You are on page 1of 7

RESPON TANAMAN SAWI (Brasicca juncea L.

) TERHADAP PEMBERIAN
PUPUK ORGANIK CAIR (POC) KULIT PISANG DAN BONGGOL PISANG

RESPONSE OF MUSTARD CROP (Brasicca juncea L.) ON LIQUID ORGANIC


FERTILIZER FROM THE PEEL AND HUMP OF BANANA

Yusran Ibrahim1, Ramlin Tanaiyo2


1
Alumni Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Ichsan Gorontalo
2
Dosen Pengajar di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Ichsan Gorontalo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian POC (Pupuk


Organik Cair) Kulit Pisang, dan bonggol pisang terhadap tanaman sawi (Brasicca
juncea L.), yang dilaksanakan pada bulan Maret – April 2016, di Desa Toto Utara,
Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari 3 (tiga) perlakuan dan 3 (tiga)
ulangan, sehingga terdapat 9 (sembilan) petakan percobaan dengan menggunakan
media tanam polybag. Dosis yang berbeda pada 2 (dua) perlakuan yaitu tanpa
perlakuan P0, konsentrasi 100 ml/liter air POC kulit pisang 20 ml/tanaman + POC
Bonggol Pisang 20 ml/tanaman P1, dan konsentrasi 100ml/liter air POC kulit pisang
40 ml/tanaman + POC Bonggol Pisang 40 ml/tanaman P2. Pemupukan dilakukan
pada saat tanaman sawi berumur 3 HST dan 9 HST. Berdasarkan hasil penelitian
setelah dianalisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan dengan POC kulit
pisang dan POC bonggol pisang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua
parameter pengamatan.

Kata Kunci : Sawi, POC, Kulit Pisang, Bonggol Pisang.

ABSTRACT

The aimed of this research was to know the effect of giving the liquid
organic fertilizer from peel and hump of banana on mustard plant (Brasicca juncea
L.) into the mustard crop. The research was conducted in March - April 2016, in Toto
Utara Village, Tilongkabila District, Bone Bolango Regency. The study was prepared
using randomized block design (RAK), which consisted of three treatments and three
replications, so there were 9 (nine) experimental plots using polybag planting media.
Different dose on 2 (two) treatments that was without treatment P0 (control),
concentration of 100 ml / liter of water banana peel liquid organic fertilizer 20 ml/

Jurnal Agropolitan, Volume 5 Nomor 1 Bulan Juli 2018 63


plant + banana hump liquid fertilizer 20 ml/ plant (P1), and concentration 100 ml/ liter
water banana peel liquid organic fertilizer 40 ml/ liquid organic fertilizer from banana
hump 40 ml/plant (P2). Fertilization carried out at the time of mustard plants were 3
HST and 9 HST. Based on the results of research after the analysis statistically
showed that treatment with liquid organic fertilizer from banana peel and banana
hump did not give a real effect on all observation parameters.

Keywords: mustard, liquid organic fertilizer, banana peel, banana hump.

