Professional Documents
Culture Documents
Volume 9, Nomor 2
Analysis Of Microbial In Liquid Fertilizer And Application Of Organic Waste Plant Packcoy
(Brassica Chinensis L.)
Suanto
ABSTRACT
The growing pile of garbage if left unchecked will threaten public health and the environment
against pollution from land, air and water. The presence of litter and correlated with the amount of
human activity, so how the existence of such waste can be seen as a useful resource to be able to
participate resolve other problems besides the problems posed by the piles of garbage itself, such
as a source of useful organic liquid fertilizer for plants and land. The purpose of the study tested
formula of organic liquid fertilizer and its application to plant pakcoy. Implementation begins with
the manufacture of liquid fertilizer using organic waste, then fermented and applied to the crop.
The observed variables include: Variable in the process of making liquid fertilizer (type, weight,
power material shrinkage, temperature, color, pH and odor liquids) .Variabel nutrient content of
the liquid manure (microbial type, percentage of organic C, BO, N, P , K, Ca, Mg, and C / N ratio
and Fe in ppm). While variable plants (plant height, leaf number, leaf area, fresh weight and dry
plant). The results showed that the waste liquid organic fertilizer derived microbes Azotobacter sp
the number of x106 and Aspergillus sp 9:10 to 1:55 x amount 106rpm / ml and 9 kinds of helpful
nutrients for plants. and obtained the highest fresh weight in administration of 35 ml / l of water
and given 3 days
ABSTRAK
Semakin besarnya tumpukan sampah jika dibiarkan akan mengancam kesehatan masyarakat dan
pencemaran terhadap lingkungan baik di darat, udara maupun di air. Keberadaan sampah berkorelasi
dengan jumlah dan aktivitas manusia, sehingga bagaimana keberadaan sampah tersebut dapat dilihat sebagai
sumber daya yang bermanfaat untuk dapat ikut menyelesaikan permasalahan lain selain permasalahan
yang ditimbulkan oleh tumpukan sampah itu sendiri, diantaranya sebagai sumber pupuk cair organik yang
bermanfaat bagi tanaman dan lahan. Tujuan penelitian menguji formula pembuatan pupuk cair organik dan
aplikasinya terhadap tanaman pakcoy. Pelaksanaan diawali dengan pembuatan pupuk cair yang menggunakan
limbah organik, kemudian difermentasi dan diaplikasikan terhadap tanaman. Adapun variabel yang diamati
meliputi: Variabel dalam proses pembuatan pupuk cair (jenis, bobot, daya susut bahan, suhu, warna, pH
dan bau cairan) .Variabel kandungan nutrient pada pupuk cair (Jenis mikroba, persentase C organik, BO,
N,P,K,Ca,Mg, dan rasio C/N serta Fe dalam ppm). Sedangkan variabel tanaman (tinggi tanaman, jumlah
daun, luas daun, bobot basah dan kering tanaman). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk cair limbah
organik didapat jenis mikroba Azotobacter sp dengan jumlah 9.10 x106 dan Aspergillus sp dengan jumlah
1.55 x 106rpm/ml serta 9 macam nutrien bermanfaat bagi tanaman. dan didapat bobot segar yang tertinggi
pada pemberian 35 ml/l air dan diberikan 3 hari sekali
.
Kata Kunci : Pupuk cair limbah organik , konsentrasi dan frekuensi
Analisis Mikroba Pada Cairan Sebagai Pupuk Cair Limbah Organik Dan Aplikasinya Terhadap 77
Tanaman Pakcoy (Brassica Chinensis L.)
Suanto JURNAL GAMMA, ISSN 0216-9037
78 Maret 2014: 77 - 94
Versi online / URL:
Volume 9, Nomor 2
yang dihasilkan dari sampah organik dalam air. Secara kimiawi meningkatkan daya
bentuk padat memang banyak. Namun, sangga tanah terhadap perubahan pH,
jarang yang berbentuk cair, padahal pupuk meningkatkan kapasitas tukar kation,
organik cair ini lebih praktis digunakan, menurunkan ksasi P dan sebagai reservoir
proses pembuatannya relatif mudah, dan unsur hara sekunder dan unsur mikro. Secara
biaya pembuatan yang dikeluarkan juga tidak biologi, merupakan sumber energi bagi
terlalu besar. mikroorganisme tanah yang berperan penting
Sama seperti limbah organik padat, dalam proses dekomposisi dan pelepasan
limbah organik cair banyak mengandung unsur unsur hara dalam ekosistem tanah (Sanchez,
hara makro dan mikro serta bahan organik 2008)
lainnya. Penggunaan pupuk dari limbah ini Pada penelitian ini pupuk cair yang
dapat membantu memperbaiki struktur dan terbuat dari limbah organik berasal dari limbah
kualitas tanah. Menurut FNCA Biofertilizer sayuran di pasar kemudian ditambahkan
Project Group. (2006), sebuah penelitian dengan pupuk kandang 30 % serta cairan
di Cina menunjukkan penggunaan limbah decomposer dimana jumlah sel per ml 108,
cair organik mampu meningkatkan produksi , diaplikasikan terhadap tanaman pokcay,
pertanian 11% lebih tinggi dibandingkan dengan pertimbangan selain nilai ekonomi,
dengan menggunakan bahan organik lain. teknis, umur relative pendek dan kandungan
Bahkan di Cina, penggunaan pupuk kimia hara yang berasal dari limbah organik sayuran
sintetik untuk pupuk dasar mulai tergeser diduga juga akan dapat memenuhi hara yang
dengan keunggulan pupuk organik cair. dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi
Hasil penelitian lain menunjukkan pokcay. Namun demikian dugaan ini masih
bahwa pengaruh interaksi antara konsentrasi perlu pembuktian karena informasi tentang
dan waktu penyemprotan pupuk organik cair ini masih sangat kurang.
