada malam hari.

72

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 72-79

Artikel I

Tabel 3
Distribusi responden berdasarkan shift malam di PT. Sermani Steel Makassar
Shift malam
n
%
Daya terima rendah
23
54,8%
Daya terima tinggi
19
45,2%
Total
42
100
Sumber: Data primer
Tabel 3 menunjukkan bahwa
distribusi responden dengan daya terima
shift malam rendah yaitu 23 orang

(54,8%) dan daya terima shift malam


tinggi adalah 19 orang (45,2%).

Tabel 4
Hubungan Shift Malam Dengan Penampilan Kerja Karyawan di PT. Sermani Steel
Makassar
Shift Malam
Penampilan Kerja
Total
P
Positif
Negatif
n
%
n
%
n
%
Daya terima rendah
22
95,7
1
4,3
23
100
1
Daya terima tinggi
18
94,7
1
5,3
19
100
Total
40
95,2
2
4,8
42
100
Sumber: Data Primer
Tabel 4 menunjukkan bahwa 23
responden yang daya terima shift malam
rendah ditemukan penampilan kerja
positif sebanyak 22 orang (95,7%) dan 1
orang (4,3%) penampilan kerja negatif.
Dari 19 responden yang daya terima shift
malam tinggi ditemukan penampilan
kerja positif sebanyak 18 orang (94,7%)
dan 1 orang (5,3%) penampilan kerja
negatif. Banyaknya karyawan yang daya
terima shift malam rendah diakibatkan
karena
pergeseran
waktu
tidur,
meningkatkan kelelahan terutama pada
suhu dingin serta sedikitnya jumlah
karyawan yang bertugas shift malam.
Penampilan kerja yang diukur pada
penelitian ini adalah karyawan yang

melakukan uraian tugas dengan baik


sesuai unit kerja masing-masing.
Hasil statistik dengan Fishers
Exact Test diperoleh (p-value = 1) maka
tidak ada hubungan antara shift malam
dengan penampilan kerja karyawan di
PT. Sermani Steel Makassar. Hal ini
tidak sejalan dengan teori Monk dan
Wagner (1989) yang mengatakan bahwa
berkurangnya jumlah dan kualitas tidur
pekerja
malam
mengacu
pada
berkurangnya performansi pekerja. Pada
beberapa pekerjaan, interaksi yang
terjadi pada kesenjangan kebutuhan
kerja, kondisi tubuh dengan kesulitan
tidur dapat menimbulkan penurunan
secara signifikan pada performansi dan
keselamatan pekerja malam

76

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 72-79

Artikel I

Tabel 5
Hubungan Shift Malam dengan Kelelahan Karyawan di PT. Sermani Steel Makassar
Shift Malam
Kelelahan
Total
P
Tidak Lelah
Lelah
n
%
n
%
n
%
Daya terima rendah
2
8,7
21
91,3
23
100
0,002
Daya terima tinggi
10
52,6
9
47,4
19
100
Total
12
28,6
30
71,4
42
100
Sumber: Data Primer
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari
23 responden yang daya terima shift
malam rendah ditemukan 2 orang (8,7%)
tidak lelah dan 21 orang (91,3%)
mengalami kelelahan. Dari 19 orang
yang daya terima shift malam tinggi
ditemukan 10 orang (52,6%) tidak lelah
dan 9 orang (47,4%) mengalami
kelelahan. Dampak shift malam lebih
menyebabkan rasa lelah daripada shift
sore terkait dengan adanya pergeseran
waktu kerja dari sore menjadi malam.
Selain itu posisi tubuh ketika bekerja
yang tidak ergonomis menyebabkan
kondisi tubuh menjadi cepat lelah.
Manusia lebih cepat lelah bekerja pada
suhu dibawah suhu normal tubuh
terutama suhu pada jam 3 5 pagi.

