You are on page 1of 9

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No.

2337- 659
Vol.7.No.1, Januari 2019 (17): 140-148 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

Keragaan Pertumbuhan Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)


pada Kondisi Cekaman Kekeringan Di Provinsi Banten

Growth Performance of Red Ginger Plant (Zingiber officinale Rosc.)


on Drought Stress Condition In Banten Province

Sri Lestari*, Yati Astuti, Rika Jayanti Malik, Eko Kardiyanto


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten
Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten Telp. (0254)281055
*
Corresponding author : sri_lestari0581@yahoo.co.id

ABSTRACT
This study aims to provide information about the performance of red ginger plants
cultivated in drought stress conditions due to less rainfall intensity. The research was
conducted in Maja sub-district of Lebak District of Banten Province from January to
December 2015 with rainfall condition of 1922 mm. The research used Randomized
Block Design (RAK) which was arranged factorially with 2 (two) factors, that is
fertilizer (4 treatment) and cultivation system (2 treatment) each repeated 3 times. The
best technological package in vegetative phase of ginger crop aged 4 month after
planting in drought stress condition is P1S2 (150% treatment of manure on polybag
planting system) for plant height parameters of 31.29 cm and stem diameter of 2.09 cm.
Treatment of P1S1 (150% manure treatment on monoculture land system) yielded the
highest rhizome weight (12,33 gram / clump) at 6,5 month after planting. The polybag
cultivation system in drought stress conditions makes crop conditions more rapidly
drought when compared to cropping systems on the land.
Key Words: drought, performance, red ginger, stress

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai keragaan tanaman jahe
merah yang dibudidayakan dalam kondisi cekaman kekeringan akibat intensitas curah
hujan yang kurang. Penelitian dilaksanakan di kecamatan Maja Kabupaten Lebak
Provinsi Banten pada bulan Januari hingga Desember 2015 dengan kondisi curah hujan
pertahun 1922 mm. Penelitian menggunakan metode penelitian Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 (dua) faktor, yaitu perlakuan
pupuk (4 perlakuan) dan perlakuan sistem pertanaman budidaya (2 perlakuan) masing-
masing diulang sebanyak 3 kali. Paket teknologi terbaik pada fase vegetatif tanaman
jahe umur 4 BST pada kondisi cekaman kekeringan yaitu pada perlakuan P1S2
(perlakuan 150% pupuk kandang pada sistem tanam polibag) untuk parameter tinggi
tanaman sebesar 31,29 cm dan diameter batang sebesar 2,09 cm. Perlakuan P1S1
(perlakuan 150% pupuk kandang pada sistem tanam monokultur lahan) menghasilkan
bobot rimpang tertinggi (12,33 gram/rumpun) pada umur panen 6,5 BST. Sistem
pertanaman polybag pada kondisi cekaman kekeringan menjadikan kondisi tanaman
lebih cepat mengalami kekeringan jika dibandingkan dengan sistem pertanaman di
lahan.
Kata Kunci : cekaman, jahe merah, kekeringan, keragaan

140
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.1, Januari 2019 (17): 140-148 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

