Professional Documents
Culture Documents
Penggunaan Teknologi Pupuk Kandang Kambing dan Pupuk Organik Cair (POC) pada Budidaya Tanaman
Kubis Bunga (Brassica oleracea L.) Varietas PM 126 F1 pada Lahan Sawah Dataran Rendah.
Muharam1*
1)Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Singaperbangsa Karawang
Jl. HS Ronngowaluyo, Teluk Jambe Timur, Kab. Karawang 41361
*Penulis untuk korespondensi: muharam @staff.unsika.ac.id
ABSTRACT
Flower cabbage is a vegetable plant that grows optimally in sub-tropical regions, but is now widely developed in
hot areas (lowlands). The constraints faced in the cultivation of these plants in low-level paddy fields are the texture of
clay paddy soils, the low level of organic matter content of the soil is C-Organic 1 - 2% and high environmental
temperatures, an average of 31 - 34oC, consequently the productivity of cabbage interest rates are low, around 5-8 tons
/ ha, far from the potential yield of 15-20 tons / ha. The purpose of this study was to obtain a combination of Goat
Manure and Liquid Organic Fertilizer (POC) doses that provided the highest growth and yield of flower cabbage
(Brassica oleracea L.) varieties PM 126 F1 in lowland rice fields. The research method used was an experimental
method, with a design of a single factorial Randomized Block Design 8 treatments in 4 replications. The treatments are:
A Control (without manure, POC and inorganic fertilizer); B (Goat manure 20 tons / ha); C (Goat manure 0 ton / ha +
POC Nasa 8 liters / ha); D (Goat manure 10 tons / ha + POC Nasa 8 liters / ha); E (Goat manure 20 tons / ha + POC
Nasa 4 liters / ha); F (Goat manure 10 tons / ha + POC Nasa 4 liters / ha), G (Goat manure 20 tons / ha + POC Nasa 8
liters / ha), and H (only NPK fertilizer pearl 500 kg / ha). Response variable data that were observed were analyzed by
the F test and the results if significantly different were further tested using the Duncan Multiple Range Test at the 5%
level. The results showed that there was a significant effect of goat manure dosage and POC dose on plant growth and
yield. The highest yield of cabbage flower plants ie 28.75 kg / plot (28.75 tons / ha) achieved by treatment G (20 tons of
goat manure / ha + POC Nasa 8 liters / ha) was not significantly different from treatment D (goat manure) 10 tons / ha
+ liquid organic fertilizer (POC) 8 liters / ha which produces a cabbage weight of 27.50 kg per plot or 27.50 tons / ha ,.
ABSTRAK
Kubis bunga merupakan tanaman sayuran yang tumbuh optimal di daerah sub tropik, tapi saat ini sudah banyak
dikembangkan di daerah panas (dataran rendah). Kendala yang dihadapi dalam budidaya tanaman ini di lahan sawah
datarn rendah adalah tekstur tanah sawah yang liat, tingkat kandungan bahan organik tanahnya yang rendah yaitu C-
Organik 1 - 2% serta suhu lingkungan yang tinggi, rata-rata 31 – 34oC , akibatnya produktivitas kubis bunga menjadi
rendah yaitu sekitar 5 - 8 ton/ha, jauh dari potensi hasilnya 15 - 20 ton/ha. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapat kombinasi dosis Pupuk Kandang Kambing dan Pupuk Organik Cair (POC) yang memberikan pertumbuhan
dan hasil tertinggi tanaman kubis bunga (Brassica oleracea L.) Varietas PM 126 F1 di lahan sawah dataran rendah.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dengan rancangan Rancangan Acak Kelompok fakctor
tunggal 8 perlakuan dalam 4 ulangan. Perlakuannya adalah : A Kontrol (tanpa pupuk kandang , POC dan pupuk
anorganik); B (Pupuk kandang kambing 20 ton/ha); C (Pupuk kandang kambing 0 ton/ha + POC Nasa 8 liter/ha); D
(Pupuk kandang kambing 10 ton/ha + POC Nasa 8 liter/ha); E (Pupuk kandang kambing 20 ton/ha + POC Nasa 4
liter/ha); F (Pupuk kandang kambing 10 ton/ha + POC Nasa 4 liter/ha), G (Pupuk kandang kambing 20 ton/ha + POC
Nasa 8 liter/ha), dan H (hanya pupuk NPK mutiara 500 kg/ha). Data variabel respon yang diamati dianalisis dengan
uji F dan hasilnya apabila berbeda nyata diuji lanjut mempergunakan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata dosis pupuk kandang kambing dan dosis POC terhadap
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Hasil tertinggi tanaman kubis bunga yaitu 28,75 kg/petak (28,75 ton/ha)
dicapai oleh perlakuan G (Pupuk kandang kambing 20 ton/ha + POC Nasa 8 liter/ha) tidak berbeda nyata dengan
perlakuan D (Pupuk kandang kambing 10 ton/ha + pupuk organik cair (POC) 8 liter/ha yang menghasilkan bobot
kubis bunga 27,50 kg per petak atau 27,50 ton/ha,.
