You are on page 1of 12

EFEKTIFITAS HIDROGEL BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.

) Steenis)
TERHADAP PENINGKATAN PANJANG JARINGAN EPITEL BARU PADA PERAWATAN
LUKA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR DENGAN KONDISI
HIPERGLIKEMIA
Titin Andri W *, Ika Setyorini**, Anissa Karomatul Baroroh***
ABSTRACT
Hyperglicemia is a high blood sugar (>126 mg/dl). If someone who have hyperglicemia get
injury, it would be difficult to healing. Binahong is a favorite plants in human life because it
has a lot of benefits. Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) contains asam ursolat,
vitamin C, flavonoid, polifenol, triterpenoid, alkaloid, PPAR- that can be act as wound
healing accelerator. One of media that can be used to treat wounds is hydrogel. The content
of CMC in hydrogel basic can increase TNF- gene expression that can be increase
lymphocytes and neutrophyl to endothelial cells. This research was designed as pure
experimental study using post test control group design. The sample were 30 rats that
divided into six treatment groups, there were normal rats wound with Normal Saline (NS),
hyperglicemia rats wound with NS, hyperglicemia rats wound with hydrogel basic (duoderm),
hydrogel Binahong 2,5%, 5% and 7,5%. The samples are 30 rats (n=5), euthanasia on day
12, then the wound stained with H&E. Variable studied is the length of new ephitelial tissue
measured with AutoCad Program. Data analysis of one way-anova obtained there was the
effectiveness of hydrogel Binahong 5% and 7,5% treatments in length of new ephitelial
tissue (p=000). Post hoc data analysis obtained that there are significant length differences
for increasing the length of new epithelial tissue (P < 0,05) using hydrogel Binahong 5%
compared with all groups. The conclusion from this research is there is an effect of
hyperlicemia wound treatments using hydrogel Binahong for increasing the length of new
epithelial tissue of wistar strain.
Keywords : Hyperglicemia, Hyperglicemia wounds, New epithelial tissue, hydrogel
Binahong
ABSTRAK
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi (>126mg/dl). Apabila
terjadi luka pada kondisi hiperglikemia, akan sulit sekali disembuhkan. Binahong merupakan
tanaman favorit di masyarakat karena banyak memiliki manfaat. Kandungan dari binahong
antara lain asam ursolat, vitamin C, flavonoid, polifenol, triterpenoid, alkaloid, dan PPAR-
sebagai akselerator penyembuhan luka. Salah satu bentuk sediaan yang dapat digunakan
merawat luka adalah hidrogel. Kandungan CMC pada basis hidrogel meningkatkan ekspresi
gen TNF- yang dapat meningkatkan jumlah limfosit dan neutrofil pada sel endotel.
Penelitian ini merupakan eksperimental murni. Jumlah sampel adalah 30 tikus (n=5) yang
dibagi dalam 6 kelompok perlakuan yaitu luka tikus normal dengan Normal Saline (NS), luka
tikus kondisi hiperglikemia dengan NS, basis hidrogel (duoderm), hidrogel Binahong 2,5%,
5% dan 7,5%. Tikus dikorbankan pada hari ke-12, kemudian dilakukan pengecatan H&E.
Variabel yang di ukur penelitian ini adalah panjang pembentukan jaringan epitel baru.
Analisis data one way-anova didapatkan hasil terdapat pengaruh perawatan luka kondisi
hiperglikemia dengan hidrogel binahong 5% dan 7,5% terhadap proses reepitelisasi
(p=000). Analisa data post hoc didapatkan bahwa terjadi perbedaan panjang reepitelisasi
yang bermakna (P<0,05) pada hidrogel binahong 5% dibandingkan dengan semua
kelompok. Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat pengaruh perawatan luka kondisi
hiperglikemia dengan hidrogel binahong pada panjang pembentukan jaringan epitel baru
pada tikus galur wistar.
Kata Kunci : Hiperglikemia, luka kondisi hiperglikemia, pembentukan jaringan epitel
baru (re-epitelisasi), hidrogel Binahong.
*Laboratorium Biomedik FKUB
**Laboratorium Emergency Nursing FKUB
***Mahasiswi Jurusan Ilmu Keperawatan FKUB

PENDAHULUAN

Prevalensi penderita luka diabetes

Hiperglikemia didefinisikan sebagai

di Indonesia pada tahun 2005 adalah

kadar glukosa darah yang tinggi dari

sebesar 20% dari

rentang kadar puasa normal 80-90 mg/dL

beberapa penelitian yang telah dilakukan

atau rentang non puasa sekitar 140-160

di Indonesia, diperkirakan angka kematian

mg/dL.

biasanya

akibat adanya luka atau gangren pada

disebabkan defisiensi insulin, seperti yang

penyandang diabetes mencapai 32,5 %,

dijumpai pada diabetes tipe 1 atau karena

dengan angka amputasinya mencapai 15-

penurunan

30

insulin

Hiperglikemia

responsifitas

seperti

terhadap

Kemudian

juga

diperkirakan

sebanyak 30-50 % pasien diabetes yang

kondisi

telah dilakukan amputasi, akan menjalani

hiperglikemia yang tidak terkontrol dapat

amputasi lagi pada sisi kaki lainnya dalam

menyebabkan

macam

kurun waktu 1-3 tahun. Nasib penderita

komplikasi seperti gangguan elektrolit dan

DM paska amputasi masih sangat buruk,

tipe

2.

dijumpai

%.

pada

diabetes

yang

sel

penderita DM. Dari

Pada

berbagai

meningkatnya resiko infeksi.

