You are on page 1of 15

1 Grain = 65 milligrams

* 1 Litre = 1000 cc
* 1 OZ = 30 cc
* 16 OZ = 480 cc = 1 Pint
* 1 Pint = 480 cc
* 1 Quart = 960 cc = 2 Pints
* 1 Gallon = 3840 cc = 4 Quarts = 8 Pints
* 2.2 lbs = 1 kg
* 1 Teaspoonful = 5 cc
* 1 Tablespoonful = 15 cc
* 1 Teacupful = 120 cc
* 1 Wineglassful = 60 cc
* 1 Tumblerful = 240 cc
Youngs Rule = Child dose = Age in year
Age + 12
* Drillings rule = Child dose = Age in year x adult dose
12
* Frieds rule = Child dose = Age in month x adult dose
150

* Clarks rule = Child dose = Weight in lb x adult dose


150
* Child dose = Body surface area of child x adult dose
Body surface area of adult
* Child dose = Body surface area of child x adult dose
173 M 2
DAFTAR OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.1
NAMA OBAT

JUMLAH TIAP JENIS OBAT


PER PASIEN

Aminofilin Supp.

maks 3 supp.

Asam Mefenamat
Asetilsistein

maks 20 tab
sirup 1 botol
maks 20 dus

Astemizole
Betametason

maks 1 tube

Bisakodil Supp.

maks 3 supp.

Bromhexin
Desoksimetason

maks 20 tab
sirup 1 botol
maks 1 tube

Dexchlorpheniramine maleat
Difluocortolon

maks 1 tube

Dimethinden maleat
Ekonazol

maks 1 tube

Eritromisin

maks 1 botol

Framisetna SO4

maks 2 lembar

Fluokortolon

maks 1 tube

Fopredniliden

maks 1 tube

Gentamisin SO4

maks 1 tube

Glafenin

maks 20 tab

Heksakklorofene

maks 1 botol

Hexetidine

maks 1 botol

Hidrokortison

maks 1 tube

Hidroquinon

maks 1 tube

Hidroquinon dgn PABA

maks 1 tube

Homochlorcyclizin HCl
maks 20 tab

Karbosistein

sirup 1 botol
maks 10 tab

Ketotifen

sirup 1 botol

Kloramfenikol

maks 1 tube

Lidokain HCl

maks 1 tube

Linestrenol

1 siklus
maks 6 tab

Mebendazol

sirup 1 botol

Mebhidrolin

maks 20 tab

Metampiron

maks 20 tab
sirup 1 botol

DAFTAR OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.2


NAMA OBAT
Albendazol

JUMLAH TIAP JENIS OBAT


PER PASIEN
tab 200mg, 6 tab
tab 400mg, 3 tab

Bacitracin

1 tube

Benorilate

10 tablet

Bismuth subcitrate

10 tablet

Carbinoxamin

10 tablet

Clindamicin

1 tube

Dexametason

1 tube

Dexpanthenol

1 tube

Diclofenac

1 tube

Diponium

10 tablet

Fenoterol

1 tabung

Flumetason

1 tube

Hydrocortison butyrat

1 tube

Ibuprofen

tab 400 mg, 10 tab


tab 600 mg, 10 tab

Isoconazol

1 tube
kadar <2%

Ketokonazole

krim 1 tube
scalp sol. 1 btl

Levamizole

tab 50 mg, 3 tab

Methylprednisolon

1 tube

Niclosamide

tab 500mg, 4 tab

Noretisteron

1 siklus

Omeprazole

7 tab

Oxiconazole

kadar<2%,>

Pipazetate

sirup 1 botol

Piratiasin Kloroteofilin

10 tablet

Pirenzepine

20 tablet

Piroxicam

1 tube

Polymixin B Sulfate

1 tube

Prednisolon

1 tube

Scopolamin

10 tablet

Silver Sulfadiazin

1 tube

Sucralfate

20 tablet

Sulfasalazine

20 tablet

Tioconazole

1 tube

Urea

1 tube

DAFTAR OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.3


NAMA OBAT

JUMLAH TIAP JENIS OBAT


PER PASIEN

Alopurinol

maks 10 tab 100mg

Aminofilin supositoria

maks 3 supositoria

Asam Azeleat

maks 1 tube 5g

Asam Fusidat

maks 1 tube 5g

Bromheksin

maks 20 tab
sirup 1 botol

Diazepam

maks 20 tab

Diklofenak natrium

maks 10 tab 25mg

Famotidin

maks 10 tab 20mg/40mg

Gentamisin

maks 1 tube 5 gr atau botol 5 ml

Glafenin

maks 20 tab

Heksetidin

maks 1 botol

Klemastin

Maks 10 tab

Kloramfenikol (Obat Mata)