Kata kunci : Kubis bunga, pupuk kandang kambing, poc, lahan sawah, dataran rendah.
p-ISSN: 2477-8494 e-ISSN: 2580-2747 Jurnal Agrotek Indonesia 5(1): 33-37 (2020)
Muharam
Jurnal Agrotek Indonesia 5(1): 33-37 (2020) p-ISSN: 2477-8494 e-ISSN: 2580-2747
Tabel 1. Perlakuan kombinasi dosis pupuk kandang tipe iklim di lokasi percobaan yaitu desa Telukjaya
kambing dan pupuk organik cair Kecamatan Pakisjaya kabupaten Karawang tergolong
tipe E yang bersifat agak kering, dengan nilai Q sebesar
Perlakuan 108% berdasarkan pembagian tipe iklim menurut
Pupuk Kandang Pupuk Schmidth dan Ferguson (1951).
No Kode Kambing Organik Cair
(ton/ha) (POC) Nasa Pertumbuhan Tinggi Tanaman
(liter/ha) Hasil analisis ragam uji F menunjukkan
1 A 0 0 perlakuan pemberian pupuk kandang dan pupuk cair
2 B 20* 0 tidak berbeda nyata untuk pertumbuhan tinggi tanaman
3 C 0 8* pada usia 7 dan 14 hst, hal ini disebabkan pada umur
4 D 10 8 tersebut tanaman masih muda, perakaran masih dangkal,
5 E 20 4 sehingga penyerapan hara pun belum dapat dilakukan
6 F 10 4 secara optimal. Perlakuan berpengaruh nyata mulai
7 G 20 8 umur 21 hst sampai dengan 56 hst. Pada umur 21
8 H Pupuk NPK mutiara 500 kg/ha* hst dan 28 hst tinggi tanaman tertinggi oleh perlakuan E
Keterangan : *) Dosis rekomendasi kombinasi pupuk kandang kambing dan pupuk organik
cair (20 ton/ha + 4 liter/ha) dengan . nilai tertinggi
Pada masing-masing perlakuan diinvestasikan 10 12,15 cm dan 18,41 cm. Pada kondisi ini terlihat untuk
ekor Semua perlakuan diberi pupuk dasar 500 kg/ha tinggi tanaman sampai dengan 28 hst pengaruh 20 ton/ha
NPK Mutiara kecuali perlakuan A (Kontrol). Data hasil pupuk kandang kambing cukup terlihat, dan hanya butuh
penelitian dianalisis dengan analisis ragam 4 lt/ha POC, diberi dosis tertinggi POC 8 lt/ha pada dosis
menggunakan uji F pada taraf 5%. Jika hasil analisis pupuk kandang kambing yang sama, tinggi tanaman
ragam menunjukkan perbedaan nyata, maka untuk tetap tidak meningkat. Ini menunjukkan pada umur
mengetahui perlakuan mana yang memberikan tanaman sampai dengan 28 hst pengambilan unsur hara
pertumbuhan dan hasil terbaik, maka dianalisis lebih melalui akar lebih dominan dibanding melalui daun.
