Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Aflatoxin contamination on livestock product has been reported. Aflatoxin can influence animal and
human health. Aflatoxin poisoning on livestock is called aflatoxicosis. The experiment aim is exploring the
extent of Andrographis paniculata use (known locally as sambiloto) in reducing the formation of aflatoxins
residue on ducks liver and its effectiveness in protecting the liver. Hundred of day old tegal ducks were
adapted for 2 weeks and then divided into 5 groups: (I) control), (II) group, given 150 ppb aflatoxins only,
(III) group treated with 150 ppb aflatoxins + 0.04% sambiloto, (IV) group treated with 150 ppb aflatoxins
+ 0.08% sambiloto and (V) treatment with 0.08% sambiloto only. The solution of B1 aflatoxin in propylene
glycol dosage 150 ppb/ body weight and Andrographis paniculata (sambiloto) water extract were given
alternately and orally on ducks groups every two days for 6 weeks. The duck liver samples were taken on-0,
-1, -2, -4, and -6 weeks by slaughtering 3 ducks from each group during that period. Pathological anatomy
observation was conducted on the liver samples and the aflatoxins residual content of chromatographically.
The statistic test shows that the Andrographis paniculata in water extract is significantly capable of reducing
the aflatoxins residue in ducks liver (P < 0.05%), and suppress the damage on the liver. In fact, the group
treated with 150 ppb aflatoxins and 0.08% Andrographis paniculata (IV) shows the decrease of B1 aflatoxin
residue content and quite significant aflatoxicol on the liver. The average content of B1 aflatoxin residue and
aflatoxicol on ducks liver on the group IV were 3.96 and 11. 66 ppb at the end of experimental. Where as in
the group II (given aflatoxin only), the residue were in the average of 12.80 ppb and 19.51 ppb respectively. It
is concluded that sambiloto 0.08% can effectively reduce AFB1 and aflatoxicol residues in the liver and
protect the liver from damage by aflatoxin.
Key Words: Aflatoksin Residue, Sambiloto, Liver
ABSTRAK
Terdeteksinya residu aflatoksin pada produk ternak sudah dilaporkan. Aflatoksin dapat menyebabkan
pengaruh terhadap kesehatan ternak dan manusia. Keracunan yang disebabkan oleh aflatoksin disebut
aflatoksikosis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan tanaman sambiloto
(Andrographis paniculata Nees) dalam mengurangi pembentukan residu aflatoksin pada hati itik dan
efektifitasnya dalam menanggulangi aflatoksikosis (melindungi kerusakan organ hati). Seratus ekor itik tegal
diadaptasikan selama 2 minggu, kemudian itik dibagi menjadi 5 kelompok yaitu: (I) kontrol, (II) itik diberi
aflatoksin B1 (AFB1) 150 ppb; (III) kelompok perlakuan AFB1 150 ppb dan 0,04% sambiloto; (IV) kelompok
perlakuan AFB1 dan 0,08% sambiloto; (V) kelompok perlakuan sambiloto 0,08%. AFB1 dalam propilin glikol
dosis 150 ppb/bobot itik dan ekstrak air daun sambiloto diberikan pada itik secara dicekok setiap 2 hari sekali
selama 6 minggu. Hati itik diambil dengan cara memotong 3 ekor itik setiap kelompok perlakuan pada
minggu ke-0, -1, -2, -4, dan -6. Pengamatan patologi anatomi dilakukan terhadap sampel hati tersebut dan
residu AFB1 serta aflatoksikol dianalisis secara kromatografi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
penggunaan ektrak air daun sambiloto mampu mengurangi residu AFB1 pada hati itik (P < 0,05%) dan
mengurangi kerusakan organ hati akibat aflatoksin. Ternyata bahwa kelompok (IV), perlakuan AFB1 150 ppb
dan 0,08% sambiloto menunjukkan adanya penurunan kandungan AFB1 dan aflatoksikol dalam hati itik lebih
banyak. Rata-rata kadar residu AFB1 dan aflatoksikol dalam hati itik grup 4 ini adalah 3,96 dan 11,66 ppb,
pada akhir penelitian (minggu ke 6). Sedangkan kadar residu AFB1 dan aflatoksikol kelompok yang diberi
759
aflatoksin saja (II) rata-rata 12,80 dan 19,51 ppb. Disimpulkan bahwa sambiloto 0,08% cukup efektif dalam
mengurangi residu aflatoksin dan melindungi kerusakan organ hati.