maks 1 tube 5 gr atau botol 5ml

Kloramfenikol (Obat Telinga)

maks 1 botol 5ml

Mebendazol

maks 6 tab
sirup 1 botol

Metampiron + Klordiazepoksid

maks 20 tab

Mequitazin

maks 10 tab atau botol 60ml

Motretinida

maks 1 tube 5g

Orsiprenalin

maks 1 tube inhaler

Piroksikam

maks 10 tab 10mg

Prometazin teoklat

maks 10 tab atau botol 60ml

Ranitidin

maks 10 tab 150mg

Satirizin

maks 10 tab

Siproheptadin

maks 10 tab

Toisiklat

maks 1 tube 5g

Tolnaftat

maks 1 tube

Tretinoin

maks 1 tube 5g

Sebelum apotek didirikan, terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Surat Keterangan Izin Tempat Usaha/HO (Hinder Ordonantie) dari Biro Perekonomian di
Pemerintah Daerah Kabupaten harus dimiliki terlebih dahulu, kemudian diperoleh SIUP
(Surat Izin Usaha Perdagangan) dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian, setelah itu
dapat diperoleh NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) yang diajukan pemilik sarana ke kantor
pajak dan SIA untuk apotek dan apoteker.
2. Persyaratan fisik: bangunan (termasuk IMB dan status tanah), etalase dan furniture, alat
meracik obat dan buku-buku standar. Secara teknis, lantai, ventilasi, serta sanitasi harus

memenuhi persyaratan higienis dan penerangan yang cukup. Bangunan setidaknya terdiri dari
ruang tunggu, ruang peracikan, gudang dan tempat pencucian.
3. Perbekalan farmasi terutama obat, sekurang-kurangnya 75% dari Obat Generik sesuai dengan
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) untuk rumah sakit tipe C.
4. Perlengkapan
Perlengkapan yang tersedia di apotek antara lain:
a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan:
1) Timbangan miligam dan gram dengan anak timbangan yang sudah ditara minimal 1 set.
2) Timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah ditara minimal 1 set.
3) Perlengkapan lain sesuai kebutuhan.
b. Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan kesehatan:
1) Lemari dan rak penyimpanan obat, jumlah sesuai kebutuhan.
2) Lemari pendingin minimal 1 buah
3) Lemari untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika jumlah sesuai kebutuhan.
c. Wadah pengemas dan pembungkus :
1) Etiket
2) Wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat
d. Alat administrasi:
1) Blanko pesanan obat, narkotika dan psikotropika
2) Blanko kartu stok obat
3) Blanko salinan resep, faktur, nota penjualan, dan kuitansi
4) Buku pembelian, penerimaan, penjualan, pengiriman obat
5) Buku pencatatan obat narkotika dan psikotropika
6) Buku pesanan obat narkotika dan psikotropika
7) Formulir laporan obat narkotika dan psikotropika
e. Buku-buku standar yang diwajibkan, Farmakope Indonesia edisi terbaru 1 buah, serta buku
lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal POM.
f. Kumpulan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan pada Apotek
5. Setiap Apotek harus memasang papan nama pada bagian muka apotek, dengan ukuran
minimal panjang 60 cm dan lebar 40 cm, dengan tulisan hitam di atas dasar putih. Tinggi
huruf minimal 5 cm, dan tebal 5 cm. Papan nama apotek memuat, nama Apotek, nama APA,
nomor surat izin Apotek, alamat dan nomor Apotek.
6. Perbekalan Apotek
Perbekalan Apotek meliputi obat, bahan obat, kosmetika dan alat kesehatan. Obat sekurangkurangnya (75%) terdiri dari obat generik sesuai dengan Daftar Obat Essensial Nasional
(DOEN)Rumah Sakit tipe C.
7. Kelengkapan bangunan dan teknis Apotek lainnya:
a. Sumber air harus memenuhi persyaratan kesehatan.

