You are on page 1of 14

Kuswati1; Sa’diyah, R Kusnul1; Mudakir, Imam1*

1) Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education


Univesity of Jember

mudakir.fkip@unej.ac.id
1)

ABSTRACT

Pak Choy (Brassica rapa L.) is one of Indonesia's highly economic vegetables. The
consumption of Pak Choy remains to increase yearly due to the taste, mineral contents, and
easy cultivation. However, pest invasion and unfertilized soil are the main limitations of Pak
Choy's productivity. Soil fortification by biofertilizer and composting can be an alternative to
unravel the latter factors. The research aimed to produce a standardized biofertilizer from
coffee pulp and fermented bamboo roots as a PGPR source. Then, check the biofertilizer
component concordance the evaluation to Pak Choy growth. Finally, this experiment can find
the best formulation between the treatments for Pak Choy growth, including morphological
appearance, dry and fresh weight, and consumption significance. Research's analysis using
factorial Completely Randomized Design (CRD) consists of two factors: the dose of coffee
compost and the concentration series of fermented bamboo roots. This research results in a
synergistic interaction between coffee compost and bamboo root fermentation supporting the
growth of Pak Choy. The excellent treatment combination is coffee compost 50 g/plant and
bamboo root fermentation in 6 mL/L water. Both factors enriched the soil by adding essential
mineral mix with a PGPR source.

Keywords : Bamboo root Fermentation, Pak Choy, Coffe compost


INTRODUCTION

Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang bernilai
ekonomis karena dapat dikonsumsi mulai dari bagian daun hingga batang. Berdasarkan data
BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2017), kebutuhan konsumsi sawi pakcoy di
Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, contohnya pada tahun 2015 dan 2016 yaitu
532,370 ton dan 539,800 ton. Menurut Mahessa (2022), terdapat beberapa alasan seseorang
membutuhkan sayuran pakcoy dalam kesehariannya diantaranya bertujuan untuk menjaga
kesehatan tubuh, dan juga untuk kecantikan. Namun, dalam teknis budidaya tanaman sayuran
umumnya masih menggunakan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida sintetik yang
menyebabkan residu pada tanaman sehingga kurang menyehatkan apabila dikonsumsi terus
menerus, salah satu gangguan kesehatan apabila terlalu banyak mengosumsi sayuran beresidu
yaitu beresiko terkena serangan kanker hingga menyebabkan kematian (Amilia dkk, 2016).
Menurut Rejeki et al (2022), menyatakan bahwa gaya hidup masyarakat zaman modern
cenderung memilih sayuran organik dikarenakan teknis budidayanya yang sehat dan tanpa
menggunakan bahan bahan kimia sintetis sehingga lebih aman untuk dikonsumsi.
Salah satu teknis budidaya tanaman sawi pakcoy yang aman dan menyehatkan adalah
budidaya dengan teknik pertanian organik. Menurut penelitian Damayanti dkk (2019), teknis
budidaya tanaman pakcoy secara organik dengan memanfaatkan arang sekam padi dan pupuk
organik dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas dari tanaman pakcoy dari segi jumlah
daun, berat segar tajuk, berat segar akar hingga berat kering akar. Bercocok tanam dengan
metode pertanian organik memiliki berbagai kelebihan diantaranya adalah dapat menjaga
kesuburan tanah, menghasilkan tanaman yang sehat dan dapat mengurangi biaya operasional.
Selain itu menurut Suputra dkk (2018), teknis budidaya tanaman menggunakan metode
organik memiliki hasil pendapatan yang lebih tinggi dari pada tanaman yang non organik, hal
tersebut dikarenakan tanaman hasil budidaya secara organik memiliki nilai jual yang lebih
tinggi dari pada yang non organik.
Berdasarkan penelitian Kalay et al, (2021), penggunaan pupuk organik sebagai
tambahan nutrisi dalam tanah dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen. Hal
tersebut dikarenakan pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah secara fisik, karena
pada saat proses penguraian bahan organik dalam tanah akan bersifat sebagai perekat dan
mengikat butiran tanah menjadi lebih besar sehingga dapat meningkatkan tanah dalam
menyerap air. Selain itu penggunaan pupuk organik mampu meningkatkan kandungan
biologis tanah karena dalam pupuk organik memiliki sumber makanan bagi mikroba yang
menguntungkan diantaranya seperti Azotobacter sp. pemfiksasi nitrogen dan Pseudomonas
cepacia berfungsi sebagai pelarut fosfat. Berdasarkan penelitian Novita et al, (2018), pupuk
organik seperti kompos yang berasal dari limbah kulit kopi memiliki kandungan unsur hara
yang cukup tinggi seperti N 1,68%, P2O5 0,11%, K2O 1,70%, C-organik 25,48% dan C/N
ratio sebesar 15%, kandungan tersebut dapat menunjang proses pertumbuhan tanaman. Selain
itu, kompos dari limbah buah kopi juga memiliki kandungan kation alkalin yang tinggi yaitu
97,01 sehingga dapat meningkatkan pH tanah dari kondisi asam menjadi netral (Valentiah et
al., 2015).
Pupuk organik selain berbentuk padat juga terdapat pupuk yang berbentuk cair salah
satunya yaitu PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). PGPR merupakan kelompok
bakteri menguntungkan yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman dan membentuk
koloni. Mikroorganisme yang terkandung pada akar tanaman bambu memiliki berbagai
macam peran seperti halnya dapat menekan penyakit (disease suppressive soil) dan
meningkatkan ketersediaan unsur hara (Anjardita et al, 2018). Menurut Kandel et al (2017),
dalam penelitiannya menyatakan adanya bakteri PGPR pada akar bambu dikarenakan akar
bambu yang berada dibagian lapisan tanah paling atas (Top Soil) dan akar mengeluarkan
senyawa eksudat seperti asam amino, asam organik dan protein yang dapat mengundang
mikroorganisme yang menguntungkan seperti Pseudomonas dan Rhizobium . Berdasarkan
penelitian Jannah dkk (2022), penggunaan PGPR mampu meningkatkan pertumbuhan
tanaman melalui mekanisme bekteri seperti Azotobacter dan Rhizobium yang dapat
memfiksasi nitrogen, bakteri Pseudomonas yang mampu melarutkan fosfat, dan bakteri
Bacillus yang mampu menghasilkan hormon asam indol asetat (AIA).

