You are on page 1of 14

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No.

2: 141-154

APLIKASI SISTEM IRIGASI TETES PADA TANAMAN KEMBANG KOL


(Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar. Cauliflora DC) DALAM
GREENHOUSE

THE APPLICATION OF DRIP IRRIGATION SYSTEM ON CAULIFLOWER


(Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar. Cauliflora DC) IN
AGREENHOUSE
Hendri Yanto1, Ahmad Tusi2, Sugeng Triyono3
1)
Mahasiswa Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universita Lampung
2,3)
Dosen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

komunikasi penulis, e-mail : hendri.y_tp@yahoo.com

NG
Naskah ini diterima pada 17 April 2014; revisi pada 28 Mei 2014;
disetujui untuk dipublikasikan pada 5 Juni 2014

ABSTRACT

PU
The research aimed to test performance of a drip irrigation system to irrigate cauliflower cultivated in a greenhouse.
The drip irrigation system using emitter type regulating stick emitter as many 315. One Main pipe, one manifold,
and four lateral pipes were from PE types with the diameter of 13 mm. The methods to deliver irrigation water
were by using a small pump 13 Watt and by using gravitational pressure with head 155 cm. Variables observed
were emission uniformity (EU), water requirement, plant growth, and water productivity. The results showed that
M
Emission uniformities were 64,49 % for gravitational flow and 61,46 % for pumping flow. These values were still
below recommended, that is 75 % - 85 %. The minimum, maximum, and mean reference evapotranspiration
(ETo) were recorded as 5,80 mm/day, 9,70 mm/day, and 7,20 mm/day. Whilst crop evapotranspiration (ETc) at
LA

the day of 41 after planted was 3.2 mm/day. Average yield of cauliflower was 58 gram per plant, while water
productivity was 0,87 gram/litter.

Keyword: cauliflower, crop water requirement, drip irrigation, emitter, emission uniformity

ABSTRAK
EP

Tujuan penelitian adalah menguji sistem irigasi tetes, menganalisa kebutuhan dan produktivitas air irigasi
tanaman Kembang kol di dalam greenhouse. Sistem irigasi tetes menggunakan penetes (emitter) jenis regulating
stick emitter sebanyak 315 penetes. Satu pipa utama, satu manifold, dan empat lateral menggunakan selang jenis
PE dengan diameter 13 mm. Metode distribusi air irigasi menggunakan pompa kecil 13 Watt, dan menggunakan
tekanan gravitasi dengan tinggi head 155 cm. Variabel yang diamati adalah keseragaman penyebaran (EU),
J.T

kebutuhan air, pertumbuhan tanaman, dan produktivitas air. Hasil menunjukan nilai keseragaman penyebaran
(EU) adalah sebesar 64,49 % untuk aliran gravitasi dan 61,46 % untuk aliran pompa. Nilai ini masih di bawah
nilai keseragaman penyebaran yang disarankan yaitu 75 % - 85 %. Evapotrasnpirasi acuan (ETo) minimal,
maksimal, dan nilai tengah adalah 5,80 mm/hari, 9,70 mm/hari, dan 7,20 mm/hari. Evapotranspirasi tanaman
(ETc) pada hari ke 41 setelah tanam adalah 3,2 mm/hari. Hasil rata-rata Kembang kol adalah 58 g/tanaman,
sedangkan produktivitas airnya adalah 0,87 gram/liter.

Kata Kunci: Kembang kol, Kebutuhan air tanaman, Irigasi tetes, Emitter, Keseragaman tetesan

141
Aplikasi irigasi tetes.... (Hendri Yanto, Ahmad Tusi dan Sugeng T)

I. PENDAHULUAN Cara pemberian irigasi yang tidak tepat menjadi


penyebab utama rendahnya produktivitas
Kubis bunga putih, atau yang biasa disebut tanaman Kembang kol. Hal ini terlihat jelas dari
dengan Kembang kol, merupakan tanaman sebagian besar tanaman Kembang kol yang mati
sayuran yang cukup populer di Indonesia karena disebabkan terjadinya pembusukan akar akibat
nilai gizi dan mineral yang terkandung serta kelebihan air, karena pemberian irigasi sistem
manfaatnya yang baik bagi kesehatan. Kembang tradisional yang diterapkan petani memberikan
kol termasuk dalam suku kubis-kubisan atau air tanpa adanya takaran yang sesuai dengan
Brassicaceae. Kembang kol (Brassica oleracea kebutuhan tanaman. Penelitian tentang aplikasi
var. botrytis L. subvar. cauliflora DC) termasuk sistem irigasi tetes pada tanaman Kembang kol
jenis sayur-sayuran dengan nilai ekonomi tinggi. (Brassica oleracea var. botrytis L. subvar.
Nilai jual Kembang kol yang tinggi tidak diikuti cauliflora DC) yang sesuai dengan kebutuhan
dengan kuantitas produksinya. Oleh karena itu, tanaman, hemat air, sederhana dan mudah
Kembang kol belum memberikan keuntungan diterapkan pada pertanian lahan kering perlu
kepada petani secara optimal karena jumlah dikembangkan. Tujuan penelitian ini adalah uji