Super ACI berbeda nyata terhadap tinggi Mengingat kandungan hara pada
tanaman pada umur 14, 28 dan 42 hari setelah bahan organik dilepaskan lebih rendah dan
tanam, umur tanaman saat keluar bunga dilepaskan secara perlahan sehingga agar
jantan dan bunga betina, umur tanaman saat kebutuhan tanaman pakcoy terpenuhi maka
panen, panjang tongkol, diameter tongkol, perlu kajian tentang konsentrasi yang berbeda
berat tongkol, dan produksi tongkol pada dan frekuensi pemberian yang berulang
tanaman jagung (Rahmi dan Jumiati, 2007). dengan harapan didapat pertumbuhan dan
Sedangkan hasil penelitian Armada (2012), hasil tanaman pakcoy secara maksimal.
penggunaan pupuk cair berpengaruh terhadap Dari uraian di atas maka yang menjadi
pertumbuhan tanaman pakcoy. rumusan permasalahan dalam penelitian ini
Pe ma n f aat pu p u k o r g an i k cai r adalah :
merupakan salah satu cara untuk memperbaiki • Kandungan nutrisi apa saja didalam
kualitas lahan, meskipun kandungan hara pupuk organik cair yang dibuat dari
dari bahan organik umumnya lebih rendah campuran limbah organik (limbah
dibandingkan pupuk kimia. Sebagai contoh sayuran sawi, kubis, wortel, pahitan,
unsur hara makro dari sisa tanaman berkisar pelepah pisang 65% ) + pupuk kandang
antara 0,7-2% nitrogen, 0,007-0,2% fosfor 30% + cairan decomposer sebanyak 1,5
dan 0,9-1,9 persen kalium, namun secara liter dengan jumlah sel per ml 108 + air
keseluruhan bahan organik memiliki potensi 20 liter tersebut ?
yang lengkap untuk memperbaiki sifat sik, • Bagaimana pengaruh pupuk organik cair
kimia dan biologi tanah. tersebut terhadap pertumbuhan dan hasil
M an f a at b ah an o rg an i k s eca r a tanaman pakcoy?
fisik adalah memperbaiki struktur dan
meningkatkan kapasitas tanah menyimpan
Analisis Mikroba Pada Cairan Sebagai Pupuk Cair Limbah Organik Dan Aplikasinya Terhadap 79
Tanaman Pakcoy (Brassica Chinensis L.)
Suanto JURNAL GAMMA, ISSN 0216-9037
No Nama bahan Bobot awal (kg) Bobot akhir (kg) Bobot susut (kg) Persentase susut (%)
1 Paitan 3 2.1 0.9 30
2 Bonggol pisang 3 2.5 0.5 16.67
3 Kubis 4 3.32 0.68 17
4 Pakcoy 3 2.52 0.48 16
5 Timun 6 4 2 33
6 Wortel 4 3.37 0.63 15.72
7 Sawi putih 6 4.98 1.02 17
8 Terong 1 0.99 0.01 1
Berdasarkan Tabel 1, bobot tertinggi bahan setelah dicacah pada terong sebesar
adalah timun sebesar 6 kg dan bobot terendah 0.99 kg dari berat awal 1 kg. Bahan yang
terong sebesar 1 kg. Setelah dilakukan memiliki persentase susut terbesar adalah
penimbangan, bahan hijauan selanjutnya sisa sayuran timun sebesar 33%, hal ini
dicacah dan ditimbang lagi.Bobot terbesar menandakan bahwa sayuran timun memiliki
bahan setelah dicacah pada sawi putih sebesar kadar air yang tinggi. Susut bahan terendah
4.98 kg dari bobot awal 6 kg.Bobot terendah yaitu terong dengan nilai persentase susut 1%.
