Professional Documents
Culture Documents
Wahyu Utomo
NIM
12211071
Kelompok
Jumat 2
Tanggal Praktikum :
18 Oktober 2012
Tanggal Penyerahan :
26 Oktober 2012
Dosen
Asisten
1. Bernando Purba
(12209019)
2. Randy Perfibita
(12209095)
1. TUJUAN PERCOBAAN
1.
2.
Menentukan cloud point, pour point, dan flash pointdari crude oil.
Membandingkan dua hasil pembacaan flash point pada dua alat yang berbeda.
3. Menentukan cara pemakaian modul di lapangan.
2. DATA PENGAMATAN
1. Penentuan SG sampel
V picno
= 50 mL
percobaan
(gr)
25.739
25.759
25.749
(gr)
68.24
68.25
68.25
(gr)
74.1
74.11
74.11
25.749
68.247
74.107
m1
m2
m3
m
rata-rata
sampel E
12 (C)
4 (C)
75.2 (F)
sampel B
20 (C)
185 (F)
3. PENGOLAHAN DATA
1. Penentuan SG sampel
Sampel E
sampel E =
sampel E =
(68.24725.749) gr
=0.85 gr /ml
50 mL
SG sampel E=
sampel E
=0.85
air
API sampel E =
141.5
131.5=34.971
SG sampel E
Sampel B
sampel B =
sampel B =
(74.10725.749) gr
=0.967 gr /ml
50 mL
SG sampelB =
sampel B
=0.967
air
API sampel E =
141.5
131.5=14.829
SGsampel B
cloud point
=-
pour point
flash point
= F + 0.06(760 P)
= 185 + 0.06(760 695)
= 188.9 (F)
Hasilnya
samp
(g
SG
el
r/ml)
0.85
0.85
0.976
0.976
API
34.97
1
14.82
9
CP
PP
FP
(C)
(C)
(F)
12
79.1
25
188.9
3.
Grafik
PP (C)
15
10
5
0
0.85
0.97599999999999998
(gr/ml)
Grafik 1
200
180
160
140
120
FP (F)
100
80
60
40
20
0
0.85
0.97599999999999998
(gr/ml)
SG
Grafik 2
terhadap cloud point
SG
PP (C)
15
10
5
0
0.85
0.97599999999999998
SG
SG
Grafik 3
terhadap flash point
200
180
160
140
120
FP (F)
100
80
60
40
20
0
0.85
0.97599999999999998
SG)
API
Grafik 4
terhadap cloud point
API
PP (C)
15
10
5
0
14.829000000000001
34.970999999999997
API
API
Grafik 5
terhadap flash point
200
180
160
140
120
FP (F)
100
80
60
40
20
0
14.829000000000001
34.970999999999997
API
Grafik 6
a) Keberjalanan praktikum
Masalah yang terjadi saat keberjalaan praktikum adalah pertama adanya embun
akibat penurunan suhu di dinding luar yar. Hal ini mengakibatkan sulitnya
membedakan antara wax yang terbentuk dengan embun biasa. Hal ini juga
berpengaruh terhadap pembacaan cloud point wax (lilin) netuk dan warnanya hampir
sama dengan embun. Hal ini juga merupakan penyebab tidak terbacanya cloud point
pada sampel B, tiba-tiba sampel langsung mengalami pour point. Solusi yang kami
lakukan adalah dengan mengelap bagian luar dari yar secara berkala. Sehingga
kesalah penandaan terbentuknya wax dapat di minimalisasi.
Masalah yang kedua adalah terbatasnya pendingin pada cooling bath. Pada alat
cooling bath yang kami pakai temperature terendah yang bisa dicapai hanya sebatas 6
C. Sehingga pada pengukuran pour point sempel belum mencapai pour point
sedangkan temperaturnya tidak bisa turun lagi. Hal ini kami atasi dengan
menambahkan garam pada pendingin cooling bath. Karena berdasarkan sifat koligatif,
garam dapat menurunkan temperature pendingin.
Problem yang terakhir adalah adalah sulitnya membedakan antara sudah tercapai
flash point atau belum dan juga membedakan antara flash point dan pour point. Hal
ini akan berakibat pada kesalahan pembacaan flash point. Untuk mengatasi masalah
tersebut pada saat awal, sebelum temperature dinaikkan, nyala api pada flame
exposure dicek sebesar apa, sehingga pada saat mencapai flash point kami dapat
membedakanya.