NG
Kembang kol yang dapat dipanen jumlahnya coba sistem irigasi tetes dan menganalisa
sedikit (Rukmana, 1994). kebutuhan serta produktivitas air irigasi
tanaman Kembang kol di dalam greenghouse.
Budidaya tanaman Kembang kol secara umum
dapat dilakukan pada semua jenis tanah. II. METODOLOGI PENELITIAN
Pertumbuhan tanaman Kembang kol akan ideal
jika ditanam pada tanah liat berpasir yang banyak
mengandung bahan organik. Tanaman Kembang
kol selama hidup memerlukan air yang cukup,
PU
Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Juli sampai
November 2013 di Greenhouse Sarwo Farm
Desa Bandar Agung Kec. Kalianda Kab. Lampung
M
namun tidak boleh berlebihan. Sedangkan jika Selatan (Letak Geografis : 05R”40’18,5" (LS)
sampai kekurangan air tanaman akan menjadi 105R”35’24,5" (BT)) dan Laboratorium Teknik
kerdil atau bahkan mati. Oleh sebab itu perlu Sumber Daya Air dan Lahan (Lab. TSDAL),
adanya sistem pemberian air yang mampu
LA

Jurusan Teknik Pertanian, Universitas Lampung.


memenuhi kebutuhan air untuk pertumbuhan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tanaman Kembang kol sesuai dengan jaringan irigasi tetes, gelas plastik, ember plastik,
kebutuhannya, agar tanaman tersebut tidak stop watch, timer, trey, polybag, cangkul,
terlalu banyak air, namun juga tidak kekurangan timbangan digital dan analitik, cawan, oven,
air sehingga tidak mengganggu produktivitas desikator, termohygrometer, gelas ukur dan lem
EP

tanaman tersebut (Pracaya, 2005). pipa. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah benih Kembang kol dengan
Irigasi adalah istilah yang berkaitan dengan varietas BEST 50 (Hibrida F1), larutan nutrisi
penyaluran air dari sumber ke tanaman. Sistem AB mix, pasir dan arang sekam sebagai media
J.T

irigasi yang banyak digunakan adalah irigasi tanam, dan air.


curah di permukaan tanah. Irigasi ini
membutuhkan air dalam jumlah banyak Pelaksanaan penelitian meliputi beberapa tahap,
sedangkan tingkat efisiensi penggunaan airnya yaitu: (a) persiapan dan pengukuran media
rendah. Untuk mengatasi keterbatasan air, sistem tanam, (b) persiapan alat dan bahan, (c)
irigasi tetes merupakan pilihan tepat dalam perancangan sistem irigasi tetes, (d) instalasi
meningkatkan efisiensi penggunaan air. jaringan irigasi tetes, (e) pengujian emitter, (f)
Menurut Hadiutomo (2012), irigasi tetes adalah uji kinerja jaringan irigasi tetes pada tanaman,
metode pemberian air pada tanaman secara dan (g) pengolahan data. Pengamatan dan
langsung, baik pada areal perakaran tanaman pengambilan data meliputi pertumbuhan
maupun pada permukaan tanah melalui tetesan tanaman (tinggi tanaman dan jumlah daun),
secara kontinu dan perlahan. Efisiensi produksi tanaman, dan berat brangkasan (berat
penggunaan air dengan sistem irigasi tetes dapat basah dan berat kering). Waktu pengamatan
mencapai 80 - 95% (Simonne et al., 2010). untuk beberapa parameter dibagi sebagai

142
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No. 2: 141-154

berikut: (1) pengamatan yang dilakukan setiap Dimana :


hari untuk menghitung kebutuhan air dan kondisi Ka = Kadar air (%)
ruang di dalam greenhouse, (2) pengamatan BB = Berat basah sampel sebelum di oven (g)
pertumbuhan setiap 7 hari sekali hingga panen BK = Berat kering sampel setelah di oven
umur 83 hari, dan (3) pengamatan produksi 105R”C selama 24 jam (g)
dilakukan setelah panen. Fc = Kapasitas lapang (%)
V1 = Volume air yang disiramkan (mm3)
Uji Sifat Fisik Media Tanam V2 = Volume air yang menetes keluar (mm3)
Vs = Volume contoh tanah (mm3)
Uji sifat fisik media tanam dilakukakan untuk
mengetahui kapasitas lapang atau kemampuan Rancangan Sistem Irigasi Tetes
media tanam mengikat air. Media tanam yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pasir dan Sistem irigasi tetes memanfaatkan tekanan
arang sekam yang dicampur dengan gravitasi dan tekanan pompa sebagai sumber
perbandingan 1:3 basis volume. Kadar air media energi untuk mengalirkan air dari reservoir ke