lanjut dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan Kondisi tanah yang gembur ditunjang bahan organik
atau Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf yang tinggi memberikan media penyerapan hara yang
5% (Gomez dan Gomez, 2010). optimal
Pada umur 35 hst sampai dengan 56 hst tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN tanaman kubis bunga tertinggi dicapai oleh perlakuan D
(Pupuk kandang kambing 10 ton/ha + pupuk organik cair
Analisis Tanah Sebelum Percobaan (POC) Nasa 8 liter/ha) tidak berbeda dengan perlakuan
Hasil analisis tanah yang dilakukan di G (Pupuk kandang kambing 20 ton/ha + pupuk organik
Laboratorium Balai Tanah BBSDLP Bogor, cair (POC) Nasa 8 liter/ha). Di sini terlihat bahwa pada
menunjukkan bahwa tekstur tanah termasuk liat dengan umur mulai 28 hst sampai 56 hst penyerapan unsur hara
komposisi 13 % pasir, 27 % debu, 60 % liat. pH H2O melalui daun menjadi lebih efektif karena jumlah dan
tanah sebesar 6,30 dengan status agak masam . Status luas daun yang sudah optimum. Pemberian pupuk
hara tergolong rendah hal ini terlihat dari kandungan N kandang 10 ton/ha dan 20 ton/ha pada kondisi ini
sebesar 0,16 % (rendah), C-organik 1,77 % (rendah), P menjadi tidak berbeda nyata pada kombiansi dengan 8
total 45,09 mg/100g, dan P tersedia menurut Bray 1 lt/ha POC,
sebesar 23,03 ppm (sedang). Kandungan K 0,52 Pada umur 56 hst, kombinasi pupuk kandang
cmol/kg (sedang), Ca sebesar 19,51 cmol/kg (tinggi), kambing dan pupuk organik cair memberikan nilai
kapasitas tukar kation (KTK) sebesar 33,61 cmol/kg tertinggi tinggi tanaman 35,15 cm dicapai oleh perlakuan
tergolong tinggi. Kondisi ini secara fisik kurang G (Pupuk kandang kambing 20 ton/ha + pupuk organik
optimum untuk pertumbuhan perakaran kubis bunga cair (POC) 8 liter/ha) tidak berbeda nyata dengan
karena menurut Gehel, (2012) tanah bertekstur lempung perlakuan C 34,57 cm (POC 8 liter/ha), dan D (Pupuk
berpasir lebih baik untuk budidaya kubis bunga dari pada kandang kambing 10 ton/ha + pupuk organik cair 8
tanah berliat. Selain itu juga,. tanah yang subur, liter/ha) 34,93 cm. Di sini terlihat bahwa untuk tinggi
konsistensi gembur dan mengandung banyak bahan tanaman mulai umur 35 hst pemberian pupuk melalui
organik merupakan media tanam yang cocok untuk daun lebih efektif dibanding pemberian pupuk kandang
budidaya kubis bunga. Secara umum hasil analisis tanah melalui akar. Pemberian pupuk dasar dan hanya POC 8
memperlihatkan bahwa tanah yang dipakai budidaya lt/ha untuk tinggi tanaman, hasilnya tidak berbeda nyata
kubis bunga termasuk tanah yang kesuburan kimianya dengan penambahan pupuk kandang kambing 10 ton/ha,
rendah dan kesuburan fisik yang kurang optimum. bahkan 20 ton/ha. Di samping itu, pemberian POC ini
cukup berpengaruh positip untuk tanaman sayuran kubis
Suhu minimum rata-rata selama percobaan berkisar 24o bunga, pemberian pupuk dasar NPK 500 kg/ha saja
C di pagi hari dan suhu maksimum 31o C di sore hari , hanya mampu menaikan tinggi tanaman 29,16 cm
sedangkan kelembaban rata-rata harian yaitu 82% (perlakuan H) jauh apabila ditambahkan POC yang bisa
mencapai tinggi tanaman 34,57 cm. Pupuk kandang
kambing untuk tinggi tanaman belum berperan dengan diproduksi jauh dari perlakuan pupuk dasar saja apalagi
baik, hal ini dikarenakan Pukan Kambing sampai dengan apalagi perlakuan tanpa pupuk.