80 Maret 2014: 77 - 94
Versi online / URL:
Volume 9, Nomor 2
Analisis Mikroba Pada Cairan Sebagai Pupuk Cair Limbah Organik Dan Aplikasinya Terhadap 81
Tanaman Pakcoy (Brassica Chinensis L.)
Suanto JURNAL GAMMA, ISSN 0216-9037
82 Maret 2014: 77 - 94
Versi online / URL:
Volume 9, Nomor 2
Analisis Mikroba Pada Cairan Sebagai Pupuk Cair Limbah Organik Dan Aplikasinya Terhadap 83
Tanaman Pakcoy (Brassica Chinensis L.)
Suanto JURNAL GAMMA, ISSN 0216-9037
terjadi interaksi antara konsentrasi dan frekuensi pemberian tidak diikuti oleh
frekuensi pemberian pupuk organik cair peningkatan jumlah daun.Sedangkan antara
terhadap jumlah daun tanaman pakcoy. perlakuan dan kontrol berbeda sangat nyata
Secara terpisah konsentrasi tidak berpengaruh pada umur 14 HST dan 24 HST, tetapi
nyata terhadap tinggi tanaman umur 19 HST. berbeda tidak nyata pada umur 19 HST.
Sedangkan frekuensi pemberian berpengaruh
sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur Luas daun per tanaman (cm2)
14 HST dan 24 HST.
Uji nilai rata-rata jumlah daun pakcoy Berdasarkan data analisi ragam
setelah diberi perlakuan tersaji pada Tabel 7. (Lampiran 3) menunjukkan bahwa tidak
terjadi interaksi antara konsentrasi dan
Tabel 7. Hasil Uji Rata-Rata Jumlah Daun
Tanaman Pakcoy (helai) frekuensi pemberian pupuk organik cair
Jumlah Daun (helai)
terhadap luas daun per tanaman pada
Perlakuan tanaman pakcoy.Secara terpisah, konsentrasi
14 HST 19 HST 24 HST
berpengaruh sangat nyata terhadap luas
Konsentrasi (K)
daun pada pengamatan umur 19 HST dan 24
25 ml/l air 9.30 b 11.93 a 13.81 b
HST. Selain itu, frekuensi pemberian juga
30 ml/l air 9.45 b 11.52 a 14.00 bc
berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun
35 ml/l air 9.93 c 11.81 a 14.59 c
umur 14 HST, 19 HST dan 24 HST.
Tanpa pemberian 8.67 a 12.67 a 12.89 a
Uji nilai rata-rata luas daun pada
(kontrol)
tanaman pakcoy setelah diberi perlakuan
BNJ α 5% 0.45 1.28 0.70
tersaji pada Tabel 8.
Frekuensi (F)
1 hari sekali 9.08 a 11.85 a 13.11 a Tabel 8. Hasil Uji Rata-Rata Luas Daun per
2 hari sekali 9.59 bc 11.67 a 14.30 b Tanaman Pakcoy (cm2)
3 hari sekali 10.00 c 11.74 a 15.00 b Luas Daun per Tanaman (cm2)
Tanpa pemberian 8.67a 12.67 a 12.89 a Perlakuan
14 HST 19 HST 24 HST
(kontrol)
Konsentrasi (K)
BNJ α 5% 0.45 1.28 0.70
25 ml/l air 317.36 a 621.04 b 837.28 b
Diperlakukan 9.56 b 11.75 a 14.14 b
30 ml/l air 338.68 a 599.50 b 804.06 b
Kontrol 8.67 a 12.67 b 12.89 a
35 ml/l air 325.56 a 679.11 c 959.12 c
BNJ α 5% 0.82 2.32 1.28
Tanpa pemberian 276.83 a 518.85 a 657.89 a
Keterangan : Angka-angka yang didampingi (kontrol)
huruf yang sama pada kolom yang BNJ α 5% 30.94 41.26 82.47
sama, menunjukkan berbeda tidak Frekuensi (F)
nyata pada uji BNJ 5% 1 hari sekali (F1) 293.39 a 577.33 b 760.88 b
Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan 2 hari sekali (F2) 325.28 b 619.63 c 869.58 c
bahwa secara terpisah peningkatan jumlah 3 hari sekali (F3) 362.94 c 702.69 d 970.00 d
konsentrasi diikuti dengan peningkatan Tanpa pemberian 276.83 a 518.85 a 657.89 a
jumlah daun pada pengamatan umur 14 HST (kontrol)
dan 24 HST. Sedangkan pada umur 19 HST, BNJ α 5% 30.94 41.26 2.47
peningkatan konsentrasi tidak diikuti dengan Diperlakukan 327.20 b 633.22 b 866.82 b
peningkatan jumlah daun.Sementara itu, Kontrol 276.83 a 518.85 a 657.89 a
penurunan frekuensi pemberian diikuti oleh BNJ α 5% 56.13 74.86 49.63
peningkatan jumlah daun pada pengamatan Keterangan : Angka-angka yang didampingi
umur 14 HST dan 24 HST.Akan tetapi huruf yang sama pada kolom yang
pada pengamatan umur 19 HST penurunan sama, menunjukkan berbeda tidak
nyata pada uji BNJ 5%
84 Maret 2014: 77 - 94
Versi online / URL:
Volume 9, Nomor 2
Analisis Mikroba Pada Cairan Sebagai Pupuk Cair Limbah Organik Dan Aplikasinya Terhadap 85
Tanaman Pakcoy (Brassica Chinensis L.)