PENDAHULUAN

Potensi sumberdaya lahan dengan takaran tinggi. Selain itu, sistem


pertanian di Provinsi Banten sangat tanam juga mempengaruhi hasil panen.
besar khususnya pemanfaatan lahan Perlu dilakukan pengkajian terbih
pertanian. Pemanfaatan untuk tanaman dahulu mengenai system tanam
hortikultura obat-obatan,khususnya mengingat waktu panen dari tanaman
tanaman jahe memiliki luas panen jahe cukup lama yaitu 10 - 12 bulan.
765.721 m2, dengan produktivitas 1,67 Mengingat akhir-akhir ini kondisi iklim
kg/m2 serta produksi sebesar 1.281,37 tidak dapat diramalkan. Berdasarkan
ton (BPS Banten, 2013). Kabupaten permasalahan tersebut di atas, perlu
Lebak sebagai salah satu kawasan dilakukan pengkajian teknologi
sentra produksi pertanian di Provinsi budidaya jahe yang bersifat adaptif dan
Banten dengan luas wilayah 3.426,56 spesifik lokasi. Hasil-hasil teknologi
km2 (35,46 persen dari luas Provinsi) dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan
terdiri dari 28 Kecamatan yang meliputi aromatik (BALITRO), perlu dikaji
5 kelurahaan dan 320 desa. Masing- dalam upaya untuk memecahkan
masing wilayah memiliki potensi permasalahan yang dihadapi di tingkat
sumberdaya biofisik dan sosial petani untuk peningkatan produksi dan
ekonomi. Untuk luas panen tanaman mutu hasil tanaman jahe.
jahe sebesar 246,414 m2, produksi Penelitian ini bertujuan untuk
sebesar 664,252 kg dengan memberikan informasi mengenai
produktivitas sebesar 2.70 kg/m2, keragaan tanaman jahe merah yang
dimana produktivitas ini lebih besar dari dibudidayakan dalam kondisi cekaman
rata-rata provinsi Banten yang sebesar kekeringan akibat intensitas curah hujan
1,67 kg/m2 (BPS Banten, 2013). yang kurang.
Air memegang peranan penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan BAHAN DAN METODE
tanaman. Kekurangan air yang sifatnya
permanen atau sementara merupakan Penelitian dilaksanakan di
faktor dominan yang dapat membatasi kecamatan Maja Kabupaten Lebak
pertumbuhan tanaman budidaya Provinsi Banten pada bulan Januari
dibandingkan dengan faktor lingkungan hingga Desember 2015. Bahan yang
lainnya (Shao et al, 2008). Respon digunakan dalam penelitian ini adalah
tanaman terhadap kondisi kekeringan bibit jahe merah Jahira-2, pupuk Urea,
tergantung pada jumlah air yang hilang, KCL, SP36, pupuk cair, pupuk kandang
tingkat kerugian serta lamanya dan obat-obatan. Untuk penyemaian
kekeringan (Bray, 1997). bahan yang diperlukan yaitu jerami dan
Menurut Karama et al. (1990), abu dapur. Alat yang digunakan yaitu :
pemanfaatan lahan secara intensif untuk timbangan, cutter, ember, meteran,
tanaman semusim sepanjang tahun perlu cangkul, polybag HDPE, selang air, alat
diimbangi dengan pemberian pupuk tulis menulis, serta alat -alat lainnya
organik yang memadai untuk yang menunjang dalam penelitian ini.
mempertahankan kandungan bahan Penelitian menggunakan metode
organik tanah. Tanpa bahan organik, penelitian Rancangan Acak Kelompok
kesuburan tanah akan menurun (RAK) yang disusun secara faktorial
meskipun pupuk anorganik diberikan dengan 2 (dua) faktor. Perlakuan yang

141
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.1, Januari 2019 (17): 140-148 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