NG
tanam dihitung dengan cara menimbang sampel tanaman. Pipa utama, manifold, dan lateral yang
media tanam kering udara, kemudiaan dioven digunakan dalam sistem irigasi tetes memiliki
selama 24 jam pada suhu 1050C. Setelah sampel ukuran 13 mm yang terbuat dari bahan
dioven lalu ditimbang kembali untuk mengetahui Polyethylene (PE), terdiri dari empat lajur pipa
selisih berat sampel sebelum dan setelah dioven. lateral dengan panjang 23 meter, dimana setiap
Kapasitas lapang media tanam dihitung dengan
cara mengambil sampel media tanam yang telah
tercampur kemudian dioven selama 24 jam pada
suhu 1050 C.
PU
lateral dipasangkan 90 penetes (emitter).
Penetes (emitter) yang digunakan adalah
regulating stick emitter yang dipasang pada sisi
kanan dan kiri lateral yang dihubungkan dengan
M
adaptor dan nipple berukuran 5 mm dengan jarak
Kapasitas lapang dapat dihitung dengan 50 cm, sedangkan jarak antar sisi kanan dan kiri
menggunakan persamaan : yaitu 10 cm.
LA

(BB - BK)
Ka = x 100 % (Basis massa) ..... 1
BK
(v 1 - v 2 )
Fc = x 100 % (Basis volume) ..... 2 
vs
EP
J.T

Gambar 1. Penempatan penetes (emitter) pada pipa lateral

143
Aplikasi irigasi tetes.... (Hendri Yanto, Ahmad Tusi dan Sugeng T)

NG
Gambar 2. Rancangan sistem irigaisi tetes

PU
M
LA
EP

Keterangan, : Pengambilan sampel data


Gambar 3. Tata letak sampel pengamatan

Perancangan Sistem Irigasi Tetes dalam hal ini:


Q = debit penetes (l /jam)
J.T

t = waktu (jam)
1). Pengujian penetes (emitter) V = volume (liter)
Emitter yang digunakan pada rancangan sistem
irigasi tetes ini adalah regulating stick emitter. b. Koefisien variasi penetes (Cv)
Beberapa parameter yang digunakan dalam Koefisien variasi penetes adalah parameter
menguji karakteristik penetes adalah debit statis yang merupakan pembanding nilai
penetes, tekanan (head) operasi, hubungan debit standar deviasi penetes dengan rataan debit
penetes dengan head operasi yang dikenal dengan penetes, dari sejumlah sampel penetes yang
komponen emisi, koefisien variasi penetes, diuji dengan head operasi yang sama.
diameter penetes dan volume basah tanah. S
Cv = .........( 4)
a. Debit penetes (Q) ( Q avs )
dalam hal ini :
V Cv = koefisien variasi
Q= ..... 3
t Qavs = rataan debit (L/jam)
S = standar deviasi
144
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No. 2: 141-154

Tabel 1. Klasifikasi nilai Cv


Tipe emitter Cv Kelas
Point source < 0,05 Baik
0,05 - 0,10 Sedang
0,10 - 0,15 Kurang
> 0,15 Buruk

Line source < 0,10 Baik


0,10 - 0,20 Sedang
> 0,20 Kurang hingga
buruk
(Sumber: Keller and Blesner, 1990)

2). Uji kinerja sistem irigasi tetes dalam hal ini :

NG
Parameter yang digunakan untuk menguji kerja Ha = head operasi rata rata (m), average untuk
sistem irigasi ini adalah keseragaman emisi (EU). head.
(Q25% )
EU = x 100% ......(5) Pengamatan dan Pengukuran Data
Q 1. Kinerja sistem rancangan irigasi tetes
dalam hal ini:
EU
Q
Q25%
= keseragaman emisi
= rataan debit penetes (l/jam)
= 25% debit penetes terkecil (l/jam)
PU
a. Perhitungan volume air irigasi yang masuk ke
wadah gelas dihitung menggunakan metode
volumetrik dan perhitungan debit penetes
menggunakan Persamaan (3).
b. Perhitungan koefisien variasi debit penetes
M
3). Hidrolika jaringan perpipaan menggunakan Persamaan (4).
Berikut ini disajikan beberapa persamaan yang c. Perhitungan kinerja sistem irigasi tetes dengan
biasa digunakan dalam menentukan kehilangan menggunakan Persamaan (5) dilakukan
LA

tekanan akibat friksi atau friction loss pada dengan perlakuan tinggi head operasi 155 cm.
bahan plastik pipa lateral dan pipa utama sistem 2. Kebutuhan air tanaman Kembang kol
irigasi tetes : a. Perhitungan evapotranspirasi potensial
Untuk pipa kecil (<125 mm) : (ETo) dapat dihitung dengan metode Hargreaves
J = 7,89 x 107 x (Q(L or M)1,75/D 4,75)....(6) yaitu menggunakan data suhu rata-rata harian
Dengan outlet : di dalam greenhouse dan radiasi matahari
EP

hf = J x F (L(L or M)/100) .....(7) (Bautista and Bautista, 2009).


dalam hal ini :
J = gradien kehilangan head (m/100) ETo = 0,0023 x (Tmed+17,8) x (Tmax-Tmin)0,5 x Ra
D = diameter dalam pipa (mm) .......(10)
J.T

hf = kehilangan head akibat gesekan (m) Keterangan:


F = koefisien reduksi ETo = Evapotranspiration potensial (mm/
QL = debit sistem pada lateral (l/det) hari)
LL = panjang pipa lateral (m) (Charian
Tmax, Tmin and Tmed= Suhu ) maksimum,
QM = debit sistem pada manifold (l/det) minimum, and rata-rata (R”C)
LM =panjang pipa manifold (m) Radiasi ekstratere strial matahari dicari dari Persamaan (11) (FAO, 1998) :
24(60)
Ra = G sc d r [ s sin(  )sin(  ) + cos(  )cos(  )sin(  s )] ....( 11)

Menurut Keller dan Bleisner (1990), kehilangan dimana,
head pada sub unit dibatasi tidak lebih dari 20% R a = Extraterre strial radiasi matahari (MJ/m 2/hari = 0,408 mm/hari)
G sc = Konstanta matahari (0,0820 MJ/m2/min)
tekanan operasi rata rata sistem, yaitu :
d r = Inverse jarak relatif bumi - matahari
ÄH pada lateral  11% Ha ......(8) 2
d r = 1 + 0.033cos( J)
ÄH pada manifold  9% Ha ......(9) 365
 s = Sudut jam terbenam (rad)
 s = arc.cos [-tan(  )tan(  )]

 s = - arc.tan [(-tan(  )tan(  ))/X 0,5 ]
2

145
Aplikasi irigasi tetes.... (Hendri Yanto, Ahmad Tusi dan Sugeng T)

X = 1 - [tan()]2[tan( )]2 and X = 0,00001jika X  0 3. Menghitung nilai ETo menggunakan metode


 = Latitude(rad) Hargreaves.
 = Deklinasimatahari(rad) 4.Analisis kebutuhan air tanaman (ETc)
2 koefisien tanaman (Kc) Kembang kol di dalam
 = 0,409sin( J - 1,39)
365
J = Jumlahharipertahun(365)
greenhouse.
Ra = Extraterrestrial radiasimatahari(MJ/m2/hari= 0,408mm/hari) III. HASIL DAN PEMBAHASAN
c. Koefesien tanaman (Kc) dihitung dengan
3.1 Analisis Sifat Fisik Media Tanam
persamaan:
Media tanam yang digunakan adalah pasir dan
Kc = (12) arang sekam yang kemudian dicampur dengan
d. Perhitungan produktivitas air dihitung dengan komposisi perbandingan 1:3 basis volume.
persamaan: Menurut Mechram (2006), komposisi media
tanam menunjukan pengaruh yang sangat nyata
Produktivitas air = (13) pada pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil
pengujian media tanam menunjukkan bahwa

NG
3. Pertumbuhan tanaman Kembang kol media tanam yang digunakan mengandung
Parameter yang di amati dalam pertumbuhan kadar air rata-rata sebesar 4,90 % (basis massa)
tanaman meliputi : dalam kondisi kering udara, sedangkan kondisi
a. Tinggi tanaman (cm) kapasitas lapang rata-rata dari media tanam
tersebut adalah sebesar 62,00 % (basis volume).
b. Jumlah daun (helai)
c. Berat kembang kol (g)
- Bunga Besar (BB) =  100 (g)
- Bunga Sedang (BS)= 50 – 100 (g)
PU
3.2 Kinerja Sistem Irigasi Tetes
Sistem irigasi tetes ini memanfaatkan tekanan
- Bunga Kecil (BK) =  50 (g) gravitasi dan tekanan pompa sebagai sumber
M
d. Berat brangkasan tanaman (g) energi untuk mengalirkan air dari reservoir ke
Analisis Data tanaman. Dari hasil penelitian yang telah
Data hasil pengamatan dan pengukuran dianalisa dilakukan, didapatkan debit rata-rata tetesan
yang memanfaatkan tekanan gravitasi sebesar
LA

untuk :
1. Mengetahui karakteristik hidraulik dan emiter 0,78 L/jam, sedangkan debit rata-rata tetesan
(hubungan antara tekanan – debit tetesan). yang menggunakan tekanan pompa sebesar 1,19
2. Uji kinerja sistem irigasi tetes terhadap L/jam. Grafik debit penetes rata-rata untuk tiap-
tanaman Kembang kol. tiap lateral dengan beda tekanan dapat dilihat
pada Gambar 4.
EP
J.T

Gambar 4. Debit penetes rata-rata untuk tiap-tiap lateral dengan beda tekanan aliran
146
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No. 2: 141-154