1,2

sebanyak 14,3% akan meninggal dalam

Hiperglikemia sangat erat kaitannya

setahun paska amputasi dan sebanyak

dengan penyakit diabetes mellitus (DM).

37% akan meninggal 3 tahun paska

Menurut

amputasi.7,8

Diabetic

Federation,

jumlah

penderita diabetes mellitus yang ada di

Luka pada kondisi hiperglikemia

Indonesia tahun 2001 terdapat 5,6 juta

dapat dilihat karakternya dari perubahan

jiwa untuk usia diatas 20 tahun. Pada

faktor

tahun 2020 diestimasikan akan meningkat

Transforming Growth Factor Beta (TGF-)

menjadi 8,2 juta, apabila tidak dilakukan

yang

upaya perubahan gaya hidup sehat pada

penyembuhan luka, dan meningkatkan

penderita.4 Diabetes Mellitus (DM) sering

derajad

menimbulkan

Transforming Growth Factor Beta (TGF-)

kompilkasi

diantaranya

pertumbuhan

akan

yaitu

penurunan

mempengaruhi

kerusakan

berperan

pada ekstremitas.5 Salah satu perubahan

kapiler-kapiler baru sebagai penyuplai

patologis yang terjadi pada ekstremitas

oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh

ialah timbulnya luka. Luka yang bila tidak

luka

dirawat dengan baik akan berkembang

pembuluh darah baru (angiogenesis) dan

menjadi ulkus dan gangren dan dapat

proses pembentukan jaringan epitel baru

berujung pada amputasi.6,7 Untuk

pada

sangatlah

penting

bagi

perawat

mengetahui penatalaksanaan yang tepat


untuk luka diabetik.

luka.

selama

fase

proses

jaringan.10

adalah terjadinya perubahan patologis

itu

dalam

proses

proses

proliferasi

pembentukan

pembentukan

penyembuhan

11,12

Pembentukan jaringan epitel baru


merupakan proses yang pertama kali
tercetus untuk menutupi jaringan luka

sehingga

infeksi.13

mencegah

adalah

untuk

Pembentukan jaringan epitel baru ini

permukaan

terjadi

sehingga

beberapa

jam

setelah

luka.

luka

mempertahankan
agar

tetap

dapat

lembab

meningkatkan

Jaringan epitel akan tumbuh dari tepi luka

perkembangan dan migrasi jaringan epitel,

dan bermigrasi ke jaringan ikat yang

namun

masih hidup. Epidermis segera mendekati

balutan

tepi luka dan menebal dalam 24 jam

menyebabkan penyembuhan luka yang

setelah luka. Sel basal marginal pada tepi

lambat dan pertumbuhan berlebih dari

luka

menjadi

dermis

di

longgar

dekatnya,

penggunaan

jangka

menggunakan

panjang

NS

dapat

ikatannya

dari

bakteri tertentu, jamur, atau organisme

membesar

dan

lain.16,17 Bentuk sediaan penyembuh luka

bermigrasi ke permukaan luka yang sudah

sebaiknya

mulai terisi matriks sebelumnya. Sel basal

lingkungan yang lembab sehingga dapat

pada

mencegah

daerah

dekat

luka

mengalami

mampu

memberikan

dehidrasi

jaringan

dan

pembelahan yang cepat dan bermigrasi

kematian sel, mempercepat angiogenesis,

dengan

meningkatnya

pergerakan

menyilang

satu

dengan yang lain sampai defek yang


terjadi tertutup semua.
terbentuk

jembatan,

sel

yang

Sediaan

steril,

kolumner

hidrogel.

meningkat

aktivitas

dan

yang

ditujukan

untuk

penggunaan luka terbuka adalah sediaan

bermigrasi berubah bentuk menjadi lebih


dan

fibrin

jaringan mati.18,20

Ketika sudah
epitel

pecahnya

salah satunya adalah sediaan


Salah

satu

basis

hidrogel

mitotiknya. Proses pembentukan jaringan

mengandung Carboxy Methyl Cellulose

epitel baru sempurna kurang dari 48 jam

(CMC)

pada luka sayat yang tepinya saling

stimulasi Tumor Necrosis Factor Alpha

berdekatan dan memerlukan waktu lebih

(TNF-) yang dapat merangkai limfosit

panjang pada luka dengan defek lebar.

dan

Faktor faktor yang diduga berperan adalah

pembuluh

Epidermal

menstimulasi sekresi dari sitokin dan

Growth

Factor

(EGF),

Transforming Growth Factor Beta TGF ,

yang

berfungsi

neutrophil

pada

darah.

meningkatkan

sel

endotel

Rangkaian

di
ini

kemokin dari neutrophil.19,20

Basic Fibroblast Growth Factor (Bfgf),

Pada tahun 1980 World Health

Platelet Derived Growth Factor (PDGF)

Organization (WHO) merekomendasikan

dan Insulin Like Growth Factor (IGF).

