Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
This study aims to know the effect of local fruit microorganisms on growth and lettuce
yield. The method used in this research was by using Randomized Block Design with treatment of
local microorganisms of fruits on lettuce crop consisting of seven levels and repeated 3 times to get
21 units of experiment. Seven treatment dosage levels are: K0 = Without microorganism, K1 = 1L /
5L Water (200 ml), K2 = 1L / 10L Water (66 ml), K3 = 1L / 15L Water (66 ml), K4 = 1L / 20L
Water (50 ml), K5 = 1L / 25L Water (40 ml) and K6 = 1L / 30L Water (33 ml). Parameters
observed were Plant Height, Total Leaf, Total Fresh Weight and Dry Plant Weight. From the results
of research on the influence of local microorganisms of fruits on the growth and yield of lettuce
plants, the concentration of liquid fertilizer of local fruits microorganisms provide a real effect on
the growth and yield of lettuce plants. The treatment of liquid fertilizer local fruits microorganisms
with a concentration of 10% yielded the highest plant height, highest number of leaves, wet weight
and highest dry weight.
ABSTRAK
Tabel 1. Pengaruh Mikroorganisme Lokal Buah-buahan Terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm).
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
K0 7.67 c 10.33 c 13.00 c 17.00 d
K1 9.33 bc 12.00 bc
16.33 b 20.00 bc
K2 13.00 a 15.67 a
20.00 a 24.67 a
K3 11.33 ab 13.67 ab 18.33 ab 21.00 bc
K4 10.67 ab 13.00 abc
16.33 b 18.67 cd
K5 12.00 ab 14.33 ab
18.67 ab 22.33 ab
K6 11.00 ab 13.67 ab 17.33 ab 20.00 bc
BNJ
2.93 3.02 3.09 2.69
0,05
130
Perlakuan ini tidak berbeda dengan rata-rata terbanyak yaitu 8,33 helai daun,
perlakuan 66,6% (K3), 5% (K4), 4% (K5), tidak berbeda dengan pemberian pupuk
dan 33,3% (K6) MOL, namun berbeda dengan pada konsentrasi 66,6% (K3) dan 4% (K5)
perlakuan tanpa pupuk dan 20 % (K1). namun berbeda dengan tanpa pemberian
Pada pengamatan 3 MST, pupuk cair MOL pupuk, 20% (K1), 5% (K4) dan 33,3% (K6).
buah-buahan dengan konsentrasi 10% (K2) Pada pengamatan 3 MST, pemberian pupuk
menghasilkan rata-rata tertinggi 20,00 cm. organik cair MOL 10% (K2) memberikan
Perlakuan ini tidak berbeda dengan hasil rata-rata jumlah daun terbanyak yaitu
perlakuan 66,6% (K3), 4% (K5), 33,3% (K6) 11,00 helai daun, tidak berbeda dengan
MOL, namun berbeda dengan perlakuan pemberian pupuk organik cair MOL pada
tanpa pupuk, 20% (K1) dan 5% (K4) Pada konsentrasi 66,6% (K3) dan 4% (K5),
pengamatan terakhir 4 MST, untuk namun berbeda dengan tanpa pemberian
perlakuan pemberian pupuk cair MOL pupuk, 20% (K1), 5% (K4) dan 33,3% (K6).
dengan konsentrasi 10% (K2) menghasilkan Pada pengamatan 4 MST, pemberian pupuk
rata-rata tertinggi 24,67 cm. perlakuan ini organik cair MOL 10% (K2) menghasilkan
tidak berbeda dengan perlakuan 5% (K5) rata-rata jumlah daun terbanyak yaitu 14,00
namun berbeda dengan perlakuan tanpa helai daun, tidak berbeda dengan pemberian
pupuk, 20% (K1), 66,6% (K3), 5% (K4) dan pupuk organik cair pada konsentrasi 66,6%
33,3% (K6). (K3) dan 4% (K5) namun berbeda dengan
tanpapemberian pupuk, 20% (K1), 5% (K4)
Jumlah Daun Tanaman Selada.
dan 33,3% (K6).
