You are on page 1of 11

Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Desember 2015 Available online at:

Vol. 4 No.2 Hal : 113-123 http://umbidharma.org/jipp


ISSN 2302-6308 E-ISSN 2407-4632

PERUBAHAN KADAR LENGAS TANAH DAN HASIL


BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH
(Arachis hypogaea L.) YANG DIBERI IRIGASI TETES
DI LAHAN KERING
(Changes in Soil Moisture Content and Yield of Several Peanut Varieties
Arachis hypogaea L. were Given Drip Irrigation in Dry Land)

Sri Ritawati1*, Nurmayulis1, Dewi Firnia1, Fitriyani1


1Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Raya Jakarta Km 4, Pakupatan, Serang, Banten
*Korespondensi: s.ritawati@yahoo.com

Diterima: 10 September 2015 / Disetujui: 20 Oktober 2015

ABSTRACT
The research was conducted to determine changes in soil moisture content and
yield of several peanut varieties (Arachis hypogaea L.) were given drip irrigation in
dry land, which was held on dry land (marginal) Gowok Curug village, district
Serang, Banten province in September 2011 until January 2012. This research used
a factorial experiment arranged in Split Plot Design with two factors. The first factor
was variety consisting of: Panther varieties, Zebra and Local (from Cikeusal,
Serang) as the main plot, the second factor was drip irrigation consisting of: drip
irrigation with emitter cigarette filter, drip irrigation with emitter infusion regulator and
control (conducted watering four days) as the subplot and repeated three times. The
research showed that the best varieties to change in moisture content and yield of
peanut was local varieties, because more adaptive and tolerant on the environment.
While the best irrigation was drip irrigation with emitter infusion regulator, because
not having a blockage in the emitter, so that the water ran smoothly and moisture
content was always available to peanut plants.
Keywords: soil moisture content, yield, peanut varieties, drip irrigation, dry land

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan kadar lengas tanah dan
hasil beberapa varietas kacang tanah (Arachis hypogaea L.) yang diberi air irigasi
secara tetes di lahan kering, yang telah dilaksanakan di lahan kering (marginal) Kp.
Gowok Desa Curug, Kab. Serang, Provinsi Banten pada bulan September 2011
sampai Januari 2012. Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial yang disusun
dalam Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan dua faktor. Faktor
pertama adalah varietas yang terdiri atas varietas Panther, Zebra dan Lokal (asal
Cikeusal Kabupaten Serang) sebagai petak utama, faktor kedua adalah irigasi tetes
yang terdiri dari: irigasi tetes dengan emiter filter rokok, irigasi tetes dengan emiter
regulator infus dan Kontrol (dilakukan penyiraman empat hari sekali) sebagai anak
petak dan diulang sebanyak tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas
yang paling baik terhadap perubahan kadar lengas dan hasil kacang tanah yaitu
pada varietas lokal, karena varietas lokal lebih adaptif dan toleran terhadap
lingkungan. Irigasi yang paling baik digunakan adalah irigasi tetes dengan emiter
114 RITAWATI ET AL. JIPP

regulator infus, karena tidak mengalami penyumbatan pada emiter, sehingga air
berjalan dengan lancar dan kadar lengas selalu tersedia untuk tanaman kacang
tanah.
Kata kunci: kadar lengas tanah, hasil, varietas kacang tanah, irigasi tetes, lahan
kering

