You are on page 1of 10

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 637-645

45, 2018
e-ISSN:2549-9793

PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM IRIGASI BIG GUN


SPRINKLER DAN BAHAN ORGANIK TERHA
TERHADAP
KELENGASAN TANAH DAN PRODUKSI JAGUNG
DI LAHAN KERING
Effects of Implementation of Big Gun Sprinkler Irrigation System and
Organic Matters on Soil Moisture and Maize Yield on Dry Land

Donny Nugroho K.1, Sudarto1*, Haryono2


1 Jurusan Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya,
Brawijaya 2 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Bogor
* penulis korespondensi: sudarto_fpub@yahoo.co.id

Abstract
Dry land in Indonesia has high potential for agricultural development because of its area, but its
utilization is still not optimal. Low water availability is a major issue on dry land. The availability of
water is affected by the topography and physical properties
properties in dry land in the holding or to save
water. Easy removable irrigation systems such as the Big Gun Sprinkler can meet water demands,
while adding organic material can prolong its availability. The purpose of this study was to analyze
the effect of the use of Big Gun Sprinkler irrigation system and organic material against moisture of
soil and maize yield. Experimental design used in this research was a Split Splot design with two
factors, the first factor was dose the water with three levels consisting of A1 (((100% dose
of water), A2 (85% dose of water), A3 (70% dose of water), and the second factor was a dose
of organic matter with three levels consisting of B1 (3 t ha-1), B2 (4 t ha-1), B3 (5 t ha-1), and the
combination of these factors that consisted of three replicates. The results of this study showed that
with irrigation systems water distribution was not uniform because of the influence of the distance
from the centre and the wind. Combination of doses of water and organic mat matter did not give
significant influence over all parameters. However, each treatment produced different values on
each parameter.
Keywords : big gun sprinkler, dry land, irrigation system,
system maize, organic matter, soil moisture

Pendahuluan dalam mengikat air. Apabila kualitas sifat fisik


menurun maka akan menyebabkan air yang
Lahan kering di Indonesia mempunyai potensi tersimpan pada tanah yang dapat dimanfaatkan
yang cukup besar karena cukup banyak lahan oleh tanaman menurun, sehingga pert
pertumbuhan
kering yang masih belum optimal dalam dan hasil tanaman menjadi tidak optimal. Salah
pemanfaatannya. Menurut Badan Pusat satu solusi dalam mengatasi ketersediaan air
Statistik (2013) luas lahan kering di Indonesia adalah dengan membuat sistem irigasi pada
mencapai 70,59 juta ha. Hal tersebut menjadi lahan kering dan penambahan bahan organik
salah
lah satu alasan bagi pemerintah dalam upaya untuk memperbaiki sifat fisik. Jenis irigasi yang
pengembangan potensi lahan kering yang ada akan diterapkan pada suatu uatu lahan perlu
dibeberapa provinsi salah satunya adalah mempertimbangkan beberapa faktor seperti
Provinsi Lampung. Keterbatasan ketersediaan kondisi lahan yang akan diaplikasikan, biaya
air atau kadar air tanah pada lahan kering atau modal yang akan dikeluarkan, sumber air
mengakibatkan usaha tani tidak dapat yang akan digunakan dan tenaga kerja. Lahan
dilakukan
kukan sepanjang tahun. Kadar air tanah kering di Lampung Tengah menggunakan jenis
dipengaruhi oleh sifat fisik dari lahan tersebut irigasi pompa yaitu sistem
istem irigasi tetes ((drip).

http://jtsl.ub.ac.id 637
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 637-645, 2018
e-ISSN:2549-9793