Perubahan jumlah daun tanaman akibat
pemberian mikroorganisme lokal buah- Berat Segar Total Tanaman Selada.
buahan dapat dilihat pada Tabel 2. Perubahan berat segar total tanaman akibat
Berdasarkan Tabel 2, menunjukan pemberian mikroorganisme lokal buah-
bahwa jumlah daun tanaman selada pada buahan dapat dilihat pada Tabel 3.
pengamatan 1 MST, dengan pemberian Berdasarkan Tabel 3, Uji BNJ 0,05
pupuk organik cair MOL 10% (K2) menunjukan hasil dari berat segar total
menghasilkan rata-rata terbanyak yaitu 4,67 tanaman selada, pemberian pupuk organik
helai daun, tidak berbeda dengan pemberian cair dengan konsentrasi 10% (K2)
pupuk pada konsentrasi 20% (K1), 66,6% menghasilkan rata-rata tertinggi yaitu 55,43
(K3) dan 4% (K5), namun berbeda dengan gram, tidak berbeda dengan konsentrasi
tanpa pemberian pupuk, 5% (K4) dan 33,3% 20% (K1) dan 4% (K5), namun berbeda
(K6). Pada pengamatan 2 MST, pemberian dengan pemberian pupuk, konsentrasi
pupuk organik cair MOL 10% (K2) memiliki 66,6% (K3), 5% (K4) dan 33,3% (K6).
131
Tabel 3. Pengaruh Mikroorganisme Lokal jumlah daun pada umur 2, 3 dan 4 MST.
Buah-buahan Terhadap Berat Total Pupuk organik cair MOL dengan
Segar Tanaman (g). konsentrasi 10 % (K2) menghasilkan rata-
Perlakuan Rata-rata rata tertinggi pada pengukuran tinggi
K0 32.43 d tanaman dan jumlah daun. Hal ini
K1 47.73 ab disebabkan karena pupuk organik cair MOL
K2 55.43 a pada konsentarsi 10% (K2) menunjukkan
K3 42.95 bcd adanya kebutuhan unsur hara makro dan
K4 35.72 cd unsur hara mikro yang diperlukan oleh
K5 47.86 ab tanaman selada sesuai untuk kebutuhan.
K6 41.28 bcd
Unsur hara yang berperan untuk
BNJ 0,05 9.64
menunjang pertumbuhan tinggi total
tanaman salah satunya adalah nitrogen (N).
Tabel 4. Pengaruh Mikroorganisme Lokal Menurut Syaifudin (2010) MOL buah-buahan
Buah- buahan Terhadap Berat mengandung bakteri pemicu pertumbuhan
Kering Tanaman (g). tanaman dan bakteri lain yang akan membantu
Perlakuan Rata-rata meningkatkan fiksasi nitrogen bebas. Nitrogen
K0 7.33 d sangat penting dalam tumbuhan karena
K1 9.00 bc nitrogen berfungsi untuk meningkatkan
K2 11.00 a pertumbuhan tanaman, meningkatkan kadar
K3 9.67 abc protein dalam tanah, meningkatkan tanaman
K4 9.00 bc penghasil dedaunan seperti sayuran dan
K5 10.00 ab rerumput perkembangbiakan mikroorganisme
K6 8.33 cd dalam tanah (Purwasasmita, 2009).