PENDAHULUAN 594.911 ton namun, pada tahun 2013


meningkat menjadi 600.949 ton. Produksi
Sawi (Brassica juncea L.) sawi di Provinsi Gorontalo tahun 2009
merupakan tanaman sayuran yang sebesar 108 ton.Pada tahun 2010 turun
dibudidayakan di iklim sub-tropis, namun menjadi sebesar 48 ton, dan kembali
mampu beradaptasi dengan baik pada iklim mengalami peningkatan pada tahun 2011
tropis. Sawi pada umumnya banyak hanya 83 ton. Produktifitas sawi tahun 2012
ditanam dataran rendah, namun dapat pula adalah sebesar 55 ton/ha, tetapi pada
di dataran tinggi. Sawi tergolong tanaman tahun 2014 mengalami penurunan yakni
yang toleran terhadap suhu tinggi (panas). hanya sebesar 6 ton/ha (BPS, 2014).
Pada saat ini, kebutuhan akan Permintaan sawi semakin
sawi semakin lama semakin meningkat meningkat, maka untuk memenuhi
seiring dengan peningkatan populasi kebutuhan konsumen, baik dalam segi
manusia dan manfaat mengkonsumsi sawi kualitas maupun kuantitas, perlu dilakukan
bagi kesehatan. Sawi mempunyai nilai peningkatan produksi yaitu dalam
ekonomis tinggi setelah kubis crop, kubis pemupukan. Salah satu upaya peningkatan
bunga dan brokoli. Sebagai sayuran, sawi hasil yang dapat dilakukan adalah melalui
dikenal dengan sebutan caisim yang pemupukan dengan menggunakan pupuk
mengandung berbagai khasiat yang alami atau organik.
bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan Pupuk organik dalam bentuk yang
yang terdapat pada sawi ini adalah protein, telah dikomposkan ataupun segar berperan
lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika,
Vitamin B, dan Vitamin C. Selain itu dan biologi tanah serta sebagai sumber
manfaat sawi sangat baik untuk nutrisi tanaman. Secara umum kandungan
menghilangkan rasa gatal ditenggorokan nutrisi hara dalam pupuk organik tergolong
pada penderita batuk, penyembuh sakit rendah dan lambat tersedia, sehingga
kepala, bahan pembersih darah, diperlukan dalam jumlah cukup banyak.
memperbaiki fungsi ginjal, serta Namun, pupuk organik yang telah
memperbaiki dan memperlancar dikomposkan dapat menyediakan hara
pencernaan (Fahrudin, 2009). dalam waktu yang lebih cepat
Menurut Direktorat Jenderal dibandingkan dalam bentuk segar, karena
Hortikultura produksi sawi pada tahun 2009 selama proses pengomposan telah terjadi
mencapai 562.838 ton, tahun 2012 sebesar proses dekomposisi yang dilakukan oleh

Jurnal Agropolitan, Volume 5 Nomor 1 Bulan Juli 2018 64


beberapa macam mikroba, baik dalam dimanfaatkan dan dibuang begitu saja
kondisi aerob maupun anaerob. menjadi limbah pisang, sedangkan pada
Sumber utama bahan organik bagi bonggol pisang memiliki Mol dan
tanah berasal dari jaringan tanaman, baik mempunyai kandungan mikrobia pengurai
serupa sampah-sampah tanaman, salah bahan organik. Mikrobia pengurai tersebut
satunya adalah sampah kulit pisang yang terletak pada bonggol pisang bagian luar
banyak dijumpai di lingkungan, dan tidak maupun bagian dalam (Suhastyo dkk,
dimanfaatkan menjadi (serasah) yang bisa 2011).
dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Jenis mikrobia yang telah
Sumber bahan organik lainnya adalah teridentifikasi pada Mol di dalam POC
hewan. Bahan-bahan organik yang berasal bonggol pisang antara lain Baccilus sp.,
dari serasah, sisa-sisa tanaman yang mati, Aeromonas sp., dan Aspergillus nigger.
limbah atau kotoran hewan dan bangkai Mikrobia inilah yang biasa mendekomposisi
hewan itu sendiri, didalam tanah akan bahan organik. Berdasarkan hal di atas
diaduk-aduk dan dipindahkan oleh jasad maka penggunaan pupuk organik cair dari
renik yang selanjutnya dengan kegiatan bonggol pisang diduga mampu
berbagai jasad tanah bahan organik itu meningkatkan kualitas pupuk organik cair
melalui berbagai proses yang rumit yang diaplikasikan pada tanaman sawi
dirombak menjadi bahan organik tanah (Sukasa dkk, 1996).
yang mempunyai arti penting (Sutejo dan
Kartasapoetra, 1987). METODE PENELITIAN
Pemanfaatan sampah kulit buah Waktu dan Tempat Penelitian
pisang kepok (Musa paradisiaca L.) Penelitian ini dilaksanakan pada
sebagai pupuk padat dan cair organik bulan Maret –April 2016 di Desa Toto Utara
Dilatar belakangi oleh banyaknya pisang Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone
kepok yang dikonsumsi oleh masyarakat Bolango.
dalam berbagai macam olahan makanan
antara lain yang diolah sebagai gorengan Alat dan Bahan Penelitian
yang diminati oleh masyarakat, tanpa Alat yang digunakan dalam
menyadari bahwa banyaknya sampah kulit penelitian ini adalah kamera kalkulator,
buah pisang segar yang akan dihasilkan cangkul, ember, tajak, gembor, meteran,
1/3 bagian dari buah pisang. Sejauh ini gelas ukur (50 ml), handsprayer (alat
pemanfaatan sampah kulit pisang masih semprot). Sedangkan bahan yang
kurang, hanya sebagian orang yang digunakan pada penelitian ini yakni polybag
memanfaatkannya sebagai pakan ternak. ukuran 15 x 20 cm, tanah gembur, POC
Adapun kandungan yang terdapat di kulit kulit pisang, POC bonggol pisang dan
pisang yakni Protein, Kalsium, Fosfor, benih sawi varietas tosakan.Penelitian
Magnesium, Sodium dan Sulfur, sehingga dilaksanakan dalam bentuk eksperimen
kulit pisang memiliki potensi yang baik yang disusun menurut Rancangan Acak
untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik Kelompok (RAK) yang terdiri dari 3
(Susetya, 2012). perlakuan 3 ulangan. Kelompok percobaan
Tanaman pisang memiliki banyak terdiri: P0: Kontrol (tanpa
manfaat, terutama buahnya yang banyak perlakuanPOC).P1: POC kulit pisang 20
dikonsumsi masyarakat, sedangkan bagian ml/tanaman+ POC bonggol pisang 20
tanaman pisang lainya yaitu jantung, ml/tanaman dengan konsentrasi POC
batang, kulit buah, dan bonggol jarang (100ml/liter air). P2: POC kulit pisang 40