Pada malam hari karyawan shift


malam jumlahnya sedikit dan ini
menyebabkan pembagian tugas lebih
berat terutama ketika terjadi peningkatan
jumlah pesanan seng yang harus
diselelsaikan. Karyawan yang berusia
diatas 40 tahun mengatakan lebih cepat
lelah dikarenakan penurunan kondisi
fisiologis tubuh. Semakin tua usia,
semakin rendah kapasitas kerjanya.
Hasil statistik dengan Fishers
Exact Test diperoleh (p-value = 0,002)
maka ada hubungan antara shift malam
dengan kelelahan kerja karyawan di PT.
Sermani Steel Makassar. Hal ini sejalan
dengan penelitian Murnihayah Hamid di
Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar.

Tabel 6
Hubungan Shift Malam dengan Perubahan Pola Tidur Karyawan di PT. Sermani Steel
Makassar
Shift Malam
Perubahan Pola Tidur
Total
P
Tidak
Terganggu
n
%
Terganggu
n
%
n
%
Daya terima rendah
5
21,7
18
78,3
23
100
0,281
Daya terima tinggi
7
36,8
12
63,2
19
100
Total
12
28,6
30
71,4
42
100
Sumber: Data Primer
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari
23 responden yang daya terima shift
malam rendah ditemukan 5 orang
(21,7%) pola tidur tidak terganggu dan 18
orang (78,3%) pola tidur terganggu. Dari
19 orang yang daya terima shift malam
tinggi ditemukan 7 orang (36,8%) pola
tidur tidak terganggu dan 12 orang
(63,2%) pola tidur terganggu. Banyaknya
karyawan
yang
mengatakan
pola

tidurnya terganggu karena adanya


pergeseran waktu tidur dan beberapa hal
seperti suara bising, pencahayaan yang
terlalu terang, rasa lapar dan dorongan
ingin buang air kecil. Kondisi kurang tidur
apabila berlangsung dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan kondisi tubuh
yang lebih buruk seperti pikiran, memori,
konsentrasi, kesigapan termasuk mood
atau suasana hati akan terganggu.
77

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 72-79

Gangguan tidur juga bias menyebabkan


depresi dan menurunnya daya tahan
tubuh.
Hasil statistik dengan Fishers
Exact Test diperoleh (p-value = 0,281)
maka tidak ada hubungan antara shift
malam dengan perubahan pola tidur
karyawan di PT. Sermani Steel
Makassar. Hal ini sejalan dengan
penelitian Murnihayah Hamid di Rumah
Sakit
Dr.
Wahidin
Sudirohusodo
Makassar.

2.

KESIMPULAN

3.

1. Karyawan
shift
malam
tidak
berhubungan dengan penampilan
kerja (p value = 1). Ditemukan
karyawan shift malam yang daya
terima tinggi dan penampilan kerja
positif sebanyak 18 orang (94,7%)
sedangkan yang daya terima rendah
dan
penampilan
kerja
positif
sebanyak 22 orang (95,7%).
2. Karyawan shift malam berhubungan
dengan kelelahan kerja (p value =
0,002). Ditemukan karyawan shift
malam yang daya terima tinggi dan
mengalami kelelahan sebanyak 9
orang (47,4%) sedangkan yang
daya terima rendah dan mengalami
kelelahan sebanyak 21 orang
(91,3%).
3. Karyawan
shift
malam
tidak
berhubungan dengan perubahan
pola tidur (p value = 0,281).
Ditemukan karyawan shift malam
yang daya terima tinggi dan
mengalami perubahan pola tidur
sebanyak
12
orang
(63,2%)
sedangkan yang daya terima rendah
dan mengalami perubahan pola tidur
sebanyak 18 orang (78,3%).