14,15

agar

dilakukan

penelitian

terhadap

Penanganan luka di masyarakat

tanaman yang memiliki efek menurunkan

sering kali menggunakan balutan yang

kadar glukosa darah karena pemakaian

disertai dengan betadine, cairan NS, dan

obat modern dirasa kurang aman.13 Salah

antibiotik

sulphate

satu tanaman yang banyak dikenal oleh

karena mudah didapatkan. Tujuan dari

masyarakat dan memiliki banyak manfaat

penggunaan NS dalam perawatan luka

sebagai

topikal

framycetin

penyembuhan

luka

pasca

operasi, maag, demam tifoid, disentri,

true

mencegah

posttest

stroke,

sakit

pinggang,

experiment
only

dengan

pengamatan

control group

penyembuhan gagal ginjal, menghambat

Desain

sel kanker dan sebagai anti inflamasi pada

rancangan

luka

paling sederhana tapi cukup adekuat,

karena

keracunan

bahan

kimia

adalah Binahong.21,22

Steenis)

banyak mengandung

senyawa flavonoid,
triterpenoid

ini

merupakan

eksperimental

murni

yang

serta secara teknis dan ekonomis paling

Daun Binahong (Anredera cordifolia


(Ten.)

penelitian

design.10

alkaloid,

,antosianin,

polifenol,

asam

mudah dilakukan.27
Sampel Penelitian
Sampel

yang

digunakan

pada

ursolat,

penelitian ini yaitu hewan coba tikus

Senyawa

(Rattus norvegicus) galur Wistar karena

tersebut dapat berfungsi sebagai anti

mempunyai persamaan filogenik dengan

inflamasi,

manusia

asam askorbat dan saponin.

antibakteri,

insulinotropik,

dan

mempunyai

sifat-sifat

antioksidan, hepatoprotektif, anti kanker,

respons biologis yang mendekati manusia.

antiseptic

dan

Jumlah sampel adalah 30 ekor tikus.

permeabilitas

kulit

estetika
luka.

dapat

mengembalikan
sehingga

secara

Pengambilan jaringan kulit pada penelitian

mengurangi

bekas

ini di lakukan pada hari ke-12 dengan

8,23,25

jumlah

Penelitian

(p)

adalah

6,

balutan

perlakuan perawatan menggunakan NS,

hidrogel dengan ekstrak Binahong ini,

perawatan menggunakan basis hidrogel

diharapkan dapat menjadi terapi alternatif

(duoderm), dan perawatan menggunakan

untuk mempercepat penyembuhan luka

hidrogel Binahong 2,5%, 5% dan 7,5%.

pada tikus (Rattus norvegicus) galur

Proses Ekstraksi Daun Binahong

Wistar

mengenai

perlakuan

dengan

kondisi

hiperglikemia,

Proses ekstraksi mengikuti standar

mencegah terjadinya ulkus, memberikan

ekstraksi

kenyamanan,

Universitas Brawijaya dan dilakukan oleh

dan

banyak

dikenal

di

masyarakat.

laboran

Laboratorium

yaitu

Laboratorium

Farmakologi

Ferrida,

SP

Farmakologi

(staf
FKUB).

METODOLOGI PENELITIAN

Langkah-langkah

Desain Penelitian

Binahong adalah serbuk daun Binahong

Penelitian ini merupakan penelitian

ditimbang

pembuatan

sebanyak

500

ekstrak

gram

dan

eksperimental murni (true experimental)

dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer

untuk mengetahui perbandingan antara

ukuran 1 liter. Kemudian serbuk daun

efektifitas

Binahong direndam dengan etanol sampai

terapi
balutan

balutan

standar
modern

luka

menggunakan

konvensional
hidrogel

dengan
Binahong.

Penelitian eksperimental ini merupakan

volume 1000 mL. Campuran serbuk daun


binahong

dan etanol dikocok hingga

tercampur dan diamkan selama 24 jam


hingga menguap.
Proses Pembuatan Hidrogel Binahong
Proses hidrogel Binahong mengikuti
standar

ekstraksi

Laboratorium

Prosedur Pembuatan Luka Kondisi


Hiperglikemia
Prosedur pembuatan luka pada tikus
kondisi hiperglikemia adalah pertamatama dilakukan pengecekan gula darah

Farmakologi Universitas Brawijaya dan

sebelum

dilakukan oleh laboran yaitu Ferrida, SP

Dilakukan pembuatan luka jika kadar gula

(staf Laboratorium Farmakologi FKUB).

darah puasa mencapai mencapai 126

Langkah-langkah pembuatannya adalah

mg/dL diukur dengan glukometer. Daerah

pertama-tama basis hidrogel (duoderm)

yang

dan ekstrak daun Binahong disiapkan

menggunakan silet (gillete gold) oleh

dengan jumlah

yang dibutuhkan untuk

peneliti dengan luas 50 x 30 mm2,

pencampuran sesuai dengan konsentrasi

kemudian ditandai dengan ukuran 20 x 10

yang ditetapkan (2,5%, 5% dan 7,5%).