BNJ 1.6 Menurut Kurniawan (2014) unsur
hara nitrogen (N) dibutuhkan dalam jumlah
Berat Kering Tanaman Selada. besar pada setiap tahap pertumbuhan
Perubahan berat kering tanaman akibat tanaman, khususnya pembentukan tunas,
pemberian mikroorganisme lokal buah- perkembangan batang dan daun. Pada
buahan dapat dilihat pada Tabel 4 perlakuan pupuk cair MOL 10% (K2)
Berdasarkan Tabel 4, hasil dari Uji dimungkinkan mendapatkan kebutuhan N
BNJ 0,05 menunjukan dari berat kering optimal yang dapat meningkatkan aktivitas
tanaman selada, pemberian pupuk organik fotosintesis sehingga dapat meningkatkan
cair dengan konsentrasi 10% (K2) fotosintat tanaman. Fotosintat selanjutnya
menghasilkan rata-rata tertinggi yaitu 11.00 akan ditranslokasikan ke bagian meristem,
gram tidak berbeda dengan pemberian dan pada meristem akan terjadi pembelahan
pupuk organik cair MOL pada konsentrasi dan pemanjangan sel sehingga akan
66,6% dan 4% namun berbeda dengan menyebabkan tanaman bertambah tinggi
konsentrasi tanpa pemberian pupuk,, 20%, dan besar. Menurut (Ahmad 2013) Mol
5% dan 33,3%. buah-buahan mengandung unsur N dan P
Hasil analisis statistik menunjukkan yang agak berimbang sangat baik untuk
bahwa pemberian pupuk organik cair pertumbuhan vegetatif tanaman karena
MOL memberikan pengaruh terhadap mengandung karbohidrat yang terdapat
tinggi tanaman pada umur 3 dan 4 MST. pada air cucian beras, gula pasir dan buah-
Sedangkan pada umur 2 MST belum buahan sebagai sumber mikroorganisme.
menunjukkan adanya pengaruh. Pada Nitrogen merupakan penyusun zat hijau
pengamatan jumlah daun analisis statistik daun (klorofil), protein dan lemak.
menunjukkan bahwa pupuk organik cair Penambahan nitrogen dalam
MOL memberikan pengaruh terhadap bercocok tanam selain bisa diperoleh dari
132
pupuk anorganik juga dapat diperoleh dari berat kering tanaman pada konsentrasi 10%
pupuk limbah berbagai jenis ternak (K2) juga menghasilkan rata-rata tertinggi.
(Kompos) dan pupuk organik cair (MOL). Hal ini disebakan semakin tinggi tanaman
Kotoran sapi berpotensi dijadikan kompos maka semakin banyak jumlah daun dan
karena memiliki kandungan kimia sebagai semakin subur tanaman maka berat basah
berikut : nitrogen 0,4 1%, phosphor 0,2 – tanaman juga akan semakin tinggi. Pada
5%, kalium 0,1 – 1,5%, kadar air 85 – 92% tanaman selada dengan konsentrasi 10%
dan beberapa unsur-unsur lain. (K2) banyak terdapat tunas baru sehingga
Bahan tambahan pada pembuatan dapat meningkatkan berat basah tanaman.
kompos yang berbahan baku kotoran sapi Menurut Sahari (2007), tanaman dengan
sangat baik digunakan dalam budidaya kandungan N yang lebih tinggi memiliki
sayuran karena kompos ternak sapi selain daun yang lebar dengan warna daun yang
dapat memenuhi kebutuhan unsure hara lebih hijau sehingga fotosintesis berjalan
juga dapat memperbaiki sifat fisik lebih baik. Hasil dari fotosintesis digunakan
tanah yang mempermudah perkembangan untuk perkembangan dan pertumbuhan
tanaman sehingga hasilnya akan lebih baik. tanaman, antara lain pertambahan ukuran
Kompos kotoran ternak sapi merupakan dan tinggi tanaman, pembentukan cabang
salah satu langkah kesuksesan bagi petani dan daun baru, yang diekspresikan dalam
lahan kering (Wiskandar, 2002). bobot kering tanaman. Semakin tinggi
Namun untuk menghasilkan kompos fotosintat yang ditranslokasikan sehingga
yang baik memerlukan bahan tambahan, bobot kering tanaman meningkat.
karena pH kotoran sapi 4,0 – 4,5 atau terlalu Lakitan (2002) menyatakan bahwa
asam sehingga mikroba yang mampu hidup tinggi rendahnya bahan kering tanaman
terbatas. Bahan tambahan yang mudah tergantung dari banyak atau sedikitnya
didapat dari lokasi penelitian antara lain : serapan unsur hara oleh akar yang
serbuk gergajian kayu, sekam dan rumput. berlangsung selama proses pertumbuhan.
