You are on page 1of 9

Jurnal Agroteknologi, Vol. 6 No.

1, Agustus 2015 : 25 - 32

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN


UTAMA PADA MEDIUM SUB SOIL ULTISOL YANG DIBERI ASAM HUMAT DAN
KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

(The Growth of Palm Seedlings (Elaeis guineensis Jacq.) at the Experiment Farm By Using Medium
Of Subsoil Ultisol That Was Treated With Humic Acid and Fruitless Palm Bunch Compost)

JANRICO VALENTINO SEMBIRING, NELVIA AND ARNIS EN YULIA

Department of Agrotechnology, Faculty of Agriculture University of Riau


Email: rikosembiring38@yahoo.com; HP : 081371248740

ABSTRACT

Ultisol have low fertility, the sub soil of ultisol have fertility and organic matter content are very low.
Compost of oil palm empty fruit bunches (OPEFB) and humic acid are useful improving fertility and
organic matter content so that it can support growth of the plant. The research aims to study the effect
of application of compost OPEFB and humic acid on sub soil ultisol to growth of the oil palm seedling’s
in the main nursery. The experiment was conducted at the Experimental Farm of the Faculty of
Agriculture, University of Riau, Pekanbaru. The experiment were carried out in the form of factorial with
a completely randomized design. The first factor is compost of OPEFB that consists of 4 levels (0, 25,
50 and 75 g/polybag) and as the second factor is the humic acid that consists of 3 level (0, 25 and 50
g/polybag). The parameters observed were statistically analyzed using analysis of variance, followed by
Duncan’s multiple range test at 5%.The parameters measured were plant height, in the number of
leaves, the increase in diameter stump, root crown ratio, dry seedling weight. The results slowed that
the application of compost of OPEFB 25-75 g/polybag followed by humic acid 25, 50 g/polybag
significantly increased plant height, in the number of leaves, the increase in diameter stump, root crown
ratio, dry seedling weight composed than without compost OPEFB and humic acid, but now significantly
with the other combination action.

Keywords : Oil palm, Humic acid, Oil Palm Bunch Empty Compost

PENDAHULUAN kesuburan tanah Ultisol dapat diperbaiki


dengan penambahan bahan organik (Sutarta,
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Rahutomo, Darmosarkoro, dan Winarna. 2003).
merupakan tanaman perkebunan yang Untuk mendapatkan bibit yang baik dan
berperan penting dalam peningkatan devisa berkualitas maka perlu dilakukan pemupukan
negara, penyerapan tenaga kerja dan diawal pembibitan. Pupuk yang diberikan pada
peningkatan perekonomian di Indonesia. Badan bibit berdasarkan sifat senyawanya ada dua
pusat statistik Riau (2013) menunjukkan jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.
adanya peningkatan luas areal pertanaman Salah satu pupuk organik yang dapat diberikan
kelapa sawit yang cukup berarti dibandingkan pada tanaman adalah pupuk kompos yang
dengan tahun sebelumnya yaitu Tahun 2009 : berasal dari tandan kosong kelapa sawit serta
1.925.342 ha, Tahun 2010 : 2.103.174 ha, asam humat.
Tahun 2011 : 2.256.538 ha, dan Tahun 2012 : Tandan kosong kelapa sawit
2.372.402 ha. merupakan limbah yang saat ini sudah banyak
Perluasan areal tanam dalam upaya dimanfaatkan. Tandan kosong biasanya
peningkatan produksi dihadapkan pada banyak dijadikan mulsa pada lahan kritis atau
terbatasnya lahan subur dengan berbagai dibakar dalam incinerator dan abunya dapat
permasalahan, lahan yang tersedia hanya dimanfaatkan untuk membuat pupuk kalium,
didominasi lahan marginal seperti Ultisol. Salah karena mengandung 30% K2O. Kompos tankos
satu faktor yang menentukan produksi tanaman memiliki beberapa sifat yang menguntungkan
adalah bibit yang baik. Bibit yang baik antara lain: 1) membantu kelarutan unsur-unsur
ditentukan oleh media yang dapat menyediakan hara yang diperlukan bagi pertumbuhan
kebutuhan hara bagi tanaman, keterbatasan tanaman, 2) bersifat homogen dan mengurangi

