Professional Documents
Culture Documents
Artikel I
Artikel I
terima shift malam rendah tetapi berpenampilan kerja positif sebanyak 22 orang
(95,7%). Ada hubungan antara shift malam dengan kelelahan (nilai p = 0,002)
ditemukan pula bahwa responden yang daya terima shift malam rendah dan
mengalami kelelahan distribusinya sebanyak 21 orang (91,3%). Tidak ada hubungan
antara shift malam dengan perubahan pola tidur (nilai p = 0,281) ditemukan pula bahwa
responden yang daya terima shift malam rendah dan pola tidurnya terganggu
distribusinya sebanyak 18 orang (78,3%)
Disarankan kepada pihak perusahaan agar karyawan diberikan waktu istirahat
yang cukup ketika shift malam untuk meminimalkan kelelahan, memberikan makanan
yang bergizi serta tiap beberapa jam karyawan diberikan kudapan yang bergizi untuk
menambah produktivitas kerja ketika shift malam, serta penempatan karyawan
hendaknya disesuaikan dengan kondisi karyawan seperti usia, keterampilan dan
kondisi fisik karyawan dalam rangka mengurangi dampak gangguan kesehatan di
tempat kerja. Serta, perlu adanya pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
untuk mendiagnosis secara dini adanya penyakit akibat kerja.
Kata kunci: shift malam, penampilan kerja dan perubahan pola tidur
PENDAHULUAN
Era globalisasi saat ini dan seiring
dengan
meningkatnya
tuntutan
pekerjaan, tidak sedikit karyawan yang
bekerja dengan system shift. Terkadang
mereka masuk siang namun adakalanya
masuk
malam.
Begitu
seterusnya
bergantian.
Umumnya
orang
menganggap pola kerja seperti ini
sebagai hal biasa. Bekerja shift (bergilir)
sudah merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat pekerja. Kota-kota besar
diperkirakan ada 50% tenaga kerja
terlibat bekerja shift.
Para ahli di Jepang yang
mendalami
masalah
kesehatan
lingkungan dan kerja menggelar riset
yang melibatkan 14 ribu pekerja, mereka
menyimpulkan para karyawan yang
bekerja shift malam beresiko empat kali
lebih besar untuk terkena beberapa
penyakit mematikan seperti kanker
prostat, kanker payudara atau kanker
usus besar.
Munculnya penyakit-penyakit ini
berkaitan dengan berkurangnya sekresi
(pengeluaran)
hormon
melatonin.
Hormon ini berguna untuk membantu
tubuh agar cepat tertidur. Dalam kondisi
normal, sekresi melatonin akan rendah di
siang hari, kemudian meningkat segera
setelah
matahari
terbenam
dan
mencapai puncaknya pada tengah
Artikel I
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
survey analitik dengan pendekatan Cross
Sectional Study. Untuk melihat hubungan
antara shift kerja dengan penampilan
74
Artikel I
Tabel 1
Distribusi responden menurut kelompok umur karyawan PT. Sermani Steel Makassar
Umur (tahun)
n
%
20 s.d. 24
2
4,8
25 s.d. 29
9
21,4
30 s.d. 34
7
16,7
35 s.d. 39
5
11,9
40 s.d. 44
6
14,3
>44
13
31,0
Total
42
100
Sumber: Data Primer
Tabel 1 menunjukkan bahwa
distribusi terendah adalah kelompok
distribusi
responden
tertinggi
umur 20 s.d 24 tahun sebanyak 2 orang
berdasarkan kelompok umur adalah
(4,8%) karena mereka belum mempunyai
kelompok umur >44 tahun sebanyak 13
pengalaman yang cukup dan belum
orang (31%) karena mereka telah lama
terbiasa
kerja
shift
malam.
bekerja dengan sistim kerja bergilir dan
Tabel 2
Distribusi responden berdasarkan unit bagian di PT. Sermani Steel Makassar
Unit Bagian
n
%
Production sharing line
6
14,3
Production galvanizing
24
57,1
Environment
5
11,9
Electricity maintenance
4
9,5
Machinery maintenance
3
7,1
Total
42
100
Sumber: Data Primer
Tabel 2 menunjukkan bahwa
sebenarnya proses produksi memiliki 3
distribusi responden tertinggi bekerja
tahapan, yaitu shearing line (pemotongan
shift malam adalah bagian production
coil), galvanizing (pelapisan seng) dan
galvanizing sebanyak 24 orang (57,1%)
corrugation (penggelombangan). Tetapi
karena pada proses galvanizing inilah inti
ketika shift malam, proses produksi
dari proses kerja menghasilkan sejumlah
hanya dilakukan sampai pada tahap
seng. Distribusi terendah bekerja shift
galvanizing (pelapisan seng) saja.
malam
adalah
bagian
machinery
Mengingat jumlah karyawan shift malam
maintenance sebanyak 3 orang (7,1%)
terbatas yaitu hanya 10 orang tiap
dan untuk tiap shift malam dalam satu
minggu, maka proses produksi untuk
minggu hanya satu orang saja yang
penggelombangan seng tidak dilakukan
bekerja. Khusus pada bagian production,
pada malam hari.
72
Artikel I
Tabel 3
Distribusi responden berdasarkan shift malam di PT. Sermani Steel Makassar
Shift malam
n
%
Daya terima rendah
23
54,8%
Daya terima tinggi
19
45,2%
Total
42
100
Sumber: Data primer
Tabel 3 menunjukkan bahwa
distribusi responden dengan daya terima
shift malam rendah yaitu 23 orang
Tabel 4
Hubungan Shift Malam Dengan Penampilan Kerja Karyawan di PT. Sermani Steel
Makassar
Shift Malam
Penampilan Kerja
Total
P
Positif
Negatif
n
%
n
%
n
%
Daya terima rendah
22
95,7
1
4,3
23
100
1
Daya terima tinggi
18
94,7
1
5,3
19
100
Total
40
95,2
2
4,8
42
100
Sumber: Data Primer
Tabel 4 menunjukkan bahwa 23
responden yang daya terima shift malam
rendah ditemukan penampilan kerja
positif sebanyak 22 orang (95,7%) dan 1
orang (4,3%) penampilan kerja negatif.