Sekam padi mengandung karbon Menurut Sugeng (2005) jika fotosintesis
yang tinggi. Sekam padi memiliki kadar air berlangsung dengan baik maka tanaman
yang relative kecil (Murbandono, 1995). akan tumbuh dengan baik dan akar akan
Menurut Suharno (1979), sekam padi berkembang dengan baik pula sertadi ikuti
memiliki kandungan kadar air, protein, dengan peningkatan berat kering tanaman.
lemak, serat, abu dan karbohidrat. Dilihat Menurut Dewi (2008), Giberelin memiliki
dari kandungan kimianya, sekam padi fungsi utama yaitu mendorong perkembangan
berpotensi untuk digunakan sebagai bahan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan
tambahan pembuatan kompos. batang dan pertumbuhan daun, mendorong
Pemupukan nitrogen dapat pembungaan dan perkembangan buah,
merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi
(pembentukan daun dan tinggi tanaman) akar. Produksi tanaman biasanya lebih
(Sastradihardja, 2011). Sedangkan unsur akurat bila dinyatakan dalam ukuran berat
hara P berperan dalam pertumbuhan dan kering daripada berat basah, karena berat
perkembangan akar, dan pemupukan basah sangat dipengaruhi oleh kelembaban
dengan pupuk yang kaya akan unsur hara (Lestari dkk,2008).
K membantu pembentukan protein dan Pertumbuhan tanaman yang baik
mineral serta meningkatkan ketahanan dapat menjadi harapan bagi hasil yang akan
tanaman terhadap kekeringan ataupun diperoleh. Dengan pertumbuhan yang
serangan hama dan penyakit (Purwa, 2009). optimal ditunjang oleh faktor-faktor
Sejalan dengan pengukuran tinggi lingkungan yang baik di atas maupun di
tanaman dan pengamatan jumlah daun, hasil dalam tanah maka hasil yang diperoleh
analisis pada berat total segar tanaman dan dapat optimal. Hal ini menunjukan adanya
133
hubungan erat antara parameter pertumbuhan Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
dan hasil, dimana bertambahnya tinggi Bogor. Bogor.
tanaman akan diikuti bertambahnya jumlah Dewi, Intan R. 2008. Peranan dan Fungsi Fiti
daun. Hal ini dikarenakan jumlah daun yang hormon bagi Pertumbuhan Tanaman. .Jurnal
banyak dapat menghasilkan fotosintesis Gamma Vol.5 No.7 40-45
lebih banyak. Arifa (2013) menyatakan
Haryanto. E. Suhartini, T. Rahayu E. danSunarjono,
bahwa semakin banyak jumlah daun maka H. 2003. Selada dan Sawi Organik. .Penebar
fotosintesis yang terjadi dapat lebih efektif Swadaya. Jakarta.
dan fotosintesis yang dihasilkan dapat lebih
banyak dan selanjutnya akan berpengaruh Kurniawan, Agus, Listiatie Budi Utami. 2014.
terhadap hasil tanaman. “Pengaruh Dosis Kompos Berbahan Dasar
Campuran Feses dan Cangkang Telur Ayam
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam
KESIMPULAN DAN SARAN Cabut (Amaranthus tricolor L.) Sebagai
Sumber Belajar Biologi SMA Kelas XII”.
Kesimpulan JUPEMASI-PBIO. Vol. 1 No. 1. Hal 69.