METHOD

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan di Green House dengan suhu harian 28°C -
30°C dan pencahayaan yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Prosedur Penelitian dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penyediaan Bibit Pakchoy
Benih pak choy menggunakan Nauli F1 oleh PT Easwest Seed Indonesia. Benih steril
ditentukan dengan metode perendaman. Benih ditanam dalam tray semai atau polybag
(ukuran 20x20 cm) yang mengandung media tanah. Selanjutnya, benih disimpan selama 14
hari ditempat dengan pencahayaan cukup, dan dilakukan penyiraman. Kemudian, bibit yang
berusia 14 hari dengan jumlah daun 4-5 dan tinggi 5-10 cm dipindahkan ke polybag (ukuran
20x20 cm) yang berisi media tanam berupa tanah dan pupuk kompos kopi sesuai perlakuan.
Proses penanaman dilakukan pada sore hari pukul 15.00 – 17.00 WIB.
2. Pembuatan Kompos Kopi
Kulit buah kopi yang digunakan untuk kompos diperoleh dari Jember. Proses
pengomposan mengikuti metode Valentiah et al (2015) dengan cara sebanyak 5 kg kulit buah
kopi dicacah sampai ukuran 0,5 cm dan dicampurkan dengan ½ kg dedak. Sebanyak 100 ml
larutan EM4 dan 2 sendok makan gula pasir dicampurkan ke dalam 5 liter air. Selanjutnya,
larutan tersebut dituangkan pada tumpukan kulit kopi dan dedak hingga diperoleh kadar air
30-40% atau dengan karakteristik saat dipegang tidak meneteskan air dan tidak saling
menempel saat dilepaskan. Pupuk yang telah dicampur dilakukan pengadukan hingga merata.
Kemudian, pupuk dimasukkan kedalam karung dan disimpan di tempat yang kering dan
terlindungi dari hujan serta cahaya matahari agar proses pengomposan dapat berjalan dengan
baik. Pupuk kulit kopi difermentasi selama 14 hari dengan karakteristik suhu kompos dalam
karung hangat. Pupuk kompos yang sudah matang atau layak digunakan memiliki ciri-ciri
yaitu berwarna hitam, gembur, tidak panas, dan berbau seperti tanah (Valentiah et al., 2015).
Selanjutnya, dilakukan perhitungan unsur hara kompos yang meliputi rasio C organik, dan
presentase unsur N, P, K.
3. Pembuatan Fermentasi Akar Bambu Betung
Akar bambu yang difermentasi berjenis bambu betung didapatkan dari daerah
sukorambi, Jember. Akar bambu diperoleh dengan cara menggali tanah dekat induk/tunas
bambu dengan kedalaman sekitar 20 cm. Proses pembuatan fermentasi akar bambu mengikuti
metode Ramli et al (2021) yaitu sebanyak 100 g akar bambu direndam pada 1 liter air matang
dan didiamkan selama 2-4 hari. Selanjutnya, sebanyak 200 g gula merah, 100 g terasi, ½ kg
dedak, dan 1 sdt kapur dicampurkan kedalam 20 liter air dan direbus hingga mendidih sekitar
20 menit. Kemudian, hasil rebusan didinginkan dan dicampur dengan rendaman akar bambu.
Hasil campuran disimpan pada ember plastik bervolume 20 liter selama 15 hari dan diaduk
setiap hari. Setelah 15 hari, fermentasi akar bambu disaring untuk dapat digunakan sebagai
pupuk. Fermentasi akar bambu siap digunakan memiliki karakteristik yaitu larutan tidak
berwarna hitam, dan berbau masam. Selanjutnya, fermentasi akar bambu dilakukan