mm2.17 Tikus dibius dengan 1 ml ketamine

Kemudian

hydrochloride

basis

ditambahkan

hidrogel

dengan

(duoderm)

ekstrak

daun

dilakukan

akan

pembuatan

dibuat

(120

luka

luka.

dicukur

mg/kg)

secara

intravena pada bagian peritonium yang

binahong dan diaduk hingga homogen

dilakukan

dengan menggunakan cawan dan sendok

farmakologi

FKUB,

pengaduk.21

dimasukkan

ke

Prosedur Pembuatan Tikus Kondisi


Hiperglikemia
Prosedur pembuatan tikus kondisi

tunggu selama 5 menit hingga hilang

hiperglikemia adalah tikus yang akan di

kemudian dilakukan eksisi pada bagian

jadikan hiperglikemia dipuasakan selama

kulit

12

menggunakan

jam,

kemudian

ditimbang

berat

oleh

kesadaran.

staf

laboratorium

kemudian

dalam

Area

tikus

kandang

yang

akan

dan

dilukai

disinfeksi menggunakan povidon iodine,

yang

yang

sudah

gunting

ditandai

bedah

dengan

badannya terlebih dahulu dan di cek kadar

kedalaman < 2 mm (Nayak et,al. 2007).

glukosa

Setelah luka dibuat lakukan perawatan

darah

puasanya

dengan

menggunakan glukometer. Area peritonial

luka

yang akan diinjeksi dibersikan dengan

ditentukan. Tikus dimasukkan kembali ke

alkohol 90%. Tikus di injeksi intraperitonial

dalam kandang dan biarkan kesadarannya

Streptozotocin (STZ 55mg/kgBB dalam

kembali.20

0,1M buffer sitrat, pH 4.5). Dilakukan

Perawatan Luka

dengan

prosedur

yang

sudah

pengukuran kadar glukosa darah 48 jam

Perawatan luka dilakukan satu kali

setelah injeksi. Dianggap hiperglikemia

sehari setiap jam 12.00 WIB. Luka pada

sampai

darah

semua

kelompok

mencapai 126 mg/dL diukur dengan

dahulu

dengan

konsentrasi

glukometer.

glukosa

dibersihkan
NS

lalu

20,21

perlakuan sebagai berikut :

terlebih
diberikan

a. Kelompok I (kontrol negatif) luka tikus

e. Memindahkan

sehat dirawat dengan NS

jaringan

luka

pada

larutan xilol 1 dan 2 masing-masing

b. Kelompok II (kontrol positif) luka

selama 20 menit. Dilanjutkan pada

kondisi hiperglikemia dirawat dengan

larutan xilol 3 pada suhu 60-63C

NS

selama 30 menit.

c. Kelompok

III

luka

kondisi

hiperglikemia dirawat dengan hidrogel


d. Kelompok

IV

luka

kondisi

hiperglikemia dirawat dengan hidrogel


binahong 2,5%
e. Kelompok

luka

kondisi

binahong 5%
Kelompok

Mencelupkan

jaringan

luka

pada

parafin cair yang telah dituang ke


dalam wadah.
g. Ditunggu sampai memadat dimana
jaringan luka berada dalam blok

hiperglikemia dirawat dengan hidrogel

f.

f.

paraffin.
Pengukuran Jaringan Epitel Baru
Dalam

VI

luka

menentukan

panjang

kondisi

pembentukan jaringan epitel baru, garis

hiperglikemia dirawat dengan hidrogel

ditarik dari folikel rambut yang paling

binahong 7,5%

dekat dengan jaringan luka (Rossum et

Prosedur Pengambilan Jaringan Kulit


pada Tikus
a. Tikus di euthanasia pada hari ke-12
dengan memasukkan tikus kedalam
wadah tertutup yang mengandung zat
eter.
b. Jaringan luka mencapai batas lapisan
otot

dieksisi

menggunakan

pisau

bedah sampai 5-10 mm batas kulit


normal.
c. Jaringan

direndam

dalam

al., 2007). Semakin panjang pembentukan


jaringan epitel baru, semakin baik proses
penutupan luka. Setelah ditarik garis
panjang,

kemudian

besarnya

sudut

dibagi

pandang.

dengan
Program

pengambilan gambar pada penelitian ini


menggunakan program Olivia dan analisa
panjang

jaringan

epitel

menggunakan program AutoCad.

larutan

fiksatif formalin 10% lalu dimasukkan


ke dalam larutan etanol 70% selama
24 jam
d. Memindahkan jaringan tersebut ke
dalam larutan etanol 80% selama 2
jam; larutan etanol 90% selama 20
menit; larutan etanol 95% selama 20
menit; dan larutan ethanol absolut
selama 20 menit, dengan 3 kali
perlakuan.