Sistem irigasi tetes (drip) diaplikasikan pada Kegiatan budidaya dan pengamatan di lapangan
lahan kering yang relatif datar, akan tetapi tidak dilaksanakan pada lahan kering Desa Bumi Aji,
optimal pada lahan dengan topografi tidak rata. Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung
Dengan penerapan sistem irigasi curah Tengah, Provinsi Lampung. Sedangkan untuk
(sprinkler) dapat mengatasi permasalahan analisis laboratorium dilaksanakan di Balai
ketersediaan air pada lahan kering yang Penelitian Tanah, Bogor. Rancangan percobaan
memiliki topografi tidak rata yang biasanya yang digunakan pada penelitian ini adalah petak
hanya mengandalkan curah hujan saja. terbagi (Split Plot) dengan dua faktor, faktor
Sehingga dapat membantu dalam yang pertama yaitu dosis air dengan tiga taraf
meningkatkan ketersediaan air untuk terdiri dari A1 (100% dosis air), A2 (85% dosis
mengoptimalkan produksi tanaman di lahan air), A3 (70% dosis air) dan faktor kedua yaitu
kering tersebut. Sistem irigasi curah memiliki dosis bahan organik berupa kotoran ayam dan
jenis alat yang bersifat portable yaitu Big Gun sekam padi dengan tiga taraf terdiri dari B1 (3 t
Sprinkler. Sistem irigasi ini memiliki jangkauan ha-1), B2 (4 t ha-1), B3 (5 t ha-1) dan kombinasi
yang jauh dan juga air yang didistribusikan dari faktor tersebut terdiri dari tiga ulangan.
dapat seragam seperti hujan sehingga produksi
dari jagung sendiri bisa seragam dan optimal.
Hasil dan Pembahasan
Akan tetapi, jika daerah lahan kering tersebut
termasuk daerah yang sangat berangin maka Kebutuhan air tanaman
keseragaman dari distribusi air Big Gun Sprinkler Penentuan kebutuhan air tanaman jagung
dapat menurun dan memunculkan variabilitas menggunakan metode FAO, dengan
pembasahan (Sanchez et al., 2011). Munculnya mempertimbangkan beberapa karakteristik sifat
variabilitas pembasahan dapat mempengaruhi fisik lahan seperti pF 2,54, pF 4,2, dan berat isi
dari produksi jagung. Menurut Salmeron et al. tanah serta komponen dari tanaman yaitu
(2012) semakin menurunnya tingkat kedalaman perakaran di setiap fase
keseragaman distribusi air maka makin pertumbuhan. Dengan mempertimbangkan
menurun pula produksi dari tanaman jagung. beberapa kondisi tersebut maka air yang akan
Implementasi sistem irigasi di lahan kering digunakan untuk kebutuhan air tanaman dapat
merupakan hal yang penting dalam mengatasi optimal sesuai dengan kondisi yang ada di
permasalahan ketersediaan air. Untuk itu perlu lahan. Hasil perhitungan kebutuhan air irigasi
dilakukan penelitian mengenai sistem irigasi di pada setiap fase pertumbuhan disajikan pada
lahan kering. Hasil penelitian ini diharapkan Tabel 1. Berdasarkan dari hasil perhitungan
dapat mengatasi permasalahan dalam kebutuhan air irigasi dengan
meningkatkan potensi dari pemanfaatan lahan mempertimbangkan beberapa komponen,
kering dibidang pertanian. maka kebutuhan air irigasi pada lahan
penelitian mulai dari fase vegetatif pertama
Metode Penelitian hingga fase pembentukan biji adalah 7,9 – 15,8
mm. Kebutuhan air irigasi pada lahan
Kegiatan penelitian ini terdapat dua kegiatan penelitian pada satu periode penanaman dapat
yaitu kegiatan budidaya dan pengamatan di disebutkan sebagai nilai net irrigation depth
lapangan dan analisis laboratorium yang (NID).
dimulai pada bulan Agustus 2016 – Mei 2017.

Tabel 1. Kebutuhan air irigasi tanaman jagung pada setiap fase pertumbuhan
Fase Pertumbuhan NID Interval Irigasi Kebutuhan Irigasi
(mm) (Hari) (mm/hari)
Vegetatif I 7,9 7 1,13
Vegetatif II 10,6 3 3,52
Pembungaan 13,2 3 4,40
Pembentukan Biji 15,8 7 2,26

http://jtsl.ub.ac.id 638
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 637-645, 2018
e-ISSN:2549-9793

Nilai tersebut yang menjadi dasar dalam lalu dikonversikan menjadi satuan waktu pada
menentukan dosis air yang akan diberikan setiap taraf perlakuan dosis air yang hasilnya
sebagai taraf dari perlakuan dosis air yaitu dapat dilihat pada Tabel 2.
100%, 85%, dan 70%. Dari nilai NID tersebut

Tabel 2. Pemberian dosis air yang dikonversikan dalam waktu pada setiap taraf perlakuan dosis air
Fase Pertumbuhan Lama Irigasi Setiap Perlakuan (Menit)
100% 85% 70%
Vegetatif I (1-3 MST) 76 64 53
Vegetatif II (4-7 MST) 67 57 47
Pembungaan (8-10 MST) 83 70 58
Pembentukan Biji (11-15 MST) 43 37 30