identifikasi bakteri PGPR. Bakteri PGPR pada sampel fermentasi akar bambu diisolasi
menggunakan media spesifik yaitu bacillus agar dan kings B. Media bacillus agar digunakan
untuk isolasi bakteri species Bacillus. Komposisi media bacillus terdiri dari pepton, ekstrak
HM (setara dengan ekstrak daging), D-Matinol, Natrium klorida, campuran kromogenik,
fenol merah, agar, dan pH 7 pada suhu 25°C. Media kings B digunakan untuk isolasi bakteri
species Pseudomonas dengan komposisi terdiri dari pepton proteosa, dipotassium hydrogen
fosfat, magnesium sulfat, agar, dan pH 7 pada suhu 25°C.
4. Aplikasi Fermentasi Akar Bambu dan Kompos
Fermentasi akar bambu diaplikasikan pada tanaman pak choy dengan cara menyiramkan
pada media tanam sebanyak 200 ml/tanaman. Fermentasi akar bambu diaplikasikan sebanyak
3 kali yaitu saat pak choy berusia 7, 14, dan 21 HST. Waktu aplikasi dilakukan sore hari pada
pukul 16.00. Dosis fermentasi akar bambu yang digunakan secara berturut-turut adalah 0
ml/L, 6 ml/L, dan 12 ml/L. Sedangkan pupuk kompos diaplikasikan satu kali selama
penelitian yaitu saat pindah tanam. Dosis pupuk kompos yang digunakan secara berturut-turut
adalah 0 g/tanaman, 50 g/tanaman, dan 100 g/tanaman. Selama aplikasi pupuk dan fermentasi
akar bambu, dilakukan tahap pemeliharaan dan pengamatan morfofisiologi tanaman pak
choy.
Pak choy dipelihara selama 30 hari dengan tahapan yaitu penyiraman dan pengendalian
gulma/hama. Pak choy disiram sebanyak 2 kali sehari menggunakan gembor dengan waktu
penyiraman pagi hari pukul 07.00 dan sore hari pukul 16.00 atau disesuaikan dengan kondisi
kelembaban tanah. Pengendalian gulma/hama dilakukan dengan pemberian pestisida dengan
dosis rendah.
Pak choy dilakukan pengamatan pada bagian morfofisiologi setiap satu minggu sekali
dan di akhir masa panen. Parameter pengamatan morfofisiologi pak choy meliputi tinggi
tanaman, jumlah daun, berat segar, berat kering, dan berat segar layak konsumsi. Pengamatan
tinggi tanaman pak choy diukur dengan penggaris dari pangkal sampai ujung daun, jumlah
daun dihitung secara langsung pada setiap daun mudah yang tumbuh sempurna sampai daun
paling tua. Berat segar diukur dengan timbangan digital yang memiliki tingkat ketelitian
0.001 g dari sampel pak coy bagian akar dan tajuk. Berat kering diukur dengan timbangan
digital yang memiliki tingkat ketelitian 0.1 g dari sampel pak coy yang telah dioven pada
suhu 60°C selama 3 hari atau sampai diperoleh berat yang konstan (Pratiwi, 2021). Berat
segar layak konsumsi diukur menggunakan timbangan digital yang memiliki tingkat
ketelitian 0.001 g dari sampel pak coy bagian pangkal hingga ujung daun.
5. Panen
Pak coy dapat dipanen ketika berusia 30 HST. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi
hari mulai pukul 07.00 sampai selesai (Kurniasih & Soedradjad, 2019). Proses panen
dilakukan dengan cara menekan bagian samping polybag untuk menggemburkan media
tanam. Tujuan menggemburkan media tanam adalah agar akar dari tanaman pak coy
tidak terputus saat dilakukan pencabutan (Mario et al.,2021).

