Professional Documents
Culture Documents
1)Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Jawa Barat, Indonesia
2)Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT
Irrigation water loss that commonly occurs in an agricultural area are runoff and deep percolation. Pipe irrigation has
reached 98% efficiency because it can control the use of water as needed and has no seepage for water supply. Distance of
paddy field’s inlet should also be a considered factor aside from irrigation technology. Rice field’s inlet distance affect the
water distribution in a fields plot as they relate to application efficiency (Ea) and the efficiency of water distribution (Ed).
The method used in this research was descriptive method that collect primary data and secondary data. The experiment
plots were installed with irrigation pipes. The results showed Ed values above 90% in conventional and System of Rice
Intensification (SRI). This explains the distribution of water in pipe irrigation evenly throughout the planting area. Ea
value on experimental plots ranged between 76% - 98%. This is because of the occurrence of deep percolation and
surface flow at the conventional fields, which causes decrease in efficiency. The paddy field inlets distance simulation
results showed that good Ea (≥ 90%) obtained at a distance of 30 m with SRI water application gave water saving up to
10,25%. The feasibility of the water application on the value of Ea was obtained from the level of application of irrigation
water’s pattern to conventional paddy at vegetative phase is critical at a distance of 170 m, while the generative phase is
critical at a distance of 75 m and very critical at 178 m. SRI paddy field gives the value of feasibility of providing water at
vegetative phase becomes near critical at a distance of 170 m, while the generative phase becomes critical at a distance
of 150 m.
Keywords: pipe irrigation, distribution efficiency, applications efficiency, SRI, inlet, water saving
ABSTRAK
Kehilangan air irigasi yang umum terjadi pada suatu areal pertanian selama pemberian air adalah aliran permukaan
dan perkolasi yang keluar dari daerah perakaran. Irigasi pipa yang memiliki efisiensi mencapai 98% karena dapat
mengontrol pemakaian air sesuai kebutuhan dan tidak ada terjadi rembesan selama penyaluran air. Jarak inlet petak
sawah juga harus diperhatikan selain faktor teknologi irigasi. Jarak inlet petak sawah berpengaruh terhadap
penyebaran air dalam suatu petakan sawah karena terkait dengan efisiensi aplikasi (Ea) dan efisiensi distribusi air
(Ed). Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif yang mengumpulkan data primer dan data
sekunder. Selanjutnya pembuatan petak percoban yang telah dipasang irigasi pipa. Hasil penelitian menunjukkan nilai
Ed di atas 90% pada perlakuan pemberian air konvensional dan System of Rice Intensification (SRI). Hal ini
menjelaskan distribusi air pada teknologi irigasi pipa merata keseluruh areal tanam. Nilai Ea pada petak percobaan
berkisar antara 76% - 98%. Perlakuan pemberian air konvensional nilai Ea lebih rendah dibandingkan dengan SRI.
Hal ini dikarenakan air pada sawah konvensional terjadi perkolasi sehingga air keluar dari zona perakaran serta
terjadinya aliran permukaan menyebabkan penurunan efisiensi. Hasil simulasi jarak inlet petak sawah menunjukkan
bahwa Ea yang baik (≥ 90%) didapat pada jarak 30 m dengan sistem pemberian air secara SRI akan lebih hemat
10,25%. Tingkat kelayakan pemberian air berdasarkan nilai Ea diperoleh dari tingkat pola pemberian air irigasi pada
sawah konvensional fase vegetatif kritis pada jarak 170 m, sedang fase generatif pada jarak 75 m menjadi kritis dan
pada jarak 178 m menjadi sangat kritis. Petak sawah SRI menunjukkan nilai kelayakan pemberian air fase vegetatif
mendekati kritis pada jarak 170 m, sedangkan fase generatif telah kritis pada jarak 150 m.