umur 56 hst belum mengalami dekomposisi secara Pada umur 56 hst, perlakuan G (Pupuk kandang
sempurna, sehingga secara kimia belum banyak kambing 20 ton/ha + pupuk organik cair (POC) 8
menyumbang unsur hara untuk kubis bunga. Peranan liter/ha) memberikan jumlah daun tertinggi yaitu 24,20
pukan Kambing baru terasa pada sifat fisika tanah, helai , namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan C
dimana tanah lebih gembur sehingga perakaran bisa (Pupuk organik cair (POC) 8 liter/ha) yaitu 23,45 helai.
berkembang dengan baik. Pada perlakuan yang tidak Hasil ini jauh dari perlakuan NPK 500 kg/ha (H) yaitu
diberi pukan Kambing dan POC tinggi tanaman kubis 21,40 apalagi perlakuan tanpa pupuk. Di sini
bunga lebih kecil. memperlihatkan bahwa untuk pertumbuhan kubis bunga
Secara umum setiap perlakuan yang diberikan di dataran rendah tidak cukup hanya pemberian pupuk
akan mengandung unsur hara yang berbeda, sehingga anorganik (dasar) saja, perlu tambahan pupuk organik
tanaman pun memberikan respon yang berbeda terhadap kandang atau POC. Hal ini terjadi karena unsur hara
setiap perlakuan yang diberikan. Keadaan ini yang tersedia akibat pemberian pupuk tambahan
menunjukkan bahwa setelah diberi pupuk kandang (pukan/POC) sudah bisa memenuhi kebutuhan tanaman
kambing dan pupuk organik cair pertumbuhan tinggi kubis bunga pada fase vegetatif yaitu tinggi tanaman dan
tanaman cukup baik, ini menunjukkan adanya respon jumlah daun.
dari tanaman kubis bunga. Peranan pukan Kambing Data tinggi tanaman dan jumlah daun
dapat menjadikan tanah lebih gembur, menambah unsur memperlihatkan bahwa pemberian POC untuk tanaman
hara, dan mampu mengikat ketersediaan air di dalam sayuran kubis bunga di dataran rendah mempengaruhi
tanah yang kesemuanya dibutuhkan untuk pertumbuhan pertumbuhan vegetatif tanaman. Pemberian pukan
vegetatif tanaman, Hal ini sesuai dengan pernyataan kambing belum memberikan pertumbuhan vegetatif
Samadi (2005) yang menyatakan bahwa pupuk kandang yang tinggi, karena penambahan pukan 10 ton/ha dan 20
dapat memperbaiki tekstur dan struktur tanah, ton/ha tidak berbeda nyata dengan pemberian 8 lt/ha
menambah unsur hara, menambah kandungan humus POC untuk jumlah daun Pemberian POC cukup nyata
dan bahan organik, serta memperbaiki kehidupan jasad karena unsur hara yang terkandung di POC langsung
renik yang hidup di dalam tanah. Keadaan tersebut diserap oleh daun, selain itu unsur haranya juga cukup
dilengkapi oleh pernyataan Samekto (2006) yang lengkap karena ada unsur hara makro dan mikro walau
menyatakan bahwa pemberian pupuk anorganik untuk dalam jumlah yang sedikit. Adanya unsur hara yang
mencapai tinggi tanaman yang optimal hendaknya langsung diserap daun itu dapat mengaktifkan titik
diimbangi dengan bahan organik agar unsur hara dapat tumbuh tanaman dan perkembangan jaringan seperti
terpenuhi. Hal ini dapat dibenarkan karena pendapat pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter
Indrasari dan Abdul (2006) menyatakan bahwa batang.
pemberian unsur hara baik makro dan mikro dalam Daun merupakan organ penghasil fotosintat
jumlah yang cukup dan seimbang, mampu meningkatkan utama lewat proses fotosintesis. Jumlah daun yang
nutrisi yang diperlukan tanaman, dan digunakan sebagai banyak akan menyediakan fotosintat yang lebih banyak
sumber energi bagi tanaman. untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Pemberian
pupuk yang lengkap mampu mennghasilkan jumlah daun
Jumlah Daun Kubis Bunga yang maksimal.