ANALISIS DATA
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial
(RAL) yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah dosis kompos kulit buah kopi terdiri
dari : 0 g/tanaman, 50 g/tanaman, dan 100 g/tanaman. Sedangkan faktor kedua adalah
konsentrasi fermentasi akar bambu terdiri dari 0 mL/L air, 6 mL/L air, dan 12 mL/L air.
Kedua faktor tersebut digabungkan satu sama lain sehingga diperoleh 9 perlakuan yang
kemudian diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 27 satuan percobaan
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis secara statistik menggunakan program
SPSS 20 dengan uji Anova dua arah untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan dan
kontrol. Kemudian untuk mengetahui perlakuan terbaik dilakukan uji Duncan pada tingkat
kepercayaan 95%.

RESULT
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap beberapa parameter
pengamatan antara lain uji kandungan c/n ratio kompos kopi, isolasi bakteri PGPR, tinggi
tanaman, jumlah daun, berat segar, berat kering, dan berat segar layak konsumsi dari tanaman
Pak Choy, diperoleh hasil sebagai berikut.
1. Uji Kandungan kompos kopi

2. Isolasi bakteri PGPR dari fermentasi akar bambu


Berdasarkan hasil isolasi yang telah dilakukan menggunakan media pertumbuhan
spesifik diperoleh data bahwa pada fermentasi akar bambu terdapat bakteri yang tergolong
PGPR yaitu Bacillus sp. yang tumbuh pada media bacillus agar dengan total bakteri 1,42 x
106 CFU/ml, dan Pseudomonas sp. yang tumbuh pada media kings-B dengan total bakteri
8,56 x 108 CFU/ml. Data hasil pengamatan bakteri dapat dilihat pada Gambar 1(page a)
3. Tinggi Tanaman (cm)
Berdasarkan hasil analisis uji Two-way Anova menunjukkan bahwa tidak ada interaksi
antara perlakuan kompos kopi dan fermentasi akar bambu terhadap tinggi tanaman pada umur
7, 14, 21, dan 28 HST. Selain itu, perlakuan faktor tunggal juga tidak berpengaruh terhadap
tinggi tanaman. Data rata-rata tinggi tanaman mulai umur 7, 14, 21, dan 28 HST dapat dilihat
pada Tabel 1 (page). Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa rerata tinggi tanaman tertinggi
terdapat pada kombinasi perlakuan pupuk 50 g/tanaman dan 6 ml/L air fermentasi akar
bambu, sedangkan rerata tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan kontrol. Rata-rata
laju pertumbuhan tinggi tanaman sawi Pak Choy pada setiap perlakuan disajikan pada
Gambar 2 (lampiran c).
4. Jumlah Daun (helai)
Jumlah Daun merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui respon
pertumbuhan suatu tanaman adalah hasil dari perlakuan atau lingkungan. Berdasarkan hasil
analisis uji Two-way Anova menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan
kompos kopi dan fermentasi akar bambu terhadap jumlah daun Pak Choy pada usia 7, 14, 21,
28 HST. Perlakuan tunggal pupuk kompos kopi berpengaruh terhadap jumlah daun umur 7
dan 28 HST, sedangkan perlakuan fermentasi akar bambu tidak berpengaruh terhadap jumlah
daun Pak Choy pada semua umur. Data Rata-rata Jumlah Daun mulai umur 7, 14, 21, dan 28
HST dapat dilihat pada Tabel 3 (page ..). Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa rerata jumlah
daun sawi Pak Choy tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan pupuk 50 g/tanaman dan
fermentasi air 6 ml/L akar bambu, sedangkan rerata jumlah sawi Pak Choy terendah daun
ditemukan pada perlakuan kontrol. Laju pertumbuhan rata-rata jumlah daun Pak Choy pada
setiap perlakuan disajikan pada Gambar 1 (page ..).
5. Berat segar dan berat kering
Berdasarkan analisis Two-way Anova menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara
kompos kopi dan fermentasi akar bambu terhadap berat segar dan kering pakcoy. Kedua
faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap berat segar dan kering pak coy. Pakcoy
memiliki berat segar dan berat kering tertinggi pada kombinasi 50 g kompos kopi/tanaman
dan fermentasi akar bambu 6 ml/L air sedangkan berat segar dan kering terendah terdapat
pada perlakuan kontrol. Data rata-rata berat segar dan kering pakcoy dapat dilihat pada Tabel
2 (page ..).
6. Berat segar layak Konsumsi (g)
Berdasarkan hasil analisis Two-way Anova menunjukkan bahwa terdapat interaksi
antara kompos kulit kopi dan fermentasi akar bambu terhadap berat segar layak konsumsi.
Kedua faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap berat segar layak konsumsi. Pak Choy
memiliki berat segar layak konsumsi tertinggi terdapat pada perlakuan kombinasi kompos
kopi 50 g/tanaman dan fermentasi akar bambu 6 ml/L air, sedangkan berat segar layak
konsumsi terendah terdapat pada perlakuan kontrol. Data berat segar rata-rata sawi Pak Choy
dapat dilihat pada Tabel 2 (page …)