Evaluasi kinerja Big Gun Sprinkler 53.24%. Oleh karena itu, pengaplikasian Big
Gun Sprinkler masih belum dikatakan seragam
Efisiensi dari pengaplikasian Big Gun Sprinkler
karena belum memenuhi kriteria minimal baik
dapat ditentukan dengan melihat hasil dari
dari nilai DU maupun CU.
perhitungan koefisien distribusi keseragaman
(DU) dan koefisien keseragaman christiansen
(CU). DU adalah nilai rata-rata volume dari
Tabel 3. Hasil perhitungan keseragaman air
seperempat nilai terendah air yang telah
tertampung dibagi dengan rata-rata volume air Perlakuan Nilai DU (%) Nilai CU (%)
tampungan yang dinyatakan dalam satuan U1A1 59.42 68.87
persen sedang CU adalah nilai kedalaman air U1A2 59.52 67.15
yang dapat dihitung dengan membagi volume U1A3 22.23 69.60
air yang tertampung dibagi dengan luas U2A1 41.71 75.23
permukaan gelas penampung. Nilai CU dan U2A2 13.66 53.24
DU apabila mencapai 100% menandakan U2A3 71.44 78.41
bahwa pengaplikasian dari Big Gun Sprinkler U3A1 71.89 62.66
seragam sempurna. Menurut Direkorat U3A2 27.39 54.01
Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air (2008) U3A3 41.57 65.37
Efisiensi Big Gun Sprinkler yang merupakan Keterangan : Ulangan : U1 (Ulangan 1), U2
jenis irigasi sprinkler tergolong tinggi apabila (Ulangan 2), U3 (Ulangan 3); Dosis Air : A1
nilai CU mencapai lebih dari 85%, sedangkan (100%), A2 (85%.), A3 (70%).
untuk nilai DU minimal adalah 75%. Dari
perhitungan yang telah dilakukan didapatkan
hasil yang berbeda-beda disetiap perlakuannya Hasil sebaran dari distribusi air juga dapat
seperti yang disajikan pada Tabel 3. Pada dilihat secara spasial sehingga dapat diketahui
pengujian yang telah dilakukan untuk nilai DU apakah dari sebaran yang dihasilkan sudah
tertinggi terdapat pada U3A1 sebesar 71.89% merata disetiap bagian plotnya seperti yang
dan yang terendah terdapat pada U2A2 sebesar disajikan pada Gambar 1.
13.66%. Nilai DU yang ada pada setiap Respon kadar air tanah terhadap perlakuan
pengujian didapatkan hasil yang belum seragam
karena nilai DU kurang dari 75%. Selain itu Analisis sidik ragam pada kadar air aktual tanah
belum seragamnya pengaplikasian sistem irigasi tidak terdapat interaksi dan tidak memberikan
ini juga ditandai dengan nilai CU yang masih perbedaan yang nyata pada setiap kadar air
belum mencapai 85%. Nilai CU yang aktual tanah. Akan tetapi pada masing-masing
didapatkan dari pengujian tersebut memiliki perlakuan mampu memberikan hasil yang
nilai tertinggi sebesar 78.41% pada U2A3 dan berbeda pada setiap perlakuan seperti yang ada
nilai terendah terdapat pada U2A2 sebesar pada Tabel 4.

http://jtsl.ub.ac.id 639
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 637-645, 2018
e-ISSN:2549-9793