Berdasarkan hasil penelitian tentang Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.
pengaruh mikroorganisme lokal buah- Jakarta : Raja GrafindoPersada.
buahan terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman selada diperoleh kesimpulan Lestary, G.W. Solichatun danS ugiyarto. 2008.
Pertumbuhan, Kandungan Klorofil dan
bahwa: Laju Respirasi Tanaman Garut
1. Konsentrasi pupuk cair MOL (Marantaarundinacea L.). Setelah Pemberian
Asam Giberalat (GA3). JurnalBioteknologi 5
memberikan pengaruh nyata terhadap (1) Hal. 4-8.
pertumbuhan dan hasil tanaman selada.
2. Perlakuan pupuk cair MOL dengan Murbandono. L. 1995. Membuat kompos.Jakarta
konsentrasi 10% menghasilkan tinggi Penebar Swadaya.
tanaman tertinggi, jumlah daun
Musnamar. E.I. 2003. Pupuk Organik Seri Agri
terbanyak, berat basah dan berat kering Wawasan. Penebar Swadaya. Bogor.
tertinggi.
Pracaya. 2002. Bertanam Sayuran Organik Di
Saran Kebun, Pot dan Polibag. Penebar Swadaya,
Diharapkan setelah percobaan ini Jakarta.
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Purwa, D. R., 2009. Petunjuk pemupukan. Jurnal
dengan menggunakan selada dari varietas Agriceca 3 No. 4 Hal. 7-11.
lain, dengan konsentrasi lebih dari
konsentrasi yang telah dicobakandan media Purwasasmita, M. 2009. Mikroorganisme Lokal
tanamnya (kompos) harus lebih kaya nutrisi Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan.
dan berkualitas baik. Rubatzkydan Yamaguchi. 1998. Plant Physiology.
Springer. Jepang. 629.
DAFTAR PUSTAKA
Sahari, P. 2007. Pengaruh Jenis dan Pupuk Kandang
Ahmad. 2013. Mikroorganisme Lokal, Solusi Bagi dan Hasil Tanaman Krokot Landa
Petani. diakses 20 September 2016 Pada (Talinumtriangulare Wiild). JurnalAgriceca 7
Situshttp://isroi.wordpress.com. No. 1 Hal. 2-5.
Arifa, S.M., 2013. Aplikasi Macam dan Dosis Pupuk Sastradihardja, S., 2011. Praktis Bertanam selada
Kandang Pada Tanaman Kentang. Jurnal dan Andewi Secara Organik.Angkasa,
Gamma Vol.8 No.2 80-85 Bandung.
Darwis SN, Indo M, danHasiyah S. 1992. Teknologi Sugeng, W. 2005. Kesuburan Tanah (Dasar-Dasar
Fermentasi. Rajawali-Press. Jakarta. Kesehatan dan Kualitas Tanah). Jurnal
Digunakan pada Budidaya Selada. Tesis. Gamma Vol.15 No.2 45-4
134
Suharno, 1979. Peluang Abu Sekam. balai Penelitian Syaifuddin, Achmad, Leny Mulyani, dan Endang
Pasca Pertanian.. balipasca2001@hotmail.com. Sulastri. 2010. “Pemberdayaan Mikroorganisme
Lokal Sebagai Upaya Peningkatan
Kemandirian Petani”. Jurnal Bioteknologi 9
Suhastyo, A. A. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat (3) Hal. 17-23.
Kimia Mikroorganisme Lokal yang
Digunakan pada Budidaya Selada. Jurnal Wiskandar, 2002. Peran pupuk kandang untuk
Bioteknologi 3 (7) Hal. 6-10. memperbaiki sifat fisik tanah di lahan kritis
yang telah diteras.Kongres Nasional VII.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yunizar. 2000. Peluang dan Kendala Penerapan
Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Pertanian Organik di Provinsi Riau.
Swadaya. Yogyakarta. JurnalBioteknologi 4 (2) Hal. 4-8
.
135