You are on page 1of 11

Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXXIII Nomor 1April 2017 (75–84) P ISSN 0215 – 2525

E ISSN 2549 – 7960

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis gueneensis Jacq)


DI PEMBIBITAN UTAMA (MAIN NURSERY) PADA MEDIUM SUBSOIL ULTISOL
YANG DIAPLIKASIKAN AMELIORAN ANORGANIK DAN ORGANIK

The Growth of Oil Palm (Elaeis gueneensis Jacq) Seedling in Main Nursery on Ultisol
Subsoil Medium with Inorganic and Organic Ameliorant Application

Fauzan Abadi dan Nelvia


Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Kode Pos 28293, Pekanbaru
Email: fauzanabadi95.@gmail.com
[Diterima: Desember 2016; Disetujui: Februari 2017]

ABSTRACT

The research aims to study the effect of inorganic and organic ameliorant dressing on ultisol
subsoil medium on the growth of oil palm (Elaeis gueneensis Jacq)seedling in the main nursery. The
research was conducted at greenhouse AgricultureFaculty, Riau University Pekanbaru from June to
November 2016.The experiment in form factorial using Completely Randomized Design (CRD).The
first-factor is an organic ameliorant ei.fly ash and dregs consist of 4 levels (without ameliorant, 50 g
fly ash, 50 g dregs and 25 fly ash + 25 dregs per polybag). The second factor is organic ameliorant
ei.cocopeat and oil palm empty fruit bunches compost (OPEFBC)consist of 6 levels (without
ameliorant, 100 g cocopeat, 100 g OPEFBC, 50 g cocopeat + 50 g OPEFBC, 100 g cocopeat + 50 g
OPEFBC and 50 g cocopeat + 100 g OPEFBC per polybag). The parameters observed were the
addition of plant height, number of leaves, a diameter of the stump, length of leaf midrib and leaves.
The results showed that the combination of 50 g dregs/polybag with 100 g OPEFBC/polybag
increased the plant height and combination of 25 g fly ash + 25 g dregs with 50 g cocopeat + 50
OPEFBC increased diameter of stump and length of leaf midrib significantly compared to without
ameliorant, but non significantly compared to another combination.

Keywords: Oil palm seedlings, Subsoil ultisols, and Ameliorant

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi amelioran anorganik dan organik
terhadap medium tanah ultisol terhadap pertumbuhan kelapa sawit (Elaeis gueneensis jacq) di
pembibitan utama. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Pekanbaru dari bulan Juni hingga November 2016. Eksperimen dalam bentuk faktorial menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor pertama adalah amelioran anorganik fly ash dan ampas
tahu terdiri dari 4 level (tanpa amelioran, 50 g fly ash, 50 g ampas dan 25 fly ash + 25 ampas per
polybag). Faktor kedua adalah amelioran organik cocopeat dan kompos tandan kosong kelapa sawit
(TKKS) terdiri dari 6 level (tanpa amelioran, 100 g cocopeat, 100 g TKKS, 50 g cocopeat + 50 g
kompos TKKS, 100 g cocopeat + 50 g kompos TKKS) dan 50 g cocopeat + 100 g kompos TKKS per
polybag). Parameter yang diamati adalah penambahan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang,
panjang pelepah daun dan daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi 50 g ampas/polybg
dengan 100 g kompos TKKS/polybag meningkatkan tinggi tanaman dan kombinasi 25 g fly ash + 25
g ampas dengan 50 g cocopeat + 50 kompos TKKS meningkatkan diameter batang dan panjang
pelepah daun secara signifikan dibandingkan tanpa amelioran, tetapi tidak signifikan dibandingkan
dengan kombinasi lain.

Kata kunci: Bibit kelapa sawit, Subsoil ultisol dan Amelioran.