Grafik di atas menunjukan bahwa, debit tetesan gravitasi diperoleh nilai Cv sebesar 0,29 dan nilai
pada Lateral I lebih tinggi dibandingkan dengan EU sebesar 64,49 %, sedangkan keseragaman
Lateral II, III, dan IV. Hal ini dikarenakan pada debit penetes untuk irigasi yang menggunakan
Lateral I letaknya lebih dekat dengan tangki dan tekanan pompa didapatkan nilai Cv sebesar 0,32
pompa. Grafik di atas juga menunjukan dan nilai EU sebesar 61,46 %. Nilai Cv
penurunan debit tetesan untuk tiap-tiap lateral. menunjukkan konstanta tipe penetes yang
Ini berarti, semakin jauh letak lateral dengan digunakan. Semakin rendah nilai Cv yang
sumber tekanan, maka semakin kecil tekanan dihasilkan, maka semakin baik kinerja tipe
alirannya. penetes. Grafik hubungan CV dan EU (%) debit
penetes tanpa pompa dan dengan pompa untuk
Hasil perhitungan keseragaman debit penetes tiap-tiap lateral dapat dilihat pada Gambar 5 dana
untuk irigasi yang memanfaatkan tekanan 6.
Tabel 2. Hasil pengukuran debit rata-rata, Cv, dan EU dengan tekanan operasi yang berbeda

NG
Qemitter Tipe Klasifikasi
Tekanan Operasi Cv EU (%)
(L/jam) emitter
Cv Kategori
Point
a. Gravitasi 0,78 0,29 64.49 > 0,15 Buruk
source
b. Pompa 13 W 1,19 0,32
PU
61.46
Point
source
> 0,15 Buruk
M
LA
EP

Gambar 5. Hubungan Cv dan EU (%) debit penetes tanpa pompa untuk tiap-tiap lateral
J.T

Gambar 6. Hubungan Cv dan EU (%) debit penetes dengan pompa untuk tiap-tiap lateral

147
Aplikasi irigasi tetes.... (Hendri Yanto, Ahmad Tusi dan Sugeng T)

Pada aplikasi sistem irigasi tetes, nilai EU masih menggunakan Persamaan 6, 7, 8, dan 9. Hasil
dikatakan rendah. Rendahnya nilai EU yang rekapitulasi perhitungan dapat dilihat pada Tabel
dihasilkan disebabkan adanya head loss pada 3 dan 4, sedangkan grafik head loss (hf) pada
sistem karena penggunaan komponen sisten tiap-tiap pipa lateral dengan beda tekanan aliran
irigasi tetes yang kurang tepat. Head loss yang dapat dilihat pada Gambar 7.
terjadi pada sistem dengan tekanan gravitasi
sepanjang lateral sebesar 0,31 m dan pada Grafik di atas menunjukan bahwa, terjadinya
manifold sebesar 0,75 m (kedua nilai ini masih head loss pada tiap-tiap lateral dengan tekanan
lebih besar dari nilai ÄH yang di ijinkan). aliran pompa lebih besar dibandingkan dengan
Sedangkan head loss yang terjadi pada sistem tekanana aliran gravitasi. Ini berarti, semakin
dengan tekanan pompa sepanjang lateral sebesar besar tekanan aliran yang diberikan, maka
0,64 m dan pada manifold sebesar 1,54 m (kedua semakin besar head loss yang terjadi. Sistem
nilai ini juga masih lebih besar dari nilai ÄH yang irigasi tetes yang digunakan memiliki
di ijinkan). Kemungkinan terjadinya head loss keseragaman penyebaran (EU) sebesar 64,49
pada jaringan dapat diminamalisir jika % (gravitasi) dan 61,46 % (pompa). Kedua nilai

NG
penggunaan komponen pipanya sesuai. Pipa ini masih rendah dari yang diharapkan, maka
yang seharusnya digunakan pada sistem irigasi persyaratan hidrolika jaringan perpipaan harus
ini adalah pipa yang berdiameter 19 mm untuk terpenuhi sehingga nilai koefesien keseragaman
pipa lateral, dan 25 mm untuk pipa manifoldnya. harus > 95 % untuk mendapatkan penyiraman
Perhitungan hidrolika aliran pada pipa yang seragam.
PU
M
LA
EP
J.T

Gambar 7. Grafik head loss (hf) pada tiap-tiap pipa lateral dengan beda tekanan aliran

Tabel 3. Rekapitulasi perhitungan hidrolika aliran pada pipa lateral dan manifold dengan tekanan
gravitasi

Pipa Head Diameter Pipa


J F ΔH hf (m) Ket.
(m) (mm)
1.55 13 3,77 0,36 0,17 0,31 TIDAK OK
Lateral 1.55 19 0,62 0,36 0,17 0,05 OK
1.55 25 0,17 0,36 0,17 0,01 OK
1.55 13 42,73 0,49 0,14 0,75 TIDAK OK
Manifold 1.55 19 7,04 0,49 0,14 0,12 OK
1.55 25 1,91 0,49 0,14 0,03 OK
148
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No. 2: 141-154

