You are on page 1of 18

PEDOMAN KERJA KOMITE FARMASI DAN TERAPI

RSUD KABUPATEN MELAWI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MELAWI

JL. KELAKIK Km. 4 Nanga Pinoh


Email : rsud_melawi@yahoo.co.id
Kode Pos : 78672
TAHUN 2022
PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
MELAWI
Jalan Kelakik Km. 4 Nanga Pinoh E-mail : rsud_melawi@yahoo.co.id Telp. (0568)
2020123
NANGA PINOH-MELAWI Kode pos 78672
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MELAWI
NOMOR 29.a Tahun 2021

TENTANG

PEDOMAN KERJA KOMITE FARMASI DAN TERAPI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MELAWI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MELAWI

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan


kesehatan perlu menjamin aksesibilitas obat yang
aman, berkhasiat, dan bermutu;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Direktur tentang Pedoman Kerja Komite Farmasi dan
Terapi

Mengingat : 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun


2009 tentang Rumah Sakit;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen
Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
1087/MENKES/SK/VIII/2010 Tentang Standar
Kesehatan dan keselamatan Kerja di Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN MELAWI TENTANG PEDOMAN KERJA
KOMITE FARMASI DAN TERAPI (KFT).
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
(1) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
(2) Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian.
(3) Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
(4) Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau
dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper
maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang
berlaku.
(5) Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat
tradisional dan kosmetika.
(6) Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk
produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
(7) Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin
dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia,
dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
(8) Bahan Medis Habis Pakai adalah alat Kesehatan
yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single
use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan
perundang- undangan.
9. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional
yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit.
10. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker.
11. Apoteker harus terdaftar di Kementerian Kesehatan
dan telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker
(STRA), memiliki sertifikat kompetensi apoteker dan
memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA).
12. Apoteker melakukan supervisi sesuai dengan
penugasannya.
13. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang
membantu apoteker dalam menjalani Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, dan Analis Farmasi.

BAB II

PEMBENTUKAN KOMITE FARMASI DAN TERAPI ( KFT)

Pasal 2
(1) KFT dibentuk agar hubungan antara Instalasi
Farmasi Rumah Sakit dengan semua tenaga
profesional kesehatan di Rumah sakit Umum Daerah
Kabupaten Melawi dapat terpelihara.
(2) Segala yang berhubungan dengan rapat KFT diatur
oleh sekretaris KFT termasuk persiapan dan hasil
rapat.
(3) KFT membina hubungan kerja dengan Komite/Tim
lain di RS yang berhubungan dengan penggunaan
obat.
(4) Rapat KFT dilakukan rutin dua bulan sekali secara
insidentil.

BAB III
KINERJA KOMITE FARMASI DAN TERAPI
(KFT)

Pasal 3
(1) KFT wajib mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk baru yang diusulkan anggota staff
medis.
(2) KFT secara berkala meninjau pengobatan obat di
rumah sakit dengan mengkaji rekam medis.
(3) KFT melakukan pengawasan penggunaan obat dan
pengamananan obat di Rumah Sakit.

Pasal 4
(1) KFT bersama Instalasi Farmasi melakukan
pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
(2) KFT bersama Instalasi Farmasi melakukan
managemen resiko pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai (identifikasi,
analisa, evaluasi, dan problem solving).
(3) KFT membantu IFRS dalam mengembangkan
tinjaukan terhadap kebijakan dan peraturan
mengenai penggunaaan obat di RS.
BAB IV

PENYUSUNAN FORMULARIUM

Pasal 5
(1) Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat
yang disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT)
yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
(2) KFT merupakan unit kerja dalam memberikan
rekomendasi kepada Direktur Rumah Sakit mengenai
kebijakan penggunaan obat di rumah sakit yang
anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua
spesialisasi yang ada di rumah sakit, apoteker
instalasi farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya
apabila diperlukan.
(3) Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada
Formularium Nasional.
(4) Penyusunan Formularium Rumah Sakit
mempertimbangkan asas keamanan dan cost
effectiveness (efektivitas, efikasi, dan transparansi).