Jurnal Agropolitan, Volume 5 Nomor 1 Bulan Juli 2018 65


ml/tanaman + POC bonggol pisang 40
20
ml/tanaman dengan konsentrasi 14.31
(100ml/liter air). 15 12.53 12.67

10 7.56
6.09 6.94
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Panjang Daun
Hasil panjang daun tanaman 0
1 MST 2 MST
sawi dapat dilihat pada Gambar 1.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, P0: Kontrol
dengan perlakuan POC kulit pisang dan
bonggol pisang tidak berpengaruh nyata
terhadap parameter panjang daun, P1: POC Kulit pisang 20 ml/tanaman +
POC Bonggol Pisang 20 ml/tanaman
jumlah daun, luas daun, berat basah
dan panjang akar. Menurut Buckman P2: POC Kulit Pisang 40 ml/tanaman +
(1969), suatu tanaman akan tumbuh POC Bonggol Pisang 40 ml/tanaman
dan mencapai tingkat produksi tinggi
bila unsur hara yang dibutuhkan Gambar 1. Hasil Perhitungan Panjang
tanaman berada dalam keadaan cukup Daun Tanaman Sawi
tersedia dan berimbang di dalam tanah,
dan unsur N, P, K merupakan tiga dari
enam unsur hara makro yang mutlak Menurut Rismunandar (2006)
diperlukan tanaman. Bila salah satu hal ini juga disebabkan karena rata-
unsur tersebut kurang atau tidak rata pupuk organik kadar mineralnya
tersedia dalam tanah, akan rendah dan masih memerlukan
mempengaruhi pertumbuhan dan pelapukan sebelum dapat diserap
produksi tanaman. tanaman. Dari parameter tanaman
Hal ini juga sesuai dengan sawi yang diamati sesuai dengan
pernyataan yang terdapat di dalam analisis data, tidak menujukan adanya
Damanik, dkk (2011), yang menyatakan pengaruh dari pelakuan POC kulit
bahwa pertumbuhan tanaman pisang. Karena, unsur hara yang
dipengaruhi oleh dua faktor penting paling dibutuhkan untuk pembentukan
yaitu faktor genetis dan faktor daun dan produksi tanaman adalah N
lingkungan. Faktor lingkungan diartikan yang diserap melalui akar dalam
sebagai gabungan semua keadaan dan bentuk ion nitrat atau ammonium. Hal
pengaruh luar yang mempengaruhi ini sesuai dengan pernyataan yang
kehidupan dan perkembangan suatu terdapat didalam Agriculture Syllabus
organisme. Diantara sekian banyak (2009). Nitrogen merupakan salah
faktor lingkungan yang mempengaruhi satu unsur kimia utama yang
kehidupan dan perkembangan tanaman dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
antara lain adalah temperatur, produksi tanaman. Nitrogen
kelembaban, energi radiasi cahaya merupakan komponen klorofil dan
matahari, susunan atmosfer, struktur karenanya penting untuk fotosintesis.
tanah dan susunan udara tanah, reaksi Hasil perhitungan jumlah daun dapat
tanah (pH), faktor biotis, penyediaan dilihat pada Gambar 2.
unsur hara dan ketiadaan bahan
pembatas pertumbuhan tanaman.