Tabel 4. Rekapitulasi perhitungan hidrolika aliran pada pipa lateral dan manifold dengan tekanan
pompa
P ip a Head D ia m ete r P ip a
J F ΔH hf ( m ) K e t.
(m ) (m m)
2 .3 13 7 ,7 0 ,3 6 0 ,2 5 0 ,6 4 T ID A K O K
L a te ra l 2 .3 19 1 ,2 7 0 ,3 6 0 ,2 5 0 ,1 1 OK
2 .3 25 0 ,3 4 0 ,3 6 0 ,2 5 0 ,0 3 OK
2 .3 13 8 7 ,1 3 0 ,4 9 0 ,2 1 1 ,5 4 T ID A K O K
M an if o ld 2 .3 19 1 4 ,3 7 0 ,4 9 0 ,2 1 0 ,2 5 T ID A K O K
2 .3 25 3 ,9 0 0 ,4 9 0 ,2 1 0 ,0 7 OK

3.3 Kebutuhan Air Tanaman Kembang Kol minimum 15,5 - 18 R”C dan maksimum 24 R”C.
Kebutuhan air tanaman untuk berlangsungnya Sedangkan kondisi kelembaban (RH) minimum,
evapotranspirasi besarnya ditentukan oleh maksimum dan rata-rata di dalam greenhouse
kondisi iklim dan koefesien tanaman. Hasil adalah 16 %, 99 % dan 64,1 %. RH terendah

NG
pengukuran menunjukan kondisi suhu mencapai 16 % dikarenakan pada siang hari
minimum, maksimum dan rata-rata di dalam suhu maksimum di dalam greenhouse yang
greenhouse adalah 20,1 R”C, 49,3 R”C dan 40,8 mencapai 49,3 R”C sehingga penguapan yang
R”C. Suhu tersebut belum memenuhi terjadi di lingkungan greenhouse menjadi tinggi
persyaratan tumbuh tanaman Kembang kol dan kelembabannya menurun (rendah). Grafik
dikarenakan suhu di dalam greenhouse terlalu
tinggi. Menurut Rukmana (1994), temperatur
untuk pertumbuhan Kembang kol yaitu PU
pengukuran suhu dan kelembaban dalam
greenhouse dapat dilihat pada Gambar 8 dan
Gambar 9.
M
LA
EP

Gambar 8. Pengukuran suhu dalam greenhouse


J.T

Gambar 9. Pengukuran kelembaban (RH) dalam greenhouse

149
Aplikasi irigasi tetes.... (Hendri Yanto, Ahmad Tusi dan Sugeng T)

3.4 Evapotranspirasi Acuan (ETo) 3.6 Koefisien Tanaman (Kc)

Nilai ETo didapatkan dari data klimatologi selama Koefisien tanaman (Kc) didefinisikan sebagai
budidaya tanaman yang kemudian dihitung perbandingan antara besarnya evapotranspirasi
menggunakan metode Hargreaves (Persamaan tanaman dengan evapotranspirasi acuan pada
11). Hasil perhitungan diperoleh nilai ETo kondisi pertumbuhan tanaman yang tidak
minimum, maksimum, dan rata-rata adalah terganggu. Rosadi (2010) melaporkan, koefisien
sebesar 5,80 mm/hari, 9,70 mm/hari, dan 7,20 tanaman (Kc) tiap tanaman berbeda-beda sesuai
mm/hari. Besarnya nilai ETo disebabkan oleh dengan fase pertumbuhan. Menurut FAO (1998),
suhu yang tinggi dalam greenhouse yang Kc Kembang kol pada fase awal 0,15, pada fase
mencapai 49,3 R”C. Nilai evapotranspirasi pertengahan 0,95, dan 0,85 pada fase akhir.
tanaman (ETc) digunakan untuk mengetahui Sedangkan Zhao et al. (2013) melaporkan, nilai
pemberian air pada tanaman supaya air yang Kc Tomat yang ditanam di dalam greenhouse
diberikan sesuai dengan kebutuhan air tanaman sebesar 0,47 pada fase awal, 0,85 pada fase
(Manik dkk., 2010). Grafik nilai ETo tanaman tengah, dan 0,59 pada fase akhir. Berdasarkan

NG
Kembang kol selama masa pertumbuhan
disajikan pada Gambar 10.

PU
M
LA
EP

Gambar 10. Nilai ETo tanaman Kembang kol selama masa pertumbuhan
J.T

3.5 Evapotranspirasi Tanaman (ETc)

Nilai ETc diperoleh dengan cara mengetahui hasil penelitian, nilai Kc Kembang kol selama
jumlah air irigasi yang diberikan tiap harinya. masa pertumbuhan sampai dengan panen yaitu
Berdasarkan hasil penelitian, nilai ETc rata-rata 0,65 pada fase awal, 0,72 pada fase tengah, dan
adalah 5 mm/hari. Namun, di hari ke 41 0,68 pada fase akhir dengan nilai Kc minimum
dilakukan pengamatan untuk satu hari terhadap 0,48 terjadi pada hari ke 41, dan maksimum 0,86
evapotraspirasi tanaman Kembang kol dengan terjadi pada hari ke 76. Perbedaan nilai Kc ini
cara penimbangan. Dari hasil pengamatan salah satunya dipengaruhi oleh nilai ETo. Grafik
tersebut, evapotranspirasi yang terjadi yaitu perbandingan Kc Kembang kol berdasarkan
sebesar 3,2 mm/hari. Ini menunjukan, hasil penelitian dan menurut data FAO dapat
evapotranspirasi yang terjadi sebenarnya dilihat pada Gambar 11.
masih di bawah jumlah pemberian air irigasi
yang diberikan tiap harinya.