BAB V
REVIEW FORMULARIUM

Pasal 6
(1) KFT melakukan evaluasi Formularium Rumah Sakit
setiap 1 tahun sekali berdasarkan pertimbangan
terapeutik dan ekonomi sehingga dapat memenuhi
kebutuhan pengobatan secara rasional.
(2) KFT menetapkan kriteria pemilihan, penambahan, dan
penghapusan produk Formularium.

BAB VI
PENGAJUAN PRODUK NON-FORMULARIUM

Pasal 7
(1) Pengajuan produk baru untuk Formularium Rumah
Sakit hanya diperbolehkan untuk golongan obat yang
belum tersedia di Rumah Sakit Umum daerah Melawi
dan dibutuhkan pasien.
(2) Pengajuan produk non-formularium RS dengan
mengisi Formulir Pengajuan Obat Baru
Nonformularium yang disepakati oleh DPJP dengan
spesialisasi yang sama.
(3) KFT bersama IFRS serta Tim Kendali Mutu Kendali
Biaya mengevaluasi pengajuan produk non-
formularium RS.
BAB VII
PERESEPAN DOKTER

Pasal 8
(1) Resep klinis di Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten
Melawi. ditulis oleh dokter/dokter gigi yang telah
memiliki SIP dan kewenangan Resep ditulis dengan
jelas dan lengkap sesuai dengan kaidah penulisan
resep.
(2) Peresepan pada pasien BPJS mendapatkan obat
generik sesuai instruksi Dokter dan/ atau tersedia di
Formularium Nasional.
(3) Peresepan pada pasien UMUM/BPJS naik kelas VIP
dan VVIP/asuransi lain mendapatkan obat generik
dan/atau paten sesuai instruksi Dokter.

BAB VIII
MONITORING
OBAT

Pasal 9
(1) Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Pemantauan
Reaksi Obat Tidak Dikehendaki (ROTD), dan
medication error obat baru, dilakukan selama 3 bulan
pertama serta dipantau secara kolaboratif antara
dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.
(2) Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan
Pemantauan Reaksi Obat Tidak Dikehendaki (ROTD)
dilaksanakan secara kolaboratif antara dokter,
perawat, dan tenaga kesehatan lainnya, ditulis di
dalam dokumen rekam medik pasien dan dilaporkan
selambat-lambatnya 1x24 jam dalam bentuk laporan
MESO.
(3) Monitoring tentang kepatuhan terhadap Formularium
termasuk aspek persediaan dan aspek penggunaan
dilakukan oleh Apoteker anggota KFT dan dilaporkan
setiap bullan kepada Ketua KFT.

BAB IX
PENUTUP

Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Kerja Komite
Farmasi dan Terapi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 sampai dengan Pasal 9 tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan direktur ini.
Pasal 11
Peraturan direktur ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Nanga Pinoh


Pada tanggal 5 Oktober 2021
DIREKTUR RSUD MELAWI

dr. GUNADI LINOH


NIP.19710610 200212 1 006
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MELAWI
NOMOR / / TENTANG
PEDOMAN KERJA KOMITE FARMASI DAN TERAPI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komite Farmasi dan Terapi (KFT) di Rumah Sakit merupakan suatu


kelompok penasehat staff medik yang bertugas memberi saran dan
juga bertindak sebagai garis penghubung komunikasi organisasional
antara staff medik dan instalasi farmasi rumah sakit dalam
penggunaan obat di rumah sakit, sehingga diperoleh suatu terapi
obat yang optimal melalui penggunaan obat yang aman dan rasional.
KFT harus dilaksanakan guna untuk melindungi pasien dari obat
yang tidak aman dankejadian efek samping obat dengan
memperhatikan costeffectiveness.