Gambar 1. Sebaran distribusi air Big Gun Sprinkler

Tabel 4. Hasil respon kadar air tanah setiap 2013). Selain itu, diduga bahwa belum
perlakuan seluruhnya bahan organik terdekomposisi di
lahan penelitian juga dapat mempengaruhi
Perlakuan Kadar Air Aktual(%)
kadar air tanah. Sejalan dengan pendapat
A1 15,09 Murniyanto (2007) bahwa belum
A2 15,17 terdekomposisinya bahan organik secara
A3 15,48 keseluruhan maka bahan organik tersebut
B1 15,11 belum dapat menjamin peningkatan air yang
B2 15,61 tersimpan pada tanah.
B3 15,03
Respon produksi tongkol jagung terhadap
perlakuan
Perlakuan dosis air menunjukkan bahwa pada
perlakuan A3 memiliki nilai kadar air yang Analisis sidik ragam pada produksi tongkol
tertinggi yaitu sebesar 15,48%, sedangkan yang jagung tidak terdapat interaksi dan tidak
terkecil ada pada perlakuan A1 yaitu dengan memberikan perbedaan yang nyata pada
nilai 15,09%. Pemberian bahan organik pada produksinya. Akan tetapi, pada perlakuan dosis
perlakuan B3 memiliki nilai yang terendah yaitu air memberikan pengaruh sangat nyata seperti
15,02% dan nilai tertinggi adalah perlakuan B2 yang disajikan pada Tabel 5. Pada perlakuan A2
sebesar 15,61%. Besarnya nilai kadar air tanah didapatkan produksi tongkol jagung yang
dapat disebabkan oleh berapa hal seperti sifat terbesar yaitu 7,2 t ha-1, sedangkan perlakuan
fisik di lahan penelitian serta pengaplikasian yang memiliki produksi terkecil adalah A1 yaitu
bahan organik yang diberikan sebagai 5,7 t ha-1. Hasil perlakuan dosis air cenderung
perlakuan. Sifat fisik tanah dapat berpengaruh fluktuatif diduga karena pada penelitian ini
dalam proses masuknya air dalam tanah dan menggunakan jagung varietas BISI-18 yang
kemampuan tanah dalam mempertahankan air merupakan varietas jagung yang lebih toleran
di dalam pori-pori. Pemberian bahan organik terhadap kekeringan. Jagung yang toleran
pada lahan penelitian juga dapat mempengaruhi terhadap kekeringan akan memberikan hasil
nilai kadar air tanah karena pemberian bahan yang lebih besar jika dibandingkan dengan yang
organik secara umum berpengaruh dalam lebih peka terhadap kekeringan. Hal tersebut
mempertahankan kadar air tanah (Rahmat et al., dapat dikarenakan pada kondisi cekaman

http://jtsl.ub.ac.id 640
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 637-645, 2018
e-ISSN:2549-9793

kekeringan jagung BISI-18 mampu ataupun menjamin untuk peningkatan kadar air
memperluas absorbsi air yang lebih besar jika tanah (Murniyanto, 2007).
dibandingkan dengan varietas jagung yang peka
Hubungan sebaran air terhadap kadar air
(Efendi, 2009).
tanah
Hasil sebaran air pada Big Gun Sprinkler pada
Tabel 5. Hasil respon produksi tongkol jagung setiap plot tidak seragam dikarenakan pengaruh
setiap perlakuan jarak dari titik pusat irigasi. Hubungan antara
ketebalan air dengan jarak dari titik pusat irigasi
Perlakuan Tongkol Jagung (t ha-1)
memiliki keeratan yang sedang, yaitu sebesar -
A1 5,7a 0,2944. Nilai korelasi negatif antara ketebalan
A2 7,2c air dengan jarak dari titik pusat menunjukkan
A3 6,4b bahwa semakin jauh jarak dari titik pusat irigasi
B1 6,2 maka akan semakin kecil ketebalan air.
B2 6,7 Perbedaan pemerataan sebaran air dapat dilihat
B3 6,4 dengan membandingkan dari sebaran air aktual
oleh Big Gun Sprinkler dengan sebaran air yang
Pada perlakuan dosis bahan organik tidak seharusnya. Dengan membandingkan keduanya
terdapat perbedaan yang nyata terhadap didapatkan sebaran air yang dihasilkan saat
produksi tongkol jagung. Pada perlakuan dosis irigasi jika dibandingkan dengan sebaran air
bahan organik, produksi tongkol jagung yang seharusnya didapatkan hasil lebih dari
tertinggi terdapat pada perlakuan B2 sebesar ketebalan air yang seharusnya dan bahkan ada
6,7 t ha-1 dan nilai produksi terkecil adalah yang kurang seperti yang disajikan pada
perlakuan B1 sebesar 6,2 t ha-1. Meskipun pada Gambar 2. Gambar 2 dibagi menjadi lima kelas
perlakuan B3 memiliki dosis bahan organik kemerataan berdasarkan dari interval yang telah
yang lebih tinggi jika dibanding dengan B2 ditentukan yaitu 1) -5,16 - -2,33 mm, 2) -2,33–
terdapat kemungkinan bahwa bahan organik 0,51 mm, 3) 0,51–3,34 mm, 4) 3,34–6,18 mm
pada perlakuan B3 belum mengalami dan 5) 6,18–9,02 mm. Dari masing-masing
dekomposisi yang sempurna sehingga pada plot kelas tersebut didapatkan luasan yang berbeda-
perlakuan B3 belum mampu mempertahankan beda seperti yang disajikan pada Tabel 6.