Gambar 1. Panjang jaringan epitel baru

baru

HASIL PENELITIAN

pada

mempunyai distribusi normal, ragam yang

Panjang luka terbuka memendek

homogen, error percobaan bersifat acak

perawatan

dan bebas. Untuk menguji apakah sampel

hidrogel

menggunakan

(Duoderm)

memendek

dan

pada

basis

semakin

penelitian

merupakan

jenis

distribusi

perawatan

normal digunakan pengujian Sapiro-Wilk

menggunakan hidrogel Binahong. Luka

terhadap masing-masing variabel. Pada

menutup

uji

sempurna

pada

perawatan

Sapiro-Wilk,

suatu data dikatakan

menggunakan hidrogel Binahong 5% .

memiliki sebaran distribusi normal jika nilai

Proses reepitelisasi telah sebagian besar

terjadi dengan panjang jaringan epitel

0,05, maka data tidak berdistribusi normal.

baru yang bervariasi dari setiap kelompok.

Setelah

Selain itu, untuk proses reepitelisasi yang

kemudian

paling

kelompok

homogenitas dengan uji levene statistic.

hidrogel

Data homogen atau memiliki varian yang

Binahong 5% dan 7,5%, sedangkan yang

normal apabila p (value) > 0,05. Kemudian

paling pendek adalah perawatan dengan

dilanjutkan dengan pengujian

NS.

ANOVA. Setelah itu, dilanjutkan dengan

panjang

perawatan

adalah

menggunakan

Peningkatan Panjang Jaringan Epitel


Baru (mm)
NS (Luka Kondisi
Hiperglikemia)
NS
Basis Hidrogel
(Duoderm)
Hidrogel
Binahong 2,5%
Hidrogel
Binahong 5%
Hidrogel
Binahong 7,5%

2
1
0

Gambar 2. Grafik Rata-rata Peningkatan Panjang


Jaringan Epitel Baru Pada Luka Kondisi
Hiperglikemia

Analisis data yang digunakan adalah


parametric test, yaitu One-way-analysis of
variance (ANOVA) dengan menggunakan
selang kepercayaan 95% dan diolah
dengan menggunakan program SPSS
17.0 for Windows. Sebelum melakukan
analisis data menggunakan one way
diperlukan

didapatkan

pemenuhan

atas

beberapa asumsi data, yaitu data harus

(value) <

distribusi

dilakukan

normal,
pengujian

one way

Post Hoc Test (tukey) untuk mengetahui


adanya

perbedaan

masing-masing

signifikansi

kelompok.

pada

Untuk

uji

ANOVA dan Post Hoc Test, p (value)


bermakna apabila < 0,05 dan tidak
bermakna apabila p (value) > 0,05.

Uji Normalitas Shapiro-Wilk


Data yang berdistribusi normal
merupakan

Analisa Data

ANOVA,

(value) > 0,05. Apabila p

salah

satu

syarat

dilakukannya parametric test (Bhinapatria,


2007). Untuk menguji apakah data yang
didapatkandari hasil penelitian mempunyai
distribusi

yang

normal,

dilakukan

pengujian One-Sample Sapiro-Wilk Test.

Tabel 1. Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Uji One-Way ANOVA

Test of Normality
KELOMPOK

Setelah dilakukan uji normalitas

Shapiro-Wilk
Statistic

df

dan
Sig

homogenitas

selanjutnya

yaitu

data,

langkah

pengujian

One-way

PANJANG

NS 1

.838

.188

JARINGAN

NS 2

.947

.694

ANOVA dengan selang kepercayaan 95%

BH

.869

.294

atau taraf kesalahan 5%. Jika nilai p >

HB 2,5%

.689

.029

0,05, maka hipotesis ditolak dan dapat

HB 5%

.986

.934

diartikan tidak ada pengaruh perawatan

HB 7,5%

.724

.021

EPITEL
BARU

luka pada kondisi hiperglikemia dengan

didapatkan

menggunakan hidrogel Binahong dosis

angka signifikansi p > 0,05 untuk variabel

2,5%, 5% dan 7,5% terhadap proses

panjang

reepitelisasi. Sebaliknya, jika p < 0,05,

Dari

uji

normalitas,

reepitelisasi

luka.

Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa data

maka

hipotesis

diterima

dan

dapat

berdistribusi normal. Langkah selanjutnya

diartikan terdapat pengaruh perawatan

yaitu pengujian homogenitas data.

luka pada kondisi hiperglikemia dengan


menggunakan hidrogel Binahong dosis

Uji Homogenitas Data


Untuk

menguji

2,5%, 5% dan 7,5% terhadap proses

homogenitas

data,

reepitelisasi.

digunakan test of homogenity of variances


(levene

statistic)

dengan

selang

kepercayaan 95%.

ANOVA
REEPITELISASI
Sum of Squares

Tabel 2. Uji Homogenitas Levene Statistic

Between Groups
Within Groups

Test of Homogeneity of Variances

Total

REEPITELISASI
Levene Statistic
1.988

df

Mean Square

Sig.

33.99

.000

1153331390.708

230666278.142

122132473.250

18

6785137.403

1275463863.958

23

Tabel 3. Uji One-Way ANOVA


df1

df2
5

Sig.
18

.129

.
Dari hasil analisis data didapatkan nilai p
sebesar 0,080 untuk variabel panjang
reepitelisasi luka kondisi hiperglikemia.
Ketentuan yang digunakan yaitu data
dikatakan homogen bila p > 0,05. Jadi
dapat disimpulkan bahwa data tersebut
mempunyai ragam yang homogen.