DISCUSSION
Fermentasi akar bambu yang telah dipanen dilakukan uji identifikasi bakteri untuk
mengetahui lebih jelas keberadaan bakteri yang terdapat didalamnya. Berdasarkan hasil uji
identifikasi bakteri dari sampel fermentasi akar bambu terdapat kandungan bakteri tergolong
PGPR yaitu Bacillus sp. yang diuji menggunakan media pertumbuhan spesifik Bacillus agar.
Berdasarkan Hal tersebut telah sesuai dengan pernyataan Kuswana (2017), bahwa PGPR
yang diperoleh dari akar tanaman bambu banyak mengandung bakteri jenis Pseudomonas
fluorescence, Bacillus sp. Menurut Cahyani et al., (2017) bahwa kelompok bakteri genus
Bacillus sp. berperan dalam pertumbuhan tanaman karena memiliki kemampuan sebagai
penghasil hormon auksin akan tetapi dalam jumlah lebih sedikit daripada bakteri
Pseudomonas sp. Menurut Istiqomah et al., (2017), bakteri genus Bacillus yang memiliki
kemampuan tertinggi menghasilkan hormone auksin jenis IAA adalah species Bacillus
subtilis.
Pertumbuhan didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang terjadi karena adanya proses
pembelahan dan pemanjangan sel sehingga menyebabkan perubahan bentuk, ukuran, dan
jumlah sel pada tubuh organisme yang bersifat tidak dapat kembali ke bentuk semula
(irreversible). Pertumbuhan tanaman dikatakan baik dan maksimal terjadi ketika unsur hara
yang diperlukan tanaman tercukupi dan mudah diserap. Pertumbuhan tanaman sawi pakcoy
sebagai akibat pemberian pupuk kompos limbah kulit buah kopi dan fermentasi akar bambu
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap beberapa parameter pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan hasil analisis parameter tinggi tanaman sawi Pak Choy tidak ada pengaruh yang
nyata pada berbagai perlakuan. Tidak terdapat pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman
Pak Choy pada semua perlakuan diduga karena faktor internal yaitu faktor genetik tanaman
itu sendiri yang mempengaruhi tinggi tanaman, hal ini sejalan dengan penelitian Rahmawan
et al., (2019) dimana pemupukan aplikasi tidak berpengaruh pada tinggi tanaman kubis.
Perlakuan faktor tunggal kompos kulit buah kopi berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun, hal ini disebabkan terpenuhinya ketersediaan unsur hara N pada media tanam yang
berperan dalam pertumbuhan vegetatif. Penggunaan kompos kopi mengandung unsur hara
lengkap yang terdiri dari 4,73% N, 0,21% P, dan 2,89% K, Ca, Mn, Mg, Fe, Cu, dan Zn
(Hartati et al., 2019). Menurut Augustien dan Suhardjono (2018), unsur hara N dan P sangat
dibutuhkan dalam proses pembentukan daun, dimana kedua unsur tersebut berperan dalam
pembentukan sel-sel baru dan merupakan komponen utama dalam penyusunan senyawa
organik pada tanaman, seperti ATP, ADP, asam amino, asam nukleat, dan klorofil. Perlakuan
pupuk kompos kulit/tanaman 50 g menunjukkan Jumlah Daun tertinggi dibandingkan
perlakuan lainnya yang menunjukkan bahwa pada dosis pupuk kompos/tanaman 50 g kulit
kopi mampu memenuhi kebutuhan Pak Choy dalam menunjang proses pembentukan. jumlah
daun. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Rizal (2017) bahwa
pemberian pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dapat merangsang proses
pembelahan dan pemanjangan sel secara cepat sehingga memberikan pertumbuhan yang
optimal pada tanaman. Perlakuan kombinasi antara aplikasi kompos kulit kopi dan fermentasi
akar bambu tidak berinteraksi dan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Hal ini
terjadi karena dalam pertumbuhan vegetatif pembentukan jumlah daun dipengaruhi oleh
faktor genetik tanaman itu sendiri, dan juga karena serangan ulat bulu pada beberapa
perlakuan yang terjadi pada umur 6 HST, 15 HST, dan 21 HST sehingga mempengaruhi nilai
rata-rata daun saat panen.
Peningkatan berat segar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kadar air, unsur
hara, dan bahan organik yang terkandung dalam organ tanaman. Pemberian fermentasi akar
bambu hasil produksi sendiri mengandung bakteri Bacillus sp., yang berperan dalam
memproduksi hormon auksin jenis IAA (Indol Acetic Acid), meningkatkan kesuburan tanah
secara fisik, kimia, dan biologis dengan memberikan nutrisi dalam bentuk yang mudah.
diserap oleh tanaman, seperti fosfat (P), meningkatkan fiksasi N2 bebas di udara, dan