Suanto JURNAL GAMMA, ISSN 0216-9037
Tabel 10. Hasil Uji Rata-Rata Bobot Kering Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa
Tanaman Pakcoy (g) korelasi antara variabel, ada yang bersifat
positif berarti peningkatan atau penurunan
Perlakuan Bobot Kering (g)
variabel satu juga diikuti peningkatan atau
Konsentrasi (K) penurunan variabel yang lain, dan bersifat
25 ml.1-l air 5.29 b negatif berarti penurunan atau peningkatan
30 ml.1-l air 5.12 b maka terjadi peningkatan atau penurunan
35 ml.1-l air 6.48 c nilai variabel yang satunya.Korelasi negatif
Tanpa pemberian 3.62 a terjadi antara pengamatan tinggi tanaman
(kontrol) terhadap berat kering tanaman, jumlah daun
BNJα 5% 0.71 dan luas daun.Korelasi positif terjadi antara
Frekuensi (F) pengamatan jumlah daun terhadap berat
1 hari sekali 4.71 b kering dan luas daun dan pengamatan luas
2 hari sekali 5.54 c daun terhadap berat kering.
3 hari sekali 6.63 d Tabel 12. Hasil analisa korelasi antara
Tanpa pemberian 3.62 a variabel pengamatan pada perlakuan
(kontrol) frekuensi pemberian
BNJα 5% 0.71 BK LD JD TT
Diperlakukan 5.63 b TT 0.997** 0.995ns 0.975ns 1
Kontrol 3.62 a JD 0.940ns 0.907ns 1
BNJ α 5% 0.64% LD 0.995ns 1
Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf BK 1
yang sama, menunjukkan berbeda tidak nyata pada Keterangan : TT : Tinggi Tanaman. JD : Jumlah
uji BNJ 5% Daun. LD : Luas Daun. BK : Berat Kering.
**: berpengaruh signikan pada taraf α = 0,01
Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui
bahwa peningkatan jumlah konsentrasi diikuti bahwa tinggi tanaman berkorelasi positif
oleh peningkatan bobot kering tanaman. terhadap bobot kering tanaman, luas daun dan
Begitu pula dengan penurunan frekuensi jumlah daun. Jumlah daun berkorelasi positif
pemberian diikuti oleh peningkatan bobot terhadap bobot kering tanaman dan luas daun.
kering tanaman.Sedangkan perbandingan Luas daun berkorelasi positif terhadap bobot
perlakuan dan kontrol berbeda sangat nyata. kering.
Analisa korelasi antara variabel
pengamatan pada perlakuan konsentrasi HASIL DAN PEMBAHASAN
pupuk organik cair tersaji pada Tabel 10 dan
perlakuan frekuensi pemberian tersaji pada Variabel Tahap Pembuatan Bahan Cairan
Tabel 11.
Tabel 11. Hasil analisa korelasi antara Bahan hijauan yang digunakan dalam
variabel pengamatan pada perlakuan pembuatan pupuk organik cair berupa
konsentrasi pupuk organik cair sisa-sisa sayuran segar yang diharapkan
BK LD JD TT berpengaruh terhadap kegiatan mikroba
TT -0.918ns -0.881ns -0.998* 1 dalam mengolah bahan baku menjadi pupuk
JD 0.940ns 0.907ns 1
organik cair. Sesuai dengan pendapat Utami
(2010), sayur-sayuran yang mempunyai kadar
LD 0.996ns 1
air tinggi(sekitar 70- 95%), mengalami proses
BK 1
pembusukan lebih cepat.
Keterangan : TT : Tinggi Tanaman. JD : Jumlah
Daun. LD : Luas Daun. BK : Berat Kering.