Gambar 2. Kemerataan sebaran air Big Gun Sprinkler

http://jtsl.ub.ac.id 641
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 637-645, 2018
e-ISSN:2549-9793

Tabel 6. Luas pada Masing-Masing Kelas angin tersebut akan mengganggu distribusi air
Kemerataan Ketebalan Air dari Big Gun Sprinkler sehingga akan
mempengaruhi perbedaan ketebalan air pada
Kelas Interval Luas Luas
setiap plotnya. Pada uji korelasi antara
(mm) (ha) (%)
ketebalan air dengan kecepatan angin memiliki
1 -5,16 - -2,33 0,1 7 korelasi negatif dengan keeratan yang lemah
2 -2,33–0,51 0,27 21 yaitu sebesar -0,1883. Kecepatan angin yang
3 0,51–3,34 0,50 38 cukup besar maka dapat mengakibatkan
4 3,34–6,18 0,39 29 ketebalan air menjadi semakin sedikit dan tidak
5 6,18–9,02 0,06 5 merata sehingga distribusi menjadi tidak
seragam dan efisiensi menjadi menurun. Hal
Kelebihan atau kekurangan air yang ada pada tersebut juga dapat mempengaruhi hasil
beberapa titik dapat dikarenakan adanya sebaran dari kadar airnya pula seperti yang
pengaruh angin pada lahan. Dengan adanya disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Sebaran kadar air setelah penyiraman Big Gun Sprinkler

Uji korelasi yang dilakukan pada kadar air tanah meratanya kadar air tanah disetiap plot, dapat
dengan jarak dari titik pusat memiliki hubungan menyebabkan pertumbuhan dari tanaman
yang lemah sebesar -0,0389. Akan tetapi nilai jagung menjadi tidak optimal. Sejalan dengan
korelasi yang negatif menunjukkan hubungan pendapat Sanchez et al. (2011) jika daerah
yang berbanding terbalik antara keduanya yaitu budidaya jagung tersebut termasuk daerah yang
semakin jauh jaraknya dari titik pusat maka sangat berangin maka keseragaman dari
semakin sedikit juga kadar air tanah. Berbeda distribusi air Big Gun Sprinkler dapat menurun
halnya dengan ketebalan air dengan kadar air dan memunculkan variabilitas pembasahan.
tanah yang dihasilkan oleh Big Gun Sprinkler Munculnya variabilitas pembasahan atau
memiliki korelasi positif dengan hubungan pembasahan yang beragam dapat
keeratan yang lemah, dengan nilai korelasi mempengaruhi dari produksi jagung. Menurut
sebesar 0,0616. Hal tersebut menunjukkan Salmeron et al. (2012) semakin menurunnya
dengan adanya penambahan ketebalan air maka tingkat keseragaman distribusi air maka makin
kadar air tanah pada titik tersebut akan menurun pula produksi dari tanaman jagung.
bertambah pula. Dampak yang terjadi jika tidak

http://jtsl.ub.ac.id 642
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 637-645, 2018
e-ISSN:2549-9793