75
Dinamika Pertanian April 2017

PENDAHULUAN yang kompleks, namun dalam jumlah yang


kecil. Amelioran anorganik adalah amelioran
Kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) dari bahan mineral dan bahan organik yang
merupakan tanaman penghasil minyak yang diproses secara kimiawi, memiliki unsur hara
banyak ditanam di Indonesia. Riau sebagai cepat tersedia bagi tanaman karena reaksinya
salah satu provinsi di Indonesia mengalami ionik. Amelioran organik yang digunakan pada
peningkatan luas perkebunan kelapa sawit. Data penelitian ini adalah cocopeat dari limbah
dari Direktorat Jenderal Perkebunan (2014) luas industri kopra dan kompos Tandan Kosong
kelapa sawit di Riau 2.193.721 ha pada tahun Kelapa Sawit (TKKS) dari limbah industri
2013 meningkat menjadi 2.296.849 ha pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Amelioran
tahun 2014. Peningkatan luas perkebunan anorganik yang digunakan pada penelitian ini
kelapa sawit akan berdampak pada permintaan adalah dregs dan fly ash dari limbah industri
bibit kelapa sawit. pulp dan kertas.
Selain itu, jumlah luas lahan kelapa sawit Pada indutri kopra, cocopeat merupakan
yang harus replanting (peremajaan/penanaman salah satu limbah yang dihasilkan dari proses
kembali) setiap tahun meningkat seiring dengan pengambilan serat sabut kelapa. Menurut
meningkatnya luas perkebunan kelapa sawit. Yuniati (2008) cocopeat mengandung bahan
Ketersediaan bibit kelapa sawit harus semakin organik dan memiliki sifat mudah menyerap air
ditingkatkan untuk memenuhi permintaan sehingga drainase dan aerasinya baik. Menurut
tersebut.Kualitas dan kuantitas bibit kelapa Cresswell (2009) kemampuan cocopeat
sawit yang disediakan harus diperhatikan secara menyerap air hingga 6-8 kali dari bobot
teliti untuk mendapatkan bibit kelapa sawit keringnya sehingga pencampuran pada media
yang baik. Salah satu upaya yang dilakukan tanam akan meningkatkan kelembaban tersebar
dengan menggunakan benih unggul yang bebas merata.
hama dan penyakit. Industri PKS menghasilkan limbah
Beberapa faktor yang mempengaruhi organik berupa TKKS yang jumlahnya cukup
kualitas bibit kelapa sawit, diantaranya media banyak. Menurut Wuryaningsih (2001) Sekitar
tanam. Media tanam yang umum digunakan 20-27% limbah TKKS akan dihasilkan dari
adalah tanah yang subur seperti topsoil, namun setiap pengolahan Tandan Buah Segar.
penggunaan subsoil ultisol potensinya lebih Berkaitan dengan hal tersebut limbah TKKS
besar karena ketersediaanya lebih luas dapat dijadikan bahan baku kompos.
dibanding topsoil. Menurut Subagyo et al., Pemberian kompos TKKS dapat memperbaiki
(2004) luas tanah ultisol di Indonesia struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah
diperkirakan 45.794.000 ha atau sekitar 25% menahan air, meningkatkan pH, mencegah
dari sebagian luas lahan di Indonesia. pencucian basa dan memberikan sumbangan
Sedangkan Barnev (2009) menyatakan di Riau unsur K (kalium) kompos TKKS hingga 7,3%
luas tanah ultisol mencapai 2.740.000 ha. (Purnamayani et al., 2012)
Tanah Ultisol merupakan tanah yang Fly ash merupakan abu dari aktivitas
telah mengalami pelapukan lanjut, ditandai pembakaran batu bara pada mesin boiler di
dengan kejenuhan basa < 35%, kemasaman < pabrik pulp dan kertas. Fly ash merupakan
5,5, kapasitas tukar kation < 24 m.e/100 gram bahan oksidasi yang bersifat aktif, selain itu
liat dan kandungan bahan organik rendah memiliki pH basa dan mengandung unsur Si,
hingga sedang (Munir, 1996).Penggunaan tanah Mg, K dan S (Nugroho, 2010). Fly ash dapat
subsoil ultisol ini tentu akan menjadi tantangan bereaksi cepat didalam tanah sehingga lebih
karena secara fisik tanah ini relatif kurang subur cepat menaikkan pH dan memberikan unsur
dan miskin unsur hara, serta mengandung bahan hara yang terkandung.
organik dan anorganik yang sangat rendah Dregs merupakan limbah yang terbentuk
sehingga memerlukan penambahan bahan akibat proses pengendapan pada bagian
amelioran yang cukup. recausticizing di pabrik kertas. Dregs memiliki
Amelioran terdiri dari amelioran organik pH 9,3 dan mengandung unsur Ca (kalsium)
dan amelioran anorganik.Amelioran organik mencapai 40,97% (Nelvia et al., 2010).
merupakan bahan dari makhluk hidup yang Pemberian Ca pada tanah dapat meningkatkan
mengalami pengomposan, memiliki unsur hara pH (potential of hidrogen) dan mencegah

76
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis jacq) di Pembibitan Utama (Main nursery) pada Medium Subsoil Ultisol yang
Diaplikasikan Amelioran Anorganik dan Organik

