You are on page 1of 8

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006) p: 124-131

KAJIAN PENGARUH PEMBERIAN MACAM PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAHE DI INCEPTISOL, KARANGANYAR
Abdul Syukur & Nur Indah M Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada ABSTRACT The aims of research were to study the effect of length of incubation and rate two kinds of organic fertilizer (compost of medicine plant residue and cow manure) and their interaction on the growth and production of ginger in Inceptisol Karanganyar. This research was conduted in the green house of Soil Science Departement of Agricultural Faculty, Gadjah Mada University. The experiment was arranged in a factorial completely randomized design with three factors, namely kinds of organic fertilizer (compost of medicine plant residue and cow manure), organic fertilizer rate (0, 10, 20, and 40 t/ha) and length of incubation (15 and 30 days). The results showed that the organic fertilizer (compost of medicine plant residue and cow manure), addition at rate of 20 t/ha increased plant growth until 16th weeks. Compost of medicine plant residue addition at rate of 20 t/ha and incubated during 30 days gave the highest dry weight of total plant tissue, wet weight of rhizome and sun dry weight of rhizome. Key word : Organic fertilizer, Macronutrients and Inceptisol. INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh takaran dan lama inkubasi pupuk organik (kompos limbah tanaman obat dan pupuk kandang sapi) maupun interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Jahe di Inceptisol Karanganyar. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Penelitian merupakan percobaan pot dengan rancangan acak lengkap faktorial yang terdiri atas 3 faktor, yaitu macam pupuk organik (kompos limbah tanaman obat dan pupuk kandang sapi), takaran pupuk organik (0, 10, 20 dan 40 t/ha) dan lama inkubasi (15 dan 30 hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik (kompos limbah tanaman obat dan pupuk kandang sapi) takaran 20 t/ha mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman sampai minggu ke-16. Pemberian kompos limbah tanaman obat sebesar 20 t/ha yang diinkubasi 30 hari memberikan nilai bobot kering total jaringan, bobot basah rimpang dan bobot kering matahari rimpang yang paling tinggi. Kata Kunci : pupuk organik, hara makro, inceptisol.

PENDAHULUAN Usaha pemanfaatan jamu sebagai obat tradisional di Indonesia telah memasuki era industrialisasi global yang ditandai oleh meningkatnya permintaan

yang lebih besar dari pasar internasional. Hal ini tidak saja memberikan hasil yang menguntungkan, tetapi juga menimbulkan dampak bagi lingkungan

124

Syukur & Indah. Pertumbuhan jahe pada Inceptisol Karanganyar

125

sekitarnya, karena sisa produksi berupa limbah tanaman dalam volume besar mempunyai potensi mencemari lingkungan. Untuk menghindari bahaya tersebut, Martopo (1991) menyatakan perlu dilakukan pengelolaan limbah secara cermat agar kualitas lingkungan tetap terpelihara. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengolah limbah tanaman obat dengan pengomposan yang bertujuan untuk memperoleh pupuk organik. Pupuk organik hasil pengomposan selain memiliki kandungan unsur hara yang lebih tinggi ketersediaannya dari pada pupuk organik yang belum dikomposkan, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Inceptisol, merupakan salah satu tanah pertanian yang tersebar paling luas di Indonesia, sekitar 70,25 juta ha atau 37,5% dari wilayah daratan Indonesia. Tanah ini mempunyai produktivitas alami yang beragam karena tidak memiliki sifat fisik dan kimia yang khas. Oleh karena itu pemanfaatan Inceptisol untuk masa akan datang perlu ditingkatkan secara maksimal, khususnya Inceptisol di pulau Jawa yang intesitasnya pengelolaannya telah intensif dengan mempertimbangkan pengelolaan yang tepat, penyediaan hara dan tata air yang baik (Munir, 1996). Prospek pemanfaatan Inceptisol di Indonesia dapat dikembangkan dengan budidaya tanaman yang tepat sesuai dengan kemampuan lahan tersebut (Darmawijaya, 1990). Misalnya untuk pengembangan tanaman jahe, diikuti dengan memodifikasi lingkungan yang menjadi syarat tumbuh bagi tanaman jahe. Menurut Januwati (1990) tanaman jahe memerlukan tanah yang cukup gembur, subur, mengandung bahan organik dan berdrainase baik serta pH tanah 6,3 - 7,0. Bahan organik sangat berperan dalam perkembangan rimpang jahe, tanpa pemberian bahan