diberikan dalam penelitian ini adalah lanjut dengan uji Duncan Multiple
kombinasi pupuk dan sistem Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.
pertanaman budidaya.
Faktor pertama, penggunaan kombinasi HASIL DAN PEMBAHASAN
pupuk (P) terdiri dari : (P1). 150%
Pupuk kandang (0,75 kg/lubang) (P2). Kondisi Tanah
100% Pupuk kandang (0,5 kg/lubang) + Berdasarkan klasifikasi tanah,
100 % Urea (300 kg/Ha) + 100% KCl tanah yang digunakan yaitu ultisol, pada
(200kg/Ha) + 100% SP36 (200kg/Ha). umumnya ultisol berwarna kuning
(P3). 100%Pupuk kandang (0,5 kecoklatan hingga merah. Pada
kg/lubang) + 50% Urea (150 kg/Ha) + klasifikasi lama menurut
50% KCl (100 kg/Ha) + 50% SP36 (100 Soepraptohardjo (1961), ultisol
kg/Ha), (P4). 100 % pupuk kandang diklasifikasikan sebagai Podsolik Merah
(0,5 kg/lubang) + 50% Urea (150 Kuning (PMK). Reaksi tanah ultisol
kg/Ha) + 50% KCl (100 kg/Ha) + 50% pada umumnya masam hingga sangat
SP36 (100 kg/Ha) + Pupuk Organik masam (pH 5-3,10) (Prasetyo et al,
Cair (POC) 2005). Menurut Prasetyo et al. (2006),
Faktor kedua, penggunaan sistem kendala pemanfaatan tanah ultisol untuk
pertanaman (S), terdiri dari; (S1). pengembangan pertanian adalah
Sistem monokultur di lahan (S2). kemasaman dan kejenuhan Al yang
Sistem Polibag Masing-masing perlakuan tinggi, kandungan hara dan bahan
diulang sebanyak 3 kali sehingga organik rendah dan tanah peka terhadap
didapatkan 24 satuan percobaan. Masing- erosi. Berbagai kendala tersebut dapat
masing plot percobaan terdiri dari 200 diatasi dengan penerapan teknologi
tanaman jahe. Kemudian ditentukan 10 seperti pengapuran, pemupukan, dan
tanaman sample yang akan digunakan pengelolaan bahan organik.
untuk pengamatan. Kesepuluh sample
dipilih secara acak. Semua perlakuan
diberikan sebagai pupuk dasar, kecuali Urea Kondisi Cuaca Di Lokasi Penelitian
diberikan sebanyak 3 kali yaitu pada umur Menurut Rostiana et al.,
1, 2 dan 3 BST masing-masing 1/3 dosis persyaratan tumbuh tanaman jahe yaitu
serta POC (Pupuk Organik Cair) diberikan pada curah hujan per tahun 2.500 –
sesuai dosis dan aturan pakai yang 4.000 mm, jumlah bulan basah (> 100
dianjurkan. Jarak tanaman optimal yang mm/bl) 7 - 9 bulan per tahun. Sesuai
digunakan adalah 60 cm x 40 cm. Jarak data curah hujan di kabupaten Lebak
tanam ini dipergunakan pada sistem pada tahun 2015, curah hujan per tahun
pertanaman monokultur. hanya 1922 mm dan jumlah hari hujan
Parameter yang diamati meliputi sebanyak 80 hari per tahun (2,5 bulan)
tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah (BPP Kecamatan Rangkasbitung, 2015).
anakan, diameter batang serta bobot Sehingga memang pada tahun 2015,
rimpang. Semua data kecuali bobot cuaca tidak mendukung untuk
rimpang diambil pada umur 1 BST pertanaman jahe.
(kecuali parameter diameter batang), 2
BST, 3 BST serta 4 BST. Data bobot Keragaan Tanaman Jahe Pada Umur
rimpang diambil pada saat tanaman 1-4 Bulan Setelah Tanam (BST)
berumur 6,5 BST. Data yang diperoleh Hasil analisis sidik ragam
dianalisis dengan sidik ragam dan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
apabila sidik ragam menunjukkan jumlah anakan serta diameter batang
perbedaan yang nyata dilakukan uji ditunjukkan oleh Tabel 1.

142
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.1, Januari 2019 (17): 140-148 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

Tabel 1. Keragaan tanaman jahe pada umur 1-4 BST


Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Jumlah Anakan (buah) Diameter Batang (cm)
Umur Umur Umur Umur
Perlakuan
1 2 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4
BST BST 3 BST BST BST BST BST 4 BST BST BST BST BST BST BST BST BST

P1S1 11.4b 17.7b 21.9cde 25.9bc 5.7a 9.3a 14.2a 29.5ab 0.4b 1.1tn 1.9bc 3.1b *- 1.4b 1.7abc 1.9abc
ab ab bcd bc ab ab ab ab b tn b ab c c
P2S1 11.6 19.6 23.8 26.2 5.4 7.9 12.6 29.5 0.5 0.9 2.6 3.6 *- 1.1 1.4 1.6d
P3S1 10.6bc 16.5b 21.0de 24.5bc 4.3cd 6.6bc 10.3b 30.3ab 0.7ab 1.0tn 1.9bc 3.2b *- 1.4ab 1.7ab 1.7cd
P4S1 8.2c 12.4c 17.9e 22.3c 4.3cd 6.8bc 11.3ab 16.8c 0.6b 0.8tn 1.1c 1.5c *- 1.4ab 1.5bc 1.7bcd
P1S2 14.1a 22.5a 30.9a 31.3a 4.7bcd 6.6bc 12.4ab 26.3abc 0.4b 0.8tn 1.9bc 2.9b *- 1.4ab 1.8ab 2.1a
ab ab ab a ab a a a b tn b a ab abc
P2S2 12.2 19.2 28.0 30.9 5.3 8.5 14.0 33.2 0.6 1.3 2.6 4.5 *- 1.4 1.7 1.9a
P3S2 12.4ab 20.5ab 27.2ab 31.3a 4.9abc 8.4a 13.9a 36.2a 1.0a 1.3tn 3.5a 4.5a *- 1.4ab 1.8a 2.1a
P4S2 11.1b 19.0ab 25.9bc 28.8ab 4.0d 5.9c 11.4ab 22.8bc 0.8ab 1.2tn 2.2b 2.8b *- 1.6a 1.7abc 1.9ab
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing variabel
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α =0.05.