Hasil analisis ragam uji F perlakuan pemberian
pupuk kandang dan pupuk organik cair (POC) tidak Luas daun
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun kubis bunga. Perlakuan pemberian kombinasi pupuk kandang
Perlakuan ini mulai berpengaruh nyata terhadap jumlah kambing dan pupuk organik cair hasil uji F menunjukkan
daun pada usia 21 hst sampai dengan 56 hst. Sama pengaruh nyata terhadap luas daun tanaman kubis bunga
halnya dengan tinggi tanaman perlakuan ini tidak (Brassica oleracea) varietas PM 126 F1 (Tabel 4). Luas
berpengaruh nyata pada umur 7 hst dan 14 hst daun tertinggi 1.190,72 cm2 dicapai pada perlakuan G
dikarenakan pada umur 7 hst dan 14 hst tanaman kubis (Pupuk kandang kambing 20 ton/ha + pupuk organik cair
bunga perakarnnya dan daunnya belum tumbuh optimal, (POC) 8 liter/ha) namun tidak berbeda nyata dengan
sehingga belum menyerap unsur hara secara maksimal, perlakuan C (Pupuk organik cair (POC) 8 liter/ha)
sedangkan pada umur 21 hst penyerapan unsur hara 1.151,57 cm2 dan D (Pupuk kandang kambing 10 ton/ha
sudah cukup optimal sehingga terjadi pertumbuhan + pupuk organik cair (POC) Nasa 8 liter/ha) 1.124,31
jumlah daun yang cukup baik. cm2. Sedangkan nilai terendah 442,86 cm2 pada
Untuk jumlah daun mulai umur 28 hst sampai perlakuan A (Tanpa pupuk kandang kambing dan tanpa
dengan 56 hst perlakuan terbaik diperoleh oleh pupuk organik cair (POC) Nasa) berbeda nyata dengan
perlakuan G (Pupuk kandang kambing 20 ton/ha + perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena unsur hara
pupuk organik cair (POC) 8 liter/ha). Ini terjadi karena sudah tercukupi untuk pertumbuhan daun tanaman kubis
perlakuan G memiliki unsur hara yang lengkap akibat bunga.
adanya pupuk kandang kambing 20 ton/ha, POC 8 lt/ha
dan pupuk dasar NPK 500 kg/ha. Jumlah daun yang
Muharam
Jurnal Agrotek Indonesia 5(1): 33-37 (2020) p-ISSN: 2477-8494 e-ISSN: 2580-2747
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman kubis bunga akibat pemberian pupuk kandang dan pupuk organik cair.
Tabel 3. Rata-rata jumlah daun kubis bunga akibat pemberian pupuk kandang dan pupuk organik cair.
Kode Rata-rata jumlah daun (helai)
Perlakuan 7 hst 14 hst 21 hst 28 hst 35 hst 42 hst 49 hst 56 hst
A 4,30 a 4,00 a 5,15 b 5,85 d 8,00 e 11,40 e 13,80 f 15,65 e
B 3,80 a 4,25 a 5,30 b 6,45 cd 10,60 d 14,60 cd 19,05 e 20,85 d
C 3,95 a 4,35 a 5,55 b 7,55 a 10,30 d 17,05 ab 20,90 b 23,45 ab
D 3,80 a 4,35 a 5,30 b 7,30 ab 11,30 c 15,75 c 20,10 d 23,10 b
E 3,35 a 4,30 a 5,60 b 7,20 ab 11,30 c 16,70 ab 19,90 e 22,20 c
F 3,95 a 4,00 a 5,80 a 6,90 abc 12,35 b 17,30 ab 20,80 c 22,20 c
G 3,80 a 4,30 a 5,40 b 7,50 a 13,20 a 18,20 a 22,50 a 24,20 a
H 3,65 a 4,05 a 5,20 b 6,65 bc 10,35 d 14,15 d 19,45 e 21,40 d
KK 12,54 9,6 6,77 7,12 4,56 6,14 2,98 2,82
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama pada setiap kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada DMRT taraf 5%.