Dari hasil uji perbedaan panjang


reepitelisasi

pada

semua

kelompok

didapatkan nilai p sebesar 0,000. Dengan


demikian

dapat

disimpulkan

bahwa

terdapat pengaruh perawatan luka pada


kondisi

hiperglikemia

dengan

menggunakan hidrogel Binahong dosis


2,5%, 5% dan 7,5% terhadap proses
reepitelisasi.

Uji Post Hoc

Binahong

Berdasarkan hasil uji Pos Hoc diatas,

panjang

dapat diketahui jika panjang jaringan epitel

potensinya hampir sama dengan terapi

baru pada hidrogel Binahong 5% dan

umum luka pada kondisi hiperglikemia,

hidrogel

yaitu NS.

Binahong

perbedaan
dengan
dengan

7,5%

signifikan

semua
NS

terdapat

lebih

kelompok.
mengalami

panjang

2,5%

dapat

jaringan

epitel

Pemberian

mempengaruhi
baru

hidrogel

namun

Binahong

Perawatan

2,5%, 5% dan 7,5% yang kaya akan

perbedaan

antioksidan,

akan

membantu

signifikan lebih cepat dengan hidrogel

proses

Binahong 2,5%, 5%, dan 7,5%. Perawatan

memodulasi tubuh untuk menekan reaksi

dengan basis hidrogel (Duoderm) hanya

inflamasi yang berlebihan.3,5 Proinflamasi

mengalami perbedaan signifikansi lebih

pada hidrogel dan imunodulasi pada daun

panjang

hidrogel

Binahong lebih efektif untuk mempercepat

perawatan

proses penyembuhan luka pada kondisi

dengan

Binahong

5%,

dengan

hidrogel

mengalami

NS

dan

sedangkan

Binahong
lebih

hiperglikemia

luka

dibandingkan

dan

dengan

panjang

perawatan standar luka pada kondisi

dengan NS dan hidrogel Binahong 5%.

hiperglimia yakni dengan NS dan basis

Pada perawatan hidrogel Binahong 5%

hidrogel (duoderm).34

mengalami

signifikansi

2,5%

penyembuhan

dalam

signifikansi

panjang

Hasil analisa tersebut didukung

dengan NS, basis hidrogel (Duoderm) dan

oleh beberapa literatur yang menyatakan

hidrogel

Perawatan

jika hidrogel mengandung CMC dan Ca-

hidrogel Binahong 7,5% hanya mengalami

Alginat yang berperan dalam proinflamasi.

signifikansi lebih panjang dengan NS.

Binahong mengandung senyawa flavonoid

Binahong

lebih

2,5%.

yang berperan dalam aktivasi dan nonPEMBAHASAN

aktivasi

Berdasarkan data yang di dapat, panjang


reepitelisasi pada kelompok NS adalah
yang paling pendek, dengan panjang
0,7337 mm, atau luka masih sepenuhnya
terbuka.

Hal

ini

terjadi

berhubungan

dengan kandungan dari NS yang lebih


bersifat

pendingin

dan

mengurangi

dehidrasi. Basis hidrogel rata-rata panjang


reepitelisasi adalah 1,41756 mm dan
panjang reepitelisasi lebih panjang apabila
dibandingkan dengan pemberian terapi
NS

(mean:

0,7337

mm).

Hidrogel

inflamasi

anthosianin,
Kandungan

(imunomodulator),

dan
ini

asam

ursolat.

bertindak

sebagai

antioksidan.27,29
Kelebihan dari tanaman binahong
adalah terdapat kandungan antosianin
yang diketahui dapat mempercepat proses
penyembuhan luka. Nizamutdinova et al.,
(2009) melakukan penelitian terhadap
kedelai hitam yang memiliki kandungan
anthosianin

dalam

mempengaruhi

penyembuhan luka. Dalam penelitiannya,


terapi dengan antosianin selama 48 jam

secara signifikan menstimulasi pergerakan

reepitelisasi pada perawatan NS dengan

fibroblast dan keratinosit pada konsentrasi

basis hidrogel (duoderm) tidak berbeda

50 dan 100 g/mL, dan senyawa ini

signifikan, walaupun lebih panjang basis

menginhibisi akumulasi oksigen reaktif

hidrogel (duoderm). Panjang reepitelisasi

(radikal bebas) dan produksi VEGF yang

yang

diinduksi oleh TNF-. Disamping itu,

perawatan menggunakan basis hidrogel

senyawa ini juga mengeblok NF-kB yang

(duoderm), dengan panjang reepitelisasi

juga berperan dalam proses inflamasi

yang

kronik. Percepatan proses inflamasi akan

perawatan NS.

