You are on page 1of 7

Protobiont (2017) Vol.

6 (1) : 72-78

Pertumbuhan Stek Batang Melati Putih (Jasminum sambac (L) W.Ait)


setelah Direndam dengan Pupuk Organik Cair (POC) Tauge dan
Bonggol Pisang

Rahmadani1, Mukarlina1, Elvi Rusmiyanto Pancaning Wardoyo1


1
Program Studi Biologi,Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi Pontianak, email korespondensi: rahmadhani.rd123@gmail.com

Abstract
White jasmine (Jasminum sambac (L) W.Ait) is a plant that has a high economic value. One of white jasmine
propagation efforts is through vegetative propagation by stem cuttings. This research aims to determine the
effect of liquid organic fertilizer (LOF) of bean sprouts and banana tuber on the growth of white jasmine
cuttings. The research was conducted at the Laboratory of Biology and Green House of the Faculty of
Mathematics and Natural Sciences, Tanjungpura University Pontianak. The analysis of soil and bean sprouts
and banana tuber LOF was conducted at the Laboratory of Chemistry and Soil Fertility, Faculty of Agriculture,
Tanjungpura University Pontianak. The analysis of metals was conducted at the National Standardization
Agency. The research was conducted from November 2015 to February 2016. This research used a completely
randomized design with 6 treatments and three repetitions. The treatments given were comparison of bean
sprout LOF: banana tuber (Control, P1 (1:0), P2 (1:1), P3 (2:1), P4 (3:1), P5 (3:2). The results showed that
there was a significant of giving bean sprouts and banana tuber LOF with a ratio of 3:2 on the number of leaves
and root dry weight, while giving bean sprouts and banana tuber LOF did not significantly affect the root
lenght, number of roots, fresh weight, dry weight, root fresh weight and the percentage of live cuttings.

Keywords : Jasminum sambac, liquid organic fertilizer, bean sprouts, banana tuber

PENDAHULUAN pembentukan akar stek. Metode perlakuan dengan


merendam batang. Djamhuri (2011) menyatakan
Melati putih (Jasminum sambac (L) W.Ait) bahwa perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh
merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi akan mempengaruhi tingkat keberhasilan dan
tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan baku pertumbuhan tanaman. Tujuan penelitian ini
industri minyak wangi, penyedap teh, dan obat- adalah mengetahui pengaruh pemberian pupuk
obatan (Purba, 2000). Harga minyak melati putih organik cair tauge dan bonggol pisang terhadap
yang tinggi akan meningkatkan kebutuhan bunga pertumbuhan stek batang melati putih (J. sambac).
melati putih, sehingga diperlukan usaha budidaya
tanaman melati putih dengan perbanyakan BAHAN DAN METODE
tanaman secara vegetatif dengan stek batang.
Waktu dan Tempat Penelitian
Pembentukan akar pada stek batang dipengaruhi
oleh hormon auksin dan pertumbuhan tunas Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2015
dipengaruhi oleh hormon sitokinin melalui sampai Februari 2016. Analisis tanah dan pupuk
pemberian pupuk organik cair (Hadisuwito, organik cair tauge dan bonggol pisang dilakukan
2012). Sumber hormon dapat berasal dari bahan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah
organik, antara lain tauge dan bonggol pisang Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
yang diolah menjadi pupuk organik cair melalui Pontianak dan Analisis logam (As, Hg, Pb, Cd
proses fermentasi. Sari (2012) menyatakan bahwa dan Sn) pupuk organik cair dilakukan di Balai
pemberian pupuk organik cair bonggol pisang Riset dan Standardisasi Industri Pontianak.
yang mengandung zat pengatur tumbuh sitokinin Penanaman, pengamatan dan pengukuran
dan giberelin. Menurut Rismunandar (1992), dilakukan di Laboratorium Biologi Dasar Fakultas
tauge mengandung zat pengatur tumbuh auksin Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
dan memiliki kandungan asam amino trytophan. Universitas Tanjungpura Pontianak.