25
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Janrico Valentino Sembiring, et al)

resiko sebagai pembawa hama tanaman, 3) empat bulan dari bulan Oktober 2014 sampai
merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci Januari 2015.
oleh air, 4) dapat diaplikasikan pada berbagai Bahan yang digunakan dalam
musim (Fauzi et al, 2002). penelitian ini adalah bibit kelapa sawit (Elaeis
Selain pupuk, asam humat juga dapat guineensis Jacq.) hasil persilangan Dura x
mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara Pisifera berumur 3 bulan yang berasal dari
langsung dan tidak langsung. Secara tidak PPKS Marihat, tanah ultisol, fungisida dan
langsung memperbaiki kesuburan tanah insektisida, polybag berukuran 35 cm x 40 cm,
dengan mengubah kondisi fisik, kimia dan asam humat dan kompos tandan kosong kelapa
biologi dalam tanah. Sedangkan secara sawit (TKKS) yang dibeli daerah Medan
langsung dapat merangsang pertumbuhan Sumatra Utara. Alat yang digunakan adalah
tanaman melalui pengaruh terhadap cangkul, terpal, ayakan, polybag, meteran,
metabolisme dan sejumlah proses fisiologi, mistar, paranet, jangka sorong, gembor,
yaitu proses respirasi, meningkatkan timbangan duduk, timbangan analitik, oven,
permeabilitas sel melalui kegiatan horrnon kamera, buku dan alat tulis.
pertumbuhan. Chen dan Aviad (1990), Varanini Penelitian ini dilaksanakan dengan
dan Pinton (1995) juga telah meneliti efek positif Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang
humat pada perkecambahan benih, terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah
pertumbuhan semai bibit, inisiasi dan pemberian asam humat yang terdiri dari 3 taraf
pertumbuhan akar, perkembangan tunas dan (0, 25, dan 50 g/polybag), faktor kedua adalah
pengambilan nutrisi makro dan mikro tanaman. pemberian kompos TKKS yang terdiri dari 4
Penelitian ini bertujuan untuk taraf (0,25,50 dan 75 g/polybag). Diperoleh 12
mengetahui pengaruh pemberian asam humat kombinasi perlakuan dan masing-masing
dan kompos tandan kosong kelapa sawit diulang 3 kali, Hasil pengamatan tiap-tiap
(TKKS) dan menentukan kombinasi yang parameter dilakukan analisis sidik ragam dan uji
sesuai untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit lanjut menggunakan Duncan’s New Multiple
(Elaeis guineensis Jacq.) umur 3-7 bulan di Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
pembibitan utama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAHAN DAN METODE
1. Sifat Kimia Sub Soil Ultisol Awal dan Akhir
Penelitian ini telah dilaksanakan di Penelitian
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Sifat kimia sub soil ultisol sebelum
Universitas Riau, Kampus Bina Widya km 12,5 (awal) dan setelah penelitian dengan aplikasi
Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, asam humat 25 dan 50 g/polybag disajikan
Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan selama pada Tabel 1.

Tabel 1. Sifat kimia sub soil ultisol awal dan akhir penelitian.

Keterangan: ST= sangat tinggi, S= sedang, R= rendah, SR= sangat rendah, M= masam

Tabel 1 menunjukkan bahwa tanah liatnya yang tinggi menyebabkan mudah terjadi
awal yang digunakan dalam penelitian ini pencucian basa-basa sehingga Al dan Fe
merupakan tanah yang miskin unsur hara dan tertinggal dan lebih dominan di dalam tanah. Al
memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah. dan Fe oksida dapat mengikat P sehingga
Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis pH tanah ketersedian P rendah, begitu juga dengan KTK
termasuk kriteria masam, C-organik rendah, dan bahan organik. Hal ini sesuai dengan
KTK rendah, P-tersedia sedang, N-total sangat peryataan Tan (2010) menyatakan bahwa Al
rendah dan Al-dd yang tinggi. Kandungan yang terjerap oleh komplek liat dapat