Artikel I

serta tiap beberapa jam karyawan


diberikan kudapan (cemilan) yang
bergizi
untuk
menambah
produktivitas kerja.
Penempatan karyawan hendaknya
disesuaikan
dengan
kondisi
karyawan seperti usia dan kondisi
fisik
karyawan
dalam rangka
mengurangi
dampak
gangguan
kesehatan di tempat kerja. Faktor
usia dalam hal ini adalah karyawan
yang
mendapat
shift
malam
sebaiknya berusia < 40 tahun saja.
Diharapkan penelitian selanjutnya
dengan menggunakan variable yang
lain seperti kecelakaan kerja,
pencahayaan
dan
gangguan
pencernaan sebagai akibat dari shift
malam dengan metode penelitian
lain.

DAFTAR PUSTAKA
Budiono, A. M. Sugeng, dkk. 2003.
Hiperkes dan KK. Universitas
Diponegoro. Semarang
Eman. 2006. Risiko kerja secara shift.
(http://www.republika.co.id). Online
diakses 06 november 2013
Gunawan, L. 2001. Insomnia Gangguan
Sulit Tidur. Yogyakarta
Granjean E, 1986. Night Work and Shift
Work in Fitting The Task To The
Man: An Ergonomic Approach.
Taylor & Francis, London &
Pholadelphia
Hamid, Murnihayah, 2005. Hubungan
Shift Malam Terhadap Penampilan
Kerja, Pola Tidur dan Tingkat
Kelelahan Tenaga Perawat Pada
Ruang Perawatan Perjan RS. Dr.
Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
Hanum, Retno Juwita. 2007. Kunci Sehat
Pekerja
Malam.
(http://www.femina-online.com).
Online diakses 10 November 2007
Ilyas.
2007.
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Kinerja Individu.
(http://www/blog@WordPress.com)
. Online diakses 10 November
2010.

SARAN
1. Perlu
adanya
pemeriksaan
kesehatan berkala agar dapat
mendiagnosis secara dini adanya
penyakit akibat kerja dan sebaiknya
ketika
shift
malam karyawan
diberikan makanan yang bergizi
78

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 72-79

Japardi, Iskandar, 2012. Gangguan


Tidur. USU Digital Library
Kartono, Kartini, 2012. Psikologi Sosial
Untuk Manajemen, Perusahaan
dan Industri. Jakarta.
Kristianto, Budi, 2000. Studi Perbedaan
Kelelahan ShiftPagi dan Shift
Malam pada I Kelompok Shift Kerja
di PT. PURA Barutama Kudus Unit
Paper Mill.
Kuswadji, Sudjoko, 1997. Pengaturan
Tidur Pekerja Shift. Cermin Dunia
Kedokteran No. 116.
Leila, Gustiarti, 2002. Stress dan
Kepuasan
Kerja.
Universitas
Sumatera Utara.
Luwia, Boy Sinatra. 2002. Menjaga
Kesehatan Pekerja Shift Malam.
(http://www.republikaonline.co.id).
Online diakses 06 November 2012.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta.
Nurmianto,
Eko, 2004. Ergonomi,
Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Institut
Sepuluh
Nopember,
Surabaya.

Artikel I

Olson, Karin. 20012. Lesu atau


Kelelahan.
(http://www.kompas.com). Online
diakses 12 November 2013.
Prasadja, Andreas. A. 2006. Gangguan
Tidur.
(http://www.kompas.com).
Online diakses 10 November 2013.
Ptacek, Louis. 2005. Gen Pengaruhi
Tidur
Seseorang.
(http://www.voiceofamerica).
Online diakses 10 November 2013
Sariyathi, Ni Ketut, 2007. Prestasi Kerja
Karyawan.
Fakultas
Ekonomi.
Universitas Udayana. Denpasar.
Stuart, Gail W, 2012. Buku Saku
Keperawatan
Jiwa.
Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung
Tedjasukmana, Rimawati. 2006. Jurus
Jitu
Tidur
Nyenyak.
(http://www.kompas.com). Online
diakses 10 November 2013.
Wong, Moses, 1995. Tidur Tanpa Obat.
Yayasan
Essentia
Medica.
Yogyakarta

79

You might also like