KFT ikut dalam mengembangkan kebijakan dan prosedur antara lain


menyusun dan mengembangkan daftar obat di Formularium Rumah
Sakit, prosedur peresepan obat, review obat berkala, dan proses
pengajuan obat baru. Rapat KFT dilakukan secara rutin setiap 2 bulan
sekali dan secara insidentil.Penyusunan dan revisi Formularium Rumah
Sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi
dari penggunaan obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang
selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang
rasional.Review formularium dilakukan satu tahun sekali.

Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium


Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang
disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT) yang ditetapkan oleh
Direktur Rumah Sakit. Dalam pengorganisasian rumah sakit dibentuk
KFT yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada
Direktur Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di rumah
sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua
spesialisasi yang ada di rumah sakit, apoteker instalasi farmasi, serta
tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. KFT harus dapat membina
hubungan kerja dengan komite lain di dalam rumah sakit yang
berhubungan dengan penggunaan Obat. Pembentukan KFT yang efektif
akan memberi kemudahan dalam pengadaan sistem formularium yang
membawa perhatian pada staf medik pada obat yang terbaik dan
membantu mereka dalam menyeleksi obat terapi yang tepat bagi
pengobatan penderita tertentu.

1.2 Tujuan

Tujuan Umum
Sebagai pedoman kerja Komite Farmasi dan Terapi di RSUD Melawi .

1
Tujuan Khusus
1. engembangkan kebijakan penggunaan obat di Rumah Sakit.
2. Melakukan seleksi obat rumah sakit dengan tepat, aman dan cost
effectiveness.
3. Menetapkan dan mengembangkan standar terapi di Rumah Sakit
4. Mengkoordinir dan memantau penatalaksanaan Monitoring Efek
Samping Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
5. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dengan tepat, aman
dan cost effectiveness.
6. Melakukan review formularium didasarkan pada evaluasi secara
subjektif terhadap efek terapi,.
7. Mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk baru atau dosis
obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.
8. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan
yang termasuk dalam kategori khusus.
9. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan
terhadap kebijakan- kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai
penggunaan obat di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku.
10. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit
dengan mengkaji
medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.
11. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada
staf medis dan perawat.

1.3 Sasaran

Direktur, dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lain di Rumah Sakit


Prima Husada.

2
BAB II
TATA LAKSANA

2.1 Tugas Komite Farmasi dan Terapi

KFT memiliki tugas umum diantaranya sebagai berikut:


1. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di Rumah Sakit.
2. Melakukan seleksi, pengendalian, dan evaluasi sediaan farmasi , alat
kesehatan, atau bahan medis habis pakai yang akan masuk dalam
Formularium Rumah Sakit.
3. Mngembangkan standar terapi.
4. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat.
5. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang
rasional.
6. Mengkoordinir penatalaksanaan Monitoring Efek Samping Obat dan
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki.
7. Mengkoordinir penatalaksanaan Medication Error.
8. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di
Rumah Sakit.

KFT memiliki tugas khusus diantaranya sebagai berikut:


1. Menentukan “Automatic Stop Order” untuk obat
berbahaya Contoh : narkotik, sedatif, hipnotik,
antikoagulan
2. Membuat daftar obat emergensi
3. Membuat program pelaporan ESO

2.2 Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan formularium Rumah Sakit
Umum Daerah Melawi (lihat formularium Rumah Sakit Umum Daerah
Melawi) yang disepakati Dokter dan disusun oleh Komite Farmasi dan
Terapi yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.

Kriteria pemilihan kebutuhan obat dalam formularium rumah sakit :


1. Perbandingan obat generik : original/mee too = 1 : 1.
2. Golongan obat belum tersedia di RSUD MELAWI dan dibutuhkan
pasien..
3. Pengembangan pelayanan yang belum pernah ada sebelumnya.
4. Meninjau penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkaji rekam
medis.
5. Golongan obat belum tersedia di RSUD MELAWI dan dibutuhkan
pasien.
6. Pengembangan pelayanan yang belum pernah ada sebelumnya.
7. Memiliki rasio manfaat-resiko (benefit risk ratio) yang paling
menguntungkan pasien.
8. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailibilitas.
9. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
10. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.
11. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
12. Memiliki rasio manfaat resiko yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak langsung.
13. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence

3
based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan, dengan
harga yang terjangkau.
14. Sedangkan pemilihan alat kesehatan dirumah sakit berdasarkan dari
data pemakaian oleh user, standar ISO, daftar harga alat
kesehatan,serta spesifikasi mutu yang ditetapkan oleh rumah sakit.
2.3 Penambahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Habis pakai

Kriteria Penambahan Obat dalam Formularium Rumah Sakit meliputi :


1. Belum ada dalam Formularium Rumah Sakit.
2. Penggunaan obat di rumah sakit yang disesuaikan dengan rekam
medis.
3. Berdasarkan Evidence Base Medicine.
4. Diusulkan oleh staf medis yang bersangkutan dan disetujui oleh
manajemen dan KFT.
5. Penambahan Obat dalam DORS ditulis oleh dokter yang bersangkutan
dalam Form Permintaan Obat Baru diserahkan pada Komite Farmasi
dan Terapi untuk dikaji dengan acc KFT, kepala IFRS, tim Pengendali
BPJS, dan direktur RSUD MELAWI.

2.4 Penghapusan sediaan farmasi,Alat Kesehatan, dan bahan habis


pakai
kriteria penghapusan obat dalam Formularium Rumah Sakit
meliputi:
1. Mengkaji penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkaji rekam medis.
2. Obat–obat yang jarang digunakan (slow moving) akan dievaluasi.
3. Obat–obat yang tidak digunakan (deathstock) dalam waktu 3 bulan maka
akan diingatkan pada dokter-dokter terkait. Apabila pada bulan
berikutnya tetap tidak digunakan, maka obat tersebut dikeluarkan dari
formularium.
4. Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh Pemerintah / BPOM atau
dari pabrik.

2.5 Alur Pengajuan Obat Baru

Kriteria Dokter yang berhak mengajukan obat baru :


1. Setiap pengajuan obat, dokter hanya mengajukan nama generik, rumah
sakit yang menentukan merk dan nama pabrik.
2. Dokter harus bersedia menggunakan merk yang ditentukan Rumah
Sakit.
3. Setiap pengajuan obat baru harus diajukan oleh SMF bukan DPJP.
4. Staf Medis Fungsional (SMF) yang mengajukan obat bertanggungjawab
utuk menghabiskan stok dan menjamin stok selalu fast moving.
5. Apabila salah 1 DPJP resign, wajib mengkomunikasikan ke DPJP lain
dan bersedia menghabiskan.
6. Apabila obat death moving hingga expired date, maka kerugian akan
dibebankan ke Dokter Spesialis.

Berikut alur pengajuan obat baru :


1. SMF menulis pengajuan obat baru di luar formularium pada Formulir
Permintaan Obat Non Formularium disertai Surat Pernyataan.
2. Dokter menyerahkan formulir kepada apoteker sekretaris KFT.
3. Apoteker sekretaris KFT dan Tim Kendali Mutu Kendali Biaya (KMKB)
melengkapi isi formulir.
4. Sekretaris KFT akan membawa pengajuan obat baru tersebut ke dalam

4
rapat KFT untuk diajukan sebagai adendum formularium.
5. Dalam kondisi mendesak, maka formulir akan diajukan langsung kepada
ketua KFT.
6. KFT akan mengeluarkan hasil pengajuan obat baru (diterima/ditolak) setelah
diadakannya rapat KFT.
7. Rekomendasi KFT akan diajukan kepada Direktur RS untuk persetujuan
pengadaan Obat.
8. Direktur RS memberikan tanggapan pengajuan obat ke SMF.