26
Jurnal Agroteknologi, Vol. 6 No. 1, Agustus 2015 : 25 - 32

terhidrolisis dan menghasilkan ion H+, kadar Fe2+, karena semakin tinggi takaran
sehingga konsentrasi ion tersebut meningkat di bahan humat semakin banyak gugus
dalam tanah. fungsionalnya, sehingga makin banyak Fe yang
Peningkatan takaran asam humat yang diikatnya membentuk senyawa komplek
diberi dapat menaikkan pH, C-organik, N-total, organo-logam atau khelat.
P-tersedia, kapasitas tukar kation (KTK) serta
dapat menurunkan Al-dd dibandingkan dengan 2. Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)
tanah awal. Peningkatan pH tanah dikarenakan Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa faktor
asam humat mengandung asam-asam organik utama asam humat memperlihatkan
yang kaya akan gugus fungsional seperti pertambahan tinggi tanaman yang nyata
karboksil (-COOH) dan fenolik (-OH) yang dengan pemberian pemberian 50 g/polybag
dapat mengikat Al dan Fe membentuk senyawa dibandingkan tanpa pemberian asam
Organo kompleks (khelat) sehingga kelarutan humat,sebaliknya pengaruh utama kompos
Al dan Fe menurun. Dengan terbentuknya TKKS tidak nyata pada setiap peningkatan
komplek antara Al dengan asam organik maka dosis sebesar 25 g/polybag. Hal ini dikarenakan
reaksi hidrolisis Al dapat dihalangi. perbedaan kandungan unsur hara nitrogen (N)
Ketersediaan P dalam tanah meningkat seiring pada setiap dosis perlakuan, dimana
dengan penurunan jumlah Al-dd di tanah, kandungan N pada dosis 25 dan 50 g/polybag
semakin besar pemberian asam humat yang telah mencukupi kebutuhan unsur hara pada
diberikan maka semangkin meningkat bibit sawit. Menurut Tan (2003), pemberian
ketersediaan P dan menurunkan Al-dd tanah. asam humat dapat menjaga ketersedian hara
Stevenson (1994) dan Tan (2010) makro dan mikro di dalam tanah menjadi lebih
mengemukakan bahwa bahan humat berperan banyak sehingga lebih mudah diserap akar
dalam mengatasi terjadinya interaksi logam Al tanaman. Hal ini dikarenakan kandungan N
dan Fe dengan ion P melalui reaksi kompleks pada kompos TKKS ialah 0,80 %, sehingga
dan khelat sehingga P yang ditambahkan tidak belum dapat berkontribusi dalam menyumbang
diikat. unsur hara esensial. Menurut Suriatna (2002),
Menurut Huang dan Schnitzer (1997), nitrogen merupakan unsur utama bagi
bahwa kemampuan bahan humat dalam pertumbuhan tanaman terutama pertumbuhan
menurunkan konsentrasi logam seperti Fe vegetatif, dan apabila tanaman kekurangan
didasarkan atas kemampuannya dalam unsur hara nitrogen tanaman akan menjadi
membentuk senyawa komplek dengan logam kerdil. Pertambahan tinggi tanaman sangat erat
tersebut. Semakin besar takaran bahan humat kaitannya dengan unsur hara makro seperti
yang diberikan semakin besar pula penurunan nitrogen

Tabel 2. Pertambahan tinggi bibit kelapa sawit umur 7 bulan, pada media sub soil ultisol dengan
pemberian asam humat dan kompos TKKS (cm).

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan berbeda tidak
nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

Tabel 2 menunjukkan bahwa interaksi disebabkan oleh semangkin tingginya takaran


antara 50 g/polybag asam humat dan 75 asam humat dan kompos TKKS yang diberi
g/polybag kompos TKKS menghasilkan maka semangkin besar pula kontribusi dalam
pertambahan tinggi tanaman tertinggi dan menyumbang unsur hara dan dapat
berbeda nyata dibandingkan dengan tanpa memperbaiki sifat kimia, fisik dan biologi tanah.
asam humat dengan 25 g/polybag kompos Hal ini sejalan dengan pendapat Hardi (2008)
TKKS atau tanpa kompos TKKS. Hal ini tanaman dapat berkembang dengan baik