organik produksi rimpang menjadi rendah dengan mutu yang kurang baik al.,1997). Untuk (Muhammad et mencapai produksi tinggi diperlukan bahan organik 20-30 ton/ha yang diberikan 1-2 minggu sebelum tanam di areal pertanaman jahe (Januwati dan cit. Hendrinova, 1990). Sudiarto Penambahan bahan organik akan memperbaiki sifat kimia tanah antara lain KPK, kandungan bahan organik, serta kandungan unsur hara N, P dan S (Stevenson, 1982). Untuk mengetahui jumlah unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman , maka perlu diketahui tingkat ketersediaannya di dalam tanah dan dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman. Langkah tersebut dilakukan dengan memodifikasi lingkungan tanah dengan menambahkan pupuk organik berupa kompos limbah tanaman obat yang diharapkan mampu mempengaruhi tingkat ketersediaan unsur hara dan serapannya sehingga meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jahe. Berapa takaran kompos yang harus diberikan supaya dihasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman jahe yang optimum perlu dilakukan sebagai perbandingannya adalah pupuk kandang sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh takaran dan lama inkubasi pupuk organik (kompos limbah tanaman obat dan pupuk kandang sapi) maupun interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jahe pada Inceptisol. METODOLOGI Percobaan dilaksanakan di rumah kaca, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, UGM Yogyakarta, bulan Agustus 2002 sampai Januari 2003. Penelitian ini menggunakan tanaman Jahe varietas Gadjah, Inceptisol dari

126

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)

Karangpandan, Karanganyar Surakarta dan dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri dari tiga faktor yaitu macam pupuk organik (M), takaran pupuk organik (D) dan lama inkubasi (I). Macam pupuk organik terdiri dari 2 aras, yaitu kompos limbah tanaman obat (MO) dan pupuk kandang sapi (MI). Takaran pupuk organik terdiri dari 4 aras yaitu 0 ton/ha (DO), 10 ton/ha setara dengan 42 g/ 10 kg tanah (D1), 20 ton/ha setara dengan 84 g/l0 kg tanah (D2), dan 40 ton/ha setara dengan 168 g/10 kg tanah (D3). Lama inkubasi terdiri dari 2 aras yaitu 15 hari (IO) dan 30 hari (I1). Dengan kombinasi masing-masing aras tersebut, diperoleh 16 kombinasi perlakuan, setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali, sehingga diperoleh 48 pot perlakuan. Analisis tanah dilakukan sebelum perlakuan (asli) dan setelah inkubasi. Sebelum perlakuan diamati tekstur, kadar lengas, pH, N-total, asam hurnat
Tabel 2 : Karakteristik Inceptisol Karanganyar

dan fulvat, bahan organik, KPK, N, Cu, Zn, Mn, dan Fe tersedia. Setelah perlakuan di analisis C-organik, asam humat dan fulvat, pH, N, P, dan K tersedia. Analisa jaringan dilakukan dengan mencampur akar, trubus dan rimpang dengan perbandingan bobot yang sama. Analisa yang dilakukan berupa kandungan total unsur hara N, P dan K dalam jaringan. Data hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan analisa keragaman pada taraf nyata 5%. Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antar perlakuan, maka diuji lanjut dengan DMRT pada taraf nyata 5%. Selanjutnya untuk melihat hubungan antara perlakuan dengan variabel teruji dilakukan uji korelasi dan regresi. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisa tanah sebelum perlakuan (Tabel 1), secara keseluruhan inceptisol yang digunakan dalam penelitian mempunyai tingkat kesuburan yang rendah.

Parameter Inceptisol Harkat Fraksi pasir (%) 16 Fraksi debu (%) 55 Fraksi lempung (%) 29 Kelas tekstur Geluh lempung debuan pH H2O 6,7 Netral* pH KCl 5,3 C organik (%) 1,35 Bahan organik (%) 2,33 Rendah* N total (%) 0,075 Rendah* C/N 18 Sedang* Asam Humat (%) 0,109 Asam fulfat (%) 0,682 KPK (me%) 6,43 Sangat rendah* Cu-tersedia (ppm) 0,14 Sangat rendah** Fe-tersedia (ppm) 118,20 Sangat tinggi** Zn-tersedia (ppm) 0,15 Sangat rendah** Mn-tersedia (ppm) 0,20 Sangat rendah** Ket = * Pengharkatan menurut PPT, 1983 ** Pengharkatan menurut Viets & Lindsay, 1973 cit Ellis and Knezek, 1980