2.6 Monitoring Efek Samping Obat dan Reaksi Obat tidak dikehendaki

Standar ini bertujuan agar apabila timbul efek samping obat dapat
dilaporkan oleh profesional pemberi asuhan (PPA) kepada tim farmasi
dan terapi yang selanjutnya dilaporkan pada Pusat MESO Nasional.
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan
pemantauan setiap respons tubuh yang tidak dikehendaki terhadap
obat yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Efek samping obat adalah
reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi. (ROTD) (ADR, adverse drug reactions) sebagai respons yang
tidak dapat diperkirakan. yang tidak dikehendaki atau respons yang
berlebihan akibat penggunaan obat sehingga muncul reaksi alergi atau
reaksi idiosinkrasi.

Pelaporan ESO dan ROTD dapat dilakukan oleh petugas yang pertama
kali menemukan adanya ESO dan ROTD (apoteker, perawat, ataupun
tenaga teknis kefarmasian).Alur pelaporan ESO dan ROTD dapat dilihat
di SPO Pelaporan ESO dan ROTD. Laporan ESO dan ROTD dapat
diberikan kepada apoteker penanggungjawab masing-masing ruangan
rawat inap yang selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh Tim MESO dan
ROTD RSUD MELAWI.

Tujuan :
1. Menentukan ESO (Efek Samping Obat) sedini mungkin
terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal
sekali, yang baru saja ditemukan.
3. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan/mempengaruhi timbulnya ESO atau
mempengaruhi angka kejadian hebatnya ESO.
4. Meminimalkan risiko kejadian Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki.
5. Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak
dikehendaki.

Kegiatan :
1. Mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ESO).
2. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko
tinggi mengalami ESO.
3. Menganalisa laporan ESO.
4. Mengisi formulir ESO (lihat di lembar pelaporan ESO).
5. Melaporkan ke Tim MESO dan ROTD.

5
Faktor yang perlu diperhatikan :
1. Kerjasama Komite Farmasi dan Terapi dan ruang rawat.
2. Ketersediaan formulir Monitoring ESO.

6
BAB III
ORGANISASI KOMITE FARMASI DAN TERAPI

3.1 Struktur Organisasi Komite Farmasi dan Terapi

Komite Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit Prima Husada diketuai oleh
dokter dengan sekretaris apoteker.
Berikut merupakan stuktur organisasi Komite Farmasi dan Terapi
RSUD MELAWI :

PENANGGUNG JAWAB
dr. Gunadi Linoh

KETUA
dr. Fanny tangkudung,M.Sc.SPA

SEKRETARIS I
Apt. Patrisia Halla,S.Farm.,

SEKRETARIS II
Apt. Irma Septiani, S.Farm

ANGGOTA

1. dr. Specialis
2. dr. Umum
3. dr. Gigi
4. Apoteker

7
3.2 Uraian Jabatan

No Nama Persyaratan jabatan


jabatan
1 Ketua KFT 1. Pendidikan :
Dokter atau Apoteker
2. Pengetahuan dan Keterampilan :
Memiliki keterampilan dalam memimpin
rapat, mampu menjadi moderator, dan bijak
dalam pengambilan putusan berdasarkan
evidence base.
3. Pengalaman :
Pengalaman di bidang klinis
4. Uraian tugas
- Mengembangkan kebijakan tentang
penggunaan obat di Rumah Sakit.
- Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang
akan masuk dalam Formularium Rumah
Sakit.
- Mengembangkan formularium di Rumah
Sakit dan merevisinya.
- Melakukan tinjauan terhadap
penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji medical record dibandingkan
dengan standar diagnosa dan terapi.
- Mengembangkan standar terapi.
- Mengkoordinir pembuatan Formularium
Rumah Sakitdan Pedoman Penggunaan
Antibiotika.
- Mengidentifikasi permasalahan
dalam penggunaan
obat.
- Melakukan intervensi dalam
meningkatkan penggunaan obat yang
rasional.
- Mengkoordinir penatalaksanaan
Monitoring Efek Samping Obat dan
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki.
- Mengkoordinir penatalaksanaan
medication error.
5. Tanggung Jawab
- Bertanggungjawab kepada Direktur
Rumah Sakit Prima Husada.
- Bertanggungjawab atas
penggunaan obat di
Rumah Sakit.
6. Wewenang :
- Menyetujui pemilihan obat yang
tersedia di RS Prima Husada.
- Memimpin rapat rutin Komite Farmasi
dan Terapi.