27
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Janrico Valentino Sembiring, et al)

apabila hormon yang diberikan tersedia cukup analisis yang dilakukan menunjukkan
bagi tanaman dan mampu diserap tanaman. pemberian 50 g/polybag asam humat
Jika hormon yang tersedia melebihi kebutuhan meningkat kandungan P-tersedia dalam tanah
tanaman, akan menghambat pertumbuhan yaitu 51,44 ppm (tabel 1). Hal ini sejalan dengan
tanaman. pendapat Hermanto et al (2012), menyatakan
bahwa asam humat dapat meningkatkan
3. Pertambahan Jumlah Daun (Helai) pengambilan nutrient oleh tanaman seperti
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa faktor unsur N, P, dan K. Kandungan unsur hara N, P
utama asam humat memperlihatkan dan K yang kurang berimbang dan tidak
pertambahan jumlah daun yang nyata dengan mencukupi untuk pertambahan jumlah pelepah
pemberian pemberian 50 g/polybag daun, dimana P yang terkandung pada kompos
dibandingkan tanpa pemberian asam TKKS rendah yaitu 1,14 %. Menurut Suriatna
humat,sebaliknya pengaruh utama kompos (1998), fosfor berperan dalam proses
TKKS tidak nyata pada setiap peningkatan pembelahan sel dan proses respirasi, sehingga
dosis sebesar 25 g/polybag. Semangkin tinggi mendorong pertumbuhan tanaman,
takaran pemberian asam humat, maka akan diantaranya pertambahan jumlah daun. Jika
semangkin besar pula kontribusinya dalam fosfor rendah maka pertumbuhan tanaman
penyedian unsur hara lainnya terutama P. Hasil seperti jumlah pelepah daun akan terhambat.

Tabel 3. Pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit umur 7 bulan, pada medium sub soil ultisol
dengan pemberian asam humat dan kompos TKKS (helai).

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan berbeda tidak
nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

Tabel 3 menunjukkan bahwa interaksi humat menunjukkan peningkatan pertambahan


antara 50 g/polybag asam humat dan 75 diameter bonggol, namun berpengaruh tidak
g/polybag kompos TKKS menghasilkan nyata dibandingkan tanpa pemberian asam
pertambahan jumlah daun tertinggi dan tidak humat. Unsur hara yang terkandung pada asam
berbeda nyata dengan pemberian 50 g/polybag humat dosis 25 g/polybag dan 50 g/polybag
asam humat dengan 25 dan 50 kompos TKKS tidak berkotribusi dalam memenuhi kebutuhan
namun berbeda nyata dengan perlakuan lain. unsur hara bibit kelapa sawit.. Pertambahan
Pemberian asam humat dan kompos TKKS diameter batang tidak terlepas dari peran unsur
dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman hara P dan K. Leiwakabessy (1998)
terutama unsur N dan P yang dibutuhkan menyatakan bahwa bahwa unsur P dan K
tanaman untuk pembentukan daun, dimana sangat berperan dalam meningkatkan diameter
unsur N dan P pada media dapat membantu batang tanaman, khususnya dalam peranannya
proses pembelahan dan pembesaran sel yang sebagai jaringan yang menghubungkan antara
menyebabkan daun mudah lebih cepat akar dan daun.
mencapai bentuk sempurna. Hal ini sesuai Faktor utama pemberian kompos TKKS
dengan pendapat Lakitan (2000) yang 50 dan 75 g/polybag menunjukkan
menyatakan bahwa ketersediaan unsur N dan pertambahan diameter bonggol tertinggi dan
P akan dapat mempengaruhi daun dalam hal sangat nyata dibandingkan dengan tanpa
bentuk dan jumlah. pemberian kompos TKKS, namun berpengaruh
tidak nyata dengan 25 g/polybag. Perlakuan
4. Pertambahan Diameter Bonggol (cm) dengan dosis 50 g/polybag dan 75 g/polybag
Tabel 4 menunjukkan bahwa faktor menunjukkan diameter bonggol tertinggi yaitu
utama pemberian 25 dan 50 g/polybag asam 1,35 cm dan terendah pada tidak pemberian

28
Jurnal Agroteknologi, Vol. 6 No. 1, Agustus 2015 : 25 - 32

kompos TKKS (kontrol). Menurut Tambunan tanaman untuk proses fotosintesis, proses
(2009), tanaman akan tumbuh subur jika unsur fotosintesis menghasilkan fotosintat dan
hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam asimilat yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan
jumlah yang cukup dan dapat diserap oleh vegetatif tanaman.

Tabel 4. Pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit umur 7 bulan, pada media sub soil ultisol
dengan pemberian asam humat dan kompos TKKS (cm).