PENDAHULUAN Panther, varietas Sima, varietas


Turangga, dan varietas Zebra.
Pertanian lahan kering merupakan
kegiatan budidaya yang banyak meng- Menurut Murty (2002), sistem irigasi
alami hambatan. Salah satu faktor tetes memiliki beberapa keuntungan
penghambatnya adalah terbatasnya air. antara lain distribusi air yang tertutup ke
Merit dan Narka (2007) menyatakan dekat akar tanaman, sehingga efisiensi
bahwa, lahan kering merupakan sebi- penyaluran besar, distribusi air yang
dang tanah yang dapat digunakan untuk seragam (merata) dan terkontrol, tidak
usaha pertanian dengan menggunakan ada aliran permukaan (run off) seperti
air secara terbatas dan biasanya hanya faktor yang dapat menyebabkan erosi,
mengharapkan dari curah hujan. aplikasi (pemberian) air dan pupuk
dapat dilakukan secara bersamaan,
Kendala yang sering dihadapi da-
mengurangi (membatasi) pertumbuhan
lam pengembangan budidaya kacang
gulma pada daerah yang terbasahi,
tanah di lahan kering antara lain kondisi
penyimpanan air yang efisien dan
fisik, kimia dan biologi tanah serta
secara umum meningkatkan hasil.
ketersediaan air yang secara keselu-
ruhan selalu bermuara ke produktivitas Kurnia, et al. (2001) melaporkan
yang rendah. Oleh karena itu, pengem- hasil penelitiannya bahwa pemberian air
bangan lahan kering yang potensial 50% - 75% kebutuhan air tanaman yang
perlu terlebih dahulu diidentifikasi po- dilakukan dengan cara tetes mampu
tensi dan teknologi yang sesuai agar meningkatkan dan mempertahankan
diperoleh produktivitas yang signifikan kandungan air tanah, yaitu 39% - 43 %
dan dapat dipertahankan secara berke- volume untuk tembakau, dan 39% -
lanjutan tanpa mengakibatkan penu- 41% volume untuk cabai, dengan hasil
runan produksi lahan tersebut. untuk tembakau 4,10 – 6,30 ton ha-1
dan cabai 0,40 – 0,70 ton ha-1. Sistem
Untuk meningkatkan produktivitas
irigasi tetes layak untuk diterapakan dan
lahan kering ada beberapa cara yang
hasil produksi menunjukkan pening-
perlu dilakukan seperti pemakaian
katan sebesar 44,4% ton ha -1 panen-1,
varietas unggul berumur genjah, pene-
yaitu dari 25 ton ha-1 panen-1.
rapan pola tanam yang sesuai dengan
curahan hujan, perbaikan teknik budi- Emiter merupakan alat pemancar
daya tanaman, serta usaha konservasi air yang dipasang di dekat tanaman dan
lahan sehingga kelestarian lahan dapat permukaan tanah. Menurut Keller dan
dijaga (Deptan 2006). Bliesner (1990), emiter berfungsi seba-
gai alat pengatur debit pada irigasi
Peningkatan produksi juga dapat
tetes. Pada penelitian ini emiter digan-
dilakukan dengan penggunaan varietas
tikan dengan filter rokok dan regulator
unggul, dimana varietas unggul ini
infus. Dasar pemikiran meng-gunakan
memiliki sifat kualitatif (tahan terhadap
filter rokok dan regulator infus dika-
hama dan penyakit serta toleran
renakan harga emiter yang cukup
terhadap cekaman kekeringan) serta
mahal, sedangkan filter rokok dan
sifat kuantitatif (hasil polong atau biji)
regulator infus relatif lebih murah dan
tinggi. Produktivitas polong kering rata-
lebih mudah didapat.
rata kacang tanah varietas unggul ini
sekitar 2-2,4 ton ha-1, misalnya varietas
Vol. 4, 2015 Perubahan Kadar Lengas Tanah 115