Syukur & Indah. Pertumbuhan jahe pada Inceptisol Karanganyar

127

Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya ketersediaan beberapa unsur hara, bahan organik, asam humat, asam fulvat dan kapasitas pertukaran kation (KPK). Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan kesuburan tanah tersebut agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman Jahe. Salah satu usaha untuk memperbaiki kesuburan tanah adalah dengan penambahan pupuk organik, dalam hal ini kompos limbah pabrik jamu dan pupuk kandang. Hal ini mengingat kedua bahan tersebut mengandung bahan organik, beberapa unsur hara (K,

Mg, P, Fe) dan KPK tinggi (Tabel 2). Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang ada di dalam tanah, sehingga dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Seperti dikemukakan oleh Rosmarkam (2001) bahwa pupuk kandang yang dicampur dengan tanah semakin lama diinkubasikan akan mengalami dekomposisi dan mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman. Selain itu, pupuk organik juga dapat rnemperbaiki sifat fisika tanah.

Tabel 2. Beberapa sifat pupuk organik yang digunakan Parameter pH H2O pH KCl C organik (%) Bahan organik (%) N total (%) P-total (%) K-total (%) Ca-total (%) Mg-total (%) C/N Asam Humat (%) Asam fulfat (%) Cu-total (ppm) Fe- total (ppm) Zn- total (ppm) Mn- total (ppm) Kompos limbah tanaman obat 8,1 7,9 29,06 50,11 1,12 8,53 3,21 0,37 4,45 26 0,316 0,864 0,52 53,68 0,32 1,02 Pupuk kandang sapi 8,5 7,7 32,14 55,42 1,34 9,67 3,41 0,40 5,26 24 0,423 1,082 0,52 81,71 0,71 1,06

Inceptisol yang digunakan dalam penelitian mempunyai tekstur geluh lempung debuan yang didominasi oleh fraksi lempung (55 %). Hal ini menyebabkan tanah mempunyai daya menahan air yang tinggi tetapi mempunyai daya meloloskan air yang rendah, dengan demikian aerasi tanah juga rendah. Banyaknya kandungan lempung juga mengakibatkan tanah menjadi berat dalam pengolahannya. Pada budidaya Jahe, tanah yang berat akan menghambat perkembangan

rimpangnya. Oleh karena itu perlu penambahan pupuk organik agar dapat memperbaiki kegemburan tanah, seperti dikemukakan oleh Rosmarkam dan Yuwono (2002), bahwa bahan organik dapat mempermudah pengolahan tanahtanah berat dan meningkatkan permeabilitas pada tanah bertekstur halus (lempungan). Penambahan pupuk organik ke dalam tanah baik itu berupa kompos limbah pabrik jamu maupun pupuk kandang ternyata mengakibatkan

128

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)

peningkatan kadar C-organik tanah. Semakin banyak pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah, semakin banyak pula C-organik yang dilepaskan ke dalam tanah (Tabel 3). Hal tersebut didukung oleh Umar (2002) yang menyatakan bahwa perbedaan kandungan C-orglanik tanah adalah sebagai akibat dari perbedaan takaran bahan organik yang diberikan. Dibandingkan contoh asli pemberian pupuk organik baik kompos limbah tanaman obat maupun pupuk kandang sapi mampu menurunkan pH tanah dibanding pH tanah asli dan pH pupuk organik, hal ini disebabkan oleh adanya penambahan asam-asam organik sebagai hasil dekomposisi pupuk organik yang ditambahkan, seperti asam organik sederhana serta asam humat dan asam fulvat yang mampu menyumbangkan ion hidrogen sebagai sumber kemasaman tanah. Lama inkubasi mampu menurunkan pH tanah karena selama

masa inkubasi yang dilakukan terjadi mineralisasi dari pupuk organik yang mana selain menghasilkan senyawa anorganik iuga menghasilkan asam organik sederhana, dan juga proses humifikasi yang menghasilkan asam humat dan fulfat dengan gugus fungsionalnya yang beragam mampu menyumbangkan sumber kemasan tanah. Di samping itu, terjadinya peningkatan kegiatan mikroorganisme perombak, yang mana selain mampu merombak pupuk organik yang ditambahkan, juga mampu menghasilkan senyawa-senyawa organik yang merupakan sumber kemasaman tanah yang berpotensi menurunkan pH tanah. Foth (1978) mengatakan bahwa aktivitas respirasi mikroorganisme dan proses perombakan bahan organik menghasilkan asam-asam organik dan H2CO3 yang menyebabkan pH tanah menurun.