masih

pendek

paling

pendek

adalah

adalah

pada

pada

mempercepat proses remodeling yang


diwujudkan

dalam

percepatan

proses

SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan pada

reepitelisasi luka (penutupan luka).35

penelitian ini adalah diharapkan dapat


KETERBATASAN PENELITIAN
Faktor-faktor

yang

melakukan

penelitian

lebih

lanjut

menjadi

mengenai hubungan hidrogel binahong

keterbatasan penelitian ini adalah hasil

yang dilihat dari ekspersi TGF , TNF ,

makro yang tidak terlihat secara jelas

ketebalan

apakah ada perbedaan reepitelisasi yang

kolagen untuk memperkuat penelitian ini.

granulassi,

dan

ketebalan

signifikan antar satu kelompok dengan


kelompok yang lain. Hal ini diselesaikan
dengan

pengecatan

histology dengan

hemotoxilin dan eosin. Ada pula beberapa


foto scan jaringan luka yang kurang jelas
sehingga peneliti melakukan foto ulang.
Pada

penelitian

standardisasi

ini

perawatan

belum
luka

ada
kondisi

hiperglikemia dengan hidrogel binahong


sehingga peneliti mengalami masalah
dalam prosesnya.
KESIMPULAN
Terdapat
reepitelisasi

perbedaan

pada

keenam

panjang
kelompok.

Proses reepitelisasi yang paling panjang


adalah pada kelompok perlakuan hidrogel
binahong 5%, yang dilanjutkan dengan
hidrogel

binahong

7,5%.

Panjang

DAFTAR PUSTAKA
1. Abu-irmaeleh, B. E., & F.U, A. (2003).
Herbal Medicine in Jordan with
Spesial emphasis on Commonly Used
Herbal.
Journal
of
Ethnopharmacology, 193-197.
2. Astuti, S. M. (2011). Determination of
Saponin Compound from Anredera
cordifolia
(Ten)
Steenis
Plant
(Binahong) to Potential Treatment for
Several
Diseases.
Journal
of
Agricultural Science, 3.
3. B. A. Lemkes, J. Hermanides, J. H.
Devries, F. Holleman, J. C. M.
Meijers, and J. B. L. Hoekstra,
Hyperglycemia:
a
prothrombotic
factor?. Journal of Thrombosis and
Haemostasis, vol. 8, no. 8, pp. 1663
1669, 2010.
4. Church D, Elsayed S, Reid O,
Winston B, Lindsay R. Burn Wound
Infections.
Clinical
Microbiology
Reviews, 2006, 19 (2) : 403-434
5. Collins, N. 2009. The Facts about
Vitamin C and Wound Healing.
http://www.o-wm.com/content/thefacts-about-vitamin-c-and-wound-

healing. Diakses tanggal: 29 Maret


2013.
6. Cotran RS, et al. Robbins. Patologic
th

Basis of Disease. 6
ed. 77WB
Saunders Company. Tokyo-LondonSydney: 1999; 18-25
7. Dealay, C. 2005. The Care of
Wounds: A Guide for Nurses. Victoria:
Blackwell Publishing
8. Dina Dewi SLI, dkk. Pengaruh
Frekuensi Perawatan Luka Bakar
Derajat Ii Dengan Madunectar Flora
Terhadap Lama Penyembuhan Luka.
(online).
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ke
perawatan/article/viewFile/628/648_u
mm_scientific_journal.pdf. Diakses 31
Maret 2013.
9. Faler, B.J., Macsata, R.A., &
Plummer, D. (2006). Focus on basic
science: Transforming growth factor-
and wound healing. Sage Publication.
Diakses tanggal: 29 Maret 2013.
http://pvs.sagepub.com
10. Ferri, M. (2009). Binahong (Anredera
cordifolia) Sebagai Obat. Bulletin
Warta Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri, 15.
11. Goepel JR. RespoNS 0,9%s to
Celluler Injury. In : Underwood JCE.
General and Systematic Pathology.
nd
2 ed. Churchill livingstone. NewYorkLondon-Madrid: 1996 ; 117-119
12. Hammond GB, V. A., Marcalo A,, &
Villegas LF, M.-L. G. ( 2006). In Vivo
Wound-Healing Activity of Oleanic
Acid Derived from The Acid Hydrolisis
of Anredera Diffusa. J. Nat. Prod, 69,
978-979.
13. Hidayani, I. (2009). Uji Aktifitas Salep
Ekstrak Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steen) Sebagai
Penyembuh Luka Bakar pada Kulit
Punggung
Kelinci.
Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.
14. Igbinovia, E. (2009). Diabetic Foot
Ulcer:
Current
Trends
in
Management.
Journal
of
Postgraduate Medicine.
15. Jude, Blakytny, Bulmer, Boulton &
Ferguson.
(2002).
Abstract:
Transforming growrth factor-beta 1, 2,
3 and receptor type I and II in diabetic
foot ulcers. Journal of DM Tipe II UK.

