Professional Documents
Culture Documents
* 1 Litre = 1000 cc
* 1 OZ = 30 cc
* 16 OZ = 480 cc = 1 Pint
* 1 Pint = 480 cc
* 1 Quart = 960 cc = 2 Pints
* 1 Gallon = 3840 cc = 4 Quarts = 8 Pints
* 2.2 lbs = 1 kg
* 1 Teaspoonful = 5 cc
* 1 Tablespoonful = 15 cc
* 1 Teacupful = 120 cc
* 1 Wineglassful = 60 cc
* 1 Tumblerful = 240 cc
Youngs Rule = Child dose = Age in year
Age + 12
* Drillings rule = Child dose = Age in year x adult dose
12
* Frieds rule = Child dose = Age in month x adult dose
150
Aminofilin Supp.
maks 3 supp.
Asam Mefenamat
Asetilsistein
maks 20 tab
sirup 1 botol
maks 20 dus
Astemizole
Betametason
maks 1 tube
Bisakodil Supp.
maks 3 supp.
Bromhexin
Desoksimetason
maks 20 tab
sirup 1 botol
maks 1 tube
Dexchlorpheniramine maleat
Difluocortolon
maks 1 tube
Dimethinden maleat
Ekonazol
maks 1 tube
Eritromisin
maks 1 botol
Framisetna SO4
maks 2 lembar
Fluokortolon
maks 1 tube
Fopredniliden
maks 1 tube
Gentamisin SO4
maks 1 tube
Glafenin
maks 20 tab
Heksakklorofene
maks 1 botol
Hexetidine
maks 1 botol
Hidrokortison
maks 1 tube
Hidroquinon
maks 1 tube
maks 1 tube
Homochlorcyclizin HCl
maks 20 tab
Karbosistein
sirup 1 botol
maks 10 tab
Ketotifen
sirup 1 botol
Kloramfenikol
maks 1 tube
Lidokain HCl
maks 1 tube
Linestrenol
1 siklus
maks 6 tab
Mebendazol
sirup 1 botol
Mebhidrolin
maks 20 tab
Metampiron
maks 20 tab
sirup 1 botol
Bacitracin
1 tube
Benorilate
10 tablet
Bismuth subcitrate
10 tablet
Carbinoxamin
10 tablet
Clindamicin
1 tube
Dexametason
1 tube
Dexpanthenol
1 tube
Diclofenac
1 tube
Diponium
10 tablet
Fenoterol
1 tabung
Flumetason
1 tube
Hydrocortison butyrat
1 tube
Ibuprofen
Isoconazol
1 tube
kadar <2%
Ketokonazole
krim 1 tube
scalp sol. 1 btl
Levamizole
Methylprednisolon
1 tube
Niclosamide
Noretisteron
1 siklus
Omeprazole
7 tab
Oxiconazole
kadar<2%,>
Pipazetate
sirup 1 botol
Piratiasin Kloroteofilin
10 tablet
Pirenzepine
20 tablet
Piroxicam
1 tube
Polymixin B Sulfate
1 tube
Prednisolon
1 tube
Scopolamin
10 tablet
Silver Sulfadiazin
1 tube
Sucralfate
20 tablet
Sulfasalazine
20 tablet
Tioconazole
1 tube
Urea
1 tube
Alopurinol
Aminofilin supositoria
maks 3 supositoria
Asam Azeleat
maks 1 tube 5g
Asam Fusidat
maks 1 tube 5g
Bromheksin
maks 20 tab
sirup 1 botol
Diazepam
maks 20 tab
Diklofenak natrium
Famotidin
Gentamisin
Glafenin
maks 20 tab
Heksetidin
maks 1 botol
Klemastin
Maks 10 tab
Mebendazol
maks 6 tab
sirup 1 botol
Metampiron + Klordiazepoksid
maks 20 tab
Mequitazin
Motretinida
maks 1 tube 5g
Orsiprenalin
Piroksikam
Prometazin teoklat
Ranitidin
Satirizin
maks 10 tab
Siproheptadin
maks 10 tab
Toisiklat
maks 1 tube 5g
Tolnaftat
maks 1 tube
Tretinoin
maks 1 tube 5g
Sebelum apotek didirikan, terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Surat Keterangan Izin Tempat Usaha/HO (Hinder Ordonantie) dari Biro Perekonomian di
Pemerintah Daerah Kabupaten harus dimiliki terlebih dahulu, kemudian diperoleh SIUP
(Surat Izin Usaha Perdagangan) dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian, setelah itu
dapat diperoleh NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) yang diajukan pemilik sarana ke kantor
pajak dan SIA untuk apotek dan apoteker.