* : berpengaruh signikan pada taraf α = 0,05
86 Maret 2014: 77 - 94
Versi online / URL:
Volume 9, Nomor 2
Berdasarkan Tabel 2, bahan hijauan 106 ml-1 dan mikroba yang berasal dari
sebelum dan sesudah dicacah serta persentase kotoran sapi saja. Penambahan bahan-bahan
susut menunjukkan bahwa bobot bahan ini untuk mempercepat proses penguraian oleh
sebelum dan setelah dicacah mengalami mikroba. Hal ini sesuai dengan pernyataan
penyusutan yang cukup besar untuk semua Winarno (1990) yang mengemukan bahwa
bahan, kecuali pada terong yang bobot susut fermentasi dapat terjadi karena adanya
hanya 0.01 kg dan presentase susut 1%. aktivitas mikroorganisme yang menyebabkan
Sedangkan bobot susut dan persentase susut penguraian subtrat organik, proses ini dapat
terbesar adalah timun dengan bobot susut menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut.
sebesar 2 kg dan presentase susut sebesar Jumlah mikroba berkaitan dengan waktu
33%. Hal ini dikarenakan timun mengandung fermentasi bahan organik.
kadar air yang cukup tinggi. Sesuai dengan Bobot awal bahan hijauan sebanyak
pendapat Rukmana (1995) yang menyatakan 30 kg dengan campuran tetes tebu sebanyak
bahwa kadar air pada timun sebanyak 96% 0.25 kg, kotoran sapi 1 kg, mikrooganisme
dan serat 26%. Hal ini mengakibatkan bobot 1.5 kg dan air 62 kg. Sedangkan bobot total
timun akan menurun setelah dicacah karena cairan yang dihasilkan dari bobot awal bahan
kadar air jadi berkurang. yang digunakan adalah 28 kg. Bobot bahan
pada akhir proses fermentasi mengalami
Variabel Proses Pemeraman Bahan penyusutan yang begitu signikan. Hal ini
Pertama dan Pemeraman Cairan dikarenakan tidak semua cairan dimanfaatkan.
Warna cairan yang dihasilkan dari
Selain bahan hijauan dari sayur- pupuk organik cair pada proses pemeraman
sayuran, bahan hijauan lain yang ditambahka bahan pertama adalah coklat muda. Menurut
adalah paitan dan bonggol pisang. Menurut Purwendro dan Nurhidayat (2007), indikator
Agustina dan Enggariyanto (2004), tanaman keberhasilan pupuk organik cair adalah pupuk
paitan (Tithonia diversifolia) merupakan organik cair berwarna coklat kekuningan dan
salah satu jenis tanaman yang baik untuk tidak memiliki bau yang menyengat disertai
meningkatkan mutu pupuk organik. Tanaman adanya jamur putih yang ada di permukaan
ini mempunyai keunggulan, yaitu mudah larutan molase.
mengalami dekomposisi dan mengandung Suhu cairan awal yang dihasilkan
N-total yang sangat tinggi (3,5-5,5%), P2O5 selama proses pemeraman di tong adalah
(0,37-1,0%), dan K2O (3,18-6%). Sedangkan 24oC. Hal ini menandakan bahwa bakteri
menurut Soeryoko (2011) bonggol pisang yang berkembang pada suhu tersebut dari
mengandung fosfor dan kalium yang cukup jenis bakteri mesol.Menurut Sutedjo dan
tinggi. Mulyani(1991) suhu mempunyai pengaruh
Semakin kecil dan homogen bentuk baik karena mampu menurunkan patogen
bahan, semakin cepat dan baik pula proses (mikroba atau gulma) yang berbahaya. Jika
pengomposan. Bentuk bahan yang lebih kecil suhu dalam proses pembuatan pupuk cair
dan homogen, lebih luas permukaan bahan hanya berkisar kurang dari 20oC maka pupuk
yang dapat dijadikan substrat bagi aktivitas organik cair dinyatakan gagal, sehingga perlu
mikroba.Selain itu, bentuk bahan dapat diulang kembali.
berpengaruh pula terhadap kelancaran difusi Pupuk cair dikatakan baik dan siap
oksigen yang diperlukan serta pengeluaran diaplikasikan jika tingkat kematangannya
CO2 yang dihasilkan (Sutanto, 2002). sempurna.Fermentasi berjalan dengan baik
Bahan lain yang digunakan adalah diketahui dari keadaan bentuk fisiknya,
tetes tebu. Mikroba yang digunakan berasal dimana fermentasi yang berhasil ditandai
dari cairan pembusuk dengan kelipatan sel dengan adanya bercak – bercak putih pada
Analisis Mikroba Pada Cairan Sebagai Pupuk Cair Limbah Organik Dan Aplikasinya Terhadap 87
Tanaman Pakcoy (Brassica Chinensis L.)