http://www.blackwellsynergy.com/doi/
abs/10.1046-5491.2002.00692.x.
Diakses tanggal 1 April 2013.
16. Khunaifi, M. 2010. Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Daun Binahong
(Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis)
Terhadap Bakteri Staphilococcus
aureus
dan
Pseudomonas
aeruginosa. Skripsi tidak diterbitkan.
http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/fullchapter/03520
025-mufid-khunaifi.ps. Diakses 29
Maret 2013.
17. Miladiyah,et.al,.
2012.
Ethanolic
Extract of Anredera cordifolia (Ten.)
Steeis Leaves Improved Wound
Healing in Guinea Pigs.
18. Milne, C. T., & Landry, J. H. (2003).
Prevention and treatment strategies
for diabetic neuropathic fool ulcers. In
Milne, Corbett & Dubuc (Eds.),
Wound, ostomy, and continence
nursing
secrets
(pp.
178).
Philadelphia: Hanley & Belvus Inc.
19. Misnadiarly. Permasalahan Kaki DM
Tipe
II
dan
Upaya
Penanggulangannya.
2005.
http://horison_kaki
diabetik.htm.
Diakses tanggal 6 April 2013.
20. Nayak S, Nalabothu P, Sandiford S,
et al. 2006. Evaluation of wound
healing
activity
of
Allamanda
cathartica L. and Laurus nobilis L.
extract on rats. BMC Complement Alt
Med 2006;6:12. doi:10.1186/14726882-6-12.
21. Nursalam. (2003). Konsep dan
penerapan metodelogi penelitian ilmu
keperawatan
Jakarta:
Salemba
Medika.
22. Perkeni.
2009.
Pedoman
Penatalaksanaan
Kaki
Diabetik.
Jakarta: PB Perkeni
23. Potter PA and Perry AG. 1997.
Fundamental of Nursing : CoNS
0,9%pts, Process and Practice, 4th
edition. Patricia A Potter. 1997. Buku
Ajar
Fundamental
Keperawatan.
KoNS 0,9%p, Proses dan Praktik
edisi 4. Renata Komalasari, Dian
Eviyani, Enie Novitasari, Alfrina Hany,
Sari Kurnianingsih (penerjemah).
2006. Jakarta : EGC
24. Putri RF, Tasminatun S. 2010.
Chitosan Oinment Effect On Chemical

Wound Healing Through Histology


Appearance In White Rats (Rattus
Norvegicus).
(online).
http://publikasi.umy.ac.id/index.php/pe
nddokter/article/download/3974/3305.
Diakses 4 April 2013.
25. Sangat, H. M., Zuhud, & Damayanti,
E. K. (Eds.).2000. The Dictionary of
Indonesia Herbal Medicine and
Disease. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
26. Sanif
R.
Sinopsis
Onkologi
Ginekologi. Sub bagian Onkologi
Ginekologi Bagian Obstetri dan
Ginekologi FKUI/RSUPN dr. Cipto
Mangun kusumo. Jakarta. 2001 ; 4563
27. Sivajothi V, Dey A, Jayakar B,
Rajkaapor
B.
Antihyperglicemic
propertoes of PThagia .cannabina in
streptozotocin induced diabetic rats. J
Med Food. 2007;10(2):3615.
28. WHO,
Departmnet
of
Noncommunicable
Disease
Surveillance.
2000.
Definition,
Diagnosis, and Classification of DM
Tipe II Mellitus and Its Complication.
Part 1: Diagnosis and Classification of
DM Tipe II Mellitus. Report of WHO
Consultation.
(online).
http://www.staff.ncl.ac.uk/philip.home/
who_dmg.pdf. Diakses 29 Maret
2013.
29. WHO. 2013. DM Tipe II. (online).
http://who.int/topics/DM
Tipe
II_mellitus/en/. Diakses 29 Maret
2013.
30. Wibowo, EW. Kiat Merawat Kaki DM
Tipe
II.
2004.
http://www.waspada.co.id/cetak/index.
php?article_id=37246.
Diakses
tanggal 6 April 2013
31. Winarsih W, I. Wientarsih, E.
Handharyani, S. Estuningsih, SD.
Widhyari.2009.
Kajian
Aktivitas
Rimpang Kunyit (Curcuma Tonga)
Dalam Proses Persembuhan Luka
Pada
Mencit
Sebagai
Model
Penderita DM Tipe II. Prosiding
Seminar
Hasil-hasil
Penelitian
IPB.(online).http://repository.ipb.ac.id/
bitstream/handle/123456789/45133/K

ajian%20Aktivitas%20Ekstrak.pdf?se
quence=1. Diakses 31 Maret 2013.
32. Winsman, L., Solomonik, I., &
Tennebaum, R. (2001). Novel insigh
into wound healing sequence of
events. Toxical Pathology.
33. Yadav, H., & Kumar, R. (2012).
Wound Healing Activity of Topical
Application of Aloe Vera Gel in
Experimental
Animal
Models
International journal of Pharma and
Bio Science, 3(2).
34. Yuliani, S. H. (2012). Formula sediaan
hidrogel penyembuh luka ekstrak
etanol daun Binahong. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
35. Zuber, M., Rajesh, V., & Anusha, K.
(2013). Wound Healing Activity of
Ethanolic Extract of Allium Sativum on
Alloxan Induced Diabetic Rats Family
(Liliaceae). International Journal of
Science Inventions Today, 2, 40-57.

Telah disetujui oleh,


Pembimbing I

Titin Andri W, S.Kp, M. Kes


NIP. 1977022 620031 22001

You might also like