Menurut Tusi (2006), penggunaan varietas Lokal (asal Cikeusal Kabupaten


emiter alternatif menggunakan bahan Serang), pupuk (Urea, SP-36, KCL,
dari cotton buds dan filter rokok dapat Kompos), pestisida, filter rokok, lem,
menghemat biaya untuk pembelian dan plastik.
bahan emiter, dan emiter dari limbah Alat yang digunakan untuk pene-
filter rokok Gudang Garam lebih baik litian ini adalah bambu, cangkul, ember,
dalam memberikan air dengan tingkat botol plastik bekas, tali kawat, kain
keseragaman yang lebih tinggi diban- kasa, selang infus, regulator infus, ring
dingkan cotton buds dan limbah filter sampel tanah, oven, pisau, tensiometer,
rokok Class Mild. timbangan analitik, gayung, stop watch,
Kadar lengas tanah sering disebut gelas ukur, corong, label nama dan alat
sebagai kandungan air (moisture) yang tulis.
terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk Rancangan percobaan yang digu-
menyatakan kadar lengas tanah dapat nakan pada penelitian ini adalah Ran-
berupa persen berat atau persen cangan Petak Terbagi (RPT) atau Split
volume. Beberapa faktor yang mem- Plot. Percobaan ini terdiri atas dua
pengaruhi kandungan lengas dalam faktor, faktor pertama adalah varietas
tanah antara lain anasir iklim, cara kacang tanah yang ditempatkan se-
pemberian air irigasi, kandungan bahan bagai petak utama dan faktor kedua
organik, fraksi lempung tanah, topografi, adalah sistem irigasi tetes yang di-
dan adanya bahan penutup tanah baik tempatkan sebagai anak petak.
organik maupun anorganik (Walker dan
Faktor pertama varietas kacang
Paul 2002).
tanah terdiri dari 3 taraf : V1 : Kacang
Berdasarkan uraian di atas, maka tanah varietas Panther, V2 : Kacang
perlu diteliti penggunaan sistem irigasi tanah varietas Zebra, V3 : Kacang tanah
tetes sederhana dengan pemanfaatan varietas Lokal (asal Cikeusal Kabupaten
filter rokok dan regulator infus sebagai Serang). Faktor kedua sistem irigasi
emiter pada budidaya tanaman kacang tetes terdiri dari 3 taraf : I1 : Irigasi tetes
tanah di lahan kering. Selain itu, untuk dengan emiter Filter rokok, I2 : Irigasi
mengetahui pengaruh perbedaan tetes dengan emiter Regulator infus, I3 :
perlakuan irigasi tetes terhadap tanah Kontrol (disiram empat hari sekali).
dan perakaran tanaman serta pen- Diperoleh 9 kombinasi perlakuan de-
jadwalan pemberian air irigasi, maka ngan tiga kali ulangan, sehingga
perlu dilakukan pengamatan perubahan terdapat 27 satuan percobaan. Jumlah
kadar lengas tanah. Disamping itu, satu plot sebanyak 12 tanaman, se-
digunakan juga varietas kacang tanah hingga seluruhnya terdapat 324
yang berbeda agar diketahui varietas tanaman.
mana yang lebih baik dan adaptif di
Untuk mengetahui perbedaan
lahan kering.
diantara perlakuan dilakukan analisis
varietas dan irigasi terhadap parameter
METODE PENELITIAN yang diamati, jika terdapat perbedaan
dilakukan uji lanjut menggunakan uji
Penelitian ini dilaksanakan di lahan jarak berganda Duncan Multiple Range
percobaan Kampung Gowok Desa Test (DMRT) taraf nyata 5 %.
Sukajaya Kecamatan Curug Kota Parameter pengamatan utama yang
Serang Provinsi Banten. Dengan diamati yaitu ;
ketinggian tempat 80 m dpl. Penelitian
a. Pengukuran Kadar Lengas dengan
dilaksanakan pada bulan September
Tensiometer
2011 sampai Januari 2012.
Bahan yang digunakan untuk Tensiometer digunakan untuk
penelitian ini adalah benih kacang tanah mengukur kadar lengas tanah,
varietas Panther, varietas Zebra dan mulai dilakukan pada saat tanaman
116 RITAWATI ET AL. JIPP

berumur 10 hari setelah tanam Perlakuan irigasi pukul 06.00


(HST). Tensiometer digunakan dengan emiter filter rokok dan regulator
dengan cara menancapkan ke infus menunjukkan kadar lengas yang
dalam tanah sedalam 15 cm (untuk sama sebesar 3,44 cb yaitu tanah
fase perkecambahan dan fase masih jenuh air, pukul 13.00 kadar air
vegetatif), sedalam 30 cm (untuk berkurang baik pada regulator infus,
fase pembungaan sampai pema- maupun filter rokok dengan skala
sakan polong) dipasang didekat tensiometer sekitar 33,22 cb.
tanaman dengan jarak 15 cm dan Sedangkan pada pukul 16.30 kadar
hasilnya akan terlihat pada meteran lengas yang paling mencukupi yaitu
yang berada pada pangkal atau pada emiter filter rokok 25,56 cb yang
atas tensiometer. Pengamatan berarti kadar lengas kapasitas lapang.
dilakukan pada beberapa fase yaitu Hasil penelitian menunjukkan
fase perkecambahan yang dilaku- bahwa kadar lengas masih jenuh pada
kan pada umur 10 HST, fase perlakuan irigasi tetes emiter regulator
vegetatif (35 HST), fase infus yang diukur pada pukul 06.00
pembungaan (65 HST), fase dengan skala menunjukkan 3,44, yang
pengisian polong (95 HST), dan berarti skala jenuh air. Hal ini
fase pemasakan (100 HST). dikarenakan pengukuran kadar lengas
Masing-masing fase dilakukan pada skala tensiometer dilakukan pada saat
waktu pagi (pukul 06.00), siang irigasi berlangsung, dan air dalam tanah
(pukul 13.00), dan sore (pukul belum terjadi penguapan ke atas
16.30) dan diambil tiga sampel permukaan, sehingga air masih banyak
pada masing-masing plot. tersimpan. Selain itu keadaan suhu
b. Pengamatan hasil tanaman per dalam tanah rendah dan kelembaban
varietas saat panen, yaitu : bobot tinggi, serta terjadinya infiltrasi dalam
polong kering (g), bobot biji kering tanah sangat cepat karena tekstur tanah
(g) dilakukan dengan menggunakan tergolong loam (geluh) dengan tingkat
timbangan digital. permeabilitas tanah sedang sehingga
tanah cukup porous dan mampu
menyimpan air lebih lama.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran pukul 13.00 kadar
Kadar Lengas Tanah pada Fase lengas berkurang, namun kadar lengas
Vegetatif yang cukup tersedia terdapat pada
irigasi tetes emiter regulator infus
Berdasarkan Tabel 1, terlihat bah- dengan skala 31,78 cb. Hal ini
wa pada fase vegetatif penggunaan dikarenakan sudah terjadi infiltrasi dan
varietas yang berbeda tidak meng- penguapan air ke udara, sehingga
akibatkan kadar lengas yang berbeda, dalam tanah berkurang. Selain itu
sedangkan irigasi tetes yang berbeda keadaan suhu disekitar tanaman sangat
mengakibatkan kadar lengas yang tinggi dan telah terjadi penguapan air
berbeda. Adapun interaksi antara va- dalam tanah, sehingga akar tidak
rietas dan irigasi tetes tidak meng- berproduksi dengan baik karena
akibatkan perbedaan kadar lengas. kekurangan air dan proses fotosintesis
terhambat.
Vol. 4, 2015 Perubahan Kadar Lengas Tanah 117

