Professional Documents
Culture Documents
Efisiensi Irigasi Pada Petak Tersier Di Daerah Irigasi Lawe Bulan Kabupaten Aceh Tenggara
Efisiensi Irigasi Pada Petak Tersier Di Daerah Irigasi Lawe Bulan Kabupaten Aceh Tenggara
ISSN 2302-0253
pp. 20- 37
18 Pages
Abstract: Irrigation water has an important role in improving food production, especially rice.
However, because of the increasingly limited water availability, it is important to conduct the
procedure of irrigation water distribution more efficiently. Irrigation is an attempt to provide
water for rice farming is done by regular on rice plots. The water distribution will be
expressed efficiently if water flow is supplied optimally through the irrigation in accordance
with the rice plants needs in potential agricultural field. Irrigation efficiency is defined as the
ratio between the supplied water amounts minus a given amount of water loss. Irrigation water
management issues will arise if water deficiency occurs in tertiary unit, this study was
conducted directly in the field using a drum technique for the rice and inflow-outflow
technique in tertiary field unit. The parameters observed in direct measurements of the field
were the irrigation water discharge, evapotranspiration, percolation, and effective rainfall.
Results of this study indicated that the efficiency of irrigation value in rice fields (Ea) was
55.70%. The study results recommended that the irrigation efficiency by Irrigation Planning
Standards need to be accounted for the rice fields, so that the obtained value of irrigation
efficiency was 36.21% and the irrigation efficiency based on the planning was 37.60%. The
irrigation efficiency in tertiary field unit of the rice crops in Lawe Bulan irrigation area was
expected to be a feedback to the goverment in making policy about the irrigation water
distribution systems more efficient in the use of irrigation water for solving the water
deficiency problem in tertiary field unit.
Keywords : Irrigation Efficiency, Tertiary Plot Rice, Drum Technique.
Abstrak : Air irigasi berperan penting dalam peningkatan produksi pangan terutama padi. Namun
dengan ketersedian air yang semakin terbatas, maka penting untuk melaksanakan tata cara pemberian
air irigasi yang lebih efisien. Irigasi adalah suatu usaha memberikan air untuk keperluan pertanian
tanaman padi yang dilakukan dengan cara teratur pada petak-petak sawah. Pemberian air dapat
dinyatakan efisien bila debit air yang disalurkan melalui sarana irigasi seoptimal mungkin sesuai dengan
kebutuhan tanaman padi pada lahan pertanian yang potensial. Efisiensi irigasi didefinisikan sebagai
perbandingan antara jumlah air yang diberikan dikurangi dengan jumlah kehilangan air yang diberikan.
Permasalahan pengelolaan air irigasi akan timbul jika terjadi kekurangan air di petak tersier sawah,
penelitian ini dilakukan secara langsung di lapangan dengan menggunakan tekhnik drum padi dan
teknik inflow - outflow di petak tersier sawah. Parameter-parameter yang diamati dalam pengukuran
langsung di lapangan adalah debit air irigasi, evapotranspirasi, perkolasi, dan curah hujan efektif. Hasil
penelitian ini menunjukan nilai efisiensi irigasi pada petak sawah (Ea) sebesar 55.70%. Hasil penelitian
merekomendasikan efisiensi irigasi berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi perlu diperhitungkan
sampai ke petak sawah, sehingga di peroleh nilai efisiensi irigasi sebesar 36.21% dan efisiensi irigasi
berdasarkan perencanaan menjadi sebesar 37.60%. Efisiensi irigasi pada petak tersier sawah untuk
tanaman padi di Daerah Irigasi Lawe Bulan diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak-pihak
terkait dalam mengambil kebijakan mengenai sistem pemberian air irigasi yang lebih efisien dalam
penggunaan air irigasi sehingga membantu mengatasi masalah kekurangan air pada petak tersier sawah.
Kata Kunci : Efisiensi Irigasi, Petak tersier Sawah, Teknik Drum.
- 20
Latar Belakang
tersier sawah.