Suanto JURNAL GAMMA, ISSN 0216-9037
permukaan cairan, warna cairan yang klorol dan membantu proses fotosintesis.
dihasilkan pada proses pemeraman cairan Tanaman pakcoy lebih membutuhkan
adalah coklat muda dengan bau yang tidak unsur nitrogen (N) dalam jumlah banyak
menyengat dengan pH 4.0.Menurut Indriani untuk pembentukan organ vegetatif seperti
(2002), kisaran pH yang baik untuk pupuk daun.Hal ini sesuai dengan pernyataan
organik cair yaitu sekitar 6,5 – 7,5 (netral). Mulyani (2002) yang menyatakan bahwa
Sutanto (2002) menambahkan bahwa biasanya unsur N merupakan unsur hara utama
pH agak turun pada awal proses fermentasi bagi pertumbuhan bagian-bagian vegetatif
karena aktivitas bakteri yang menghasilkan tanaman seperti daun, batang dan akar.
asam. Dengan munculnya mikroorganisme Kandungan unsur N pada pupuk organik cair
lain dari bahan yang didekomposisikan,maka sebesar 0.39%.Nilai ini masih tergolong kecil
pH bahan akan naik setelah beberapa hari dan untuk bisa dimanfaatkan tanaman pakcoy.
kemudian berada pada kondisi netral. Nilai C-organik pada analisis tahap
P en g a m at a n s u h u p a d a p r o s e s pertama sebesar 7.11%. Hal ini menunjukkan
pemeraman cairan sebesar 24oC. Suhu bahwa kandungan karbon masih rendah
cairan ini menggambarkan aktivitas mikroba karena syarat karbon yang dibutuhkan
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. berkisar antara 9,8-32%. Menurut Arifin
Hal ini dapat dihubungkan dengan analisis dan Krismawati (2008) pada dekomposisi
kandungan yang lain. bahan organik, zat arang atau karbon (C)
mengalami pembakaran dengan O2 menjadi
Analisisis Kandungan Unsur Hara kalori dan karbon dioksida (CO2) dan dilepas
Setelah Pemeraman Bahan Pertama dan dalam bentuk gas sehingga kandungan karbon
Pemeraman Cairan menjadi rendah.
Kandungan unsur kalium (K) sebesar
Berdasarkan hasil analisis laboratorium 0.15% lebih tinggi dari kadar Ca yang hanya
mengenai kandungan unsur hara yang 0.06% dan Mg yang bernilai 0.10%. Kadar
terkandung dalam pupuk organik cair yang K tinggi maka akan antagonis dengan unsur
dihasilkan pada proses pemeraman bahan Ca, N dan P, hal tersebut akan berakibat
pertama, menunjukkan perbedaan persentase pada terhambatnya pembentukan daun muda
kandungan unsur hara. Hasil analisisnya karena menghambat kerja Ca, selain itu tubuh
menunjukkan bahwa kandungan bahan tanaman akan kerdil, daun kecil dan warna
organik paling tinggi dibandingkan unsur daun menguning karena antagonis dengan
lain, yaitu sebesar 9.23%. Kandungan unsur N dan P. Sedangkan kadar magnesium (Mg)
hara terkecil adalah fosfor (P2O5) dan lebih besar daripada kadar unsur P dan Ca.
kalsium (Ca) yaitu sebesar 0.06%. Bandingan sumber C (karbon) dengan
Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui N (zat lemas) bahan.Bandingan ini umumnya
bahwa kandungan unsur N-total sebesar disebut rasio C/N. Rasio C/N yang dihasilkan
0.39% lebih kecil dari kandungan besi (Fe). pada tahap pertama ini bernilai 18.05.
Hal ini disebabkan oleh asal bahan organik Penggunaan pupuk organik dengan C/N rasio
yang digunakan dalam pembuatan pupuk tinggi dan belum matang dapat menimbulkan
organik cair sehingga berpengaruh terhadap desiensi N (Paje, 1990). Food and Fertilizer
kandungan hara yang dihasilkan. Menurut Tecnology Center (1997) secara umum telah
Soeryoko (2011), tanaman membutuhkan mengusulkan persyaratan minimal untuk
asupan zat besi dalam jumlah sedikit. rasio C/N pupuk organik maksimal 20.
Walaupun dibutuhkan dalam jumlah sedikit, Hal ini menandakan bahwa rasio C/N yang
zat besi memiliki peran yang sangat penting dihasilkan dari pupuk organik cair cukup
bagi tanaman, antara lain sebagai pembentuk memenuhi persyaratan untuk diaplikasikan
88 Maret 2014: 77 - 94
Versi online / URL:
Volume 9, Nomor 2
Analisis Mikroba Pada Cairan Sebagai Pupuk Cair Limbah Organik Dan Aplikasinya Terhadap 89
Tanaman Pakcoy (Brassica Chinensis L.)