150
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No. 2: 141-154

NG
Gambar 11. Perbandingan Kc Pengamatan Kembang kol berdasarkan hasil penelitian dan
menurut FAO

PU
M
LA
EP

Gambar 12. Peningkatan tinggi tanaman Kembang kol selama masa pertumbuhan
Parameter yang diamati pada penelitian ini dari
J.T

Berdasarkan grafik perbandingan nilai Kc di atas,


nilai Kc pengamatan yang diperoleh dari hasil pertumbuhan sampai produksi tanaman
penelitian sangat berbeda dengan nilai Kc Kembang kol meliputi tinggi tanaman (cm),
menurut FAO. Nilai Kc hasil penelitian lebih jumlah daun (helai), berat kembang kol (g) dan
rendah di bandingkan nilai Kc yang berat brangkasan tanaman (g).
direkomendasikan oleh FAO. Berbedanya nilai
Kc yang diperoleh disebabkan oleh tempat atau 3.8 Tinggi Tanaman (cm)
lokasi pengamatan. Pada penelitian ini
pengamatan dilakukan di dalam greenhouse Hasil pengamatan menunjukan bahwa tinggi
dengan suhu maksimal 49,3 R”C. tanaman Kembang kol untuk tiap lateral yang
diambil dari minggu ke-1 sampai dengan minggu
3.7 Pertumbuhan dan Produksi Tanaman ke-13 terus meningkat dan relatif sama. Grafik
Kembang Kol hubungan umur tanaman dengan tinggi tanaman
Kembang kol disajikan pada Gambar 12.

151
Aplikasi irigasi tetes.... (Hendri Yanto, Ahmad Tusi dan Sugeng T)

3.9 Jumlah Daun (helai) 3.10 Produksi Kembang Kol

Hasil pengamatan menunjukan jumlah daun Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan,
meningkat dari minggu ke-1 sampai dengan tanaman Kembang kol mulai berbunga pada
minggu ke-11. Hasil pengamatan juga umur 55 hari setelah tanam (HST), sedangkan
menunjukan adanya penurunan jumlah daun dari panen dilakukan ketika tanaman berumur 83
minggu ke-11 sampai dengan minggu ke-12, HST. Hasil pengukuran pada saat panen
penurunan jumlah daun pada minggu tersebut menunjukan bahwa berat Kembang kol tidak
dikarenakan banyaknya daun yang menguning seragam.
dan selanjutnya berguguran. Namun, pada
minggu ke-12 sampai dengan minggu ke-13 Berdasarkan diagram sebaran Kembang kol di
jumlah daun mengalami peningkatan kembali atas, terlihat dari 63 tanaman disampling terdapat
yang cukup signifikan. Grafik hubungan umur 21% tanaman yang berbunga besar, 13%
tanaman dengan jumlah daun tanaman Kembang tanaman yang berbunga sedang, 35% tanaman
kol disajikan pada Gambar 13. yang berbunga kecil, 28% tanaman yang tidak

NG
PU
M
LA

Gambar 13. Peningkatan jumlah daun tanaman Kembang kol selama masa pertumbuhan
EP
J.T

Gambar 14. Diagram sebaran Kembang kol yang disampel

152
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No. 2: 141-154

berbunga, dan 3% tanaman yang mati. Grafik 3.11 Berat Brangkasan (g)
berat hasil Kembang kol disajikan pada Gambar
15. Berat brangkasan dihitung untuk mengetahui
kandungan air yang terdapat dalam tanaman
Produksi Kembang kol yang tertinggi terjadi tersebut. Brangkasan atas yaitu batang tanaman
pada Lateral I dan II, sedangkan terendah pada dan daun tanaman sedangkan brangkasan bawah
Lateral III dan IV. Hal ini dimungkinkan karena yaitu akar tanaman. Hasil pengukuran berat
letak tanaman pada Lateral I dan II paling banyak brangkasan rata-rata tanaman Kembang kol tiap
menerima distribusi air dari sumber air dan lateral disajikan pada grafik (Gambar 16).
letaknya yang berada di pinggir sebelah barat
bangunan greenhouse sehingga pengaruh Berdasarkan grafik berat brangkasan di atas,
cahaya matahari yang masuk secara langsung di berat brangkasan bagian atas dan bawah tiap
absorbsi oleh tanaman. Sedangkan pada Lateral lateral relatif sama. Berat brangkasan tertinggi
III dan IV tanaman Kembang kol masih banyak terdapat pada Lateral I dengan total kandungan
yang belum berbunga sehingga hasilnya rendah. air berat brangkasan sebesar 396,81 g,