2. Persyaratan fisik: bangunan (termasuk IMB dan status tanah), etalase dan furniture, alat
meracik obat dan buku-buku standar. Secara teknis, lantai, ventilasi, serta sanitasi harus
memenuhi persyaratan higienis dan penerangan yang cukup. Bangunan setidaknya terdiri dari
ruang tunggu, ruang peracikan, gudang dan tempat pencucian.
3. Perbekalan farmasi terutama obat, sekurang-kurangnya 75% dari Obat Generik sesuai dengan
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) untuk rumah sakit tipe C.
4. Perlengkapan
Perlengkapan yang tersedia di apotek antara lain:
a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan:
1) Timbangan miligam dan gram dengan anak timbangan yang sudah ditara minimal 1 set.
2) Timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah ditara minimal 1 set.
3) Perlengkapan lain sesuai kebutuhan.
b. Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan kesehatan:
1) Lemari dan rak penyimpanan obat, jumlah sesuai kebutuhan.
2) Lemari pendingin minimal 1 buah
3) Lemari untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika jumlah sesuai kebutuhan.
c. Wadah pengemas dan pembungkus :
1) Etiket
2) Wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat
d. Alat administrasi:
1) Blanko pesanan obat, narkotika dan psikotropika
2) Blanko kartu stok obat
3) Blanko salinan resep, faktur, nota penjualan, dan kuitansi
4) Buku pembelian, penerimaan, penjualan, pengiriman obat
5) Buku pencatatan obat narkotika dan psikotropika
6) Buku pesanan obat narkotika dan psikotropika
7) Formulir laporan obat narkotika dan psikotropika
e. Buku-buku standar yang diwajibkan, Farmakope Indonesia edisi terbaru 1 buah, serta buku
lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal POM.
f. Kumpulan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan pada Apotek
5. Setiap Apotek harus memasang papan nama pada bagian muka apotek, dengan ukuran
minimal panjang 60 cm dan lebar 40 cm, dengan tulisan hitam di atas dasar putih. Tinggi
huruf minimal 5 cm, dan tebal 5 cm. Papan nama apotek memuat, nama Apotek, nama APA,
nomor surat izin Apotek, alamat dan nomor Apotek.
6. Perbekalan Apotek
Perbekalan Apotek meliputi obat, bahan obat, kosmetika dan alat kesehatan. Obat sekurangkurangnya (75%) terdiri dari obat generik sesuai dengan Daftar Obat Essensial Nasional
(DOEN)Rumah Sakit tipe C.
7. Kelengkapan bangunan dan teknis Apotek lainnya:
a. Sumber air harus memenuhi persyaratan kesehatan.
b. Penerangan harus cukup terang sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi
apotek.
c. Alat pemadam kebakaran, harus berfungsi dengan baik sekurang-kurangnya dua buah.
d. Ventilasi yang baik.
e. Sanitasi harus baik (Anonim, 2002).
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1332 tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Ijin Apotek pasal 4 (2) bahwa wewenang pemberian izin apotek dilimpahkan oleh
Menteri kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan pada pasal 7 proses
pemberian izin apotek sebagai berikut :
1. Permohonan Ijin Apotek diajukan apoteker kepada Kepala Dinas Kesehatan (DinKes)
Kabupaten/Kota setempat (Form Apt-1).
2. Kepala Dinkes Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah menerima
permohonan (Form Apt-1) dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk
melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan (Form
Apt-2).
3. Tim Dinkes Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah
permintaan bantuan teknis dari Kepala DinKes Kabupaten/Kota melaporkan hasil
pemeriksaan kepada DinKes Kabupaten/Kota (Form Apt-3).