b. Penerangan harus cukup terang sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi
apotek.
c. Alat pemadam kebakaran, harus berfungsi dengan baik sekurang-kurangnya dua buah.
d. Ventilasi yang baik.
e. Sanitasi harus baik (Anonim, 2002).
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1332 tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Ijin Apotek pasal 4 (2) bahwa wewenang pemberian izin apotek dilimpahkan oleh
Menteri kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan pada pasal 7 proses
pemberian izin apotek sebagai berikut :
1. Permohonan Ijin Apotek diajukan apoteker kepada Kepala Dinas Kesehatan (DinKes)
Kabupaten/Kota setempat (Form Apt-1).
2. Kepala Dinkes Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah menerima
permohonan (Form Apt-1) dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk
melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan (Form
Apt-2).
3. Tim Dinkes Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah
permintaan bantuan teknis dari Kepala DinKes Kabupaten/Kota melaporkan hasil
pemeriksaan kepada DinKes Kabupaten/Kota (Form Apt-3).
4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam nomor 2 dan 3 tidak dilaksanakan,
apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala
DinKes Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi (Form
Apt-4).
5. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud nomor 3, atau pernyataan yang dimaksud nomor 4, Kepala DinKes
Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Ijin Apotek (Form Apt-5).
6. Dalam hal hasil pemeriksaan tim Dinkes Kabuapaten/Kota atau Kepala Balai POM yang
dimaksud nomor 3 masih belum memenuhi persyaratan, Kepala DinKes Kabupaten/Kota
setempat dalam waktu 12 hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan (Form Apt-6).
7. Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud nomor 6, apoteker diberi kesempatan untuk
melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1
bulan sejak tanggal penundaan (Anonim, 2002).
Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/Menkes/Per/X/1993 pasal 8 yang
tidak mengalami perubahan, dijelaskan :
1. Dalam hal apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib
didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dengan pemilik sarana.
2. Pemilik sarana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat
dalam pelanggran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan
dalam pernyataan yang bersangkutan.

Tata cara pemberian ijin apotek sesuai


1332/MenKes/SK/X/2002 terdapat dalam Gambar 1.

dengan

Kepmenkes

RI

No.

Gambar 1. Alur Pendirian Apotek

Berdasarkan atas Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 32/Menkes/SK/X/2002 pasal


9 terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan dimaksud
pasal 5 dan atau pasal 6, atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua
belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-alasannya
(Anonim, 2002).
Lampiran KepMenKes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 mencantumkan syarat-syarat
administrasi yang harus dilampirkan dalam permohonan izin apotek adalah sebagai berikut :
1. Salinan/fotokopi Surat Izin Kerja Apoteker
2. Salinan/fotokopi KTP.
3. Salinan/fotokopi denah bangunan.
4. Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akta hak milik/ sewa/ kontrak.
5. Daftar asisten apoteker dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal lulus, dan nomor
surat izin kerja.
6. Asli dan salinan/fotokopi daftar terperinci alat perlengkapan apotek.
7. Surat pernyataan dari apoteker pengelola apotek bahwa tidak bekerja tetap pada
perusahaan farmasi dan tidak menjadi apoteker pengelola apotek di apotek lain.
8. Asli dan salinan/fotokopi surat izin atasan bagi pemohon pegawai negeri, anggota ABRI,
dan pegawai instansi pemerintahan lainnya.
9. Akte perjanjian kerjasama apoteker pengelola apotek dengan pemilik sarana apotek.
10.Surat pernyataan pemilik sarana tidak terlibat pelanggaran peraturan perundangan di
bidang apotek.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal


25, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat ijin apotek apabila :
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud pasal 5 Keputusan Menteri
Kesehatan No.1332/MenKes/SK/X/2002.
b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam Pasal 12 Keputusan Menteri Kesehatan
No. 1332/MenKes/SK/X/2002 yang menyatakan :
1) Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang
bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin.
2) Sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan,
harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan
oleh Menteri.
c. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 yang menyatakan apoteker tidak diijinkan untuk
mengganti obat generik yang ditulis di dalam resep dengan obat paten.
d. Apoteker Pengelola Apotek terkena ketentuan dimaksud dalam pasal 19 ayat (5) Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 yang menyatakan apabila Apoteker
Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus
menerus, Surat Ijin Apotek atas nama apoteker bersangkutan dicabut.
e. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 yaitu pelanggaran terhadap Undang-Undang no 22 tahun 1997
tentang Narkotika, Undang-Undang No. 23 tahun 1992 serta ketentuan peraturan perundangundangan lainnya yang terjadi di apotek dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
f. Surat Ijin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut.
g. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang
obat.
h. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan dimaksud dalam pasal 6 Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 (Anonim, 2002).
Jenis tablet
FT : fast melting tablet, dapat ditelan tanpa air
SR : subtain release = time release = tablet lepas lambat

Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)


Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan
terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
Extended release = tab lepas terkendali = Yang pelepasan zat aktifnya
terkendali pada waktu-waktu tertentu.