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan berbeda tidak
nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

Interaksi pemberian 25 dan 50 menunjukkan RTA tertinggi dan sangat nyata


g/polybag asam humat diikuti dengan 75 dibandingkan tanpa pemberian asam humat
g/polybag kompos TKKS menunjukkan dan 25 g/polybag. Perlakuan asam humat 50
pertambahan diameter bonggol tertinggi. g/polybag menunjukkan nilai RTA tertinggi yaitu
Kandungan P dan K pada asam humat yang 2,14 g.Hasil berat kering tajuk akar menunjukan
berimbang, sehingga mampu menutupi penyerapan air dan unsur hara oleh akar yang
kekurangan unsur hara pada kompos TKKS, ditranslokasikan ke tajuk tanaman. Peningkatan
dengan demikian akan meningkatkan berat akar yang diikuti dengan peningkatan
pertambahan diameter bonggol bibit kelapa berat tajuk menyebabkan rasio tajuk-akar tidak
sawit. Pendapat ini didukung oleh Setyamidjaja signifikan. Menurut Gardner et al (1991)
(2006), yang menyatakan bahwa fosfor dan perbandingan atau ratio tajuk akar mempunyai
kalium dapat memperbaiki pertumbuhan pengertian bahwa pertumbuhan satu bagian
vegetatif tanaman seperti lingkar batang. tanaman diikuti dengan pertumbuhan bagian
tanaman lainnya dan berat akar tinggi akan
5. Ratio Tajuk Akar (RTA) diikuti dengan peningkatan berat tajuk.
Tabel 5 menunjukkan bahwa faktor
utama pemberian 50 g/polybag asam humat

Tabel 5. Pertambahan ratio tajuk akar bibit kelapa sawit umur 7 bulan, pada media sub soil ultisol
dengan pemberian asam humat dan kompos TKKS (cm).

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan berbeda tidak
nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

Faktor utama pemberian 75 g/polybag kompos pertumbuhan tanaman. Kompos TKKS yang
TKKS menunjukkan RTA tertinggi dan sangat digunakan mengandung unsur P sebesar 0,25
nyata dengan 50 g/polybag dan tidak % sehingga pengaruh terhadap perkembangan
berpengaruh nyata dengan yang lain. Hal ini akar bibit kelapa sawit tidak optimal karena
dikarenakan unsur hara N pada kompos TKKS unsur P merupakan komponen utama asam
tersebut belum cukup untuk memenuhi

29
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Janrico Valentino Sembiring, et al)