Tabel 1 Kadar lengas tanah skala tensiometer pada perlakuan varietas dan irigasi
tetes pada fase vegetatif umur 38 HST pada pukul 06.00 – 16.30

Varietas Irigasi Tetes Rata-rata

Filter Rokok Regulator Infus Kontrol

Pukul 06.00-08.00 -------------------------centibars------------------

Panther (V1) 3,67 3,67 4,33 3,89


Zebra (V2) 3,33 3,33 4,67 3,77
Lokal (V3) 3,33 3,33 5,00 3,89

Rata-rata 3,44 b 3,44 b 4,67 a

Pukul 13.00-15.00 ------------------------centibars--------------------

Panther (V1) 32,67 31,67 36,00 33,45


Zebra (V2) 33,33 32,00 35,67 33,67
Lokal (V3) 33,67 31,67 36,00 33,78

Rata-rata 33,22 b 31,78c 35,89a

-------------------------centibars-------------------
Pukul 16.30-17.30

Panther (V1) 26,00 26,33 26,00 26,11


Zebra (V2) 26,00 27,33 30,33 27,88
Lokal (V3) 24,67 25,33 29,56 26,52

Rata-rata 25,56 b 26,33 b 28,63 a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris berbeda tidak nyata menurut uji
DMRT 5%

Pada keadaan cukup air perkem- Cekaman air akan mempengaruhi


bangan akar akan sempurna dan dapat pertumbuhan dan perkembangan serta
menyerap unsur hara yang tersedia hasil tanaman karena terjadinya
sehingga dapat meningkatkan pertum- perubahan pada anatomi dan morfologi
buhan tanaman, tetapi apabila keku- serta fisiologi dan biokimia tanaman
rangan air maka pertumbuhan akan yang akhirnya menurunkan produk-
terhambat terutama pada fase vegetatif. tivitas tanaman. Menurut Aspinell (1986)
Dengan adanya air yang cukup selama dalam Maulana (2011), kekurangan air
pertumbuhan tanaman, maka proses selama fase vegetatif akan meng-
penyerapan unsur hara dan laju hambat inisiasi primordial daun pada
fotosintesis lancar, sehingga dapat titik tumbuh, kecepatan pem-bukaan
meningkatkan pertumbuhan tanaman. kuncup dan perluasan daun muda
menjadi daun dewasa. Jika cekaman air
118 RITAWATI ET AL. JIPP