NG
sedangkan berat brangkasan terendah terdapat
Pertumbuhan dan produktivitas untuk tanaman pada Lateral IV dengan total kandungan air berat
pada Lateral I dan II lebih baik dibandingkan brangkasan sebesar 317,35 g.
dengan tanaman pada Lateral III, dan IV karena
tanaman pada Lateral I dan II lebih banyak Produktivitas air dihitung berdasarkan berat
menerima cahaya matahari yang dibutuhkan
dalam proses fotosintesis. Radiasi matahari
berpengaruh terhadap tanaman yang akan
memberikan efek tertentu bila cahaya di
absorbsi. Pengaruhnya bagi tanaman akan
PU
hasil panen (berat Kembang kol dan berat
brangkasan rata-rata) dengan jumlah total
penggunaaan air selama penelitian untuk tiap
tanaman. Kebutuhan air tanaman Kembang kol
sebesar 0,80 liter/hari, sehingga jumlah air yang
M
berdampak secara tidak langsung melalui diberikan selama masa tumbuh tanaman (83
pertumbuhan dan perkembangan tanaman hari) adalah 66,40 liter atau 415 mm. Total berat
akibat respon metabolik dan secara tidak hasil panen tanaman Kembang kol sebesar 57,92
LA

langsung melalui fotosintesis (Haryanti, 2010). gram/tanaman. Berdasarkan hasil perhitungan,


maka diperoleh produktivitas air tanaman
Kembang kol adalah sebesar 0,87 gram/liter.
EP
J.T

Gambar15. Berat hasil Kembang kol (g/tanaman)

153
Aplikasi irigasi tetes.... (Hendri Yanto, Ahmad Tusi dan Sugeng T)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Bautista, F. and D. Bautista. 2009. Calibration of
4.1 Kesimpulan the Equation of Hargreaves and Thornwaite
to Estimate the Potential Evapotranspiration
1. Rancangan sistem irigasi tetes yang in Semi-Arid and Subhumid Tropical Climates
memanfaatkan tekanan gravitasi dan tekanan for Regional Applications. Atmosfera. Vol. 22
pompa ini memiliki nilai keseragaman (4) : 331-348.
penyebaran (EU) 64,49 % dan 61,46 %, nilai
ini masih di bawah nilai keseragaman Hadiutomo, K. 2012. Mekanisasi Pertanian. IPB
penyebaran yang disarankan yaitu 75 % - 85 Press. Bogor.
%.
Haryanti, S. 2010. Pengaruh Naungan yang
2. Evapotrasnpirasi acuan (ETo) minimal,
Berbeda terhadap Jumlah Stomata dan
maksimal, dan nilai tengah adalah 5,80 mm/
hari, 9,70 mm/hari, dan 7,20 mm/hari, dan Ukuran Porus Stomata Daun Zephyranthes
Rosea Lindl. Buletin Anatomi dan Fisiologi.

NG
evapotranspirasi tanaman (ETc) pada hari ke
Vol. XVIII (1) : 41-46.
41 setelah tanam adalah 3,2 mm/hari.
3. Koefesien tanaman (Kc) Kembang kol di dalam Keller, J. and R.D. Bleisner. 1990. Sprinkle and
greenhouse berkisar antara 0,48 – 0,86. Trickle Irrigation. AVI Publishing Company,
4. Pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman Inc. Nem York, USA.
Kembang kol yang dihasilkan relative sama,
namun terjadi ketidakseragaman produksi
pada setiap tanaman dan produktivitas
tanaman Kembang kol tertinggi terdapat pada
PU
Manik, T.P., B. Rosadi, A. Karyanto, dan A. I.
Pratya. 2010. Pendugaan Koefisien Tanaman
untuk Menghitung Kebutuhan Air dan
Lateral I. Mengatur Jadwal Tanam Kedelai di Lahan
M
5. Produktivitas air tanaman Kembang kol adalah Kering. Jurnal Agrotropika. Vol. 15 (2) : 78-
sebesar 0,87 gram/liter. 84.
Mechram, S. 2006. Aplikasi Teknik Irigasi Tetes
LA

4.2 Saran
dan Komposisi Media Tanam pada Selada
(Lactuva sativa). Jurnal Teknologi Pertanian.
1. Perlu adanya analisis pendahuluan mengenai
Vol. 7 (1) : 27-36.
penggunaan komponen irigasi tetes agar tidak
terjadi head loss pada sistem yang Pracaya. 2005. Kol alias Kubis . Edisi Revisi.
EP

menyebabkan keseragaman penyebaran Penebar Swadaya. Jakarta.


menjadi tidak optimal.
2. Perlu adanya pengecekan dan pembersihan Rosadi, B. 2010. Penuntun Praktikum Mata
berkala pada penetes (emitter) untuk Kuliah Teknik Irigasi. Fakultas Pertanian
mengurangi terjadinya penyumbatan. Universitas Lampung. Lampung.
J.T

Simonne, E.H., M.D. Dukes, and L. Zotarelli. 2010.


Principles and Practices of Irrigation
Management for Vegetables. Chapter 3. IFAS
Extension. Florida.

154

You might also like