Hubungan kadar air tanah aktual dengan perannya masing-masing seperti berat isi dan
produksi tongkol jagung porositas yang berhubungan dengan kepadatan
tanah dan permeabilitas berhubungan dengan
Dosis air dapat mempengaruhi kondisi kadar
kemampuan tanah dalam meloloskan air. Hal–
air dalam tanah, karena dosis air merupakan
hal tersebut dapat menjadi faktor selain kadar
salah satu faktor dalam penyuplai air di dalam
air tanah dalam mempengaruhi produksi
tanah. Sedangkan untuk bahan organik dapat
tongkol jagung.
berfungsi sebagai bahan pembenah tanah yang
mampu meningkatkan kemampuan tanah Hubungan produksi tongkol jagung
dalam menahan air lebih lama. Oleh karena itu dengan variabel pengamatan
dilakukan uji korelasi untuk melihat keeratan
Parameter sifat fisik yang meliputi berat isi,
hubungan antara kadar air tanah dengan
berat jenis, porositas, permeabilitas, air tersedia
produksi tongkol jagung. Hasil uji korelasi
dan air tersedia dilakukan uji menggunakan
menunjukkan nilai -0,2020 yang
metode Stepwise untuk mendapatkan model dari
mengindikasikan bahwa semakin tinggi kadar
parameter yang memberikan pengaruh yang
air tanah maka produksi tongkol jagung akan
paling besar. Model yang dihasilkan dari
semakin sedikit. Hal tersebut sesuai dengan
metode Stepwise ini adalah.
pendapat Efendi (2009) bahwa varietas jagung
yang lebih toleran terhadap kondisi cekaman Y = -13,41 + 0,486 (X1) – 0,168 (X2)
kekeringan mampu untuk memperluas absorbsi
Keterangan :
air yang lebih besar jika dibandingkan dengan
varietas jagung yang lebih peka. Sehingga Y = Produksi tongkol jagung (t. ha-1)
varietas jagung yang lebih toleran akan X1 = Porositas (%)
memberikan hasil yang lebih besar jika X2 = Kadar air tanah aktual (%)
dibandingkan dengan varietas yang peka karena
mampu untuk menyerap air yang lebih besar.
Faktor lain yang dapat membuat lemahnya Persamaan model tersebut menunjukkan
keerataan antara kadar air tanah dengan bahwa parameter yang memberikan pengaruh
produksi jagung adalah adanya pengaruh lain terbesar pada produksi tongkol jagung adalah
dari sifat fisik maupun sifat kimia tanah. porositas, dan kadar air tanah aktual. Kedua
Beberapa sifat fisik yang dapat mempengaruhi parameter tersebut digunakan untuk
produksi tongkol jagung yaitu berat isi, berat menghitung estimasi produksi tongkol jagung
jenis, porositas dan permeabilitas. Yang dimana pada lahan tersebut yang hasilnya seperti yang
dari beberapa sifat fisik tersebut memiliki disajikan pada Gambar 5a.

(a) (b)
Gambar 5. (a) Peta estimasi produksi tongkol jagung; (b) Peta produksi tongkol jagung aktual

http://jtsl.ub.ac.id 643
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 637-645, 2018
e-ISSN:2549-9793

Dari persamaan model estimasi produksi telah Berdasarkan uji regresi linier, nilai koefisien
didapatkan hasil estimasi produksinya (Gambar determinasi (R2) antara porositas dan produksi
5a) akan dilanjutkan uji T dua sampel tongkol jagung yaitu sebesar 0,513. Artinya jika
berpasangan (Paired –Sanple T test) dengan terjadi peningkatan nilai porositas sebesar 1%,
produksi tongkol jagung aktual (Gambar 5b). maka produksi tongkol jagung akan meningkat
Hasil dari uji T ini menunjukkan antara model sebesar 5,8662 t. ha-1 seperti yang sudah
estimasi produksi dengan produksi aktual disajikan pada Gambar 22. Berdasarkan
memiliki hubungan yang sedang (0,25-0,55), penelitian yang sudah dilakukan oleh Mustoyo
karena pada nilai korelasi dari keduanya adalah et al. (2014) bahwa dengan adanya penambahan
0,514 dengan nilai signifikasi 0,006. Dengan bahan organik yang tinggi maka akan mampu
hasil dari persamaan model yang diuji T dua menciptakan ruang pori yang tinggi pula.
sampel berpasangan dapat dikatakan bahwa Dengan adanya penambahan bahan organik
persamaan model tersebut masih dapat yang mengakibatkan bertambahnya porositas
diterima karena memiliki T hitung yang lebih maka produksi tongkol jagung akan meningkat
kecil jika dibandingkan dengan nilai T tabel pula (Khair et al., 2013). Persamaan model
dengan nilai signifikannya lebih dari nilai alpha estimasi produksi menunjukkan bahwa dengan
(α= 0,05). Sehingga tidak terdapat perbedaan adanya peningkatan kadar air tanah aktual maka
yang signifikan antara hasil produksi tongkol mampu menurunkan produksi tongkol jagung.
jagung aktual dengan hasil estimasi produksi Hal tersebut sesuai dengan hasil uji korelasi
dari persamaan model. Akan tetapi, model yang menunjukkan korelasi negatif dengan
estimasi produksi tongkol jagung ini belum keeratan hubungan yang lemah sebesar -0,2020.
dapat digunakan secara tepat dalam Korelasi negatif antara kadar air tanah dengan
mengestimasi produksi tongkol jagung karena produksi tongkol jagung menunjukkan terdapat
model ini memiliki hubungan yang sedang hubungan yang berbanding terbalik antara
dengan produksi tongkol jagung aktualnya. kedua variabel tersebut. Hal tersebut diduga
Nilai korelasi antara porositas dengan produksi karena pada varietas jagung yang digunakan
tongkol jagung adalah 0,4760, yang artinya merupakan varietas yang toleran terhadap
porositas dan produksi tongkol jagung kekeringan. Menurut pendapat Efendi (2009)
memiliki tingkat keeratan yang sedang. Nilai bahwa varietas jagung yang lebih toleran
korelasi antara porositas dan produksi tongkol terhadap kondisi cekaman kekeringan mampu
jagung menunjukkan semakin meningkat nilai untuk memperluas absorbsi air yang lebih besar
porositas maka akan semakin meningkat pula jika dibandingkan dengan varietas jagung yang
produksi tongkol jagung. Uji regresi linier pada lebih peka. Sehingga varietas jagung yang lebih
porositas dengan produksi tongkol jagung toleran akan memberikan hasil yang lebih besar
seperti yang disajikan pada Gambar 6. jika dibandingkan dengan varietas yang peka
karena mampu untuk menyerap air yang lebih
besar.