Pada tanaman jahe umur 1 BST, tinggi Dengan sistem tanam polibag
tanaman tertinggi yaitu pada perlakuan menyebabkan pupuk lebih
P1S2 dan terendah pada perlakuan terkonsentrasi pada satu rumpun
P4S1. Diduga karena pada perlakuan tanaman jahe. Bahan organik berperan
P1S1 menggunakan pupuk organik meningkatkan daya menahan air (water
(pupuk kandang) yang lebih banyak bila holding capacity), memperbaiki struktur
dibandingkan dengan perlakuan P4S1. tanah menjadi gembur, mencegah
Penggunaan setengah dosis pupuk kimia pengerasan tanah, serta menyangga
dan pupuk organik cair ternyata tidak reaksi tanah dari kemasaman, kebasaan,
membuat tanaman jahe menjadi lebih dan salinitas (Tisdale et al. 1993;
baik pertumbuhannya. Dobermann dan Fairhurst 2000).
Bahan organik mempunyai Pada usia tanaman 2 BST, 3 BST
peranan sangat penting dalam dan 4 BST untuk parameter tinggi
meningkatkan kesuburan tanah, baik tanaman, jumlah daun dan diameter
terhadap pertumbuhan maupun hasil batang jahe menunjukkan hasil
tanaman. Pada penelitian ini, dosis perbedaan yang nyata. Pada parameter
pupuk kandang tertinggi yaitu pada P1 jumlah anakan menunjukkan hasil yang
sebesar 0,75 kg/lubang (31,25 ton/Ha). tidak berbeda nyata. Tinggi tanaman
Jenis pupuk kandang yang jahe tertinggi yaitu pada perlakuan
dipergunakan adalah kotoran sapi yang P1S2 namun tidak berbeda nyata
dicampur dengan sekam. Menurut dengan perlakuan pupuk yang lain pada
Undang et al. (1996) dalam Juarsah sistem tanam polibag. Pada perlakuan
(2014), bahwa hasil penelitian pupuk P2S1 menunjukkan hasil yang
menjelaskan pemberian pupuk kandang tidak berbeda nyata dengan keempat
5 t/ha atau lebih telah dapat perlakuan pupuk pada polibag. Hal ini
meningkatkan kandungan C-organik. disebabkan karena dosis pupuk pada
Tinggi tanaman tertinggi yaitu pada perlakuan P2S1 merupakan dosis pupuk
perlakuan P1S2. Hal ini diduga standar sesuai SOP budidaya tanaman
disebabkan karena dosis pupuk kandang jahe.
yang diberikan yaitu 0,75 kg/lubang.

143
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.1, Januari 2019 (17): 140-148 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