Dari 19 responden yang daya terima shift
malam tinggi ditemukan penampilan
kerja positif sebanyak 18 orang (94,7%)
dan 1 orang (5,3%) penampilan kerja
negatif. Banyaknya karyawan yang daya
terima shift malam rendah diakibatkan
karena
pergeseran
waktu
tidur,
meningkatkan kelelahan terutama pada
suhu dingin serta sedikitnya jumlah
karyawan yang bertugas shift malam.
Penampilan kerja yang diukur pada
penelitian ini adalah karyawan yang
76
Artikel I
Tabel 5
Hubungan Shift Malam dengan Kelelahan Karyawan di PT. Sermani Steel Makassar
Shift Malam
Kelelahan
Total
P
Tidak Lelah
Lelah
n
%
n
%
n
%
Daya terima rendah
2
8,7
21
91,3
23
100
0,002
Daya terima tinggi
10
52,6
9
47,4
19
100
Total
12
28,6
30
71,4
42
100
Sumber: Data Primer
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari
23 responden yang daya terima shift
malam rendah ditemukan 2 orang (8,7%)
tidak lelah dan 21 orang (91,3%)
mengalami kelelahan. Dari 19 orang
yang daya terima shift malam tinggi
ditemukan 10 orang (52,6%) tidak lelah
dan 9 orang (47,4%) mengalami
kelelahan. Dampak shift malam lebih
menyebabkan rasa lelah daripada shift
sore terkait dengan adanya pergeseran
waktu kerja dari sore menjadi malam.
Selain itu posisi tubuh ketika bekerja
yang tidak ergonomis menyebabkan
kondisi tubuh menjadi cepat lelah.
Manusia lebih cepat lelah bekerja pada
suhu dibawah suhu normal tubuh
terutama suhu pada jam 3 5 pagi.
Tabel 6
Hubungan Shift Malam dengan Perubahan Pola Tidur Karyawan di PT. Sermani Steel
Makassar
Shift Malam
Perubahan Pola Tidur
Total
P
Tidak
Terganggu
n
%
Terganggu
n
%
n
%
Daya terima rendah
5
21,7
18
78,3
23
100
0,281
Daya terima tinggi
7
36,8
12
63,2
19
100
Total
12
28,6
30
71,4
42
100
Sumber: Data Primer
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari
23 responden yang daya terima shift
malam rendah ditemukan 5 orang
(21,7%) pola tidur tidak terganggu dan 18
orang (78,3%) pola tidur terganggu. Dari
19 orang yang daya terima shift malam
tinggi ditemukan 7 orang (36,8%) pola
tidur tidak terganggu dan 12 orang
(63,2%) pola tidur terganggu. Banyaknya
karyawan
yang
mengatakan
pola
2.
KESIMPULAN
3.
1. Karyawan
shift
malam
tidak
berhubungan dengan penampilan
kerja (p value = 1). Ditemukan
karyawan shift malam yang daya
terima tinggi dan penampilan kerja
positif sebanyak 18 orang (94,7%)
sedangkan yang daya terima rendah
dan
penampilan
kerja
positif
sebanyak 22 orang (95,7%).
2. Karyawan shift malam berhubungan
dengan kelelahan kerja (p value =
0,002). Ditemukan karyawan shift
malam yang daya terima tinggi dan
mengalami kelelahan sebanyak 9
orang (47,4%) sedangkan yang
daya terima rendah dan mengalami
kelelahan sebanyak 21 orang
(91,3%).
3. Karyawan
shift
malam
tidak
berhubungan dengan perubahan
pola tidur (p value = 0,281).
Ditemukan karyawan shift malam
yang daya terima tinggi dan
mengalami perubahan pola tidur
sebanyak
12
orang
(63,2%)
sedangkan yang daya terima rendah
dan mengalami perubahan pola tidur
sebanyak 18 orang (78,3%).
Artikel I
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, A. M. Sugeng, dkk. 2003.
Hiperkes dan KK. Universitas
Diponegoro. Semarang
Eman. 2006. Risiko kerja secara shift.
(http://www.republika.co.id). Online
diakses 06 november 2013
Gunawan, L. 2001. Insomnia Gangguan
Sulit Tidur. Yogyakarta
Granjean E, 1986. Night Work and Shift
Work in Fitting The Task To The
Man: An Ergonomic Approach.
Taylor & Francis, London &
Pholadelphia
Hamid, Murnihayah, 2005. Hubungan
Shift Malam Terhadap Penampilan
Kerja, Pola Tidur dan Tingkat
Kelelahan Tenaga Perawat Pada
Ruang Perawatan Perjan RS. Dr.
Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
Hanum, Retno Juwita. 2007. Kunci Sehat
Pekerja
Malam.
(http://www.femina-online.com).
Online diakses 10 November 2007
Ilyas.
2007.
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Kinerja Individu.
(http://www/blog@WordPress.com)
. Online diakses 10 November
2010.
SARAN
1. Perlu
adanya
pemeriksaan
kesehatan berkala agar dapat
mendiagnosis secara dini adanya
penyakit akibat kerja dan sebaiknya
ketika
shift
malam karyawan
diberikan makanan yang bergizi
78
Artikel I
79