Menurut Kafrawi (2007), penambahan zat Bahan


pengatur tumbuh sitokinin dan auksin pada stek Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
lebih efektif merangsang pertumbuhan tunas dan adalah tanah gambut, pupuk kandang, batang stek
72
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 72-78

melati putih, bonggol pisang, tauge, gula merah, berdiameter 2,0-2,5 cm. Batang dipotong
air kelapa, EM4 (Effective microorganism 4) dan sepanjang 20 cm dari ujung batang. Bagian
air. pangkal stek dipotong miring (Santoso et al.,
2009).
Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Perendaman Stek Dengan POC Tauge dan
Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan Bonggol Pisang dan penanaman stek
pada masing-masing perlakuan sehingga Stek direndam dalam POC tauge dan bonggol
diperoleh 18 unit percobaan. Perlakuan yang pisang sepanjang 2 cm selama 2 jam (Kusumo,
diberikan adalah perbandingan POC tauge dan 1994). Stek yang telah direndam dalam POC tauge
POC bonggol pisang sebagai berikut : dan bonggol pisang kemudian ditanam dalam
Kontrol (tanpa pupuk organik cair) polibag yang telah diisi dengan media tanam dan
P1 (POC tauge : POC bonggol pisang 1:0) ditutup dengan plastik transparan.
P2 (POC tauge : POC bonggol pisang 1:1)
P3 (POC tauge : POC bonggol pisang 2:1) Pemeliharaan
P4 (POC tauge : POC bonggol pisang 3:1) Penyiraman stek melati putih dilakukan sekali
P5 (POC tauge : POC bonggol pisang 3:2) sehari yaitu pagi hari pukul 07.30 WIB. Gulma
yang berada disekitar stek dicabut sehingga tidak
Prosedur Kerja menghambat tumbuhnya akar stek melati putih
Persiapan Media Tanam (Wulandari, 2013).
Media tanam yang digunakan adalah campuran Pengukuran Parameter Lingkungan dan Analisis
dari tanah gambut, pupuk kandang, dengan Tanah dan POC Tauge dan bonggol pisang
perbandingan 2:1. Sebelum digunakan, media
tanaman dikeringanginkan terlebih dahulu selama Pengamatan parameter lingkungan disekitar
satu minggu, serta dibersihkan dari kayu dan sisa- tanaman serta parameter kesuburan media tanam
sisa akar tanaman (Wulandari, 2013). meliputi suhu udara (0C), kelembaban udara (%).
Analisis tanah yang dianalisis meliputi (Natrium
Pembuatan POC bonggol pisang (N), Kalium (K), Pospor (P), C-organik, pH dan
Bonggol pisang sebanyak 2 kg dicacah kemudian kandungan logam berat meliputi Arsen (As),
dimasukkan ke dalam air kelapa 2 liter, kemudian Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Cadmium (Cd) dan
diberi 1 liter EM4 dan 1 kg gula merah yang telah Timah (Sn).
dihaluskan sambil diaduk hingga homogen dalam
Parameter pertumbuhan
ember, ditutup rapat dihubungkan dengan selang
plastik ke botol berisi air sehingga proses Parameter pertumbuhan yang diukur adalah
fermentasi tetap terjaga. Waktu yang dibutuhkan jumlah daun (helai), jumlah akar, panjang akar
untuk fermentasi selama 14 hari (Purnomo, 2011; (cm), berat basah tajuk (gr), berat kering tajuk (gr),
Suhastyo, 2011). berat basah akar (gr), berat kering akar (gr) dan
persentase stek tumbuh (%).
Pembuatan POC tauge
Analisis Data
Tauge yang telah berumur 3 hari ditimbang Data hasil pengamatan variable pertumbuhan
sebanyak 2 kg, dihaluskan dengan menggunakan jumlah daun, jumlah akar,panjang akar, berat
blender sehingga didapatkan ekstrak kental, basah dan kering tajuk, berat basah dan berat
kemudian dimasukkan ke dalam ember dan kering akar dianalisis menggunakan ANOVA
ditambahkan air kelapa 2 liter, 1 liter EM4 dan 1 (Analysis of Variance) taraf uji 5% menggunakan
kg gula merah yang telah dihaluskan sambil SPSS 18. Jika terdapat beda nyata maka akan
diaduk hingga homogen. Ember ditutup rapat dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple
dihubungkan dengan selang plastik ke botol berisi Range Test) taraf uji 5% (Gaspersz, 1991).
air dan biarkan selama 5 hari untuk proses
fermentasi, lalu disaring dengan menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
kain halus (Munar et al., 2011). Hasil
Kualitas Pupuk Organik Cair (POC)
Kualitas hasil fermentasi pupuk organik cair
Pengambilan Stek Batang (POC) tauge dan bonggol pisang diuji berdasarkan
Stek batang melati diambil dari batang yang sifat fisik dan kimia. Sifat fisik yang diamati
pertumbuhannya sehat telah berkayu dan adalah warna dan aroma. Warna akhir yang
73
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 72-78