Menurut Prasetyo et al. (2006), Diameter batang merupakan parameter


pertumbuhan tanaman jahe merah terus yang berkorelasi positif dengan ukuran
meningkat dari 7 minggu setelah tanam rimpang, dimana makin besar ukuran
sampai tanaman berumur 19 minggu. diameter batang, rimpang yang
Pada umumnya pertumbuhan tanaman terbentuk semakin besar (Yusron et al,
jahe merah pada saat minggu 7-19 2012).
setelah tanam relatif seragam. Hal ini
diduga pada saat itu tanaman jahe Hasil Panen Rimpang Jahe
merah masih mengalami satu fase
pertumbuhan yaitu fase pertumbuhan Air bagi tanaman sangat berperan
vegetatif yang cepat. Sitompul dan penting. Air berfungsi sebagai 1).
Guritno (1995), menjelaskan bahwa Pelarut dan medium reaksi kimia, 2).
pada awalnya pertumbuhan vegetatif Medium transpor, 3). Medium untuk
berjalan lambat, kemudian cepat (masa memberikan turgor pada sel, 4). Hidrasi
pertumbuhan vegetatif cepat) dan dan netralisis muatan pada molekul-
akhirnya perlahan sampai konstan molekul koloid, 5). Bahan baku untuk
(memasuki fase generatif). fotosintesis, dan 6). Transpirasi untuk
Pada usia tanaman 3 BST,dapat mendinginkan tanaman (Gardner et al,
dilihat bahwa pertumbuhan tanaman 1991). Khaerana et al (2008) juga
jahe pada perlakuan sistem tanam menyatakan bahwa tanaman yang
menunjukkan hasil yang berbeda nyata. mengalami cekaman kekeringan akan
Akan tetapi perlakuan dosis pemupukan berusaha melakukan perubahan-
pada sistem tanam yang sama perubahan fisiologi sebagai bentuk
menunjukkan hasil yang tidak berbeda adaptasinya. Salah satu bentuk adaptasi
nyata. Menurut Yusron et al (2012), tersebut adalah kemampuan tanaman
penurunan dosis pupuk sampai 50% untuk mempertahankan tekanan turgor
dari dosis anjuran tidak mengurangi atau penyesuaian osmotik.
tinggi tanaman jahe pada beberapa Pada saat tanaman jahe berumur
aksesi tanaman jahe. Perlakuan sistem 6,5 BST, tanaman jahe mengalami
tanam dengan menggunakan polibag senescence. Kondisi fisik tanaman jahe
cenderung menghasilkan tinggi tanaman mengalami kekeringan dari bagian
yang relatif lebih tinggi dibandingkan daun, batang serta akar. Data hasil
dengan sistem tanam pada lahan. Hal ini panen rimpang jahe pada umur 6,5 BST
diduga karena pada sistem tanam ditunjukkan pada Gambar 1.
polibag, tanaman jahe tidak mengalami Dari hasil sidik ragam
kompetisi unsur hara. menunjukkan bahwa hasil panen
Diameter batang tanaman jahe rimpang jahe menunjukkan beda nyata
pada umur 4 BST menghasilkan pada tingkat kepercayaan 5%. Hasil
diameter terbesar pada perlakuan P1S2 panen rimpang pada umur 6,5 BST rata-
yaitu sebesar 2,1 cm (sistem tanam rata 0,67 – 12,33 gram. Pada kondisi
polibag). Pada sistem tanam di lahan, normal, tanaman jahe merah yang
diameter tanaman terbesar pada dipanen pada umur 10 bulan dapat
perlakuan P1S1 yaitu sebesar 1,9 cm menghasilkan bobot rimpang 22 ton/Ha
dan tidak berbeda nyata dengan atau 528 gram/rumpun (Rostiana et al).
diameter batang pada perlakuan P1S2.

144
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.1, Januari 2019 (17): 140-148 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

Gambar 1. Hasil rimpang jahe umur 6,5 BST

Kondisi lingkungan yang kering mempengaruhi bobot kering rimpang


dan kurang air menyebabkan jahe. Data dapat dilihat pada Tabel 2.
pertumbuhan rimpang terganggu. Bobot Menurut Islami dan Utomo
rimpang tertinggi yaitu pada perlakuan (1995), hasil panen dapat sangat
P1S1 dan terendah pada perlakuan menurun pada kekeringan karena
P1S2. Perlakuan dengan sistem tanam cekaman air menurunkan aktifitas
pada lahan menghasilkan bobot rimpang fotosintesis melalui 3 mekanisme, yaitu
yang lebih tinggi bila dibandingkan 1). Luas permukaan fotosintesis, 2).
dengan sistem tanam pada polibag. Hal Menutupnya stomata, dan 3).
ini diduga karena pada sistem tanam di Berkurangnya aktifitas protoplasma
lahan, walaupun tanaman jahe yang telah mengalami dehidrasi.
kekurangan air tapi tanah masih dapat Menurut Devy et al (2013),
menyediakan kelembaban sehingga masalah umum yang menjadi kendala
kondisi rimpang masih banyak yang peningkatan produktivitas di lahan
segar. Akan tetapi, kondisi tanah pada kering antara lain kurangnya kadar air
sistem tanam polibag sangat mengalami tanah akibat curah hujan yang relatif
kekeringan sehingga menyebabkan rendah. Hal ini berpotensi
rimpang jahe juga mengering mengakibatkan cekaman kekeringan
dikarenakan suhu udara di dalam pada tanaman. Khaerana et al (2008)
polibag sangat tinggi dan kondisi tanah juga mengatakan bahwa penurunan
yang kering. produktivitas tanaman akibat cekaman
Menurut hasil penelitian Devy dan kekeringan juga ditunjukkan pada
Newfetrias (2013), kondisi cekaman air tanaman temulawak.