Jurnal Agropolitan, Volume 5 Nomor 1 Bulan Juli 2018 66


6 5.33 5.26 5.4 POC berbahan organik kulit
4.13 4.26 4.33 pisang dilihat dari cara pembuatan dan
4 fermentasi tidak menggunakan
2
mikroorganisme atau organisme
pengurai yang dapat
0 mendekomposisikan bahan organik.
1 MST 2 MST Sesuai dengan pernyataan (BPPP,
P0: Kontrol 2011), rasio C/N merupakan faktor
paling penting dalam proses
P1 : POC Kulit Pisang 20 ml/tanaman + pengomposan.
POC Bonggol Pisang 20 ml/tanaman
P2: POC Kulit Pisang 40 ml/tanaman + Proses fermentasi POC
POC Bonggol Pisang 40 ml/tanaman tergantung dari kegiatan
mikroorganisme yang membutuhkan
Gambar 2. Hasil Perhitungan Jumlah karbon sebagai sumber energi dan
Daun Tanaman Sawi pembentuk sel dan nitrogen untuk
membentuk sel. Jika rasio C/N tinggi,
aktivitas biologi mikroorganisme akan
Tanaman menggunakan berkurang. Selain itu diperlukan
nitrogen dengan menyerap baik ion beberapa siklus mikroorganisme untuk
nitrat atau amonium melalui akar. menyelesaikan dengan degradasi
Sebagian besar Nitrogen digunakan bahan POC, sehingga waktu
oleh tanaman untuk menghasilkan fermentasi pupuk organik akan lebih
protein (dalam bentuk enzim) dan lama dan POC yang dihasilkan akan
asam nukleat. Namun, dari data yang memiliki mutu rendah. Sedangkan
diperoleh hasil parameter panjang pada pupuk berbahan organik bonggol
daun, jumlah daun, luas daun, berat pisang yang memiliki mikroorganisme
basah dan panjang akar tanaman sawi pengurai bahan organik yaitu Baccilus
tidak memberikan adanya pengaruh sp., Aeromonas sp., dan Aspergillus
dari POC kulit pisang dan bonggol nigger yang dapat dimanfaatkan
pisang. Hal ini dikarenakan pada sebagai pengurai bahan organik,
tanah yang diberikan pupuk terjadi karena mikroorganisme inilah yang
hambatan penyerapan unsur hara berfungsi sebagai perombak bahan-
sehingga unsur hara N tidak tersedia bahan organik.
untuk tanaman yang didasari oleh 35 32.61
30 27.01
rendahnya perbandingan C-organik 24.55
25
dengan nitrogen (N) pupuk (C/N pupuk 20
organik padat kulit pisang kepok yaitu 15
4,26%) yang mengakibatkan Nitrogen 10
(N) yang tidak dipakai oleh 5
0
mikroorganisme tidak dapat diasimilasi P0: Kontrol P1: POC Kulit Pisang 20 P2: POC Kulit Pisang 40
ml/tanaman + POC ml/tanaman + POC
dan akan hilang melalui volatisasi Bonggol Pisang 20 Bonggol Pisang 40
ml/tanaman ml/tanaman
(hilang di udara bebas) sebagai
amonia. Data hasil perhitungan luas
daun dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Data Luas Daun Tanaman Sawi