berkepanjangan, perluasan daun akan semua perlakuan irigasi dan varietas


terhenti. terhadap kadar lengas yang dihasilkan
Pengukuran pukul 16.30 menunjuk- tidak berbeda nyata (Tabel 2). Hal ini
kan bahwa kadar lengas dalam tanah dikarenakan pengukuran dilakukan pa-
masih kapasitas lapang pada perlakuan da saat irigasi berlangsung begitu juga
irigasi tetes emiter filter rokok yang yang kontrol dilakukan pada saat
berskala 25,56 cb. Hal ini dikarenakan penyiraman berlangsung sehingga
irigasi dengan emiter filter rokok kondisi tanah jenuh semua. Pada fase
mengalami sedikit penyumbatan se- pembungaan akar membutuhkan begitu
hingga air keluar dalam jangka waktu banyak air dalam tanah untuk pem-
yang lebih lama dibandingkan dengan bentukan bunga, sehingga akar
emiter regulator infus, sehingga kadar menyerap air dengan cepat pada keter-
lengas tanah masih tersedia dan tanah sediaan air yang sama, yang
masih mengikat air. Selain itu, faktor mengakibatkan kadar lengas tidak
suhu sangat rendah di sekitar tanaman berbeda nyata pada setiap perlakuan-
yang menyebabkan tanah menjadi nya.
lembab. Adanya air yang cukup selama Pengukuran pukul 13.00 menun-
pertumbuhan tanaman, maka proses jukkan bahwa kadar lengas dalam tanah
penyerapan unsur hara dan laju kapasitas lapang pada perlakuan irigasi
fotosintesis lancar, sehingga dapat tetes emiter regulator infus dengan
meningkatkan pertumbuhan tanaman. skala 27,67 cb. Hal ini dikarenakan
suhu di lingkungan sangat rendah dan
Kadar Lengas Tanah pada Fase kelembaban tanah sangat tinggi se-
Pembungaan hingga kadar lengas masih tersedia
walaupun pada waktu siang hari
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bah-
sehingga proses fotosintesis tidak ter-
wa varietas yang berbeda dan irigasi
hambat, karena bunga yang terbentuk
tetes yang berbeda pada pukul 08.00
sangat banyak per tanamannya.
tidak berpengaruh terhadap kadar
lengas yang diamati, karena kondisi Pengukuran pukul 16.30 menunjuk-
tanah semua perlakuan masih jenuh air. kan kadar lengas dalam tanah masih
Irigasi tetes pada pukul 13.00 dan kapasitas lapang pada varietas Lokal
pukul 16.30 berpengaruh nyata. dengan skala mencapai 25,67 cb. Hal
Demikian pula pada interaksi antara ini dikarenakan akar masih produktif
varietas dan irigasi tetes tidak untuk menyerap larutan dalam tanah,
berpengaruh terhadap kadar lengas selain masih tersedianya kadar air
yang diamati. Perlakuan irigasi tetes dalam tanah kelembaban dalam tanah
dengan emiter regulator infus menun- juga sangat tinggi dan suhu sangat
jukkan kadar lengas yang lebih tersedia rendah yang mengakibatkan air masih
pada pengukuran pukul 13.00 dengan tersedia di dalam tanah, sehingga
skala 27,67 cb dan pukul 16.30 dengan bunga yang terbentuk sangat banyak
skala 25,67 cb. karena tanaman tidak mengalami
kekurangan air.
Hasil penelitian menunjukkan bah-
wa pada pengukuran pukul 06.00
Vol. 4, 2015 Perubahan Kadar Lengas Tanah 119

Tabel 2 Kadar lengas tanah skala tensiometer pada perlakuan varietas dan irigasi
pada fase pembungaan umur 66 HST pada PUKUL 06.00 – 16.30

Varietas Irigasi Tetes Rata-rata

Filter Rokok Regulator Infus Kontrol

Pukul 06.00-08.00 -------------------------centibars------------------

Panther (V1) 2,55 2,59 3,03 2,72


Zebra (V2) 2,59 2,67 2,74 2,66
Lokal (V3) 2,61 2,53 2,61 2,58

Rata-rata 2,58 2,60 2,79

Pukul 13.00-15.00 ------------------------centibars--------------------

Panther (V1) 27,67 27,67 32,00 29,11


Zebra (V2) 27,00 28,00 32,00 29,00
Lokal (V3) 28,67 27,33 32,33 29,44

Rata-rata 27,78 b 27,67 b 32,11 a

Pukul 16.30-17.30 -------------------------centibars-------------------

Panther (V1) 27,00 26,33 32,67 28,67


Zebra (V2) 28,00 27,00 35,67 30,22
Lokal (V3) 25,00 23,67 29,67 26,11

Rata-rata 26,67 b 25,67 b 32,67 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris berbeda tidak nyata menurut uji
DMRT 5%. Uji lanjut menggunakan data hasil 1 kali transformasi dengan rumus
.