terlihat pada POC tauge hari ke-5 dan pada POC Tabel 2. menunjukkan komponen tanah yang
bonggol pisang hari ke-14 yaitu kuning dianalisis yaitu pH H2O, C-Organik dan nitrogen
kecoklatan. Sifat fisik yang diamati yaitu aroma total.
pupuk organik cair tauge dan bonggol pisang yang
beraroma khas tape. Tabel 2. Hasil Analisis Tanah
No Parameter Satuan Nilai
Tabel 1. menunjukkan komponen kimia pupuk
organik cair (POC) tauge dan bonggol pisang yang 1 pH H2O - 3,58
dianalisis yaitu nilai pH, N, P, K, C-Organik dan
2 C-Organik % 51,19
kandungan logam berat (As, Hg, Cd, Pb dan Sn).
Kualitas POC tauge dan bonggol pisang sesuai 3 Nitrogen Total % 2,23
dengan standar Peraturan Menteri Pertanian
NO:37/Permentan/SR.130/5/2010 (Permentan,
2010).
Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) Terhadap
Tabel 1. Kualitas pupuk organik cair (POC) tauge dan Pertumbuhan Stek Melati
bonggol pisang
Hasil analisis data menunjukkan bahwa
N POC Permentan
Parameter S pemberian POC tauge dan bonggol pisang hasil
o T BP 2010
1 C-Organik % 3.38 2.80 ≥4 fermentasi untuk pertumbuhan stek melati putih
2 pH 3.58 3.46 (4-8) tidak berpengaruh nyata terhadap parameter
3 C/N rasio 5,83 16,94 < 20 panjang akar (F5,12 = 2.431, P = 0. 897; ANOVA),
4 Kadar ppm jumlah akar (F5,12 = 2.697, P = 0.292; ANOVA),
logam berat basah tajuk (F5,12 = 2.761, P = 0.674;
berat ANOVA), berat kering tajuk (F5,12 = 1.971, P =
As < 0.05 < 0.05 ≤ 2.5 0.419; ANOVA) dan berat basah akar (F5,12 =
Hg < 0.02 < 0.02 ≤ 0.25 2.204, P = 0.413; ANOVA) (Tabel 3).
Pb < 0.20 < 0.20 ≤ 12.5
Cd < 0.10 < 0.10 ≤ 2.5
Sn < 0.05 < 0.05 ≤ 2.5
5 Kadar hara %
Pemberian POC tauge dan bonggol pisang
N 0.58 0.17 <2 berpengaruh nyata terhadap jumlah daun (F5,12 =
P 0.13 0.06 <2 2.466, P = 0.89; ANOVA) dan berat kering akar
K 0.99 0.94 <2 (F5,12 = 2,792, P = 0,200; ANOVA). Perbedaan
Ket : S (Satuan) jumlah daun dan berat kering akar setiap
T (Tauge) perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.
BP (Bonggol pisang)

Tabel 3. Pengaruh Pemberian POC Tauge Dan Bonggol Pisang Terhadap Panjang Akar, Jumlah Akar, Berat Basah
Tajuk, Berat Kering Tajuk Dan Berat Basah Akar
Kode Perbandingan Panjang Jumlah Akar Berat Berat Berat
komposisi Akar basah kering basah
(Tauge : Bonggol (cm) tajuk (gr) tajuk (gr) akar (gr)
pisang)
Kontrol Kontrol 11.83a 7.33a 2.07a 0.55a 1.05a
P1 (1:0) 10.00a 7.00a 1.48a 0.36a 0.67a
P2 (1:1) 10.43a 5.66a 1.69a 0.55a 0.67a
a a a a
P3 (2:1) 10.16 4.33 1.39 0.42 0.57a
P4 (3:1) 15.50a 8.33a 1.39a 0.39a 0.57a
a a a a
P5 (3:2) 11.16 7.66 1.92 0.74 1.18a
Keterangan : Angka rata-rata pada kolom yang sama ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada taraf 5%