nukleat yang berperan dalam pembentukan dkk. (1990) pemberian bahan organik dapat
akar ( Deswenti, 2011 ). membuat struktur tanah menjadi lebih remah,
Interaksi pemberian 50 g/polybag asam humat dengan demikian perkembangan akar akan
dan 75 g/polybag kompos TKKS memiliki nilai baik, sehingga akan meningkatkan berat kering
tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lain bibit.
dan sangat nyata. Hal ini dikarenakan pada Interaksi pemberian 50 g/polybag asam
kombinasi pemberian asam humat dan kompos humat dan 75 g/polybag kompos TKKS
TKKS telah berkontribusi secara optimal dalam menunjukkan berat kering tertinggi dan sangat
penyediaan dan penjerapan unsur hara yang nyata dibandingkan dengan perlakuan lain.
dibutuhkan oleh bibit kelapa sawit. Hal ini Perlakuan kombinasii 50 g/polybag asam
sesuai pernyataan Lingga dan Marsono (1997), humat dan 75 g/polybag kompos TKKS sejalan
bahwa jumlah unsur hara yang tersedia dalam dengan pertambahan tinggi bibit, jumlah daun,
tanah untuk pertumbuhan, pada dasarnya diameter bonggol, dan rasio tajuk akar yang
harus berada dalam keadaan yang cukup dan memiliki nilai tertinggi dari perlakuan lainnya
seimbang agar tanaman dapat tumbuh dengan Hal ini diduga dikarenakan pengaruh unsur
baik. hara pada asam humat yang tinggi serta unsur
hara yang terkandung pada kompos TKKS
6. Berat Kering Bibit (g) yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-pori
utama pemberian 25 dan 50 g/polybag asam makro dan mikro yang hampir seimbang
humat menunjukkan peningkatan berat kering sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup
dan berpengaruh tidak nyata. Kemampuan baik serta memiliki daya serap yang tinggi
asam humat mengikat air bibit kelapa sawit (Anonim, 2008).
tidak mengalami defisit air sehingga
produktivitas (bobot) bibit kelapa sawit KESIMPULAN DAN SARAN
meningkat. Brady dan Weil (2002), menyatakan
bahwa pemberian asam humat dapat memacu Kesimpulan
pertumbuhan tanaman. Asam humat Pemberian 25 g/polybag asam humat
berpengaruh terhadap tinggi, bobot brangkasan memperbaiki sifat kimia sub soil ultisol berupa
basah, bobot brangkasan kering, pertumbuhan peningkatan nilai pH (H¬2O), C-organik, N-total
bibit, dan penyerapan hara. dan P-tersedia serta menurunkan Al-dd, namun
tidak berpengaruh terhadap KTK tanah.
Tabel 6. Pertambahan berat kering bibit kelapa Perubahan nilai tiap parameter tersebut
sawit umur 7 bulan, pada media sub cenderung lebih besar dengan pemberian 50
soil ultisol dengan pemberian asam g/polybag asam humat.
humat dan kompos TKKS (cm). Pemberian 50 g/polybag asam humat
meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun,
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf RTA, namun tidak berpengaruh terhadap
yang sama pada kolom dan baris diameter bonggol dan berat kering, sedangkan
menunjukkan berbeda tidak nyata pemberian kompos TKKS 25, 50 dan 75
menurut uji lanjut DNMRT pada taraf
g/polybag tidak berpengaruh terhadap setiap
5 %.
parameter tersebut. Kombinasi 50 g/polybag
asam humat dan 75 g/polybag kompos TKKS
Pengaruh utama pemberian kompos
memberikan peningkatan tertinggi pada tinggi
TKKS menunjukkan bahwa pemberian 25
tanaman, jumlah daun, diameter bonggol, RTA,
g/polybag hingga 75 g/polybag berpengaruh
dan berat kering dibandingkan kombinasi
tidak nyata terhadap pertambahan berat kering
perlakuan lain.
bibit, namun menunjukkan peningkatan
pertambahan berat kering bibit. Hal ini sesuai
Saran
dengan pertumbuhan yang terbaik pada
Berdasarkan hasil penelitian, untuk
parameter pertambahan tinggi, jumlah daun,
mendapatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit
dan diameter bonggol sehingga berat kering
varietas Dura x Pisifera yang baik pada umur 3-
tanaman yang cenderung terbaik didapatkan
7 bulan pada medium sub soil ultisol disarankan
pemberian 75 g/polybag kompos TKKS,
menggunakan kombinasi asam humat 50
sedangkan yang terendah terlihat pada tanpa
g/polybag dan kompos TKKS 75 g/polybag.
pemberian kompos TKKS. Menurut Subowo