tanaman keracunan Al (Hardjowigeno, 2007). cocopeat/polibag, O2 : 100 g kompos


Fly ashdan dregs yang memiliki pH basa, TKKS/polibag, O3 : 50 g cocopeat + 50
terdiri dari unsur-unsur alkali dan haranya cepat gkompos TKKS/polibag, O4 : 100 gcocopeat +
tersedia dapat digunakan sebagai amelioran
50 g kompos TKKS /polibag dan O5 : 50 g
anorganik untuk mengubah sifat kimia tanah
subsoil Ultisol. cocopeat + 100 g kompos TKKS /polibag).Data
Keempat amelioran tersebut mengandung yang diperoleh dianalisis secara statistik
hara yang baik bagi tanaman, namun kadar hara menggunakan analisis ragam dan uji lanjut
pada setiap limbah tidak sama. Aplikasi limbah jarakberganda Duncan padataraf 5%.Parameter
dengan komposisi yang tepat dapat yang diamati adalah pertambahan tinggi bibit,
memperbaiki sifat kimia, fisik, biologi dan pertambahan diameter bonggol, pertambahan
ketersedian hara secara optimal pada tanah
jumlah pelepah daun, panjang pelepah daun dan
subsoil Ultisol.
Penelitianbertujuan mempelajari panjang daun.
pengaruh aplikasi amelioran anorganik dan
organik pada medium subsoil ultisol terhadap HASIL DAN PEMBAHASAN
pertumbuhan bibitkelapasawit (Elaeis
guineensis Jacg) di pembibitan utama (Main 1. Pertambahan Tinggi Bibit
nursery).
Tabel 1 menunjukan bahwa pemberian
BAHAN DAN METODE amelioran anorganik50 g fly ash, 50 g dregdan
25 g fly ash + 25 dreg/polibag diikuti
pemberian amelioran organik 100 g cocopeat,
Penelitian telah dilaksanakan di Rumah 100 g kompos TKKS, 50 g cocopeat + 50 g
Kasa Fakultas Pertanian Universitas Riau, kompos TKKS, 100 g cocopeat + 50 g kompos
Kampus Bina Widya Simpang Baru, Tampan, TKKS dan 50 g cocopeat + 100 g kompos
Pekanbaru.mulai Juni hingga November 2016. TKKS/polibag cenderung meningkatkan
Bahan yang digunakan dalam penelitian pertambahan tinggi bibit kelapa sawit dari umur
ini adalahbibit kelapa sawit yangumur 6 bulan 6 bulan ke 12 bulan dibandingkan tanpa
amelioran, kecuali kombinasi 100 g
hasil persilangan Dura X Pesifera dari Pusat
cocopeat/polibag dan kombinasi 50 g
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, tanah dreg/polibag dengan 100 g kompos
subsoil Ultisol, cocopeat, kompos tandan TKKS/polibag meningkat secara nyata. Hal ini
kosong kelapa sawit (TKKS), fly ash, dregs, menunjukan bahwa pemberian amelioran
polibag ukuran 35cm x 40cm, insektisida Sevin anorganik dan organik berperan dalam
85 S dan pupuk majemuk NPK (12:12:7:2).Alat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
yang digunakan dalam penelitian meliputi tanah.
Cocopeat memiliki sifat hidrofilik yaitu
cangkul, ayakan tanah ukuran 5 mm, terpal,
mampu menyerap dan menyimpan air sehingga
timbangan, meteran, dan jangka sorong. mampu memperbaiki sifat fisik tanah, Kompos
Penelitian dilakukan secara eksperimen TKKS mengandungan unsur hara makro dan
dalam bentuk faktorial 4 x 6 menggunakan mikro serta banyak menyumbangkan humus
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor I sehingga baik untuk memperbaiki sifat kimia
adalah ameliorant anorganik yaitu fly ash dan dan biologi tanah, sedangkan fly ash dan dregs
dregter diri dari 4 level (A0 : tanpa amelioran, memiliki pH basa dan mengandung unsur hara
makro dan mikro yang lengkap sehingga
A1 : 50 gdregs/polibag, A2 : 50 gfly mampu memperbaiki sifat kimia tanah subsoil
ash/polibag, A3 : (25 g fly ash + 25 g Ultisol.
dreg/polibag) dan Faktor II adalah ameliorant Cocopeat dan kompos TKKS merupakan
organik yaitu cocopeat dan kompos tandan bahan organik yang menyumbangkan hara
kosong kelapa sawit (TKKS) terdiri dari 6 makro dan mikro untuk memenuhi kebutuhan
level(O0 : tanpaamelioran, O1 : 100 g tanaman. Menurut Herath dalam Tyas (2000)
Cocopeat mengandung N, N-NH4, N-NO3, P, K,

77
Dinamika Pertanian April 2017

Ca dan Mg. Selain itu cocopeat memiliki Setyawati et al. (2013) kompos TKKS
porositas 95% dan bulk density ±0,25 g/ml mengandung N, P, K, Ca dan Mg.
(Manzeen dan Van Holm dalam Tyas, 2000). Hal ini sejalan dengan hasil analisis
Hal ini sejalan dengan hasil analisis cocopeat kompos TKKS menunjukkan pH H2O 7,4; N
menunjukkan pH H2O 5,6; N-Total 0,41%; P Total 1,77%; P2O5 27,1 g/kg; K2O 25,5 g/kg;
0,46%; K 2,37% (Alpian, 2016). Menurut CaO 11,2 g/kg; MgO 4,5 g/kg (Marlina, 2016).

Tabel 1. Pertambahan tinggi bibit kelapa sawit (cm) dari umur 6 bulan ke 12 bulan pada medium
subsoil ultisol yang diberi Amelioran anorganik (fly ash dan dregs) dan Organik (cocopeat
dan kompos TKKS)
amelioran Organik
Amelioran Anorganik
(Cocopeat + kompos TKKS ) g/polybag
(Fly ash + Dreg) g/polybag
0+0 100 + 0 0 + 100 50 + 50 100 + 50 50 + 100
0+0 55,27c 108,20a 86,43abc 61,10bc 89,20abc 72,33abc
50 + 0 62,80bc 63,57bc 76,60abc 77,70abc 78,27abc 72,63abc
0 + 50 88,23abc 69,57abc 99,87ab 95,87abc 81,20abc 81,40abc
25 +25 65,50abc 72,83abc 82,50abc 91,17abc 87,70abc 76,97abc
Angka-angka pada baris atau kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %

Unsur N dan Mg pada kompos TKKS dan meningkatkan pH tanah, N-total,


merupakan unsur yang menyusun klofil pada C-organik, K-dd, Nadd, Ca-dd, KB, serapan Mg
daun. Selain itu, kompos TKKS meningkatkan daun, P-tersedia serta dapat menurunkan kadar
unsur K dan menurunkan kadar Al Al-dd pada tanah bekas tambang batubara.
dipertukarkan (Yunindanova et al,. 2013). Disamping itu pemberian dregs juga
Ketersedian unsur N, Mg dan K didukung menyumbangkan unsur hara seperti P2O5 0,20
dengan pemberian cocopeat yang dapat %, K2O 0,31 %, CaO 41,03 %, MgO 2,39 %, S
menyerap air 6-8 kali dari bobot kering 0,71 %, Na 2,68 %, Fe 5000 ppm, Mn 989 ppm,
(Cresswell, 2009). Ketersedian air yang cukup Cu 127 ppm, Zn 224 ppm, dan memiliki pH
akan melarutkan unsur hara sehingga mudah sekitar 9 – 12. (Nelvia et al., 2010).
diserap oleh tanaman untuk melakukan proses Meningkatnya proses fotosintesis dan
fotosintesis dan metabolisme pada tanaman. metabolisme pada tanaman akan akan
Azlansyah (2014) menyatakan pemberian berdampak dengan meningkatnya aktifitas
kompos TKKS dapat meningkatkan tinggi bibit pembentukan sel. Menurut Heddy (1987)
kelapa sawit karena mengandung unsur hara pembelahan dan perpanjangan sel tanaman pada
esensial seperti N, P dan K. Andri (2016) bagian pucuk meningkatkan tinggi tanaman.
menyatakan pemberian 50 g TKKS dan 50 g Hasil proses metabolisme yang semakin
cocopeat dapat meningkatkan tinggi bibit meningkat akan ditranslokasikan kebagian-
kelapa sawit sebesar 28,20 cm. bagian tanaman dan sebagian digunakan dalam
Disisi lain pemberian fly ash yang pembentukan organ tanaman seperti daun.
merupakan bahan oksidasi anorganik aktif akan Menurut Sijabat (2014) pertambahan jumlah
cepat meningkatkan pH tanah (Rahmawati, daun yang terbentuk akan semakin menambah
2013). Perubahan pH yang diakibatkan fly ash jumlah nodus-nodus atau tempat kedudukan
merubah konsentrasi ion-ion basa yang larutan daun yang ada di batang sehingga pertambahan
didalam tanah dan kelarutan unsur yang reltif tinggi bibit kelapa sawit semakin meningkat.
lebih besar diantaranya K, Na, Ca, Mg
(Iskandar, 2008). Kelarutan unsur K yang relatif 2. Pertambahan Diameter Bonggol
besar akan membantu pembentukan protein,
katalisator, meningkatkan proses fotosintesis Tabel 2 menunjukan bahwa pemberian
dan mentranslokasikan asimilat. Wibowo amelioran anorganik 50 g fly ash, 50 g dregdan
(2011) menyatakan pemberian fly ash dapat 25 g fly ash + 25 dreg/polibag diikuti
meningkatkan pertumbuhan tanaman sengon pemberian amelioran organik 100 g cocopeat,

78
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis jacq) di Pembibitan Utama (Main nursery) pada Medium Subsoil Ultisol yang
Diaplikasikan Amelioran Anorganik dan Organik

100 g kompos TKKS, 50 g cocopeat + 50 g 12 bulan dibandingkan tanpa amelioran,


kompos TKKS, 100 g cocopeat + 50 g kompos kecuali kombinasi 25 g fly ash + 25
TKKS dan 50 g cocopeat + 100 g kompos dreg/polybag dengan 50 g cocopeat + 50
TKKS/polibag cenderung meningkatkan kompos TKKS/polybag meningkat secara
pertambahan diameter bonggol bibit nyata.
kelapa sawit dari umur 6 bulan ke

Tabel 2. Pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit (cm)dari umur 6 bulan ke 12 bulan pada
subsoil ultisol yang diberi Amelioran anorganik (fly ash dan dregs) dan Organik (cocopeat
dan kompos TKKS)
Amelioran Organik
Amelioran Anorganik (Cocopeat + kompos TKKS ) g/polybag
(Fly ash + Dreg) g/polybag
0+0 100 +0 0 + 100 50+50 100+50 50+100
0+0 2,01 b 3,76 a 3,30 ab 2,79ab 3,44 ab 2,86 ab
50 + 0 2,62ab 2,45ab 2,98 ab 2,97 ab 3,39 ab 3,59 ab
0 + 50 3,86 a 2,90ab 3,41 ab 3,59 ab 2,61 ab 3,21 ab
25+25 3,03ab 3,27ab 3,60 ab 3,88 a 3,29 ab 2,88 ab
Angka-angka pada baris atau kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %

Pada perlakuan ini pertambahan diameter Pertumbuhan diameter bonggol bibit


bonggol tidak terlepas dengan sifat kimia dan kelapa sawit dipengaruhi oleh unsur yang
sifat fisik tanah subsoil Ultisol yang telah terkandung pada amelioran seperti unsur N, P,
mengalami perbaikan sehingga menyediakan K, Ca dan Mg. Menurut Lakitan (2007) unsur
unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk nitrogen dapat merangsang pertumbuhan
pertumbuhan vegetatif tanaman, khususnya vegetatif tanaman karena berperan dalam
pertambahan diameter bonggol. pembelahan sel, pembesaran sel dan
Menurut Azlansyah (2014) salah satu pembentukan protein. Unsur P pada tanaman
indikator pertumbuhan bibit kelapa sawit yang berperan dalam pembelahan sel, memperkuat
baik dapat dilihat dari bonggolnya, semakin batang tanaman agar tidak roboh, membantu
baik tinggi batang dan jumlah pelepah daun perkembangan akar dan berperan dalam
akan dikuti dengan semakin besar pertumbuhan pembentukan albumin (Hardjowigeno, 2007).
bonggol bibit kelapa sawit. Unsur hara yang Menurut (Poerwowidodo, 1992) unsur K
dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses berperan mengaktifkan enzim-enzim dalam
fotosintesis tersedia dalam jumlah yang cukup proses fotosintesis, meningkatkan nilai osmotik
sehingga menghasilkan fotosintat dan asimilat pada tanaman sehingga melancarkan proses
untuk pertumbuhan bonggol bibit kelapa sawit. penyerapan air dan unsur hara. Unsur Ca
Amelioran anorganik (25 g fly ash+ 25 g dregs) Menurut Salisbury dan Ross (1995) berperan
dengan amelioran organik (50 g cocopeat + 50 dalam pembentukan bulu akar dan
g kompos TKKS) mengandung unsur hara yang pemanjangan akar, sedangkan Lakitan (2007)
kompleks (makro dan mikro),walau dalam menyatakan kalsium dalam aktivator enzim
jumlah yang sedikit, namun pemberian fly ash esensial pada reaksi-reaksi metabolisme,
akan cepat memberikan sumbangan hara seperti mengatur tekanan turgor sel pada proses
K, Na, Ca, Mg dan Si (Nugroho, 2010) dan membuka dan menutup stomata. Hardjowigeno
dregs menyumbangkan hara seperti Ca2+, Mg2+, (2007) Menambahkan kalsium berperan dalam
Zn2+, K+(Rini, 2005). Hasil analisis fly ash pembentukan dinding sel dan pembelahan sel.
lampiran 4 menunjukkan pH H2O 12; P2O5 3,6 Unsur Mg berperan dalam pembentukan
g/kg; K2O 9,9 g/kg; CaO 66,7 g/kg; MgO 8,2 minyak, pembentukan klorofil dan sebagai
g/kg; S 5,8 g/kg (Marlina, 2016). Semua unsur aktivator enzim metabolisme (Botanri et al.,
hara yang disumbangkan oleh amelioran dapat 2011).
diserap oleh tanaman dengan baik. Penyerapan unsur hara seperti N, P, K,
Ca dan Mg semakin maksimal dibantu dengan

79
Dinamika Pertanian April 2017

daya serap cocopeat sehinga unsur hara dapat yang menyebabkan jumlah daun yang hampir
diserap oleh akar tanaman dan pertumbuhan sama.
diameter bonggol menjadi lebih baik. Andri Purwono dan Hartono (2007),
(2016) melaporkan pemberian 50 g kompos menjelaskan bahwa respon pupuk terhadap
TKKS yang dikombinasi 50 g cocopeat jumlah daun pada umumnya kurang
meningkatkan diameter bonggol kelapa sawit memberikan gambaran yang jelas karena
sebesar 12,5 mm. Kompos TKKS yang pertumbuhan daun mempunyai hubungan yang
dikombinasi memberikan ketersedian hara yang erat dengan faktor genetik.Selain dari faktor
baik bagi pertumbuhan vegetatif tanaman, genetik juga diperkirakan bahwa faktor
kususnya diameter bonggol bibit. lingkungan mempengaruhi terbentuknya jumlah
daun seperti ketersediaan cahaya
3. Pertambahan Jumlah Pelepah Daun matahari.Menurut Efendi (2010), pada dasarnya
intensitas cahaya matahari akan berpengaruh
Tabel 3 menunjukan bahwa pemberian nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Hal ini
amelioran anorganik 50 g fly ash, 50 g dreg dan dikarenakan itensitas cahaya matahari
25 g fly ash + 25 dreg/polibag diikuti dibutuhkan untuk berlangsungnya penyatuan
pemberian amelioran organik 100 g cocopeat, CO2 dan air untuk membentuk karbohidrat.
100 g kompos TKKS, 50 g cocopeat + 50 g Bibit kelapa sawit memerlukan cahaya yang
kompos TKKS, 100 g cocopeat + 50 g kompos penuh sedangkan bibit kelapa sawit pada
TKKS dan 50 g cocopeat + 100 g kompos penelitian ini tidak mendapatkan sinar matahari
TKKS/polibag meningkatkan pertambahan secara langsung, karena penelitian dilakukan
jumlah pelepah daun bibit kelapa sawit dari dirumah kasa sehingga tanaman tidak
umur 6 bulan ke 12 bulan secara tidak nyata mendapatkan sinar matahari secara langsung
dibandingkan tanpa amelioran. sehingga pertumbuhan jumlah pelepah daun
Hal ini diduga karena jumlah daun lebih relatif sama.
dipengaruhi oleh faktor genetik dari tanaman