Tabel 3. Pengaruh takaran pupuk organik terhadap beberapa parameter yang diamati Takaran pupuk organik (D) (ton/ha) Parameter pH tanah C organik tanah (%) N total tanah (%) N-NO3 tersedia tanah (ppm) 0 (Do) 6,25 b 1,586 c 0,092 c 15,400 c 10 (D1) 6,28 b 1,785 b 0,109 be 19,580 be 20 (D2) 6,32 b 1,912 b 0,121 ab 25,610 b 40 (D3) 6,51 a 2,165 a 0,134 a 33,238 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh hurut yang sama pada bans yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut DMRT jenjang 5%.

Penambahan pupuk organik baik kompos limbah pabrik jamu maupun pupuk kandang pada takaran 40 ton/ha mampu meningkatkan N total tanah. Hal tersebut diduga karena semakin banyak pupuk organik yang diberikan, akan menyumbangkan bahan organik yang semakin banyak pula sehingga banyak bahan organik yang termineralisasi menjadi N anorganik. Peningkatan takaran pupuk organik seiring dengan

meningkatnya N total tanah menyebabkan meningkatnya NO3- tanah. Takaran pupuk organik sampai 40 ton/ha yang diberikan ke dalam tanah menyebabkan semakin banyak pula N tanah yang dialih rupakan menjadi NO3yang terlebih dahulu diubah menjadi Hal ini diduga karena NH4+. bertambahnya takaran pupuk organik memperbaiki aerasi tanah yang memacu bakteri nitrifikasi sehingga lebih banyak

Syukur & Indah. Pertumbuhan jahe pada Inceptisol Karanganyar

129

NH4+ yang diubah menjadi NO3- . Dalam penelitian ini, keberadaan asam humat dan asam fulvat dalam tanah sangat dipengaruhi oleh macam dan takaran pupuk organik. Pemberian pupuk kandang sapi lebih meningkatkan kandungan asam humat dan fulvat tanah dibandingkan dengan kompos limbah tanaman obat (Gambar 1). Peningkatan asam humat dan fulvat ini sejalan dengan peningkatan takaran pupuk

organik. Hal ini berkaitan dengan komposisi dan tingkat dekomposisi dari pupuk organik tersebut. Pupuk kandang sapi mengandung asam humat dan asam fulvat yang lebih besar dibanding kompos lmbah tanaman obat, juga lebih rendahnya nilai C/N menggambarkan bahwa pupuk kandang sapi tersebut mempunyai tingkat humufikasi yang lebih lanjut dari pada kompos limbah tanaman obat.

a
Asam fulvat tanah (%)

1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0 10 20 40


M1 M0

b
Asam humat tanah (%)

0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 0 10 20 40
M1 M0

Takaran pupuk organik (t/ha)

Takaran pupuk organik (t/ha)

Gambar 1. Hubungan antara takaran pupuk organik (M0 kompos limbah tanaman obat, M1 pupuk kandang sapi) dengan asam fulvat (a) dan humat (b) tanah.

Pemberian pupuk organik 40 ton/ha memberikan nilai kandungan asam humat dan fulvat yang lebih tinggi dari pada 0 ton/ha, 10 ton/ha dan 20 ton/ha. Pupuk organik dengan takaran 40 ton/ha memiliki C-organik yang tertinggi, dan setelah mengalami dekomposisi, sebagian karbon yang dihasilkan pada awalnya masuk ke dalam jaringan mikrobia tanah untuk pembentukan jaringan dan penyusunan sel, selanjutnya menjadi bagian yang labil, akhirnya mentransformasikan ke bentuk senyawa humus (asam humat dan asam fulvat) yang stabil. Pemberian pupuk organik baik kompos limbah tanaman obat maupun pupuk kandang sapi mendukung pertumbuhan tanaman (Gambar 2). Pertumbuhan tanaman Jahe dari semua takaran sampai pada minggu ke-6 menunjukkan pola yang sama. Hal ini

disebabkan pada rentang waktu tersebut tanaman memiliki respon dan reaksi fisiologis yang sama terhadap lingkungan dalam penyesuaian lingkungan tumbuh maupun pemenuhan kebutuhan nutrisi. Pengaruh nyata dari pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman mulai terlihat pada takaran 20 t/ha. Pada takaran tersebut diduga unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk proses metabolisme enzimatis maupun penyusunan jaringan berada dalam jumlah yang cukup. Pada takaran 0 t/ha menunjukkan respon yang paling rendah terhadap tinggi tanaman karena sumber nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tidak mencukupi. Pengamatan bobot kering total jaringan, bobot basah rimpang dan bobot kering matahari rimpang yang teruji menunjukkan bahwa penambahan pupuk organik mampu meningkatan nilai