Suanto JURNAL GAMMA, ISSN 0216-9037
Sedangkan kandungan K2O yang dihasilkan bahan kimia maksimal 5% dan mengandung
dari analisis laboratorium sebesar 0.17%. bahan tertentu seperti mikroorganisme yang
Hal tersebut menandakan bahwa kandungan jarang terdapat dalam pupuk organik padat.
kalium (K) yang dihasilkan belum memenuhi Disamping itu biasanya pupuk organik cair
yang dibutuhkan tanaman. juga mengandung asam amino dan hormon
Kandungan hara besi (Fe) menempati yaitu Giberelin, Sitokinin dan IAA.Hal ini
urutan kelima tertinggi setelah bahan organik, dapat menunjang pertumbuhan dan hasil pada
C-organik, N-total, dan Rasio C/N yaitu tanaman yang dibudidayakan.
sebesar 0.52%.Data tersebut menunjukkan Tidak terdap at inter ak si an tar a
peningkatan sebesar 0.04% dari analisis tahap konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk
awal.Sedangakan kandungan magnesium organik cair pada variabel tinggi tanaman,
masih lebih besar dibandingkan Ca dan P. jumlah daun, luas daun, dan bobot kering
Magnesium adalah unsur yang dibutuhkan tanaman. Namun, terdapat interaksi antara
oleh tanaman dalam jumlah sedikit.Walaupun konsentrasi dan frekuensi pemberian pada
demikian, kebutuhan magnesium tersebut variabel bobot basah tanaman tanpa akar,
harus terpenuhi.Magnesium digunakan ini menunjukkan bahwa antara faktor
tanaman untuk membentuk inti sel pada konsentrasi pupuk organik cair dengan faktor
molekul klorol. Sesuai dengan pendapat frekuensi pemberian pupuk organik cair tidak
Hadisuwito (2007) yang menyatakan bahwa, secara bersama-sama dalam mempengaruhi
magnesium berfungsi membantu proses pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy,
pembentukan hijau daun atau klorofil. dengan kata lain kedua faktor perlakuan
Kekurangan magnesium dapat menyebabkan tersebut memberikan pengaruh secara
pucuk bagian di antara jari-jari daun tampak terpisah dan bertindak bebas satu terhadap
tidak berwarna. lainnya. Seperti dikemukakan oleh Gomez
dan Gomez (1995), bahwa dua faktor
Variabel Pengamatan Aplikasi Pupuk dikatakan berinteraksi apabila pengaruh suatu
Organik pada Tanaman Pakcoy faktor perlakuan berubah pada saat perubahan
taraf faktor perlakuan lainnya. Selanjutnya
Berdasarkan hasil uji rata-rata dinyatakan oleh Steel dan Torrie (1991),
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas bahwa bila pengaruh interaksi berbeda tidak
daun, bobot basah tanaman tanpa akar, bobot nyata maka disimpulkan bahwa diantara
kering tanaman dapat dilihat bahwa tanaman faktor perlakuan tersebut bertindak bebas
yang diaplikasikan dengan pupuk organik satu sama lain.
cair menunjukkan hasil yang berbeda nyata Berdasarkan data analisis ragam
terhadap kontrol. Hal ini terlihat dari rata-rata (Lampiran 3) menunjukkan bahwa terjadi
tinggi tanaman umur 14 HST, 19 HST dan 24 interaksi (*) antara konsentrasi dan frekuensi
HST, jumlah daun umur 14 HST dan 24 HST, pupuk organik cair terhadap bobot basah
luas daun umur 14 HST, 19 HST dan 24 HST, tanpa akar tanaman pakcoy. Terlihat pada
bobot basah tanaman tanpa akar, dan bobot Tabel 9 menunjukkan rata-rata bobot basah
kering tanaman. Sedangkan pada jumlah daun tanaman pakcoy tertinggi terdapat pada
umur 19 HST antara perlakuan dan kontrol perlakuan konsentrasi konsentrasi 25 ml/l
berbeda tidak nyata.Pemberian pupuk organik air dengan frekuensi pemberian 1 hari sekali
cair terlihat memberikan hasil yang baik (K1F1), konsentrasi 30 ml/l air dengan
bagi pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy frekuensi pemberian 2 hari sekali (K2F2)
dibandingkan tanpa pemberian pupuk organik dan konsentrasi 35ml/l air dengan frekuensi
cair (kontrol).Menurut Parnata (2004) pemberian 3 hari sekali (K3F3). Terlihat
pupuk organik cair memiliki kandungan pada hasil panen menunjukkan tanaman
90 Maret 2014: 77 - 94
Versi online / URL:
Volume 9, Nomor 2
pakcoy pada perlakuan tersebut memiliki bahwa tinggi tanaman lebih dipengaruhi oleh
karakter morfologi lebih baik dibandingan faktor lingkungan seperti cahaya, iklim dan
perlakuan lain (Lampiran 8).Sebagaimana CO2. Rizqiani dkk (2007) menambahkan
terjadi pada parameter pertumbuhan tanaman, bahwa, pertumbuhan dan perkembangan
peningkatan bobot tanaman juga disebabkan tanaman akan baik jika jumlah unsur hara
oleh adanya peningkatan ketersediaan hara yang diberikan turut diperhatikan. Hal
yang berasal dari pupuk organik cair, baik ini disebabkan karena pemberian pupuk
secara langsung maupun tidak langsung. dengan konsentrasi yang tidak sesuai akan
Hasil analisis ragam (Lampiran 2, 3 dan berpengaruh terhadap hasil tanaman.