Tabel 3. Pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (cm) dari umur 6 bulan ke 12 bulan pada
subsoil ultisol yang diberi Amelioran anorganik (Fly ash dan Dregs) dan Organik (cocopeat
dan kompos TKKS)
Amelioran Organik
Amelioran Anorganik ( Cocopeat + kompos TKKS ) g/polybag
(Fly ash + Dreg) g/polybag
0+0 100 + 0 0 + 100 50+50 100+50 50+100
0+0 5,33 a 4,66 a 4,00 a 3,66 a 4,33 a 2,66 a
50 + 0 4,66 a 4,00 a 4,66 a 4,00 a 4,00 a 5,00 a
0 + 50 4,33 a 2,66 a 2,00 a 4,00 a 2,66 a 3,00 a
25+25 5,00 a 3,00 a 5,00 a 4,00 a 4,00 a 3,33 a
Angka-angka pada baris atau kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %
amelioran, kecuali kombinasi 25 g fly ash + 25
4. Panjang Pelepah Daun dreg/polybag dengan 50 g cocopeat + 50 g
kompos TKKS/polybag meningkat secara
Tabel 4 menunjukan bahwa pemberian nyata. Hal ini terlihat bahwa amelioran
amelioran anorganik 50 g fly ash, 50 g dregdan anorganik (fly ah + dreg) dan organik (cocopeat
25 g fly ash + 25 dreg/polibag diikuti + kompos TKKS) berperan dalam memperbaiki
pemberian amelioran organik 100 g cocopeat, sifat fisika, kimia dan biologi tanah ultisol
100 g kompos TKKS, 50 g cocopeat + 50 g sehingga meningkatkan pertumbuhan panjang
kompos TKKS, 100 g cocopeat + 50 g kompos pelepah daun.
TKKS dan 50 g cocopeat + 100 g kompos Kombinasi 25 g fly ash + 25
TKKS/polibag cenderung meningkatkan dreg/polybag dengan 50 g cocopeat + 50 g
panjang pelepah daun bibit kelapa sawit dari kompos TKKS/polybagdapat memperbaiki sifat
umur 6 bulan ke 12 dibandingkan tanpa kimia, sifat fisik dan sifat biologi tanah

80
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis jacq) di Pembibitan Utama (Main nursery) pada Medium Subsoil Ultisol yang
Diaplikasikan Amelioran Anorganik dan Organik

sehingga unsur hara tersedia dan serapan hara Menurut Parman (2007) bahan organik banyak
oleh tanaman semakin meningkat untuk proses mengandung N sehingga dapat membantu
pertumbuhan. Pemberian bahan organik dapat dalam pembentukan protein, selain itu bahan
memperbaiki sifat biologi tanah, disebabkan organik mengandung unsur P, K, Mg, Ca, Mn,
bahan organik adalah bahan utama mikro Fe, Zn, S dan B yang merupakan unsur
organisme tanah dalam melakukan proses penyusun klorofil daun tanaman. Ketersedian
metabolisme. Jumlah mikro biologi tanah akan hara, air dan udara bagi tanaman akan
semakin meningkat dengan ketersedian air dan memaksimalkan proses penyerapan hara dalam
udara akibat pemberian cocopeat sehingga melakukan proses fotosintesis dan metabolisme.
berpengaruh terhadap penguraian bahan organik
dan unsur hara yang tersedia bagi tanaman.

Tabel 4. Panjang pelepah daun (cm) umur 12 bulan pada mediumsubsoil ultisol yang diberi
Amelioran anorganik (Fly ash dan Dregs) dan Organik (cocopeat dan kompos TKKS)
Amelioran Organik
Amelioran Anorganik Fly
Cocopeat + kompos TKKS (g/polybag)
ash + Dregs (g/polybag)
0+0 100 + 0 0 + 100 50+50 100+50 50+100
0+0 76,00 bc 133,67 a 119,67ab 73,67 bc 122,33 ab 123,33 ab
50 + 0 70,33 c 98,33abc 112,00abc 116,67abc 123,00 ab 109,3abc
0 + 50 121,00ab 120,33ab 133,67 a 121,00ab 129,00 bc 118,00abc
25+25 96,67abc 99,00abc 113,00abc 138,00 a 116,33abc 115,00abc
Angka-angka pada baris atau kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %

Pembentukan klorofil pada tanaman 5. Panjang Daun


berguna pada proses fotosintesis dalam
menghasilkan fotosintat yang ditranslokasikan Tabel 5 menunjukan bahwa pemberian
keseluruh bagian tanaman dan sebagai bahan amelioran anorganik 50 g fly ash, 50 g dregdan
yang berperan dalam pembentukan sel sehingga 25 g fly ash + 25 dreg/polibag diikuti
terjadi pertambahan panjang pelepah. Jumlah pemberian amelioran organik 100 g cocopeat,
unsur hara pada bahan organik dapat diserap 100 g kompos TKKS, 50 g cocopeat + 50 g
dengan maksimal oleh tanaman disebabkan pH kompos TKKS, 100 g cocopeat + 50 g kompos
tanah menjadi baik akibat pemberian fly ashdan TKKS dan 50 g cocopeat + 100 g kompos
dregs. Unsur hara esensial mudah diserap oleh TKKS/polibag meningkatkan panjang daun
tanaman pada pH berkisar netral, sebaliknya bibit kelapa sawit dari umur 6 bulan ke 12
pada tanah masam unsur-unsur hara mikro bulan secara tidak nyata dibandingkan tanpa
mudah larut dan menjadi racun bagi tanaman amelioran.
karena dibutuhkan dalam jumlah sedikit
(Hardjowigeno, 2007).