Tabel 4. Rata-rata luas daun akibat pemberian dosis pupuk kandang kambing dan pupuk organik cair pada kubis bunga
(Brassica oleracea L.) varietas PM 126 F1.
Kode Perlakuan Perlakuan Rata-rata luas daun
Pukan Kambing (ton/ha) POC (cm2)
(liter/ha)
A 0 0 442,82 c
B 20 0 955,10 b
C 0 8 1.151,57 a
D 10 8 1.124,31 a
E 20 4 1.001,69 b
F 10 4 1.020,25 b
G 20 8 1.190,72 a
H 0 0 991,625 b
KK (%) 5,70
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama pada setiap kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada DMRT taraf 5%.
Bobot krop beserta daun makro dan mikro yang bersumber dari pukan kambing
Hasil analisis ragam bobot krop beserta daun dan POC yang disemprotkan melalui daun.
(beberapa helai daun yang disertakan pada krop, Hardjowigeno (2007) menyatakan bahwa penyerapan
sebagaimana kubis bunga ini dijual di pasar) hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat,
menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang kambing sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat. Selain itu,
dan POC berpengaruh nyata terhadap bobot krop beserta unsur hara yang diberikan lewat daun hampir seluruhnya
daun. Uji DMRT 5% untuk melihat perlakuan yang dapat diambil tanaman dan lebih cepat diproses dalam
terbaik disajikan pada Tabel 5. fotosintesis dan ditranslokasikan dengan cepat sampai ke
Perlakuan G (Pupuk kandang kambing 20 buah sebagai lumbung penyimpanan, sehingga buah
ton/ha + pupuk organik cair (POC) Nasa 8 liter/ha) /bunga akan bertambah besar.
dengan bobot 1.118,25 gram per krop memberikan hasil Potensi hasil krop kubis bunga varietas ini
tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. adalah 1.500 g per krop, dan ini belum tercapai pada
Perlakuan G menghasilkan bobot tertinggi karena teknik budidaya kubis bunga di dataran rendah
perlakuan ini menerima unsur hara yang banyak dan Karawang. Hasil tertinggi dari teknologi pemupukan
komplit dari pupuk dasar, pupuk kandang kambing 20 kombinasi pukan Kambing dan POC hanya 808,20 g per
ton/ha dan POC 8 lt/ha . Hal ini tidak terjadi pada krop atau 53,88 % dari potensi hasil. Hal ini terjadi
perlakuan lainnya, yaitu POC saja, pukan kambing saja, karena suhu yang cukup tinggi di dataran rendah
atau kombinasinya yang kurang dari 20 ton/ha dan 8 Karawang, yang rata-rata hariannya bisa mencapai 27,5
lt/ha. ºC, dengan suhu minimum harian 24 ºC dan suhu
Bobot krop tanpa daun maksimum hariannya 31 ºC, dan kelembabannya 82 %.
Hasil kubis bunga di pasar selain dijual dengan Kondisi ini jauh dari suhu optimum untuk budidaya
beberapa helai daun terutama untuk pasar-pasar kubis bunga di dataran tinggi yaitu minimum 15,5-18o C
tradisional, dijual juga dalam bentuk krop tanpa daun dan maksimum 24o C.
yang suka dibungkus atau dilapisi oleh plastik. Hal ini Suhu yang tinggi memacu terjadinya
dapat dilihat di pasar-pasar modern seperti Mall atau fotorespirasi, dimana asimilat hasil fotosintesis
super market. Seperti halnya bobot krop dengan daun, dioksidasi kembali sehingga hasil bunga / bobot krop
hasil uji F terhadap bobot krop tanpa daun pemberian menjadi lebih kecil lagi. Pertumbuhan vegetatif
pukan kambing dan POC berpenaruh nyata. optimum kubis bunga terjadi pada suhu antara 15 – 20
Bobot krop tanpa daun tertinggi 808,20 gram °C dan kelembaban 80 – 90 %, sedangkan pertumbuhan
dicapai pada perlakuan G (Pupuk kandang kambing 20 bunga meningkat pada suhu 17 – 18 °C, menurun di atas
ton/ha + pupuk organik cair (POC) Nasa 8 liter/ha) suhu rata – rata 20 °C, dan kerapatan serta bentuk bunga
namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan D (Pupuk menjadi ‘buruk’ pada suhu di atas 25 °C (Rubatzky &
kandang kambing 10 ton/ha + pupuk organik cair (POC) Yamaguchi 2001.