Kadar Lengas pada Fase Pemasakan berpengaruh terhadap kadar lengas


Polong baik pada pukul 06.00, pukul 13.00
maupun pukul 16.30, sedangkan
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bah- perlakuan irigasi tetes sangat ber-
wa tidak terdapat interaksi antara pengaruh terhadap perubahan kadar
varietas dan irigasi tetes terhadap kadar lengas tanah baik pada pukul 06.00,
lengas pada fase pemasakan polong. pukul 13.00 maupun pukul 16.30.
Pada perlakuan varietas tidak
120 RITAWATI ET AL. JIPP

Tabel 3 Kadar lengas tanah skala tensiometer pada perlakuan varietas dan irigasi
pada fase pemasakan polong umur 100 HST pada PUKUL 06.00 – 16.30

Varietas Irigasi Tetes Rata-rata

Filter Rokok Regulator Infus Kontrol

Pukul 06.00-08.00 -------------------------centibars------------------

Panther (V1) 3,41 3,07 4,46 3,64


Zebra (V2) 3,55 3,03 4,57 3,72
Lokal (V3) 3,37 3,05 4,44 3,57

Rata-rata 3,44 b 3,05 c 4,44 a

Pukul 13.00-15.00 ------------------------centibars--------------------

Panther (V1) 28,67 26,33 33,33 29,44


Zebra (V2) 29,00 26,00 33,67 29,56
Lokal (V3) 28,67 26,33 33,33 29,44

Rata-rata 28,78 b 26,22 c 33,34 a

Pukul 16.30-17.30 -------------------------centibars-------------------

Panther (V1) 23,67 23,33 23,33 26,11


Zebra (V2) 26,00 25,67 25,67 28,33
Lokal (V3) 23,67 23,67 23,67 26,34

Rata-rata 24,44 b 24,22 b 32,11 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris berbeda tidak nyata menurut uji
DMRT 5%. Uji lanjut menggunakan data hasil 1 kali transformasi dengan rumus
.

Pada pukul 06.00 varietas lokal tetes dengan emiter regulator infus
menunjukkan kadar lengas yang lebih menunjukkan kadar lengas
tersedia dibandingkan dengan varietas Kadar lengas masih jenuh pada
lainnya. Pada pukul 13.00 varietas varietas lokal dengan menggunakan
Panther dan Lokal menunjukkan nilai irigasi tetes emiter regulator infus
kadar lengas yang sama dan men- dengan skala 3,05 cb yang diukur pada
cukupi. Sedangkan pengukuran pukul pukul 06.00. Hal ini dikarenakan peng-
16.30 menunjukkan kadar lengas yang ukuran kadar lengas skala tensiometer
tersedia terdapat pada varietas Panther. dilakukan pada saat irigasi berlangsung,
Pada perlakuan irigasi tetes menunjuk- sehingga keadaan tanahnya lembab
kan pengaruh yang sangat nyata yang mengakibatkan pembacaan
terhadap parameter kadar lengas fase tensiometer sangat cepat dan mengha-
pemasakan polong. Perlakuan irigasi silkan kadar lengas yang jenuh. Selain
Vol. 4, 2015 Perubahan Kadar Lengas Tanah 121

itu keadaan suhu dalam tanah rendah kontrol sebesar 32,11 cb. yang
dan kelembaban tinggi, serta terjadinya cenderung lebih baik daripada per-
infiltrasi dalam tanah dan belum lakuan irigasi dengan emiter lainnya.
terjadinya penguapan air ke atas
permukaan tanah. Hasil Bobot Polong Kering
Pengukuran pukul 13.00 menunjuk- Berdasarkan Tabel 4, terlihat ba-
kan kadar lengas dalam tanah menjadi hwa tidak terdapat interaksi antara
kapasitas lapang pada varietas Panther varietas dan irigasi tetes terhadap
dan varietas lokal dengan mengguna- parameter bobot polong kering. Pada
kan irigasi tetes emiter regulator infus
perlakuan varietas menunjukkan
dengan skala 26,22 cb. Hal ini respons yang nyata terhadap bobot
dikarenakan suhu di lingkungan sangat polong kering yaitu pada varietas lokal
rendah dan kelembaban tanah sangat asal Cikeusal Kabupaten Serang. Pada
tinggi sehingga kadar lengas masih perlakuan irigasi menunjukkan penga-
tersedia walaupun pada waktu siang ruh yang tidak nyata terhadap
hari, selain itu varietas Panther dan parameter bobot polong kering. Namun
lokal sangat beradaptasi dengan baik di perlakuan irigasi tetes dengan emiter
lingkungan tanaman sehingga keter- regulator infus menunjukkan bobot
sediaan air dalam tanah masih ada polong kering yang paling tinggi
untuk penyerapan akar. dibandingkan dengan perlakuan irigasi
Pengukuran pukul 16.30 menunjuk- lainnya.
kan kadar lengas dalam tanah masih Berdasarkan hasil penelitian di-
kapasitas lapang perlakuan irigasi tetes dapat bahwa hasil bobot polong kering
emiter regulator infus pada skala 24,22 tertinggi terdapat pada varietas lokal
cb. Hal ini karena tanah masih mampu asal Cikeusal Kabupaten Serang
mengikat air lebih lama, mengingat sebesar 5,81 g dengan menggunakan
struktur tanah bergeluh dimana fraksi irigasi tetes emiter regulator infus. Hal
pasir, debu dan liat berimbang sehingga
ini dikarenakan varietas lokal memiliki
ketersediaan tanah masih stabil. Selain keunggulan tersendiri yang mampu
itu faktor suhu dan kelembaban sangat berproduksi dengan cukup tinggi
berpengaruh terhadap keadaan tanah.
dibandingkan dengan varietas unggul.
Sedangkan terendah pada varietas
Zebra sebesar 28,33 cb dengan irigasi