Tabel 5. Panjang daun (cm) umur 12 bulan pada medium subsoil ultisol yang diberi Amelioran
anorganik (Fly ash dan Dregs) dan Organik (cocopeat dan kompos TKKS)
Amelioran Organik
Amelioran Anorganik Fly
Cocopeat + kompos TKKS (g/polybag)
ash + Dregs (g/polybag)
0+0 100 + 0 0 + 100 50+50 100+50 50+100
0+0 29,33 b 41,17 b 36,43 b 22,00 b 38,17 b 41,00 b
50 + 0 31,83 b 36,00 b 36,33 b 39,50 b 38,17 b 36,47 b
0 + 50 36,67 b 40,17 b 39,67 b 37,17 b 37,16 b 38,50 b
25+25 34,60 b 35,83 b 37,67 b 39,67 b 38,33 b 35,67 b
Angka-angka pada baris atau kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %

81
Dinamika Pertanian April 2017

Tidak berbeda nyatanya kedua amelioran Agroteknologi Universitas Riau.


terhadap pertumbuhan panjang daun diduga Pekanbaru
berkaitan dengan sifat dan daya adaptasi jenis Andri, S. 2016. Pemberian kompos TKKS dan
tanaman terhadap lingkungan. Lingkungan cocopeat pada tanah subsoil Ultisol
yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit
akan memaksimalkan pertumbuhan tanaman (Elaeis guineensis Jacq.) di pre nursery.
dengan jenis tertentu. Rusliyadi (2009) Skripsi. Jurusan Agroteknologi Fakultas
menyatakan sifat genetis tanaman memiliki Pertanian Universitas Riau. Pekanbaru.
sifat dan karakter yang berbeda sehingga Azlansyah, B. 2014. Pengaruh lama
fenotip tanaman berbeda, selain itu potensi pengomposan tandan kosong kelapa
genetik tanaman dipengaruhi dengan adaptasi sawit (TKKS) terhadap pertumbuhan dan
terhadap lingkungan dan seberapa besar perkembangan bibit kelapa sawit (Elaeis
peranan lingkungan dalam mengekspresikan guineensis Jacq). Skripsi. Fakultas
potensi genetika tanaman, sehingga Agroteknologi Universitas Riau.
menghasilkan ekspresi fenotip optimum. Pekanbaru.
Faktor lingkungan mempengaruhi Barnev. 2009.
terbentuknya jumlah daun seperti ketersediaan Ultisol.http://www.iptek.net.id/ind/?m
cahaya matahari.Menurut Efendi (2010), pada nu=8danch-15. Diakses pada tanggal
dasarnya intensitas cahaya matahari akan 25 Oktober 2016.
berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi Botanri, S., Setiadi D., Guhardja E., Qayim I.
tanaman. Hal ini dikarenakan itensitas cahaya dan L. B. Prasetyo. 2011. Karakteristik
matahari dibutuhkan untuk berlangsungnya habitat tumbuhan sagu (metroxylon spp.)
penyatuan CO2 dan air untuk membentuk di pulau seram Maluku. Forum
karbohidrat.Bibit kelapa sawit memerlukan Pascasarjana Vol. 34 No. 1: 33-44.
cahaya yang penuh sedangkan bibit kelapa Cresswell G. 2009. Coir dust a proven
sawit pada penelitian ini tidak mendapatkan alternative to peat. Cresswell
sinar matahari secara langsung, karena Horticultural Services. Grose vale.
penelitian dilakuakan dirumah kasa sehingga Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014.
tanaman tidak mendapatkan sinar matahari Pertumbuhan Areal Kelapa Sawit
secara langsung sehingga pertumbuhan panjang Meningkat.
daun relatif sama. http://ditjenbun.pertanian.go.id/berita-
362-pertumbuhanareal-kelapa-sawit-
KESIMPULAN meningkat. html.Diakses pada tanggal 22
Maret 2017.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Efendi, Roy. 2010. Morfologi Tanaman dan
pemberian kombinasi 50 g dreg/polibag dengan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai
100 g kompos TKKS meningkatkan tinggi Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
tanaman dan kombinasi 25 g fly ash + 25 Fauzi, Y., Widyastuti, E. Y, Satyawibawa,I.,
dreg/polibag dengan 50 g cocopeat + 50 g Hartono, R. 2008. Kelapa sawit edisi
kompos TKKS meningkatkan diameter bonggol revisi.Penebarswadaya.
dan panjang pelepah daun secara nyata Fauzi, Y.E.,W. Yustina, S. Iman dan R.
dibandingkan tanpa amelioran, namun Hartono. 2008. Kelapa sawit, Budidaya
dibandingkan dengan kombinasi lain tidak Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis
nyata. Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya.
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah.
Akademika Pressindo. Jakarta.
Alpian. 2017. Pengaruh Pemberian Amelioran Heddy, S. 1987. Biologi pertanian. Rajawali
Organik dan Anorganik pada Media Press. Jakarta.
SubsoilUltisol terhadap Pertumbuhan
Bibit Kelapa Sawit(Elaeis guineensis
jacq.)Di Pre Nursery.Skripsi. Fakultas

82
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis jacq) di Pembibitan Utama (Main nursery) pada Medium Subsoil Ultisol yang
Diaplikasikan Amelioran Anorganik dan Organik

Iskandar, Suwardi, E. F. R. Ramadina. 2008. Rahmawati. 2013. Analisa penurunan kadar