8 liter/ha) sebesar 788,80 g dan berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Nilai terendah 130,25 gram pada
terjadi perlakuan A (Kontrol), dan perlakuan pupuk NPK
saja (H) hanya 523,55 g. Hal ini terjadi karena unsur
hara yang dibutuhkan tanaman tersedia baik unsur hara
Tabel 5. Rata-rata bobot krop beserta daun, bobot krop tanpa daun, dan bobot krop per petak akibat pemberian dosis
pupuk kandang kambing dan pupuk organik cair pada tanaman kubis bunga (Brassica oleracea L.) varietas PM
126 F1.
Kode Rata-rata bobot krop beserta Rata-rata bobot krop beserta
Rata-rata bobot krop per petak (kg)
Perlakuan daun (g) daun (g)
A 156,95 f 130,25 e 4,97 d
Muharam
Jurnal Agrotek Indonesia 5(1): 33-37 (2020) p-ISSN: 2477-8494 e-ISSN: 2580-2747
kombinasi pukan dan POC ini untuk dataran rendah yang Leovini, H. 2012. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair pada
berbeda. Budidaya Tanaman Tomat (Solanum
Lycopersicum L.). Makalah Seminar Umunm.
DAFTAR PUSTAKA Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Amazin. 2015. Kandungan Gizi & 12 Manfaat
Kesehatan Kembang Kol. [internet]. Tersedia Musmanar, E. I. 2006. Pupuk Organik Padat :
pada : http://www.amazine.co/39146/kandungan- Pembuatan dan Aplikasi. Jakarta : Penebar
gizi- 12-manfaat kesehatan-kembang-kol. Diakses Swadaya.
pada : 5 Februari 2019
Nowbuth RD. 2011. The Effect of Temperature on Curd
Cahyono, B. 2001. Kubis Bunga dan Brokoli. Kanisius. Initiation of Cauliflower. Agricultural Research
Yogyakarta. and Extension Unit.
http://www.gov.mu/portal/sites/ncb/moa/farc/ama
Denidi. 2007. Peran Unsur Hara Pada Tanaman. s97/html/p30.htm
[internet]. Tersedia pada :
http;//old.denidi.com/2007/11/fungsi-unsur-hara- Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik
makro-n-p-k.html. Diakses pada :8 Juli 2019. Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Kentang (Solanum tuberosum L.). Buletin
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang, Anatomi dan Fisiologi 15(2) : 21-31.
2013. Jenis Tanah di Kabupaten Karawang.
[internet]. Tersedia pada : http://www. Ross CW & Salisbury FB. 1995. Fisiologi Tumbuhan.
karawangkab.go.id/html/. Diakses pada : 8 Maret Perkembangan Tumbuhan dan Fisiologi
2019. Lingkungan. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Direkrorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kesuburan Rukmana, R. 2014. Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli.
Tanah. Palembang. Kanisius. Yogyakarta.
Gehel, J. 2012. Teknik Budidaya Kubis Bunga (Brassica Rubatzky VE & Yamaguchi M. 2001. Sayuran Dunia.
oleraceae L.). [internet]. Tersedia pada : Jilid II. Prinsip, Produksi dan Gizi. Edisi II.: ITB.
http://www.bbpp-lembang.info/index. Bandung.
php/arsip/artikel/artikel-pertanian/586-teknik-
budidaya-kubis-bunga-brassica-oleraceae-l. Samekto, R. 2006. Pupuk Kandang. PT. Citra Aji
[internet]. Diakses pada : 20 Desember 2018 Pratama, Yogyakarta. 44 hal.
Gomez, K.A., dan A.A. Gomez. 2010. Prosedur Statistik Silvia, M., Gt. M. Sugian Noor dan M. Eman Erhaka.
untuk Penelitian Pertanian. Terjemah Endang 2012. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Sjamsudin dan Justika S. Baharsjah. Edisi Kedua. Cabe Rawit (Capsicum frutescent L.) Terhadap
UI Press: Jakarta. Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Kambing
pada Tanah Ultisol. Agriculture 19 (3): 148-154.