Kata Kunci: Residu Aflatoksin, Sambiloto, Hati
PENDAHULUAN
Pakan, bahan pakan dan pangan sangat
potensi terkontaminasi oleh kapang dan
mikotoksin, dimulai sejak saat tanam di ladang,
saat
dipanen,
tranportasi,
pengepakan,
penyimpanan dan saat dikonsumsi oleh hewan
hingga siap dikonsumsi manusia. Mikotoksin
diantaranya aflatoksin, merupakan senyawa
toksik hasil metabolit sekunder kapang, yang
dapat membahayakan kesehatan ternak dan
manusia. Komoditas pertanian yang rusak dan
mempunyai kadar air yang tinggi sangat mudah
tercemar kapang-kapang seperti Aspergillus
flavus dan A. parasiticus yang dapat
menghasilkan aflatoksin, Umumnya kapangkapang tersebut tumbuh pada kisaran suhu 10
40C, pH 4 8 dan kadar air 17 25% (JAY,
2000).
Indonesia, sebagai negara tropis dengan
suhu, curah hujan dan kelembaban yang tinggi
sangat kondusif untuk berkembang biaknya
kapang pada berbagai komoditas pertanian.
Berbagai bahan pangan seperti jagung, kacang
tanah, pakan dan bahan pakan di Indonesia
dilaporkan
terkontaminasi
aflatoksin
(RACHMAWATI, 2005; BAHRI et al., 2005).
AFB1 merupakan senyawa toksik yang
paling berbahaya, bersifat karsinogenik,
hepatotoksik dan mutagenik, immunosupresif.
Paparan dosis tinggi menyebabkan keracunan
yang akut, yang dapat menyebabkan kematian,
sementara paparan dosis rendah dalam waktu
lama akan bersifat karsinogenik. Pada
keracunan akut, di hati terjadi kegagalan
metabolisme karbohidrat dan lemak serta
sintesa protein, sehingga terjadi penurunan
fungsi hati karena adanya perombakan
pembekuan darah, dan penurunan sintesa
protein serum. Sedangkan pada keracunan
kronik akan menyebabkan immunosupresif
yang diakibatkan penurunan aktifitas vitamin
K dan penurunan aktifitas fagositas pada
makrofak (BOMMAKANTI dan WALIYAR,
2006). AFB1 pada hewan ternak menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan, penurunan bobot
badan unggas maupun ruminansia, penurunan
produksi telur, penyerapan unsur mineral, Cu,
760
761
Tabel 1. Pengaruh sambiloto terhadap residu AFB1 pada jaringan hati itik
Kadar rata-rata residu AFB1/minggu ke (ppb)
Kelompok
0
I (Kontrol)
3,055
4,129
2
d
5,708
7,913
b)c)
9,422a
12,800a
2,518b
4,807a
5,523a
5,586a
4,626
3,960a) b)
4,627
b) c)
1,626d
V (+ 0,08% sambiloto)
2,420
5,471
10,057
3,055
d) c)
8,598
6
b
II (+ AFB1)
2,420
7,209
4
c
4,727
a) b)
3,888
3,329
5,497a
Indeks huruf yang berbeda pada baris yang sama menyatakan ada beda nyata pada taraf P<0,05
25
20
15
10
5
0
2
4
Minggu keI
II
III
6
IV
Gambar 1. Hubungan antara konsentrasi residu aflatoksikol pada hati itik dengan minggu perlakuan
762
rata-rata
AFB1
Kelompok
Rata-rata
kadar AFB1
(ppb)
I (Kontrol)
6,046 a) b)
II (+ AFB1)