Tabel 2. Pengaruh cekaman air terhadap bobot rimpang jahe


Periode Cekaman Kekeringan
Rataan (gram/rumpun)
(Minggu Sebelum Panen)
0 14.97a
2 13.83a
4 8.53b
6 8.01b
Ket: Nilai rataan pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada α=5%.

145
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.1, Januari 2019 (17): 140-148 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

Pertumbuhan dan perkembangan pada kondisi cekaman kekeringan


tanaman jahe pada lokasi penelitian menjadikan kondisi tanaman lebih cepat
memang tidak maksimal dikarenakan mengalami kekeringan jika
kondisi lingkungan yang terlalu panas dibandingkan dengan sistem
(tidak ada naungan). Menurut Gardner pertanaman di lahan.
et al. (1991) bahwa cahaya yang terlalu
tinggi dapat menekan kerja auksin dan UCAPAN TERIMA KASIH
sebaliknya cahaya yang rendah memacu
kerja auksin. Tertekannya kerja auksin
dapat mengurangi tinggi tanaman. Ucapan terima kasih ditujukan kepada
Menurut Januwati dan Muhammad Bapak Dr. Ir. Muchamad Yusron,
(1997), naungan dapat menurunkan M.Phil atas arahan dan bimbingannya
suhu udara di sekitar tanaman jahe dalam pelaksanaan penelitian ini.
sehingga mengurangi laju respirasi. Terima kasih pula disampaikan kepada
Efek penggunaan naungan dapat Ibu Rina Sinta Wati, SP, M.Si atas
mengurangi cahaya yang diterirna bantuan pemikiran serta tenaganya serta
tanaman, menurunkan suhu udara dan Bapak Suryadi selaku teknisi yang
mempertahankan kelembaban tanah membantu pelaksanaan penelitian ini.
(Magfoer dan Koesriharti, 1998). Sumber dana penelitian berasal dari
Penelitian mengenai pengaruh naungan dana APBN Badan Litbang
terhadap jahe, paprika dan manggis Kementerian Pertanian.
telah banyak dilakukan. Januwati et al. DAFTAR PUSTAKA
(2000) mengemukakan bahwa naungan
yang cocok untuk tanaman jahe di
bawah tegakan pohon kelapa berkisar Badan Pusat Statistik Provinsi Banten.
40 - 50%. Penggunaan naungan paranet 2013. Produksi Tanaman
dengan intensitas naungan 25% dan Hortikultura (Tanaman Sayuran,
50% lebih mempengaruhi pertumbuhan Buah-buahan, Hias dan Obat-
dan hasil jahe merah sedangkan jahe obatan) Provinsi Banten 2012.
ernprit tumbuh baik pada intensitas Badan Pusat Statistik Provinsi
naungan 50% (Entang et al., 2002). Banten.
BPP Kecamatan Rangkasbitung. 2015.
SIMPULAN Programa Kecamatan
Rangkasbitung Kabupaten
Paket teknologi terbaik pada fase Lebak.
vegetatif tanaman jahe umur 4 BST Bray, E. A. 1997. Plant Responses to
pada kondisi cekaman kekeringan yaitu Water Deficit. Trends In Plant
pada perlakuan P1S2 perlakuan 150% Science Vol 2 (2) : 48-54.
pupuk kandang pada sistem tanam http://www.sciencedirect.com/sc
polibag) untuk parameter tinggi ience/article/pii/S136013859782
tanaman sebesar 31,29 cm dan diameter 5629.
batang sebesar 2,09 cm. Perlakuan P1S1 [Diakses tanggal 23 November
(perlakuan 150% pupuk kandang pada 2017].
sistem tanam monokultur lahan) Devy L. and W. Newfetrias. 2013.
menghasilkan bobot rimpang tertinggi Pertumbuhan, kuantitas dan
(12,33 gram/rumpun) pada umur panen kualitas rimpang jahe (Zingiber
6,5 BST. Sistem pertanaman polibag officinale Roscoe) pada