Jurnal Agropolitan, Volume 5 Nomor 1 Bulan Juli 2018 67


16 13.57 14 Tersedianya unsur Nitrogen dalam
14 11.43 jumlah yang cukup bagi tanaman akan
12
10
memperlancar proses metabolisme
8 tanaman dan mempengaruhi
6 pertumbuhan organ- organ seperti daun,
4
2 batang dan akar pada tanaman.
0 Jika salah satu unsur Nitrogen
P0: Kontrol P1: POC Kulit pisang 20 P2: POC Kulit pisang 40
ml/tanaman + POC ml/tanaman + POC tidak terdapat dalam POC bahkan
Bonggol Pisang 20 Bonggol Pisang 40
ml/tanaman ml/tanaman hilang pada saat pemupukan, dan
dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman
tidak tercukupi maka akan
mempengaruhi unsur-unsur hara
Gambar 4. Data Berat Bersih Tanaman Sawi
makro yang lainnya seperti fosfor,
magnesium, sulfur, kalium dan kalsium
Tanaman sangat memerlukan karena unsur hara Nitrogen sangat
unsur hara seperti Nitrogen, Magnesium, dibutuhkan oleh tanaman untuk proses
Fosfor, Sulfur, Kalsium dan Kalium, fotosintesis.
karena hara ini terdapat pada POC dari
limbah kulit buah pisang dan bonggol
pisang. Hal inisesuai dengan pendapat KESIMPULAN
(Damanik, dk.k, 2011), bahwa unsur hara 1. Pemberian POC kulit pisang dan
Nitrogen merangsang pertumbuhan bonggol pisang, tidak memberikan
vegetatif (warna hijau) seperti daun. pengaruh nyata terhadap
Dengan penyerapan hara Nitrogen akan parameter panjang daun, jumlah
dapat meningkatkan pembentukan dan daun, luas daun, beratbasah dan
pertumbuhan daun pada tanaman. panjang akar sawi.
2.95 2. Pemberian dosis 20 ml/tanaman
2.91
POC kulit pisang dan 40
2.9 2.86 ml/tanaman POC bonggol pisang,
2.85
tidak menunjukkan adanya
2.8 2.76 perlakuan yang berpengaruh nyata
2.75 terhadap parameter panjang daun,
2.7 jumlah daun, luas daun, beratbasah
dan panjang akar sawi.
2.65
P0: Kontrol P1: POC Kulit P2: POC Kulit
pisang 20 pisang 40
ml/tanaman + ml/tanaman +
POC Bonggol POC Bonggol DAFTAR PUSTAKA
Pisang 20 Pisang 40
ml/tanaman ml/tanaman Agriculture Syllabus, 2009. The role of
Nitrogen in Agriculture
Production System. Charles
Gambar 5. Data Panjang Akar Sturt University. Australia.
Tanaman Sawi
Badan Pusat Statistik, 2013. Produksi

Jurnal Agropolitan, Volume 5 Nomor 1 Bulan Juli 2018 68


Tanaman Hortikultura. BPS
Gorontalo. Sukasa, Antara dan Suter, 1996.
Pengaruh Lama Fermentasi
Badan Penelitian dan Pengembangan Media Bonggol Pisang Terhadap
Pertanian, 2011. Ragam Inovasi Aktivitas Glukoamilasedari
Pendukung Pertanian Daerah. Aspergillus niger NRRL A-11.
Agroinovasi. Jakarta Selatan. Majalah Ilmiah Teknologi
Pertanian. 2 (1): 18-20.
Buckman, 1969. Ilmu Tanah Bhratara
Karya Aksara. Jakarta. Sutedjo dan Kartasapoetra. 1987.
Pengantar Ilmu Tanah. Bina
Damanik, Bachtiar, Fauzi, Sarifuddin Aksara. Jakarta.
dan Hamidah. 2011. Kesuburan
Tanah dan Pemupukan. USU
Press, Medan.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014.


Produksi Tanaman Sayuran di
Indonesia.

Fahrudin. 2009. Budidaya Caisim


Menggunakan Ekstrak Teh dan
Pupuk Kascing. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret.

Mudadjim. 1983. Teknologi


Pengolahan Pisang. Gramedia.
Jakarta.

Rismunandar, 2006. Tanah dan Seluk


Beluknya bagi Pertanian.
Penerbit Sinar Baru Algensindo.
Bandung.

Susetya, 2012. Paduan Lengkap


Membuat Pupuk Organik.
Penerbit Baru Press. Jakarta.

Suhastyo dan Asriyanti, 2011. Studi


Mikrobiologi dan Sifat Kimia
Mikroorganisme Lokal (Mol)
yang Digunakan Pada Budidaya
Padi Metode Sri. Tesis
Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Jurnal Agropolitan, Volume 5 Nomor 1 Bulan Juli 2018 69

You might also like