74
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 72-78

Jumlah daun perlakuan P5 (3:2) berbeda nyata tidak berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan
dengan perlakuan P4 (3:1) namun tidak berbeda lainnya. Tanaman stek melati putih pada perlakuan
nyata dengan perlakuan P1 (1:0). Berat kering akar P5 (3:2 menghasilkan jumlah daun dan berat kering
juga menunjukkan bahwa perlakuan P5 (3:2) akar tertinggi yaitu 9,33 helai dan 0,17 gram (Tabel
berbeda nyata dengan perlakuan P4 (3:1) namun 4).

Tabel 4. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Tauge Dan Bonggol Pisang Terhadap Jumlah Daun Dan Berat Kering
Akar
Kode Perbandingan komposisi Jumlah daun Berat kering akar (gr)
(Tauge : Bonggol pisang) (helai)
Kontrol Kontrol 7.67ab 0.15ab
P1 (1:0) 8.67b 0.10ab
P2 (1:1) 3.67ab 0.11ab
P3 (2:1) 6.33ab 0.10ab
P4 (3:1) 1.33a 0.060a
P5 (3:2) 9.33b 0.17b
Keterangan : Angka rata-rata pada kolom yang sama ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada taraf 5%

Pembahasan organik sehingga meningkatkan ketersediaan unsur


hara.
Kualitas Pupuk Organik Cair (POC) Tauge dan
Bonggol Pisang
Kandungan C/N rasio terdapat pada POC bonggol
Pupuk organik cair tauge dan bonggol pisang yang
pisang 16,94 lebih tinggi dibanding tauge 5,83
difermentasi mengalami perubahan warna tua
(Tabel 1). Meskipun kandungan C/N rasio pada
kecoklatan menjadi kuning kecoklatan dan aroma
bonggol pisang lebih tinggi tetapi sudah sesuai
yang dihasilkan dari fermentasi anaerob yaitu
Standar Permentan. Komposisi POC bonggol
aroma tape. Perubahan warna dan aroma yang
pisang yang digunakan diduga memiliki
dihasilkan menandakan adanya proses fermentasi.
kandungan serat dan selulosa yang tinggi sehingga
Menurut Purwendro (2006), pupuk organik cair
kandungan C/N rasio lebih tinggi dibandingkan
dapat digunakan pada tanaman apabila tingkat
tauge. Menurut Indriani (2011), bahan POC yang
kematangannya sempurna dengan bau khas
keras dan berserat mengandung C/N rasio yang
fermentasi serta cairan yang dihasilkan berwarna
tinggi sehingga akan lebih sulit terurai.
kecoklatan.
Kandungan logam berat As, Hg, Pb, Cd dan Sn
Berdasarkan Tabel 1. menunjukkan bahwa POC memiliki kandungan logam berat yang sudah
tauge dan bonggol pisang mengandung unsur hara sesuai dengan Standar Permentan (Tabel 1).
makro POC tauge (N 0,58%, P 0,13%, K 0,99%), Kandungan logam berat dapat digunakan dan
sedangkan POC bonggol pisang (N 0,17%, P bersifat aman. Menurut Yulianto et al. (2006), efek
0,06%, K 0,94%). Kadar unsur makro NPK dalam adanya logam berat yang diserap tanaman dapat
POC tauge dan bonggol pisang tergolong tinggi berpengaruh pada respon tanaman terhadap daya
bila dibandingkan dengan POC berbahan sampah racun logam berat dalam tanah. Logam berat akan
sayur (C-Org 0,29%, N 0,03%, P 0,008% dan K masuk dalam tanah yang akan terserap akar dan
0,1%) (Latifah et al, 2013) dan berbahan tumbuhan akan disebarkan ke bagian tanaman lainnya
paku (C-Org 0,29%, N 0,04%, P 0,008% dan K sehingga akan menurunkan dan mengganggu
0,1%) (Toruan, 2015). Hal ini dapat dilihat dari kualitas pertumbuhan tanaman.
hasil analisis kadar hara pada pupuk organik cair
(Tabel 1). Bonggol pisang memiliki Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) Tauge dan
mikroorganisme yang berperan dalam Bonggol Pisang Terhadap Pertumbuhan Stek
mendekomposisi bahan organik sehingga Melati Putih
meningkatkan ketersediaan N, P dan K dalam Perlakuan POC tauge dan bonggol pisang tidak
POC. Menurut Nasahi (2010), tingginya memberikan pengaruh nyata terhadap parameter
kandungan N, P, K disebabkan perubahan aktivitas panjang akar, jumlah akar, berat basah tajuk, berat
mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan kering tajuk dan berat basah akar (Tabel 2).
75
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 72-78