130

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)

dari parameter-parameter tersebut (Gambar 3). Hal ini karena pupuk organik yang diberikan ke dalam tanah menghasilkan senyawa-senyawa organik

yang meningkatkan ketersediaan hara dan lengas tanah sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan fisiologi tanaman.

Gambar 2. Hubungan antara umur tanaman dengan tinggi tanaman pada berbagai takaran pupuk organik

Asam organik pengkelat yang dihasilkan (asam humat dan asam fulvat) membantu pergerakan hara menuju ke akar tanaman terutama unsur hara mikro. Dengan tersedianya unsur hara

mikro tersebut memacu proses metabolisme enzimatis dalam jaringan tanaman, seperti perpanjangan akar, pembentukan jaringan vegetatif dan pembentukan rimpang.

a
Hasil tanaman (g)

80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 10 20 40 BBR BKR BKMR BKTT

b
Hasil tanaman (g)

80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 10 20 40 BBR BKR BKMR BKTT

Takaran pupuk organik (t/ha)

Takaran pupuk organik (t/ha)

Gambar 3. Pengaruh takaran pupuk organik (a. kompos limbah tanaman obat, b. pupuk kandang sapi) terhadap berat basah rimpang (BBR), berat kering rimpang (BKR), berat kering matahari rimpang (BKMR), dan berat kering total tanaman (BKTT).

Jadi, pemanfaatan limbah tanaman obat yang terlebih dahulu dikomposkan merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat penumpukan limbah tersebut. Hal

ini berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan kompos limbah tanaman obat dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman jahe dan kemungkinan besar untuk tanamantanaman yang lain. Hasilnya mendekati

Syukur & Indah. Pertumbuhan jahe pada Inceptisol Karanganyar

131

penggunaan pupuk kandang sapi, bahkan dalam hal-hal tertentu menunjukkan pengaruh yang lebih baik. KESIMPULAN Berdasarkan analisa data dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pemberian pupuk organik (kompos limbah tanaman obat dan pupuk kandang sapi) takaran 20 t/ha mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman sampai minggu ke-16. 2. Pemberian kompos limbah tanaman obat sebesar 20 t/ha yang diinkubasi 30 hari memberikan nilai bobot kering total jaringan, bobot basah rimpang dan bobot kering matahari rimpang yang paling tinggi. DAFTAR PUSTAKA Darmawijaya, M. I., 1990. Klasifikasi

Jurusan Budidaya Pertanian. IPB. 49 h. Januwati, M., 1990. Faktor-faktor Ekologi

yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ed. Khusus Tanaman Jahe.

Penelitian Tanaman Rempah dan ObatBalittro. Bogor. VII (I) : 11-16.

Martopo, 1991. Dampak Limbah Industri Pada Lingkungan Hidup. Kumpulan Catatan Pribadi, PPLH. UGM, Yogyakarta. Muhammad, Herry dan Sudiarto, 1970. Bogor.

Pemupukan Tanaman Jahe. Dalam Jahe. Monograf No. 3. Balittro.

Munir. 1996. Tanah-tanah Utama di Indonesia. Universitas Brawijaya Malang. Rosmarkam, A. 2001. Ilmu Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 210 p. Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius Yogyakarta. 224p. Stevenson, F.J., 1982. Humus Chemistry John Wiley and Sons. New York.

Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Fakultas Pertanian Indonesia.
Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada University Press. 411h.

Genesis, Composition and Reaction.

Foth, H.D., 1978. Fundamentals of Soil Science. John Wiley and Sons, Inc., New York. Hendrinova. 1990. Pengaruh Berhagai

Pupuk Organik dan Pupuk Duun Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.).Jenis Budak. Tesis S2.

Umar, 2002. Pengaruh Takaran Pupuk Tembaga dan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Tropudult (Tesis). PS. Agronomi Ilmuilmu Pertanian. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

You might also like