8,344 a)
4,786 b)
4,242 b)
V (+ 0,08% sambiloto)
3,178 b)
Minggu perlakuan
1
2
4
6
I
TKS
TKS
TKS
TKS
II
P (-)
P (+)
P (++)
P (++)
III
TKS
P (-)
P (-)
P (-)
IV
P (-)
P (-)
TKS
TKS
V
P (-)
TKS
TKS
TKS
TKS = tidak ada kelainan spesifik; P = pucat; P (-) = sedikit pucat; P (+) = membesar; P (++) = timbul nodul;
I = kelompok itik kontrol; II = + AFB1 150 ppb; III = + AFB1 + Sambiloto 0,04%; IV = + AFB1 + Sambiloto
0,08%; V = + Sambiloto 0,08%
763
Jenis kerusakan
I
II
III
IV
Peri portal
0,75
Diffuse
Bile duck proliferasi
0
1,5
II
1,2
2,25
0
3
0
3
0
3
2,25
1,5
0
1,5
3,6
3
IV
0
1,6
0
1,5
1
1
1
0,5
1
1
0
0
III
Degenerasi lemak
1,25
1,5
0
1
1,25
1,25
1,25
1,5
1
1,25
0,75
0,75
1
2
1
2
2
2
1
1
Fibriosis
Megalocytosis
0,5
Degenerasi lemak terjadi pula pada itikitik kelompok III dan IV, namun pada
minggu ke 6 setelah perlakuan, pada akhir
percobaan, hasil pengamatan menunjukkan
perbaikan (Tabel 4). Dari hasil ini
menunjukkan bahwa sambiloto mempunyai
efek
pengobataan
atau
perlindungan
kerusakan hati akibat keracunan aflatoksin.
Penelitian yang dilakukan CHOUDHURY et
al., 1984, juga menunjukkan bahwa
penggunaan ektrak daun sambiloto dosis 500
mg/kg bobot tikus (0,05%) mampu
memberikan efek melindungi hati yang rusak
akibat pemberian CCl4. Perubahan organ hati
berupa perdarahan petihae sampai bentuk
echimose terjadi pada semua kelompok itik
perlakuan, namun pada akhir percobaan
organ hati kelompok itik dengan perlakuan
sambiloto dosis 0,08% (IV) mengalami
perbaikan dan tidak ada lagi perubahan yang
spesifik. Pada kelompok II, itik yang diberi
aflatoksin saja tanpa penambahan sambiloto,
pada akhir pengamatan mulai terlihat adanya
fibriosis dan megalocytosis pada organ
hatinya.
764
KESIMPULAN
Penggunaan hatinya, selain itu juga
penggunaan sambiloto mampu melindungi
organ hati itik dari kerusakan parah akibat
aflatoksin.
Dosis 0,08% sambiloto menyebabkan
penurunan residu AFB1 dan aflatoksikol
lebih besar dan lebih cepat memulihkan selsel hati yang rusak akibat aflatoksin
dibandingkan penggunaan sambiloto 0,04%.
Pada akhir percobaan, kadar residu AFB1
dan aflatoksikol pada hati itik kelompok
perlakuan AFB1 150 ppb dan sambiloto
0,08% (IV) yaitu rata-rata 3,96 dan 11,66 ppb,
sedangkan pada kelompok itik yang hanya
diberi aflatoksin (II) rata-rata 12,80 dan 19,51
ppb. Tidak ada lagi perubahan yang spesifik
pada organ hati itik pada akhir perlakuan
dengan penggunaan 0,08% sambiloto.
DAFTAR PUSTAKA
ABDELHAMID, A.M. and T.M. DORRA. 1990. Study
on effect of feeding laying hens on separate
mycotoxins (aflatoxins, patulin or citrinin)
contaminated diets on the egg quality and
tissue constituents. Arch. Anim. Nutr. 40(4):
305 316.
765