Penambahan POC tauge dan bonggol pisang tidak akan menghambat pertumbuhan tanaman. Auksin
berpengaruh diduga karena tidak berimbangnya endogen yang terdapat pada tanaman sudah
antara zat pengatur tumbuh eksogen dan endogen. mencukupi sehingga pemberian auksin secara
Menurut Gunawan (1992), dibutuhkan eksogen tidak akan berpengaruh dalam
perimbangan yang tepat antara zat pengatur pembentukan akar.
tumbuh eksogen dan endogen sehingga dapat
meningkatkan atau memacu pertumbuhan Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan
tanaman. hidup stek yaitu cadangan makanan. Cadangan
makanan pada bahan stek dibutuhkan untuk
Tabel 2. menunjukkan bahwa tanpa pemberian pembentukan akar. Cadangan makanan yang ada
POC secara eksogen, POC endogen pada stek dalam bahan stek mengandung karbohidrat.
batang melati putih sudah mampu memacu Menurut Supriyanto dan Prakasa (2011),
aktivitas pemanjangan akar dan jumlah akar. kemampuan pembentukan akar yang distek
Menurut Salisbury dan Ross (1995), tanaman dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat dalam
mempunyai mekanisme kontrol terhadap bahan stek.
pemberian auksin dari luar sehingga apabila zat
pengatur tumbuh yang disintesis telah mencukupi Pemberian POC tauge dan bonggol pisang
proses metabolisme maka pemberian zat pengatur berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.
tumbuh secara eksogen tidak akan memberikan Konsentrasi (3:2) dapat memacu pembelahan sel
pengaruh terhadap pertumbuhan. pada daun (Tabel 3). Auksin dalam POC
konsentrasi (3:2) dan (1:0) diduga dapat memacu
Berat basah tajuk dan berat basah akar yang rendah kerja dalam proses pembelahan dan pembesaran sel
berhubungan dengan jumlah akar dan panjang akar serta memacu kerja sitokinin menginduksi enzim-
yang dihasilkan (Tabel 2). Pemberian POC tauge enzim yang berfungsi dalam pembelahan sel
dan bonggol pisang tidak berpengaruh terhadap tumbuh sel-sel dalam primordia daun. Menurut
jumlah akar dan panjang akar sehingga akan Salisbury dan Ross (1995), auksin dapat memacu
menghambat penyerapan air dan unsur hara. kerja giberelin dalam pemanjangan ruas-ruas
Siskawati (2013) menyatakan bahwa jumlah dan batang sehingga menyebabkan meningkatnya
panjang akar yang sedikit menyebabkan jumlah tempat tumbuh daun (nodus) pada tunas
penyerapan unsur hara, kandungan air dalam tubuh batang yang selanjutnya penambahan jumlah daun,
tumbuhan sedikit. sitokinin endogen membantu dalam proses
pembelahan sel pada nodus tempat tumbuh daun
Penyerapan air dan unsur hara yang kurang optimal dan memacu pertumbuhan tunas.
mempengaruhi proses fotosintesis, hal inilah yang
menyebabkan fotosintat yang dihasilkan rendah Pemberian POC tauge dengan konsentrasi P1 (1:0)
dan diduga menyebabkan distribusi fotosintat memberikan pengaruh nyata terhadap
menjadi tidak merata. Harjadi (1984) menyatakan pertumbuhan daun (Tabel 3). Auksin dalam
bahwa berat kering tajuk berhubungan dengan konsentrasi rendah diduga dapat berinteraksi
pertumbuhan akar dalam menyerap air dan hara dengan sitokinin endogen untuk merangsang
untuk pertumbuhan dan fotosintesis. Apabila pembelahan sel di primordia daun. George dan
pertumbuhan vegetatif tanaman terhambat dan Sherrington (1984) menyatakan bahwa auksin
unsur hara yang diserap sedikit akan yang dalam jumlah rendah dapat berinteraksi
mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta laju dengan zat pengatur tumbuh endogen untuk proses
fotosintesis menjadi tidak optimal sehingga berat pembelahan sel. Auksin yang terkandung dalam
kering tajuk rendah. POC tauge memberikan pengaruh dalam
pertumbuhan daun karena dalam POC tauge
Pemberian POC tauge dan bonggol pisang tidak terkandung mineral seperti magnesium. Menurut
memberikan pengaruh terhadap persentase hidup Amilah dan Astuti (2006), pemberian tauge yang
stek sebesar 100%. Hal ini disebabkan oleh auksin mengandung mineral seperti magnesium dapat
endogen yang terdapat pada tanaman sudah cukup membantu dalam pembentukan daun. Magnesium
sehingga pemberian auksin secara eksogen tidak sangat berperan dalam pembentukan klorofil yang
berpengaruh terhadap persentase hidup stek. diperlukan dalam proses fotosintesis yang
Kusumo (1994) menyatakan bahwa konsentrasi menghasilkan karbohidrat yang dibutuhkan
auksin yang cukup akan mendorong pertumbuhan tanaman sebagai sumber energi untuk
tanaman, sementara pada konsentrasi yang tinggi pertumbuhan tanaman.
76
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 72-78