mengaktifkan mikroorganisme di dalam tanah yang bermanfaat bagi akar tanaman. Menurut
Rosyida dan Nugroho (2017), fermentasi dapat meningkatkan berat basah dan berat kering
tanaman karena inokulasi bakteri fermentasi yang dapat meningkatkan perkembangan akar,
menyebabkan penyerapan air dan garam mineral lebih optimal. Peningkatan penyerapan air
menyebabkan peningkatan kadar air dalam sel yang nantinya akan digunakan untuk aktivitas
sel yaitu fotosintesis dan fotosintesis. Menurut Fitriani dan Haryanti (2016) penyerapan air
yang banyak akan memicu pembesaran dan pemanjangan sel sehingga dapat meningkatkan
berat basah tanaman.
Perlakuan kombinasi 100 g/tanaman kompos kulit kopi dan 12 ml/L air akar bambu
terfermentasi memberikan berat curah yang lebih rendah. Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa pemberian pupuk kompos untuk limbah buah kopi pada 100 g/tanaman dan fermentasi
12 mL/L air tidak dapat memenuhi kebutuhan sawi dalam peningkatan berat segar, hal ini
dikarenakan dosis tersebut termasuk dalam dosis yang berlebihan. Pemberian pupuk yang
berlebihan menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal. Hal ini sejalan dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Sukasana et al., (2019) bahwa pemberian nutrisi pada
tanaman harus dalam komposisi dan dosis yang tepat.
Penambahan berat segar tanaman sawi pakcoy layak konsumsi pada perlakuan p1r1
(pupuk 50 g/tanaman + fermentasi akar bambu 6 ml/L air menunjukkan adanya hubungan
sinergis antara pemberian pupuk kompos kopi akar bambu. berat segar layak konsumsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, kandungan air, unsur hara, dan bahan organik yang
terkandung dalam organ tanaman. Peningkatan berat segar layak konsumsi dipengaruhi oleh
ketersediaan unsur N, P, dan K yang terkandung dalam media pertumbuhan.
Fermentasi akar bambu hasil produksi sendiri mengandung bakteri Bacillus sp. yang
berperan dalam memproduksi hormon auksin jenis IAA (Indol Acetic Acid), meningkatkan
kesuburan tanah secara fisik, kimia, dan biologis dengan memberikan nutrisi dalam bentuk
yang mudah diserap oleh tanaman. tanaman, seperti fosfat (P), meningkatkan fiksasi N2
bebas di udara, dan mengaktifkan mikroorganisme di dalam tanah yang bermanfaat bagi akar
tanaman. Menurut Rosyida dan Nugroho (2017), fermentasi akar bambu dapat meningkatkan
berat basah dan kering tanaman karena inokulasi bakteri dari akar bambu yang difermentasi
dapat meningkatkan perkembangan akar sehingga menyebabkan penyerapan air dan garam
mineral lebih optimal. Peningkatan penyerapan air menyebabkan peningkatan kadar air
dalam sel yang nantinya akan digunakan untuk aktivitas sel yaitu fotosintesis dan fotosintesis.
Menurut Fitriani dan Haryanti (2016) penyerapan air yang banyak akan memicu pembesaran
dan pemanjangan sel sehingga dapat meningkatkan berat segar yang layak dikonsumsi pada
tanaman.
Perlakuan kombinasi 100 g/tanaman kompos kopi dan 12 ml/L air akar bambu
terfermentasi memberikan berat curah yang lebih rendah. Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa pemberian pupuk kompos limbah kulit buah kopi 100 gr/tanaman dan fermentasi akar
bambu 12 mL/L air tidak dapat memenuhi kebutuhan sawi pakcoy dalam meningkatkan berat
segar, hal ini dikarenakan dosis tersebut termasuk dalam dosis yang berlebihan. Pemberian
pupuk yang berlebihan menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal. Hal ini sejalan
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Sukasana et al., (2019) bahwa pemberian nutrisi
pada tanaman harus dalam komposisi dan dosis yang tepat. Kombinasi perlakuan 50
g/tanaman dan air fermentasi 6 mL/L akar bambu termasuk dalam kriteria konsumsi karena
memiliki berat rata-rata tertinggi dan memiliki daun hijau segar.
CONCLUSION
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara limbah kulit
buah kopi sebagai campuran media tanam dan akar bambu fermentasi terhadap bobot basah,
bobot kering, bobot segar layak konsumsi dan kenampakan sawi pakcoy layak konsumsi.
Kombinasi limbah kulit kopi sebagai campuran media tanam dan akar bambu fermentasi
yang efektif meningkatkan pertumbuhan dan hasil sawi pakcoy adalah kompos kopi 50
g/tanaman dan akar bambu fermentasi 6 mL/L.