4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam nomor 2 dan 3 tidak dilaksanakan,
apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala
DinKes Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi (Form
Apt-4).
5. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud nomor 3, atau pernyataan yang dimaksud nomor 4, Kepala DinKes
Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Ijin Apotek (Form Apt-5).
6. Dalam hal hasil pemeriksaan tim Dinkes Kabuapaten/Kota atau Kepala Balai POM yang
dimaksud nomor 3 masih belum memenuhi persyaratan, Kepala DinKes Kabupaten/Kota
setempat dalam waktu 12 hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan (Form Apt-6).
7. Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud nomor 6, apoteker diberi kesempatan untuk
melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1
bulan sejak tanggal penundaan (Anonim, 2002).
Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/Menkes/Per/X/1993 pasal 8 yang
tidak mengalami perubahan, dijelaskan :
1. Dalam hal apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib
didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dengan pemilik sarana.
2. Pemilik sarana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat
dalam pelanggran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan
dalam pernyataan yang bersangkutan.
dengan
Kepmenkes
RI
No.
Kelarutan
kurang Dari 1
Mudah larut
1 - 10
Larut
10 - 30
30-100
Sukar Larut
100-1.000
1.000-10.000
Loperamid dan difenoksilat termasuk ke dalam golongan obat-obatan antimotilitas. Obatobatan ini bekerja pada reseptor sistem saraf usur untuk menghambat pelepasan
asetilkolin dan menurunkan peristaltik. Masa kerja loperamid panjang sehingga dapat
diminum dua kali sehari. Efek sampingnya rasa mengantuk, kejang perut dan pusing.
2.
3.
4.
golongan pengubah transpor cairan dan elektrolit lainnya berupa penurunan sekresi cairan
di dalam usus. Contoh obatnya bismut subsalisilat. Biasanya digunakan untuk traveler's
diarrhea.
Merangsang dinding usus kecil misalnya oleum ricini /minyak jarak (sudah
tidak dipakai) dan kalomel
2. Zat-zat yang dapat memperbesar isi usus
Obat yang bekerja dengan jalan menahan cairan dalam usus secara osmosis
(pencahar osmotik), contohnya magnesium sulfat (garam Inggris) , natrium fosfat.
Enema fosfat bermanfaat dalam membersihkan usus sebelum prosedur radiologi,
endoskopi dan bedah. Natrium sulfat harus dihindari karena pada individu yang
rentan dapat menyebabkan retensi air dan natrium
Serat juga dapat digunakan karena tidak dapat dicernakan, seperti buahbuahan dan sayuran.
3. Zat pelicin atau pelunak tinja
Zat ini dapat mempermudah defikasi karena memperlunak tinja dan memperlicin
jalannya defekasi. Contohnya paraffin cair, suppositoria dengan gliserin, klisma
dengan larutan sabun dll.
Golongan thiazid yang bekerja pada tubulus distal dengan kerja meningkatkan ekskresi
Na+ dan Cl-. Contoh: HCT dan indapamid
Golongan diuretik kuat yang bekerja di ansa henle bagian assendens dengan kerja
menghambat kotranspor Na+, K+, Cl-, dan menghambat resorpsi air dan elektrolit. Contoh:
furosemid, torasemid, asam etakrinat dan bumetamid.
Alfa blockers
Mekanisme kerja: memblok reseptor alfa adrenergik yang ada pada oto polos
pembuluh. Dibedakan menjadi
-
Beta blockers
Mekanisme kerja: menempati reseptor beta adrenergik. Blokade reseptor ini menyebabkan
penurunan aktifitas adrenalin dan noradrenalin. Contoh: atenolol, metoprolol, labetolol dll.
Agonis alfa 2
Mekanisme kerja: menstimulasi reseptor alfa 2 yang berdaya vasodilatasi. Contoh: klonidin
Antagonis kalsium
Mekanisme kerja : menghambat pemasukan ion Ca ke dalam sel sehingga penyaluran impuls
dan kontraksi dinding pembuluh. Contoh : nifedipin, nikardipin, verapamil, dll.