Berdasarkan
informasi
dari
masyarakat
wilayah
dataran
geologi
batuan-batuan
dengan
bergelombang.
topografi
Dari
struktur
lainnya
dengan
tingkat
yang
di
kelola
secara
tradisional.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan
Irigasi
perlu
dilakukan
penelitian
pendukung
merupakan
sehingga
sangat
merupakan
maka
kebijakan
strategis
guna
Pemerintah
yang
dapat
diketahui
faktor-faktor
yang
mempertahankan
produksi padi.
melalui
pengukuran
langsung
di
adanya
terhadap
Sistem
pihak-pihak
terkait
informasi
dalam
mengambil
irigasi
dengan
pemancaran
(sprinkle
Berdasarkan
pengelolaannya
dapat
dengan
mengamati
parameter-
(1991)
mengklasifikasikan
sistem
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka ini berisikan teori,
tersier.
penyiapan
lahan,
penggunaan
konsumtif/
merupakan
dan
kegiatan
pengaturan
air
untuk
air
yang
berasal
dari
dari
proses
Keterangan :
NFR
penyediaan,
- 22
= Kebutuhan
air
tanaman,
Keterangan :
LP = Kebutuhan air selama pengolahan/penyiapan
lahan (mm/hari);
permukaan
sehingga
membatasi
tanaman
tidak
pertumbuhan
atau
hasil
tanaman
(mm/hari);
= Perkolasi (mm/hari);
Re
WLR = Penggantian
Air
lapisan
air
(mm/hari).
Kebutuhan
= Perkolasi (mm/hari);
Selama
Pengolahan
e
Lahan
2003).
Kebutuhan air untuk persiapan lahan
termasuk kebutuhan air untuk persemaian
dan kebutuhan air untuk pengolahan tanah
sangat
dipengaruhi
Besarnya
laju
pengolahan
oleh
sifat
kebutuhan
digunakan
tanah.
air
pada
rumus
yang
23 -
Mek
(ek-1)
..............................(2)
M.T
S
Eo + P
Sosrodarsono
dan
Takeda
(1976)
dengan
(intermitten),
Besarnya
hujan
efektif
dapat
cara
pemberian
pemberian
air
air
terputus-putus
terus
menerus
R e = R - S R - E T - P . . . . . . . . . . . . . . . (3)
Keterangan :
Re
= Perkolasi (mm/hari).
Tanaman Padi
Kartasapoetra (1994) tanaman padi
tersier sawah.
dengan persamaan:
Syarat
dalam
membudidayakan
Ea
Vm
Vf (4)
Keterangan :
ea
= efisiensi penggunaan air di petak tersier
sawah (%)
Vf
Vm
- 24
perkolasi,
curah
yang
efisiensi
Tersier Sawah
sangat
pemberian
air
dilakukan
parameter
melalui
tersebut
diperoleh
dengan
pengukuran
langsung
di
bund
A : ET ;
Gambar 1
C1
C2
B : ET + Percolation ;
C3
C : ET + Percolation + run-off ;
Teknik Drum untuk menilai evapotranspirasi, perkolasi dan curah hujan efektif (Dastane, 1974)
dalam
interval
wadah
A,
mewakili
evapotranspirasi,
25 -
efektif.
Semakin
tinggi
peningkatan
pematang
menjadi
faktor
pembatas.
Ketinggian
air
ditetapkan
pada
meningkatnya
tanaman.
pertumbuhan
tanah
dan
tanaman
akan
METODE PENELITIAN
Penelitian efisiensi irigasi pada petak tersier
sawah ini, hanya dilakukan untuk tanaman padi
yaitu pada musim tanam ke-2 (Juli 2013 November 2013). Metode yang digunakan dalam
Penelitian-Penelitian Terdahulu
Iwan
Melakukan
Penelitian ini
bahwa D.I
air
irigasi,
Syahdi
(2012).
menunjukan
sehingga
perlu
diadakan
- 26
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lahan
persawahan
tanaman
padi
yang
sampai
Salang
Sigotom
Kecamatan
Deleng
Pokhisen
dengan
berbunga-matang
penuh
(26
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian
sekunder
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian terdiri dari
pengumpulan data sekunder dan primer.
Semua data primer yang terkumpul
termasuk
data
curah
hujan
harian,
27 -
persamaan berikut :
Material
yang
digunakan
adalah
pipa
diatas.
Mekanisme pengukuran untuk memperoleh
sawah.
Gambar 2.
- 28
(air
dalam
drum
h-
2).............(6)
ditunjukkan
dengan
persamaan
ini
dapat
ditunjukkan
dengan
sebagai berikut :
Gambar 4.
Mekanisme
untuk
off.
29 -
pengukuran
sebagai berikut:
lapangan.
CH t i d a k
efektif
C)...(9)
CHe f e k t i f
=
CHh a r i a n
e f e k t i f .... ... ... ..(10)
Hasil
CHt i d a k
dan
pembahasan
ini
meliputi
Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari hasil
pengamatan pertumbuhan tanaman padi
tanaman.
Hasil
pengukuran
ini
kemudian
Tersier Sawah
parameter-parameter
selama 42 hari.