Kesimpulan
Pola sebaran distribusi air Big Gun Sprinkler
yang tidak seragam mengakibatkan adanya
variabilitas kelengasan tanah. Dengan adanya
variabilitas kelengasan tanah dapat
mengakibatkan produksi tongkol jagung
menjadi beragam atau bervariasi. Aplikasi
perlakuan dosis air mampu memberikan
pengaruh yang sangat nyata pada produksi
tongkol jagung, akan tetapi tidak memberikan
Gambar 6. Hubungan produksi tongkol jagung pengaruh yang nyata pada kelengasan tanah.
dengan porositas Sedangkan pada perlakuan dosis bahan organik
tidak memberikan pengaruh yang nyata pada

http://jtsl.ub.ac.id 644
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : 637-645, 2018
e-ISSN:2549-9793

kelengasan tanah dan produksi tongkol jagung. Murniyanto, E. 2007. Pengaruh bahan organik
Dari kedua perlakuan itu pun tidak terdapat terhadap kadar air tanah dan pertumbuhan
interaksi yang mampu memberikan pengaruh tanaman jagung di lahan kering. Buana Sains 7
yang nyata kepada kelengasan tanah maupun (1): 51-60.
Mustoyo, Simanjuntak, B.H. dan Suprihati. 2013.
produksi tongkol jagung.
Pengaruh dosis pupuk kandang terhadap
stabilitas agregat tanah pada sistem pertanian
Daftar Pustaka organik. Agric 25 (1): 51-57.
Rahmat, A., Afandi, Manik, T.K. dan P. Cahyono.
Direktorat Jendral Pengelolaan Lahan dan Air. 2013. Pengaruh irigasi dan mulsa kulit singkong
2008. Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan terhadap kadar air tanah serta pertumbuhan
Pengelolaan Lahan dan Air Tahun 2006. tanaman nanas. Jurnal Irigasi 8 (2): 99-114.
Departemen Pertanian, Jakarta. Salmeron, M., Urrego, Y.F., Isla, R. and Cavero, J.
Efendi, R. 2009. Tanggap Genotipe Jagung 2012. Effect of non-uniform sprinkler irrigation
Terhadap Cekaman Kekeringan Pada Fase and plant density on simulated maize yield.
Perkecambahan. Prosiding Seminar Nasional Agricultural Water Management 113: 1-9.
Serealia. ISBN 978-979-8940-27-9. Sanchez, I., Zapata, N.,Faci, J.M. and Martinez-
Khair, H., Pasaribu, M.S. dan Suprapto, E. 2013. Cob, A. 2011. The spatial variability of the wind
Respon pertumbuhan dan produksi tanaman in a sprinkler irrigated district: implications for
jagung (Zea mays L.) terhadap pemberian pupuk irrigation management. Biosystems Engineering 109:
kandang ayam dan pupuk organik cair plus. 65-76.
Agrium 18 (1): 13-22.

http://jtsl.ub.ac.id 645
halaman ini sengaja dikosongkan

http://jtsl.ub.ac.id 646

You might also like