4) menunjukkan bahwa pengaruh frekuensi Pad a pen gamatan ju mlah daun,
pemberian pupuk organik cair berbeda dari hasil analisis ragam (Lampiran 2)
sangat nyata terhadap tinggi tanaman (umur menunjukkan bahwa tidak ada interaksi (ns)
pengamatan 14 HST, 19 HST, dan 24 HST), antara konsentrasi dan frekuensi pemberian
jumlah daun (umur pengamatan 14 HST pupuk organik cair terhadap tanaman pakcoy.
dan 24 HST), luas daun (umur pengamatan Berdasarkan data dapat diketahui bahwa
14 HST, 19 HST, dan 24 HST) dan bobot pengaruh konsentrasi pupuk organik cair
kering tanaman. Akan tetapi berbeda tidak berbeda sangat nyata pada umur 14 HST
nyata terhadap jumlah daun pengamatan dan berbeda nyata pada 24 HST, tetapi
umur 19 HST. Dijelaskan oleh Sutejo dan berbeda tidak nyata pada 19 HST.Pada
Kartasapoetra (1995) bahwa kebutuhan Tabel 9 terlihat bahwa jumlah rata-rata
tanaman akan bermacam-macam unsur hara helaian daun meningkat seiring dengan
selama pertumbuhan dan perkembangannya meningkatnya konsentrasi pupuk organik
adalah tidak sama, membutuhkan waktu yang cair yang diberikan dan perlakuan tanpa
berbeda dan tidak sama banyaknya. Sehingga pemberian pupuk menunjukkan rata-rata
dalam hal pemupukan, sebaiknya diberikan jumlah daun yang paling rendah kecuali
pada waktu atau saat tanaman memerlukan pada pengamatan umur 19 HST.Bila dilihat
unsur hara secara intensif agar pertumbuhan dari data tinggi tanaman (Tabel 6) dan
dan perkembangannya berlangsung dengan dibandingkan dengan data rata-rata jumlah
baik. helaian daun (Tabel 7), ternyata tanaman
Hasil analisis ragam (Lampiran 2) yang lebih tinggi tidak berkorelasi dengan
menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi jumlah daun yang terbanyak. Hal ini tidak
pupuk organik cair berbeda tidak nyata sesuai dengan pendapat Tauka (2011) yang
terhadap tinggi tanaman pada umur 14 HST menyatakan bahwa, jumlah daun berkaitan
dan 24 HST. Meskipun berbeda tidak nyata, dengan tinggi tanaman. Semakin tingginya
namun secara umum hasil penelitian (Tabel 6) tanaman semakin banyak ruas batang yang
memperlihatkan adanya kecenderungan akan menjadi tempat keluarnya daun.
bahwa pada pengamatan umur 14 HST dan Sed an g ka n p ad a an ali si r ag am
19 HST, pengaruh pemberian pupuk organik (Lampiran 3) menunjukkan bahwa pengaruh
cair dengan konsentrasi 30 ml/l air (K2) konsentrasi pupuk organik cair berbeda
menghasilkan nilai rata-rata tanaman yang sangat nyata terhadap luas daun tanaman
lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian pakcoy pada umur 19 HST dan 24 HST,
pupuk organik cair, perlakuan 25 ml/l air tetapi berbeda tidak nyata pada umur 14 HST.
(K1) dan 35 ml/l air (K3). Akan tetapi Tabel 8 memperlihatkan bahwa pemberian
pengaruh konsentrasi pupuk organik cair pupuk organik cair pada konsentrasi 35 ml/l
berbeda nyata terhadap tinggi tanaman umur air memberikan rata-rata luas daun yang
19 HST.Sesuai dengan pendapat Gardner, lebih tinggi pada pengamatan umur tanaman
Piearre dan Mitchell (1991) menyatakan 19 HST dan 24 HST dibandingkan kontrol,
Analisis Mikroba Pada Cairan Sebagai Pupuk Cair Limbah Organik Dan Aplikasinya Terhadap 91
Tanaman Pakcoy (Brassica Chinensis L.)
Suanto JURNAL GAMMA, ISSN 0216-9037
92 Maret 2014: 77 - 94
Versi online / URL:
Volume 9, Nomor 2
Analisis Mikroba Pada Cairan Sebagai Pupuk Cair Limbah Organik Dan Aplikasinya Terhadap 93
Tanaman Pakcoy (Brassica Chinensis L.)
Suanto JURNAL GAMMA, ISSN 0216-9037
94 Maret 2014: 77 - 94