Perlakuan konsentrasi P4 (3:1) menunjukkan Faktor lingkungan yang mempengaruhi


jumlah daun yang sedikit (Tabel 3). Hal ini diduga pertumbuhan tanaman melati putih yaitu suhu
POC tauge dan bonggol pisang yang ditambahkan udara dan kelembaban tanah. Suhu udara pada saat
sebagai auksin eksogen belum mampu berinteraksi penelitian berkisar antara 29-310C dan kelembaban
dengan auksin endogen untuk mencapai tanah berkisar antara 80-82%. Suhu udara dan
perimbangan yang tepat untuk pertumbuhan. kelembaban tanah saat penelitian sudah sesuai dan
Menurut Zulkarnaen (2009), pemberian auksin mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman.
eksogen dalam jumlah yang tidak seimbang dengan Menurut Rukmana (1997), suhu udara yang
auksin endogen akan menghambat pembelahan sel- mendukung pertumbuhan stek melati berkisar 28-
sel meristem terutama sel primordia daun. 360C dan kelembaban tanah berkisar antara 50-
80%.
Pemberian POC tauge dan bonggol pisang
berpengaruh nyata terhadap berat kering akar. Media tanam yang digunakan juga mendukung
Berat kering akar tertinggi diperoleh pada proses pertumbuhan tanaman melati putih. Media
perlakuan P5 (3:2) yaitu 0,17 gram (Tabel 3). tanam yang memiliki ketersediaan air dan unsur
Pemberian POC tauge dan bonggol pisang dapat hara yang baik akan memacu tanaman dalam
meningkatkan penyerapan air dan unsur hara proses fotosintesis sehingga menghasilkan
sehingga fotosintesis menjadi optimal. Auksin fotosintat yang banyak. Berdasarkan analisis tanah
dapat meningkatkan bahan organik dari daun ke kandungan C-organik untuk pertumbuhan stek
seluruh organ tumbuhan sehingga akan mendorong melati putih cukup baik yaitu 51,19% (Tabel 2).
pembentukan akar. Berat kering akar erat Hal ini menunjukkan kandungan C-organik pada
kaitannya dengan jumlah daun yang dihasilkan. tanah sudah sesuai dan dapat mendukung untuk
Menurut Hartman dan Kester (1981), jumlah daun pertumbuhan melati putih. Menurut Andriesse
yang banyak menyebabkan laju fotosintesis yang (1998), kandungan C-organik tanah berkisar antara
tinggi sehingga menyebabkan fotosintat menjadi 12-60%.
optimal. Fotosintat yang terakumulasi di akar
mengakibatkan berat kering akar meningkat karena
biomasa akar lebih banyak terbentuk sehingga pada DAFTAR PUSTAKA
akhirnya laju pertumbuhan perakaran akan tinggi.
Amilah, & Astuti, Y, 2006, Pengaruh Konsentrasi
Kandungan unsur hara N, P, K yang tinggi mampu Ekstrak Taoge Dan Kacang Hijau Pada Media
memacu pertumbuhan berat kering akar perlakuan Vacin And Went (Vw) Terhadap Pertumbuhan
P5 (3:2) karena memiliki kemampuan dalam Kecambah Anggrek Bulan (Phalaenopsis
amabilis, L). Jurnal Bulletin Penelitian , no.09
menyerap air dan unsur hara. Menurut Pangaribuan
, hal 78-96
(2012), unsur P dapat merangsang pertumbuhan
akar sehingga dapat menyerap air dan hara yang Andriesse, JP, 1998, Nature and Management of
terkandung dalam tanah. Unsur hara N berperan Tropical Peat Soils, FAO Soils Bull, Rome
dalam merangsang pertumbuhan vegetatif Duaja, MD, Gusniwati, ZF & Salim, H, 2012. Pengaruh
tanaman, sedangkan Duaja et al. (2012) Jenis Pupuk Cair Terhadap pertumbuhan dan
mengatakan bahwa unsur K berperan dalam hasil dua var selada (Lactuca sativa.L), Jurnal
transport fotosintat ke bagian akar. Bioplantae, vol 1, no 3, hal 155-159
Djamhuri, E, 2011, Pemanfaatan Air Kelapa untuk
Peningkatan berat kering akar (Tabel 3) tidak Meningkatkan Pertumbuhan Stek Pucuk
sejalan dengan berat kering tajuk (Tabel 2). Hal ini Meranti Tembaga (Shorea leprosula), Jurnal
diduga tidak diperoleh perimbangan antara Silvikultur Tropika, Vol 02, Hal 5-8
interaksi auksin dan sitokinin sehingga sitokinin Gaspersz, V, 1991, Metode Perancangan Percobaan ,
dalam mendistribusikan fotosintat menjadi tidak Armico, Bandung
merata dan lebih mengarah kebagian akar
dibandingkan pada bagian tajuk. Sedangkan George, EF & Sherrington, PD, 1984, Plant
Menurut Salisbury dan Ross (1995), apabila Propagation by Tissue Culture, Handbook and
Directory of Comercial Laboratoryes, Easter
hormon auksin sebanding dengan sitokinin maka
Press, England
auksin dan sitokinin akan mendistribusikan
fotosintat secara merata ke bagian tubuh tumbuhan. Gunawan, 1992, Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta
77
Protobiont (2017) Vol. 6 (1) : 72-78