REFERENCES

Amilia. E., B. Joy dan Sunardi. 2016. Residu Pestisida pada Tanaman Hortikultura (Studi
Kasus di Desa Cihanjuang Rahayu Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat). Agrikultura. 27 (1) : 23-29.
Anjardita. I. M. D., I. G. N. Raka., I. A. Mayun dan I. N. Sutedja. 2018. Pengaruh Plant
Growth Promoting Rhizobakteria (PGPR) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Agroekoteknologi Tropika, 7 (3) : 447-456.
Damayanti. N.S., D.W. Widjajanto dan Sutarno. 2019. Pertumbuhan dan produksi tanaman
sawi Pakcoy (Brassica rapa l.) akibat dibudidayakan pada berbagai media tanam dan
dosis pupuk organik. Agro Complex. 3(3):142-150.
Jannah. M., R. Jannah dan Fahrunsyah. 2022. Kajian Literatur : Penggunaan Plant Growth
Promoting Rhizobacteria (PGPR) untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan
Mengurangi Pemakaian Pupuk Anorganik pada Tanaman Pertanian. Agroekoteknologi
Tropika Lembab. 5 (1) : 41-49.
Kalay. A. M., R. Hindersah., I. A. Ngabalin dan M. Jamlean. 2018. Pemanfaatan Pupuk
Hayati Dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis
(Zea mays saccharata). AGRIC. 32.(2) : 129-138.
Kandel. S., P. M. Joubert dan S. L. Doty. 2017. Bacterial Endophyte Colonization And
Distribution Within Plants. Microorganisms. 5(77): 2-26.
Mahessa A. R. 2022. Analisis Komparasi Keputusan Konsumen terhadap Pembelian Sayur
Pakcoy(Brassica rapa L.) di Pasar Tradisional Dan Pasar Modern. JIMTANI, 2 (1) :
1-12.
Novita. E., A. Fathurrohman dan H. A. Pradana. 2018. Pemanfaatan Kompos Blok Limbah
Kulit Kopi Sebagai Media Tanam. Agrotek, 2 (2) : 61-72.
Rejeki. S., N. D. Andriatmoko dan H. Toiba. 2022. Faktor Yang Mempengaruhi Niat Beli
Sayuran Organik Dengan Pendekatan Theory Of Planned Behaviour. Ekonomi
Pertanian dan Agribisnis. 6 (2) : 429-441.
Suputra. G.N., I. W. Widyantara Dan I. A. L. Dewi. 2018. Analisis Usahatani Wortel (Daucus
carota L) Organik dan Non Organik. Agribisnis dan Agrowisata. 7 (1) : 1-10.
Valentiah,V., Listyarini, E., dan Prijono, S. (2015). Aplikasi Kompos Kulit Kopi Untuk
Perbaikan Sifat Kimia Dan Fisika Tanah Inceptisol Serta Meningkatkan Produksi
Brokoli. Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan. 2(1): 147–154.
LAMPIRAN