Kata kunci: irigasi pipa, efisiensi distribusi, efisiensi aplikasi, SRI, inlet, hemat air
3.6. Perancangan Inlet Irigasi Pipa debit air yang masuk ke petak sawah sebesar 0,3
l/s. Perhitungan debit air yang keluar dari petak
Pada penelitiaan ini irigasi yang digunakan adalah
sawah dilakukan dengan menggunakan sekat
irigasi pipa dengan saluran tertutup. Terdapat
ukur Thompson yang telah dikalibrasi.
pipa utama dengan diameter 6 inci yang
Pengamatan debit air dilihat dari berapa tinggi
panjangnya 52 meter dan pada masing-masing
muka air yang terjun melalui sekat ukur
inlet digunakan pipa dengan diameter 3 inci dan
Thompson dan kemudian disesuaikan dengan
2,5 inci. Air dialirkan ke petakan sawah irigasi
hasil perhitungan kalibrasi sekat ukur Thompson
dengan menggandalkan gaya gravitasi dengan
yang telah dilakukan di laboratorium.
kemiringan 2 cm. Terdapat bola pelampung
didalam pipa 3 inci yang berfungsi untuk menutup 3.8. Perhitungan Tingkat Efisiensi
masuknya air jika sawah dalam keadaan cukup
Selanjutnya dengan adanya data jumlah air yang
air.
dibutuhkan tanaman padi dan total jumlah air
yang diaplikasikan, maka simulasi efisiensi
aplikasi (Ea) dapat diperoleh dengan
menggunakan persamaan (2). Perhitungan
efisiensi distribusi (Ed) di petak sawah dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan (3).
Diketahuinya tingkat efisiensi pemanfaatan air
dengan sistem irigasi pipa maka dapat
dikuantifikasikan jumlah kebutuhan air tanaman
yang harus diberikan sehingga air yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan (Gambar 4) dan dapat
mengelola ketersediaan air.
Kedalaman air Kedalaman air
Tanaman yang diperlukan yang diaplikasikan
Tabel 3 Nilai perhitungan rata-rata Ea dan Ed pada sawah Konvensional dan SRI
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 1 Titik 2 Titik 3
Sawah
Ea (%) Vegetatif Ea (%) Generatif
Konvensional 83,91 82,92 81,35 81,82 78,36 76,12
SRI 98,95 97,13 94,59 93,15 91,38 88,77
Ed (%) Vegetatif Ed (%) Generatif
Konvensional 99,03 99,00 98,98 99,03 98,98 98,95
SRI 98,84 98,80 98,72 98,95 98,91 98,88
60
50
40
30
Jarak (m)
y = -0,015x + 99,031
99,05 R² = 0,9977
98,95
98,85
98,75
Ed (%)
98,65
98,55
98,45
98,35
98,25
Jarak (m)
4.3. Jarak Inlet Petak Sawah pipa. Nilai Ea pada sawah konvensional di bawah
90%. Hal ini terjadi karena sistem pemberian air
Perencanaan luas tanam padi yang baik dapat
secara konvensional menyebabkan air terbuang
dilakukan dengan adanya kombinasi teknologi
karena penggenangan yang dilakukan (Ibrahim,
irigasi pipa dengan sistem pemberian air secara
2008).
SRI. Pada penelitian ini didapatkan produktivitas
air sawah SRI dengan teknologi irigasi pipa yaitu Keunggulan penggunaan irigasi pipa mampu
1,12 kg/m3. Kombinasi keduanya mampu mengurangi kehilangan air yang disebabkan oleh
memperoleh nilai Ea di atas 90%, produktivitas rembesan, evaporasi selama transportasi air dari
tinggi dan efisien dalam penggunaan air dengan saluran ke petak sawah serta irigasi pipa memiliki
asumsi lebar desain petak sawah tidak lebih dari efisiensi irigasi mencapai 90 % (Sapei, 2000;
30 m. sistem konvensional memberikan Ea yang Saptomo et al., 2004; Saptomo et al., 2012; Siebert
lebih rendah jika dibandingkan dengan SRI yang & Doll, 2010; Purwanto et al., 2012).
keduanya dikombinasikan dengan sistem irigasi