Pemanfaatan bahan ameliorant abu COD dan BOD limbah cair laboratorium
terbang pada lingkungan tanah gambut: biokimia UIN Makassar menggunakan
(I) pelepasan hara makro. Jurnal Tanah fly ash (abu terbang) batu bara. Jurnal Al-
Indonesia Vol. 1 No. 1: (1-6). Bogor. kimia. Vol. 1 No. 1. Makassar.
Lakitan, B. 2007. Dasar-dasar fisiologi Rini, Mukhtar dan Rozalinda.2009. Penggunaan
tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Fly ash (Abu Sisa Boiler Pabrik Pulp)
Jakarta. dan Dregs (Limbah Bagian Recauticizing
Marlina. 2016. Formulai amelioran untuk lahan Pabrik pulp) untuk meningkatkan Mutu
gambut guna meningkatkan pertumbuhan Tanah Gambut. Laporan Penelitian
dan produksi dua varietas jagung (Zae Fakultas Pertanian. Universitas Riau.
mays L). Tesis. Fakultas Pertanian Pekanbaru. (Tidak dipublikasikan)
Universitas Riau. Pekanbaru. Rusliyadi, M dan M. Azrai. 2009. Penampilan
Munir, M. 1996. Tanah Ultisol Di Indonesia. fenotip dan beberapa parameter genetika
Pustaka Jaya. Jakarta. genotip jagung komposit di gorontalo.
Nelvia, Rosmimidan Join Sinaga. 2010. Jurnal Pembangunan Desa. Vol. 9 No. 1.
Pertumbuhandan ProduksiJagung Manis Gorontalo.
(Zea Mays Var Sacchrata Sturt) pada Salisbury, F.B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi
Tanah Gambut yang Diaplikasi Tumbuhan. Penerjemah: Lukman, D.R.
Amelioran Dregs dan Fosfat Alam. dan Sumaryono. Bandung: Institut
Jurnal Sagu. Fakultas Pertanian. Teknologi Bandung.
Universitas Riau. Pekanbaru. Pahan, I. Setyawati T. R., R. Linda dan I. Erpina. 2013.
2006. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Pertumbuhan cabai hibrida (Capsicum
Jakarta. annuum L.) pada kombinasi tanah pmk
Nugroho, E.H. 2010. Analisis Porositas dan dengan kompos limbah TKKS. Jurnal
Permeabilitas Beton dengan Bahan Protobiont. Vol. 2 No. 2 (19-25).
Tambah Fly Ash untuk Perkerasan Kaku Sijabat, O. 2014. Pemberian mikroorganisme
(Rigit pavement). Skripsi Jurusan Teknik selulolitik dan pupuk anorganik untuk
Sipil, Universitas Sebelas Maret. pertumbuhan kelapa sawit (Elaeis
Surakarta. guineensis jacq.) TBM-III. Jurnal Online
Parman, S. 2007. Pengaruh pemberian pupuk Mahasiswa (JOM) Bidang Pertanian Vol.
organik cair terhadap pertumbuhan dan 1 No. 1. Pekanbaru
produksi kentang (Solanum tuberosum Subagyo, H., N. Suharta, dan A.B. Siswanto.
L.). Jurnal Anatomi dan Fisiologi Vol. 18 2004. Tanah-tanah pertanian
No. 2. Yogyakarta. di Indonesia. Dalam A. Adimihardja,
Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan L.I. Amien, F. Agus, D.
Tanah. Angkasa Persada. Bandung. Tyas , S.I.S. 2000. Studi Netralisasi Limbah
Purnamayani, R., H. Purnama, Edi dan Syafri. Serbuk Sabut Kelapa (cocopeat) sebagai
2012. Aplikasi Kompos Tandan Kosong media tanam. Skripsi Institut Pertanian
Kelapa Sawit pada Tanaman Timun Bogor. Bogor.
(Cucumis sativa) di Kabupaten Merangin Wibowo, A. Y. 2011. Pengaruh abu terbang dan
Jambi. Balai Pengkajian Teknologi bahan humat terhadap pertumbuhan
Pertanian Jambi. Jambi. tanaman sengon (Paraserienthes
Purwono dan Hartono, R. 2007.Bertanam falcataris) dan sifat-sifat kimia tanah di
Jagung Unggul. Penebar Swadaya. lahan bekas tambang batubara. Skripsi.
Jakarta. Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Budidaya Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Kelapa Sawit. Modul M: 100-203. Lahan Fakultas Pertanian Institut
Medan. Pertanian Bogor. Bogor.
Wuryaningsih, S., B. Marwoto, A. Mintarsih.
2001.Tanggapanklonkrisanterhadapmedi
a tumbuhtanpatanah. J. Hort. 11(2):76-
85.

83
Dinamika Pertanian April 2017

Yuniati. 2008. Pertumbuhan Tanaman


Anthurium plowmanii pada Media Arang
Sekam dan Cocopeat dengan Pemberian
Starbio. Skripsi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Yunindanova, M.B., H. Agusta, dan D.
Asmono. 2013. Pengaruh Tingkat
Kematangan Kompos Tandan Kosong
Kelapa Sawit terhadap Produksi
Tanaman Tomat (Lycopersicon
esculentum Mill) pada Tanah Ultisol.
Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimonologi,
10(2): 91-100.

84
Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXXIII Nomor 1April 2017 (75–84) P ISSN 0215 – 2525
E ISSN 2549 – 7960

85

You might also like