a) Tabel 1 Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun


Rerata Tinggi Tanaman Rerata Jumlah Daun
N
Perlakuan 7 14 21 28 7 14 21 28
o
HST HST HST HST HST HST HST HST
Kompos Kopi        
p0 (0 g/tanaman) 8,17 14,58 18,33 19,53a
a a a
6,00b 8,56a 11,11a 14,22a
1
p1 (50 g/tanaman) 9,02a 14,45a 18,16a 19,75a 5,44ab 8,89a 12,56a 16,44b
p2 (100 g/tanaman) 7,87a 13,77a 18,27a 20,33a 4,67a 8,11a 11,89a 16,56b
Fermented Bamboo Roots
r0 (0 mL/L air) 8,54a 14,50a 18,11a 19,70a 6,11a 8,56a 11,78a 16,11a
2
r1 (6 mL/L air) 8,84a 14,76a 18,22a 20,22a 5,00a 8,56a 11,78a 15,56a
r2 (12 mL/L air) 7,68a 13,55a 18,44a 19,52a 5,00a 8,44a 12,00a 15,56a
Combination Coffea Compost ><
Fermented Bamboo Roots
p0r0 (0 g/tanaman + 0 mL/L air) 7,86a 14,83a 17,83a 18,67a 7,67b 8,00a 10,67a 14,67a
p0r1 (0 g/tanaman + 6 mL/L air) 8,96a 14,76a 18,83a 19,83a 5,00a 8,67a 11,67a 14,00a
p0r2 (0 g/tanaman + 12 mL/L air) 7,70a 14,16a 18,83a 19,56a 5,33a 9,00a 11,00a 14,00a
3 p1r0 (50 g/tanaman + 0 mL/L air) 9,56a 14,50a 18,50a 20,10a 5,33a 8,33a 1,33a 15,33ab
p1r1 (50 g/tanaman + 6 mL/L air) 9,66a 15,70a 18,50a 20,66a 5,67a 9,67a 13,671 18,00b
p1r2 (50 g/tanaman + 12 mL/L air) 7,83a 13,16a 17,50a 18,50a 5,33a 8,67a 12,67a 16,00ab
p2r0 (100 g/tanaman + 0 mL/L air) 8,20a 14,16a 18,00a 20,33a 5,33a 9,33a 13,33a 18,33b
p2r1 (100 g/tanaman + 6 mL/L air) 7,90a 13,83a 17,83a 20,16a 4,33a 7,33a 10,67a 14,67ab
p2r2 (100 g/tanaman + 12 mL/L air) 7,53a 13,33a 19,00a 20,50a 4,33a 7,67a 11,67a 16,67ab
b) Tabel 2
Rerata Berat
N Rerata Berat Rerata Berat
Perlakuan Layak Konsumsi
o Segar (g) Kering (g)
(g)
Kompos Kopi
p0 (0 g/tanaman) 52,33a 3,19a 45,11a
1
p1 (50 g/tanaman) 91,67b 5,07b 82,22b
p2 (100 g/tanaman) 82,78b 4,87b 73,33b
Fermented Bamboo Roots
r0 (0 mL/L air) 73,67a 4,17ab 65,00a
2
r1 (6 mL/L air) 90,78b 5,36b 81,11b
r2 (12 mL/L air) 62,33a 3,61a 54,56a
Combination Coffea Compost ><
Fermented Bamboo Roots
p0r0 (0 g/tanaman + 0 mL/L air) 45,00a 2,63a 38,67a
p0r1 (0 g/tanaman + 6 mL/L air) 59,33ab 3,51bc 51,33ab
p0r2 (0 g/tanaman + 12 mL/L air) 52,67ab 3,43ab 45,33ab
3 p1r0 (50 g/tanaman + 0 mL/L air) 77,33cd 4,05bc 67,00cd
p1r1 (50 g/tanaman + 6 mL/L air) 126,67e 7,31d 115,67e
p1r2 (50 g/tanaman + 12 mL/L air) 71,00bc 3,83bc 64,00bc
p2r0 (100 g/tanaman + 0 mL/L air) 98,67d 5,82cd 89,33d
p2r1 (100 g/tanaman + 6 mL/L air) 86,33cd 5,24cd 76,33cd
p2r2 (100 g/tanaman + 12 mL/L air) 63,33bc 3,54bc 54,33bc
c) Gambar 1. Hasil pewarnaan bakteri

b) Bacillus sp.
a) Pseudomonas sp.

d) Gambar 2. Grafik Tinggi Tanaman


e) Gambar 3. Grafik Jumlah Daun

You might also like