Tabel 4 Bobot polong kering pada tanaman kacang tanah terhadap perlakuan
varietas dan irigasi tetes
Varietas Irigasi Tetes Rata-rata
Filter rokok Regulator infus Kontrol
---------------------------------g---------------------------
Panther (V1) 5,91 5,31 4,44 5,22b
Zebra (V2) 5,59 5,90 5,31 5,60a
Lokal (V3) 5,51 6,43 5,48 5,81a

Rata-rata 5,67ab 5,88a 5,08b


Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT 5%. Uji lanjut menggunakan data hasil 1 kali transformasi dengan
rumus .

Selain itu varietas lokal mampu nya, baik terhadap kondisi tanah
beradaptasi dengan baik di lingkungan- maupun iklimnya dan mampu mem-
122 RITAWATI ET AL. JIPP

bentuk polong biji paling banyak Cikeusal Kabupaten Serang sebesar


dibanding dengan varietas lainnya. 4,62 g dengan menggunakan irigasi
Sedangkan terendah terdapat pada tetes emiter regulator infus sebesar 4,89
varietas Panther sebesar 5,22 g dengan g. Hal ini dikarenakan varietas lokal
irigasi kontrol. Adapun keunggulan mampu beradaptasi dengan baik di
varietas lokal yaitu mampu mengatasi lingkungan sekitar dan ketebalan kulit
berbagai cekaman lingkungan, polong sangat berpengaruh terhadap air
memenuhi kebutuhan masyarakat dan yang diserap untuk pembentukan biji.
mendukung keragaman genetik Kulit polong pada varietas lokal
tanaman. Cekaman lingkungan tersebut sangat tipis dibandingkan dengan
antara lain; serangan hama dan varietas lainnya, sehingga pembentukan
penyakit, cekaman tanah masam dan biji lebih banyak dan bobot biji lebih
cekaman kekeringan air. (Tim Perumus besar dibanding dengan varietas
Komisi Nasional Sumber Daya Genetik, lainnya. Sedangkan terendah terdapat
2008 dalam Maulana, 2011). pada varietas Zebra (4,05 g). Bobot biji
rendah disebabkan oleh jumlah biji dan
Hasil Bobot Biji Kering jumlah polong yang rendah karena
kurangnya ketersediaan air pada fase
Berdasarkan Tabel 5, terlihat
pembungaan untuk proses fotositesis
bahwa tidak terdapat interaksi antara
yang mempengaruhi pertumbuhan dan
varietas dan irigasi terhadap parameter
produktivitas tanaman.
bobot biji kering. Perlakuan varietas
menunjukan respons yang berbeda Riduan (2007), mendapatkan bobot
terhadap parameter hasil bobot biji biji pada tanaman kacang tanah yang
kering, sedangkan irigasi tetes cen- stress kekeringan mengalami pe-
derung sangat berbeda nyata terhadap nurunan hasil berkisar 63% - 79% dan
bobot biji kering. Namun perlakuan bobot 100 butir pada tanaman kacang
varietas lokal menunjukkan hasil yang tanah yang stress kekeringan. Mapegau
lebih tinggi dibanding varietas lainnya. (2006), menemukan bahwa proses
Sedangkan irigasi tetes dengan pengisian biji dan translokasi fotosintat
regulator infus menunjukkan hasil yang sangat sensitif terhadap cekaman air,
paling tinggi untuk bobot biji kering. karena itu dapat mengurangi bobot biji
Berdasarkan hasil penelitian dida- kering.
pat bahwa hasil bobot biji tertinggi
terdapat pada varietas lokal asal