Kelarutan

Sangat mudah larut

kurang Dari 1

Mudah larut

1 - 10

Larut

10 - 30

Agak sukar larut

30-100

Sukar Larut

100-1.000

Sangat Sukar Larut

1.000-10.000

Praktis Tidak larut

lebih dari 10.000

NINE STAR PHARMACHIST, antara lain :


1. Care-Giver
Seorang Farmasi/apoteker merupakan profesional kesehatan pemberi pelayanan
kefarmasian kepada pasien, berinteraksi secara langsung, meliputi pelayanan
klinik, analitik, tehnik, sesuai dengan peraturan yang berlaku ( PP No 51 Tahun
2009 ), misalnya peracikan obat, memberi konseling, konsultasi, monitoring,
visite, dll.
2. Decision-Maker
Seorang Farmasi/apoteker merupakan seorang yang mampu menetapkan/
menentukan keputusan terkait pekerjaan kefarmasian, misalnya memutuskan
dispensing, penggantian jenis sediaan, penyesuaian dosis, yang bertujuan agar
pengobatan lebih aman, efektif dan rasional.
3. Communicator
Seorang Farmasi/apoteker harus mempunyai keterampilan berkomunikasi yang
baik, sehingga pelayanan kefarmasian dan interaksi antar tenaga kesehatan
berjalan dengan baik, misalnya konseling dan konsultasi obat kepada pasien,
melakukan visite ke bangsal/ruang perawatan pasien.
4. Manager
Seorang Farmasi/apoteker merupakan seorang pengelola dalam berbagai aspek
kefarmasian, sehingga kemampuan ini harus ditunjang kemampuan manajemen
yang baik, contoh pengelola obat (seperti Pedagang Besar Farmasi/PBF),
seorang manager Quality Control (QC), Quality Assurance (QA), Manajer
Produksi, dan lain lain.
5. Leader

Seorang Farmasi/apoteker harus mampu menjadi pemimpin dalam memastikan


terapi berjalan dengan aman, efektif dan rasional, misalnya sebagai direktur
industri farmasi (GM), direktur marketing, dan sebagainya.
6. Life-Long Learner
Seorang Farmasi/apoteker harus memiliki semangat belajar sepanjang waktu,
karena informasi/ilmu kesehatan terutama farmasi (obat, penyakit dan terapi)
berkembang dengan pesat, sehingga kita perlu meng-update pengetahuan dan
kemampuan.
7. Teacher
Seorang Farmasi/apoteker dituntut juga dalam mendidik generasi selanjutnya,
baik secara real menjadi guru maupun dosen, ataupun sebagai seorang farmasi
yang mendidik dan menyampaikan informasi kepada masyarakat dan tenaga
kesehatan lainnya yang membutuhkan informasi.
8. Research
Seorang Farmasi/apoteker merupakan seorang peneliti terutama dalam
penemuan dan pengembangan obat-obatan yang lebih baik, disamping itu
farmasi juga bisa meneliti aspek lainnya misal data konsumsi obat, kerasionalan
obat, pengembangan formula, penemuan sediaan baru (obat, alat kesehatan,
dan kosmetik).
9. Entrepreneur
Seorang Farmasi/apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam
mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat,
misalnya dengan mendirikan perusahaan obat, kosmetik, makanan, minuman,
alat kesehatan, dan sebagainya, baik skala kecil maupun skala besar.

Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet


Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet
secara umum, seperti :
Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah
tablet dari badan tablet
Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
Chipping : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong
Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atastengah
Picking : perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada
permukaan punch

Sticking : keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada


adhesi)
Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet
tidak merata

Golongan obat antidiare


1.

Loperamid dan difenoksilat termasuk ke dalam golongan obat-obatan antimotilitas. Obatobatan ini bekerja pada reseptor sistem saraf usur untuk menghambat pelepasan
asetilkolin dan menurunkan peristaltik. Masa kerja loperamid panjang sehingga dapat
diminum dua kali sehari. Efek sampingnya rasa mengantuk, kejang perut dan pusing.

2.

3.