8
No Nama jabatan Persyaratan jabatan
2 Sekretaris KFT 1. Pendidikan :
Dokter atau Apoteker
2. Pengetahuan dan Keterampilan :
Memiliki keterampilan dalam
dokumentasi data, menyiapkan segala
sesuatu yang dibutuhkan dalam rapat.
3. Pengalaman :
Pengalaman di bidang klinis
4. Uraian tugas
- Menetapkan jadwal pertemuan dan
pelatihan.
- Mengajukan acara yang akan dibahas
dalam pertemuan.
- Menyiapkan dan memberikan semua
informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan.
- Mencatat semua hasil keputusan
dalam pertemuan dan melaporkan
pada pimpinan rumah sakit.
- Menyebarluaskan keputusan yang
sudah disetujui oleh pimpinan kepada
seluruh pihak yang terkait.
- Melaksanakan keputusan-keputusan
yang sudah disepakati dalam
pertemuan.
- Menunjang pembuatan pedoman
diagnosis dan terapi, pedoman
penggunaan antibiotika dan pedoman
penggunaan obat dalam kelas terapi
lain.
- Membuat formularium rumah sakit
berdasarkan hasil kesepakatan
Komite Farmasi dan Terapi.
- Melaksanakan pengkajian dan
penggunaan obat.
- Melaksanakan umpan balik hasil
pengkajian pengelolaan dan
penggunaan obat pada pihak terkait.
5. Tanggung Jawab
- Bertanggungjawab kepada Ketua
Komite Farmasi dan Terapi.
6. Wewenang :
- Melakukan koordinasi dengan
Ketua Komite Farmasi dan Terapi.
- Melakukan koordinasi dengan
struktural
Rumah Sakit dalam rangka
kegiatan Komite Farmasi dan Terapi.

9
No Nama jabatan Persyaratan jabatan
3 Anggota KFT 1. Pendidikan :
Dokter, Apoteker, Perawat,
Bidan
2. Pengetahuan dan
Keterampilan :
Memiliki wawasan di bidang klinis, aktif
dalam organisasi komite guna
meningkatkan kualitas rumah sakit
dalam hal penggunaan obat.
3. Pengalaman :
Pengalaman di bidang klinis
4. Uraian tugas
- Mengembangkan Kebijakan tentang
penggunaan obat di Rumah Sakit.
- Melakukan seleksi dan evaluasi obat
yang akan masuk dalam formularium
Rumah Sakit.
- Mengidentifikasi permasalahan
dalam penggunaan obat.
- Melakukan intervensi dalam
meningkatkan penggunaan obat yang
rasional.
- Mengkoordinir penatalaksanaan
Monitoring Efek Samping Obat dan
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki.
- Mengkoordinir penatalaksanaan
medication error.
- Menyebarluaskan informasi terkait
kebijakan Penggunaan Obat di Rumah
Sakit.
5. Tanggung Jawab
- Bertanggungjawab kepada
Ketua Komite
Farmasi dan Terapi.
6. Wewenang :
- Melakukan koordinasi dengan
Komite Farmasi Terapi.

10
BAB IV
MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN

4.1 Monitoring
Monitoring dilakukan oleh seluruh anggota KFT.

4.2 Evaluasi
Evaluasi dilakukan oleh KFT minimal setiap 2 bulan sekali.

4.3 Laporan
Membuat laporan tertulis 3 bulan sekali yang diajukan kepada Direktur
RS.

Ditetapkan di Nanga Pinoh


Pada tanggal 2022
DIREKTUR RSUD MELAWI

dr. GUNADI LINOH


NIP.19710610 200212 1 006

11

You might also like