Hakimah, S., Sigit Soepatjono, dan Parawita Dewanti.
2015. Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap Suparhun, S. Anshar, M. Tambing, Y. 2015. Pengaruh
Pertumbuhan, Hasil dan Kualitas Tiga pupuk organik dan poc dari kotoran kambing
terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica
Hardjowigeno, M. 2007. Ilmu Tanah. Mediatama Sarana juncea L.). Bogor. IPB.
Perkasa, Jakarta : 220 hal.
Talitha Widiatningrum1,2) dan Krispinus Kedati
Hartatik, W., D. Setyorini, L. R. Widodowati, dan S. Pukan1) 2010. Pertumbuhan dan Produksi Kubis
Widati. 2005. Laporan Akhir Penelitian Bunga (Brassica oleracea var botrytis) dengan
Teknologi Pengolahan Hara pada Budidaya Sistem Pertanian Organik di Dataran Rendah.
Pertanian Organik. Laporan Bagian Proyek Biosaintifika Vol. 2 No.2, Hal 115-121.
Penelitian Sumberdaya Tanah dan Proyek
Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif. Dewi, R.S. 2010. Keefektipan Ekstrak Tiga Jenis
Tumbuhan Terhadap Paracocus marginatus Dan
Indrasari, A dan Abdul. 2006. Pengaruh Pemberian Tetranychus Sp. Pada Tanaman Jarak Pagar
Pupuk Kandang dan Unsur Hara Mikro Terhadap (Jatropha curcas L). Tesis Program Pascasarjana.
Pertumbuhan Jagung pada Ultisol yang Dikapur. IPB. Bogor
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6 (2) : 116-
123.
Muharam
Jurnal Agrotek Indonesia 5(1): 33-37 (2020) p-ISSN: 2477-8494 e-ISSN: 2580-2747
Gomez, K. A., and Gomez A. A. 2007. Prosedur 0tanaman%20sawi%20 (Diakses pada 15 April
Statistik untuk Penelitian Pertanian. Terjemahan 2017).
Endang Sjamsudin dan Justika S. Baharsjah. Edisi
kedua. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta, Setyowati, D. 2004. Pengaruh Macam Pestisida Organik
hal. 87-99. dan Interval Penyemprotan Terhadap Populasi
Hama Thrips, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Herlinda, S., T.Irwanto, T. Adam, dan C. Irsan. 2009. Cabai (Capsicum annum L).
Perkembangan Populasi Aphis gossypii Glover
dan Kumbang Lembing pada Tanaman Cabai Simatupang, Petrus. 2014. Pengaruh Dosis Kompos
Merah dan Rawit di Inderalaya. Seminar Paitan (Tithonia diversifolia) Terhadap
Nasional Perlindungan Tanaman. Bogor. Pertumbuhan dan Hasil Kol Bunga Pada Sistem
Pertanian
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Organik.http//repository.unib.ac.id/10400/1/I,II,II
Jakarta: Yayasan Sarana I,III-14-pet-FP.pdf (Diakses pada 02 April 2017 )
Isnaini, Nur. 2006. Ketahanan dan Pengaruh Fitotoksitas Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Penerbit Kanisius
Campuran Ekstrak Piper retrofractum & annona Jakarta.
squamosa pada pengujian Semi lapang.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/123456789/1 Tenrirawe, A. 2011. Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak
268/4/a06nis.pdf. (Diakses 15 April 2017). (Annona murucata L) Terhadap Mortalitas Larva
Helicoverpa armigera H. Pada Tanaman Jagung.
Kardinan, 2002. Pestisida Nabati. Penebar Swadaya. http//balitsereal.litbang.pertanian.go,id/ind/image
Jakarta. s/stories/22hpros11.pdf. (Diakses pada 02 April
2017).
Marianah,L.2013.MembuatPestisidaNabati.http://www.b
ppjambi.info/dwnpublikasi.asp?id=72. (Diakses
pada 02 April 2017).