Golongan adsorben bekerja dengan mengadsorbsi toksin (racun) ataupun


mikroorganisme dalam usus dan melapisi mukosa usus. Golongan ini lebih aman
dibandingkan obat antimotilitas sehingga cocok diberikan pada serangan diare
akut. Selain kaolin dan pektin, ada juga obat metilselulosa, atapulgit yang
diaktifkan dan magnesium alumunium silikat.
Yang termasuk golongan obat-obatan pengubah transport cairan dan elektrolit
yaitu indometasin. Indometasin merupakan obat antiinflamasi non-steroid yang
efektif mengendalikan diare dengan cara penghambatan sintesis prostaglandin

4.

golongan pengubah transpor cairan dan elektrolit lainnya berupa penurunan sekresi cairan
di dalam usus. Contoh obatnya bismut subsalisilat. Biasanya digunakan untuk traveler's
diarrhea.

Golongan obat laksatif


1. Zat-zat perangsang dinding usus

Merangsang dinding usus besar misalnya glikosida antrakinon (rhei, sennae,


aloe, bisakodil, dantron)

Merangsang dinding usus kecil misalnya oleum ricini /minyak jarak (sudah
tidak dipakai) dan kalomel
2. Zat-zat yang dapat memperbesar isi usus
Obat yang bekerja dengan jalan menahan cairan dalam usus secara osmosis
(pencahar osmotik), contohnya magnesium sulfat (garam Inggris) , natrium fosfat.
Enema fosfat bermanfaat dalam membersihkan usus sebelum prosedur radiologi,
endoskopi dan bedah. Natrium sulfat harus dihindari karena pada individu yang
rentan dapat menyebabkan retensi air dan natrium

Obat yang dapat mengembang dalam usus, misalnya agar-agar, carboksil


metil cellulose (CMC) dan tylose.

Serat juga dapat digunakan karena tidak dapat dicernakan, seperti buahbuahan dan sayuran.
3. Zat pelicin atau pelunak tinja
Zat ini dapat mempermudah defikasi karena memperlunak tinja dan memperlicin
jalannya defekasi. Contohnya paraffin cair, suppositoria dengan gliserin, klisma
dengan larutan sabun dll.

golongan obat hipertensi

Obat-obat hipertensi dapat dibagi menjadi 7, yaitu antara lain.


Diuretik
Mekanisme kerja: menghambat absorbsi garam dan air sehingga volume darah dapat
menurun akibatnya tekanan darah ikut turun.
Diuretik ini dibagi menjadi 3 tebagi menjadi 3 yaitu:
-

Golongan thiazid yang bekerja pada tubulus distal dengan kerja meningkatkan ekskresi
Na+ dan Cl-. Contoh: HCT dan indapamid

Golongan diuretik kuat yang bekerja di ansa henle bagian assendens dengan kerja
menghambat kotranspor Na+, K+, Cl-, dan menghambat resorpsi air dan elektrolit. Contoh:
furosemid, torasemid, asam etakrinat dan bumetamid.

Golongan diuretik hemat kalium, contohnya : triamteren, amilorid, dan spironolakton.

Alfa blockers
Mekanisme kerja: memblok reseptor alfa adrenergik yang ada pada oto polos
pembuluh. Dibedakan menjadi
-

Alfa blockers nonselektif, contoh : fentolamin

Alfa 1 blockers selektif, contoh : prazosin, terazosin. Doksazosin dll.

Beta blockers
Mekanisme kerja: menempati reseptor beta adrenergik. Blokade reseptor ini menyebabkan
penurunan aktifitas adrenalin dan noradrenalin. Contoh: atenolol, metoprolol, labetolol dll.
Agonis alfa 2
Mekanisme kerja: menstimulasi reseptor alfa 2 yang berdaya vasodilatasi. Contoh: klonidin
Antagonis kalsium
Mekanisme kerja : menghambat pemasukan ion Ca ke dalam sel sehingga penyaluran impuls
dan kontraksi dinding pembuluh. Contoh : nifedipin, nikardipin, verapamil, dll.

Panghambat RAS (Renin Angiotensin Sysem)

Mekanisme kerja : mencegah pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II yang berdaya


vasokonstriksi kuat. Selain itu menghambat pembentukan aldosteron yang bersifat retensi
garam dan air. Contoh : kaptopril, losartan, benazepril, dll.
Vasodilator
Mekanisme kerja : berkhasiat vasodilatasi langsung terhadap pembuluh darah sehingga
tekanan darah turun. Contoh : hidralazin dan monoksidi

You might also like