30
Jurnal Agroteknologi, Vol. 6 No. 1, Agustus 2015 : 25 - 32

DAFTAR PUSTAKA Lingga dan Marsono. 1997. Petunjuk


Penggunaan Pupuk. Penebar swadaya.
Anonim. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Jakarta.
Sawit. Balai Pengkajian Teknologi Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius.
Pertanian. Lampung. Yogyakarta. 127 hal.
Badan Pusat Statistik Propinsi Riau, (2013). Subowo, J. Subaga, dan M. Sudjadi. 1990.
Riau Dalam Angka 2013. Badan Pusat Pengaruh bahan organik terhadap
Statistik Provinsi Riau. Pekanbaru. pencucian hara tanah Ultisol
Brady, N.C dan Weil, R. 2002. The Nature and Rangkasbitung, Jawa Barat.
Properties of Soil Thirteenth Edition. Pemberitaan Penelitian Tanah dan
Prentice Hall Upper River. New Jersey. Pupuk 9: 26−31.
P. 391-434. Suriatna, S. 2002. Metode Penyuluhan
Chen Y., Aviad T.,. 1990, Effect of Humic Pertanian. Penerbit PT. Medyatama
Substances on Plant Growth. In: Sarana Perkasa, Jakarta.
MacCarthy P, Clapp CE, Malcolm RL, Sutarta, E. S, S. Rahutomo, W. Darmosarkoro,
Bloom PR (Eds.), Humic substances in dan Winarna. 2003. Peranan unsur hara
soil and crop sciences: selected reading, dan sumber hara pada tanaman kelapa
Soil Science Society Am, Madison. sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Deswenti, Eva. 2011. Pengaruh Campuran Medan. hal. 79 – 90.
Tanah Lapisan Bawah (Subsoil) Dan Stevenson, F.J. 1994. Humus chemistry,
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit genesis, composition, reactions. A Wiley-
Sebagai Media Tanam Terhadap Interscience and Sons New York. 496 p.
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Tambunan, E. R. 2009. Respon pertumbuhan
gueneensis Jacq. ) di Pembibitan Utama. bibit kakao (Theobroma cacao l.) pada
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas media tumbuh subsoil dengan aplikasi
Riau. Pekanbaru. kompos limbah pertanian dan pupuk
Fauzi, Y. , Widyastuti, Y. E., Satyawibawa, I., anorganik. Tesis. Fakultas Pertanian
Hartono, 2002. Kelapa Sawit. PT. USU. Medan.
Penebar Swadaya. Jakarta. Tan, K. H. 2010. Principles of Soil Chemistry
Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell, Fourth Edition. CRC Press Tailor and
1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Francis Group. Boca Raton. London.
Universitas Indonesia (UI) Press, New York. 362 p.
Jakarta.
Hardi, J. 2008. Aplikasi IAA dan PPC organik
terhadap pertumbuhan bibit karet stum
mata tidur. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Riau. Pekanbaru.
Hermanto, D., Dharmayani N.K.T.,
Kurnianingsih R., Kamali S.R. 2012.
Pengaruh Asam Humat sebagai
Pelengkap Pupuk pada Tanaman
Jagung terhadap Efisiensi Pemupukan di
Lahan Kering Kec. Bayan Kab. Lombok
Utara – NTB. Jurnal Ilmu Pertanian.
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
Magelang. Yogyakarta. hal. 100-107.
Huang, P.M. dan M. Schnitzer. 1997.
Interaction of soil minerals with natural
organics and microbes. SSSA Special
Publication Number 17. Soil Scince
Society of America, Inc. 920 pp.
Lakitan, B. 2000. Dasar – Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Leiwakabessy, F. M. 1998. Kesuburan Tanah.
IPB Press. Bogor.

31
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Janrico Valentino Sembiring, et al)

32
Volume 6 Nomor 1, Agustus 2015 PRINT ISSN 2087-0620
ONLINE ISSN 2356-4091

PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT YANG DIFERMENTASI


DENGAN EM4 PADA DOSIS DAN LAMA PEMERAMAN YANG BERBEDA
Changes Of Chemical Properties Compost Oil Palm Empty Fruit Bunch Fermented With Em4
Dosage And Long Different Ripening
Abdul Rahman Toiby, Elfi Rahmadani, dan Oksana .............................................................................. 1-8

PEMANFAATAN BEBERAPA JENIS DAN DOSIS LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis Jacq)
TERHADAP PERUBAHAN PH, N, P, K TANAH PODSOLIK MERAH KUNING (PMK)
Fitri Ramadhani, Ervina Aryanti, dan Robbana Saragih ......................................................................... 9-16

UPAYA PENINGKATAN HASIL MENTIMUN SECARA ORGANIK DENGAN SISTEM


TASALAMPOT
Increasing the Yields of Cucumber by Tasalampot Organic Farming System
Indah Permanasari dan Aulia Rani Annisava .......................................................................... 17-24

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA PADA
MEDIUM SUB SOIL ULTISOL YANG DIBERI ASAM HUMAT DAN KOMPOS TANDAN KOSONG
KELAPA SAWIT
The Growth of Palm Seedlings (Elaeis guineensis Jacq.) at the Experiment Farm By Using Medium
Of Subsoil Ultisol That Was Treated With Humic Acid and Fruitless Palm Bunch Compost
Janrico Valentino Sembiring, Nelvia, dan Arnis En Yulia ....................................................................... 25-32

INDUKSI KALUS PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) MELALUI EKSPLAN DAUN DAN
PETIOL
Callus Induction of Eurycoma longifolia Jack by Leaf and Petiole Explant
Rosmaina, Zulfahmi, Probo Sutejo, Ulfiatun, dan Maisupratina ............................................................. 33-40

KEPADATAN DAN POLA PENYEBARAN PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) DI ZONA
ALAMAN KUYANG, HUTAN LARANGAN ADAT KENEGARIAN RUMBIO
Density and Distribution Pattern of Eurycoma longifolia Jack) In The Alaman Kuyang Zone
of The Forest Reserve of Kenegarian Rumbio
Zulfahmi, Nelawati, Rosmaina ................................................................................................................. 41-46

You might also like