Evapotranspirasi,
perkolasi,
yang
sangat
air
parameter
mencapai 94.5 cm
mempengaruhi
efisiensi
tersebut
pemberian
diperoleh
melalui
- 30
Tanggal
Jumlah Hari
Tinggi (Cm)
38
24-07-2013
Pengolahan Lahan
s/d
31-08-2013
Vegetatif
Tanam
01-09-2013
Anakan
26-09-2013
25
39.8
Maks. Anakan
17-10-2013
21
70.1
Generatif
Berbunga
02-11-2013
16
87.4
Panen
26-11-2013
24
94.5
Gambar 5.
dikeringkan
31 -
dengan
tujuan
agar
akar
1.21 mm/hari.
dan
penuh
menjelang
fase
matang
Fase - Fase
Pertumbuhan Tanaman
fase
Etc
(mm/hari)
P
(mm/hari)
Re
(mm/hari)
WLR
(mm/hari)
NFR
(mm/hari)
Pengolahan lahan
4.07
2.21
0.6
63.75
5.68
Tanam Anakan
4.48
2.64
2.92
45
4.2
4.45
2.85
0.05
45
7.25
4.77
4.33
2.88
2.68
2.94
1.63
45
45
4.71
5.39
vegetatif
pemupukan
dan
perlu
generatif
setelah
dijadwalkan
dan
di
Penggantian
dilakukan
satu
setelah
air
pematang sawah.
bulan
(WLR)
lapisan
dan
pada
air
dua
petak
ini
bulan
sawah
fase
petak
tersier
sawah
selain
akibat
- 32
Gambar 6 Kebutuhan
air
di
petak
Pada
tiap-tiap
fase
pertumbuhan
pada Tabel 3.
bertambah
transpirasi
hujan
sehingga
yang
tingkat
rendah
menyebabkan
33 -
5.68
11.52
49.30
Tanam Anakan
4.20
8.41
49.97
7.25
11.20
64.74
Maks. Anakan-Berbunga
4.71
9.47
49.74
5.39
8.32
64.75
5.45
9.78
55.70
Rata-rata
Berdasarkan
perhitungan
analisis
hasil
secara keseluruhan
tabel 3 diatas.
untuk
tiap
fase
pertumbuhan
- 34
Ej
Etotal
(%)
(%)
(%)
Pengolahan lahan
49.3
67.5
33.28
Tanam - Anakan
49.97
67.5
33.73
64.74
67.5
43.7
49.74
67.5
33.58
64.75
67.5
43.71
Rata-rata
55.7
67.5
37.6
Kondisi
ini
dapat
ditingkatkan
mencapai
efisiensi
irigasi
sesuai
sebesar
67,5%.
Perhitungan
peningkatan
efisiensi
efisiensi
irigasi
yaitu
35 -
efisiensi
irigasi
berdasarkan
pada
petak
sawah
masa
Saran
Perencanaan
Daerah
Irigasi
Lawe
berdasarkan
kebutuhan,
diharapkan
dalam
dari
memelihara
para
petani
untuk
saluran
dan
sarana
penggunaan
air
irigasi
di
sawah
pematang
sawah
dengan
yang
membuat
baik
agar
perkolasi,
curah
mempengaruhi
efisiensi
kebutuhan
air
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Ambler, J.S., 1991. Irigasi di Indonesia Dinamika
Kelembagaan Petani, LP3ES, Jakarta.
Arsyad, S., 1989, Konservasi Tanah dan Air, Penerbit
IPB Press, Bogor.
Bos, M.G. and Nugteren, J., 1990, On Irrigation
Efficiencies, Intern.Instit.for Land Reclamation
and Improvement/ILRI, Wageningen The
Netherlands.
Brouwer, C., A.Goffeau, dan M. Heibloem., 1985,
Irrigation Water Management,
Training
Mhanual No. 1 - FAO Introduction to Irrigation,
Rome.
Dastane, ND., 1974, Effective Rainfall In Irrigate
Agriculture, Irrigation and Drainage Paper Vol.
25 FAO, Rome.
Direktorat Jenderal Pengairan, 1986, Standar
Perencanaan Irigasi, Departemen Pekerjaan
Umum, CV. Galang Persada, Bandung.
Doorenbos, J., and W. O. Pruit., 1984, Guidelines for
Predicting Crop Water Requirement, FAO
Irrigation and Drainage Paper, Roma.
Israelsen, W.O., dan Hansen, 1962, Dasar-Dasar dan
Praktek Irigasi. Terjemahan Endang. Erlangga,
Jakarta.
Kartasapoetra, A.G., dan M. Sutedjo, 1994, Teknologi
Pengairan Pertanian Irigasi, Bumi Aksara,
Jakarta.
Linsley, R.K and J.B. Franzini, 1979, Water Resources
Engineering, Mc Graw Hill Book Co, New York.
- 36
37 -