Tabel 5 Bobot biji kering pada tanaman kacang tanah terhadap perlakuan varietas
dan irigasi tetes
Varietas Irigasi Tetes Rata-rata
Filter rokok Regulator infus Kontrol
-------------------------------g----------------------------
Phanter (V1) 4,53 4,50 3,17 4,07a
Zebra (V2) 3,99 4,84 3,31 4,05a
Lokal (V3) 4,51 5,33 4,01 4,62 b
Rata-rata 4,34 b 4,89b 3,50a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT 5%. Uji lanjut menggunakan data hasil 2 kali transformasi dengan
rumus .
Vol. 4, 2015 Perubahan Kadar Lengas Tanah 123

KESIMPULAN
Mapegau. 2006. Pengaruh cekaman air
Berdasarkan hasil dan pemba-
terhadap pertumbuhan dan hasil
hasan, dapat disimpulkan sebagai
tanaman kedelai. Universitas
berikut:
Jambi. Jurnal Ilmiah Pertanian
1. Perlakuan varietas tidak berpenga- Kultura 41 (1): 43-49.
ruh pada parameter kadar lengas, Maulana R. 2011. Pertumbuhan dan
tetapi pada varietas lokal (asal hasil 3 kultivar lokal kacang tanah
Cikeusal Kabupaten Serang) mem- (Arachis hypogaea L.) pada
berikan respons yang baik terhadap berbagai ketersediaan air tanah.
hasil bobot polong kering dan hasil UNTIRTA. Serang. 68 hlm.
bobot biji kering. Merit Nyoman I, Narka, N, I. 2007.
2. Perlakuan irigasi tetes dengan Pengaruh interval pemberian air
emiter regulator infus berpengaruh melalui irigasi tetes (drip irrigation)
pada perubahan kadar lengas dan dan pupuk mineral plus terhadap
hasil bobot biji kering, tetapi tidak produksi anggur pada lahan kering
berpengaruh pada fase pembunga- di Kecamatan Gerokgak Kabupaten
an pukul 06.00-08.00 dan hasil Buleleng. Universitas Udayana.
bobot polong kering. Bali. Agritrop 26(1): 24 - 32.
3. Tidak terdapat interaksi antara Murty VVN. 2002. Land and Water
varietas dan irigasi tetes terhadap Management Engineering. 3rd
perubahan kadar lengas dan hasil edition. Kalyani Publisher. New
tanaman kacang tanah pada Delhi, India. 127 p.
parameter yang diamati. Riduan A. 2007. Toleransi kacang tanah
dan tembakau terhadap stress
kekeringan dengan overekpresi gen
DAFTAR PUSTAKA P5CS penyadi enzim kunci
biosintesis prolina. [Disertasi].
[DEPTAN] Departemen Pertanian. Sekolah Pascasarjana IPB.
2006. Budidaya Kacang Tanah Bogor.167 hlm.
Tanpa Olah Tanah. Tusi A. 2006. Pemanfaatan Cotton Buds
http://www.Deptan.go.id / teknologi dan Limbah Filter Rokok sebagai
/ tp / tkctanah 1 htm. (diakses 22 Emitter Alternatif dalam Sistem
Juni 2011). Irigasi Tetes dengan Tabung
Keller J and RD Bliesner. 1990. Sprinkle Marihot. Jurusan Teknik Pertanian,
and Trickle Irrigation. Publishing by Fakultas Pertanian. UNILA.
Van Nostrand Reinhold. New York. http://repository.unila.ac.id:8180/ds
135 p. pace/bitstream/123456789/1176/1/l
Kurnia U, MS Djunaedi dan T Vadari. aptunilapp-gdl-res-2007-ahmadtusi-
2001. Efisiensi penggunaan air 768-2006_lp_-1.pdf. (diakses 02
embung dengan irigasi tetes untuk Agustus 2011).
mengantisipasi kekeringan air pada Walker JP and Paul RH. 2002.
lahan kering di musim kemarau. Evaluation Of The Ohmmapper
Prosiding Kongres dan Seminar Instrument For Soil Measurement.
KNI-ICID. Bogor, 16-17 November Soil Science Society of America .
2000. hlm 12-17. Journal, Vol 66. P 728 -734.

You might also like