Hadisuwito, S,2012, Membuat Pupuk Organik Cair, Santoso, BB, Hariyadi, Purwoko, BS, 2009,
Agromedia Pustaka, Jakarta Pertumbuhan Bibit Jarak Pagar Asal Biji dan
Stek pada Berbagai Macam Media Pembibitan,
Harjadi, SS, 1984, Pola Pertumbuhan Tanaman,
Jurnal Ilmiah Budidaya Pertanian, vol 2 no 2,
Gramedia, Jakarta
hal 138- 148
Hartman, HT & Kester, DE 1981, Plant Propagation,
Sari, DN, Kurniasih, S, & Rostikawati, RT, 2012,
Principles and Practices. 4th edition, Prentice
Pengaruh Pemberian Mikroorganisme Lokal
Hall Inc, Englewood Clifs, New Jersey
(MOL) Bonggol Pisang Nangka terhadap
Indriani, YH, 2011, Membuat Kompos Secara Kilat, Produksi Rosella (Hibiscus sabdariffa)
Penebar Swadaya, Yogyakarta Program Studi Pendidikan Biologi,
Skripsi(Jurnal) Fakultas Keguruan
Kafrawi, 2007, Pertumbuhan Setek Lada (Piper nigrum
L.) Yang Distimulir Dengan Hormon Tumbuh Siskawati, E, Linda, R, & Mukarlina,2013,
Pada Berbagai Media Tanam Organik, Jurnal Pertumbuhan Stek Batang Jarak Pagar (
Agrisistem, vol 3, no 2 Jatropha curcas L),Dengan Perendaman
Larutan Bawang Merah (Allium cepa L), dan
Kusumo, 1994, Zat Pengatur Tumbuh, CV Yasaguna, IBA (Indol Butyric Acid), Jurnal Protobiont ,
Jakarta
vol 2, no 3, hal 167-170
Latifah, NL, Winarsih, & Rahayu, YS, 2013,
Suhastyo, AA, 2011, Studi Mikrobiologi dan Sifat Kimia
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai Bahan
Mikroorganisme Lokal yang Digunakan pada
Pupuk Cair untuk Pertumbuhan Tanaman
Budidaya Padi Metode SRI (System of Rice
Bayam Merah (Alternanthera ficoides), Jurnal Intensification), Tesis, Sekolah Pascasarjana,
Lentera Bio vol. 1 no. 3 hal. 139–144 Institut Pertanian Bogor, Bogor
Munar,A, Lubis,A, Yaksan, A, Ryantika,A, Khairunnas,
Supriyanto, & Prakasa, KE, 2011, Pengaruh Zat
Tarigan,J, 2011, Kajian Ekstrak Tunas Bambu
Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap
Dan Tauge Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada
Blume, Jurnal Silvikultur Tropika, vol 3, no 1,
Pembibitan Pre Nursery, Jurnal Agrium, Vol. hal 59-65
16 , No. 3
Toruan, SM, Crisna, L, Mukarlina, & Lovadi, I, 2015,
Nasahi, C, 2010, Peran mikroba dalam pertanian
Pertumbuhan Bayam Kuning (Amaranthus
organik [Karya Ilmiah], Jurusan Hama dan
blitum) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair
Penyakit Tumbuhan Fakutas Pertanian
Tumbuhan Paku Acrostichum aureum,
Universitas Padjadjaran, Bandung Nephrolepis biserrata, dan Stenochlaena
Pangaribuan, DH, 2012, Pengaruh Pupuk Organik palustris, Jurnal Protobiont, vol 4, no 1, hal
Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi 190-196
Sayuran Kangkung, Bayam dan Caisim,
Wulandari, RC, Linda,R, & Mukarlina, 2013,
Prosiding Seminar Nasional PERHOTI 2012
Pertumbuhan Stek Melati Putih (Jasminum
Permentan, 2010, Peraturan Menteri Pertanian sambac (L) W. Ait.) Dengan Pemberian Air
No,37/Permentan/SR,130/5/201 Kelapa Dan IBA (Indole Butyric Acid ),Jurnal
Protobiont vol. 2, no. 2, hal. 39 – 43
Purba, ESL, 2000, Wangi melati membawa hoki, Jurnal
Komoditas vol 17, no 2, hal 52-53 Yulianto, BA & Triono, A, 2006, Daya Serap Rumput
Laut (Gracilaria sp) Terhadap Logam Berat
Purnomo,D, Yunus, A, Budiastuti, S, 2011, Budidaya Tembaga (Cu) sebagai Biofilter, Jurnal Ilmu
Padi Berwawasan Lingkungan Dengan Metode Kelautan, vol 2, hal 72-78
System Of Rice Intensiication (Sri) Dan
Penggunaan Pupuk Organik Cair, Jurnal Zulkarnaen, 2009, Kultur Jaringan Tanaman, Solusi
Ekosains, vol, 3, no 1 Perbanyakan Tanaman Budi Daya, Bumi
Aksara, Jakarta
Purwendro, D & Nurhidayat T, 2006, Pembuatan Pupuk
Cair, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Rismunandar, 1992, Hormon Tanaman Dan Ternak,
Penebar Swadaya, Jakarta
Rukmana, R, 1997, Usaha Tani Melati, Kanisius,
Yogyakarta
Salisbury, FB. & Ross, CW, 1995, Fisiologi Tumbuhan,
Jilid 1, Edisi Keempat, Penerbit ITB, Bandung

78

You might also like