146
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.1, Januari 2019 (17): 140-148 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

cekaman kekeringan di bawah Marwan. 1990. Penggunaan


naungan. Jurnal Sains dan pupuk organik pada tanaman
Teknologi Indonesia Vol 14 (3) : pangan. Prosiding Lokakarya
216-220. Nasional Efisiensi Penggunaan
Dobermann, A. and T. Fairhurst. 2000. Pupuk Pusat Penelitian Tanah
Rice nutrient disorders and dan Agroklimat. Hlm. 395-425.
nutrient management. Potash & Khaerana, M. Ghulamahdi, dan E. D.
Phosphate Institute (PPI), Potash Purwakusumah. 2008. Pengaruh
& Phosphate Institute of Canada cekaman kekeringan dan umur
(PPIC) and IRRI. p. 2- 37. panen terhadap pertumbuhan
Entang,l.S., Fahrurrozie dan E. Fatwa. dan kandungan xanthorrhizal
2002. Respon dan klon jahe temulawak (Curcuma
terhadap berbagai intensitas xanthorrhiza roxb.) Bul. Agron.
cahaya. Prosiding Seminar 36: 241-247.
Nasional BKS hlm. 180-192. Maghfoer. M. D. dah Koesriharti. 1998.
PTAL. Fakultas Pertanian USU, Rekayasa teknologi penallngan
Medan dalam sistem budidaya tanaman
Gardner, F. P., R. B. Pearce and R. L. paprika (Capsicwrt annuum L.).
Mitchell. 1991. Physiologi of Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu
Crop Plants (Fisiologi Tanaman Teknik (Engineering) 10( 1 ):89-
Budidaya, alih bahasa : Herawati 95.
Susilo). Universitas Indonesia Prasetyo, H. Ulianna, dan B. Gonggo.
Press, Jakarta. 2006. Pola pertumbuhan
Islami, T. dan W. H. Utomo. 1995. tanaman jahe merah dengan
Hubungan Air, Tanah, dan intensitas naungan dan dosis
Tanaman. IKIP Semarang Press, pupuk KCl pada sistem
Semarang. wanafarma di perkebunan karet.
Januwati, M dan Muhammad. 1997. Jurnal Akta Agrosia Vol 9 (1) :
Peranan lingkungan fisik 19-24.
terhadap produksi. Balai Prasetyo, B. H. dan D. A. Suridikarta.
Penelitian Tanaman Rempah dan 2006. Karakteristi, potensi, dan
Obat, Bogor. teknologi pengelolaan tanah
Januwati M, N. Heryana dan H. ultisol untuk pengembangan
Luntungan. 2000. Pertumbuhan pertanian lahan kering di
dan produksi jahe gajah Indonesia. Jurnal Litbang
(Zingiber officinale var. Pertanian Vol 25 (2): 39-46.
Officinale Rosc.) sebagai Rostiana O, N. Bermawie, dan M.
tanaman sela diantara tegakan Rahardjo. Standar Prosedur
pohon kelapa (Cocos nucifera Operasional Budidaya Jahe.
L.). Habitat 2 (3) : 65-70. www.balittro.litbang.pertanian.g
Juarsah, I. 2014. Pemanfaatan pupuk o.id [diakses tanggal 11 Januari
organik untuk pertanian organik 2016].
dan lingkungan berkelanjutan. Shao, H. B., L. Y. Chu, C. A. Jaleel,
Prosiding Seminar Nasional and C. X. Zhao. 2008. Water
Pertanian Organik. Bogor, 18-19 Deficit Stress Induced
Juni 2014. Anatomical Changes In Higher
Karama, A.S., A.R. Marzuki, dan I. Plants. Comptes Rendus

147
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.7.No.1, Januari 2019 (17): 140-148 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

Biologies Vol. 331 (3) : 215- Singapore, Sidney. p. 462-607.


225. Sitompul, S. M. dan B. Guritno,. 1995.
https://www.sciencedirect.com/s Analisis Perturnbuhan Tanaman.
cience/article/pii/S16310691080 Gadjah Mada University Press,
00048. [diakses tanggal 23 Yogyakarta.
November 2017]. Yusron M, C. Syukur dan O.
Soepraptohardjo, M. 1961. Tanah Trisilawati. 2012. Respon Lima
merah di Indonesia. Contr. Gen. Aksesi Jahe putih Kecil
Agric. Res. Sta. No. 161. Bogor. (Zingiber officinale var.
Tisdale, S.L., W.L. Nelson, J.D. Beaton, Amarum) Terhadap Pemupukan.
and J.L. Halvlin. 1993. Soil Jurnal Penelitian Tanaman
fertility and fertilizers. Fifth Industri. 18(2):66-73.
Edition. Macmillan Pub. Co.
New York, Canada, Toronto,

148

You might also like