Kemudian juga dalam keberjalaan praktikum ini ada beberapa asumsi asumsi
yang kami pakai anatara lain :
o Semua alat berfungsi dengan baik
o Sampel minyak yang digunakan masih dalam keadaan baik strukturnya dan
tercampur rata dalam jerigen, sehingga tidak terdapat sempel yang
tergumpal dan seluruhnya dalam fasa cair
o Yar yang digunakan tertutup sempurna dan tidak terjadi perubahan
o
o
o
o
o Colling bath
Prinsip kerja alat ini adalah menurunkan temperature untuk melihat pengaruhnya
terhadap cloud point dan pour point. Coling bath ini disi dengan pendingin (es/air
dingin) sebagai penurun temperature. Kemudian sampel minyak dimasukkan dalam
yar dan ditempatkan dalam jacket agar sesuai dengan kondisi tubing pada sumur
yang sesungguhnya. Pengamatan dilakukan pada rentang temperature tertentu
sehingga didapat temperature tertinggi untuk cloud point dan pour pointnya.
Coliing bath terbuat dari bahan logam untuk meminimalisasi perpindahan kalor
dari lingkungan ke sistem sehingga temperature sistem tidak mudah naik.
Alat ini memiliki prinsip menaikkan temperature sampel hingga mencapai flash
point melalui indikasi terdapat percikan api. Sampel minyak akan dipanaskan
dengan menggunakan powerstat. Kemudian minyak yang menguap akan
memercikan api bila ada pemicu dan mencapai flahs point.
Pada pengukuran pour point hasil bacaan pada temperature diberi factor koreksi
pertambahan temperature 5 C. Factor koreksi ini penting karena ita tidak tahu
dengan tepat kapan minyak pertama kali tidak bisa mengalir lagi. Dengan adanya
penambahan 5 C, dapat dipastikan bahwa pada temperature diatas hasil
pertambahan 5 C , minyak masih bisa mengalir. Namun, tidak bisa dipastikan juga
bahwa pada temperature diatas hasil percobaan nantinya minyak masih bisa
bergerak. Kemudian pada pengukuran flash dibutuhkan pula factor koreksi terhadap
tekana lingkungan. Hal ini dilakukan karena tekanan lingkungan dapat mengurangi
keakuratan pembacaan flash point.
5. Kesimpulan
1. Hasil pengukuran cloud point (CP), pour point (PP) dan flash point (FP) dari sampel E
dan sampel B sebagai berikut :
(g
samp
SG
el
r/ml)
0.85
0.85
0.976
0.976
API
34.97
1
14.82
9
CP
PP
FP
(C)
(C)
(F)
12
79.1
25
188.9
2. Percobaan modul ini penting dilakukan untuk mengukur sifat dasar minyak yaitu
cloud point, pour point dan flash point. Hal ini dipelajari untuk mengetahui
kecenderungannya terhadap densitas. Sehingga kita dapat mencegah kerugian yang
terjadi akibat adanya sifat-sifat ini.
6. JP(Jawaban Pertanyaan)
Rangkuman paper SPE 87293
Memprediksi Temperatur Cloud Point : Pada Pembentukan Paraffin
Abstrak
Cloud point adala temperatur tertinggi dimana mulai terbentuk paraffin (lilin)
pada minyak jika temperature awal di turunkan. Berdasarkan eksperimen parameter
yang mempengaruhi cloud point adalah berat molecular larutan dan fraksi berat dari
larutan tersebut.
Introduksi
Terbentuknya paraffin dapat terjadi di reservoir, wellbor dan di flowline. Namun
kebanyakan peristiwa terbentuknya paraffin terjadi di flowline. Terbentuknya paraffin
sering menjadi problem dalam proses produksi minyak pada kondisi temperature dan
tekanan di bawah cloud point, karena lilin (bentuk lain dari paraffin) yang menempel
pada dinding pipa dapat mengganggu aliran minyak. Lilin adalah kombinasi
hidrokarbon dari paraffin, biasanya antara
C18 H 38
dan
C70 H 142
ditambah resin
dan sedikit aspal. Dalam eksperimen biasanya ada 3 temperatur yang menunjukan
terbentuknya paraffin : cloud point, pour point dan melting point. Pada pembahasan
kali ini kita akan memprediksi cloud point berdasarkan komponen hidrokarbon murni,
berat molekuler dan fraksi berat dari larutan.
Factor pengontrol terbentuknya wax
1) Temperature, semakin bertambah temperature, semakin bertambah kelarutan
dari larutan.
2) Melting point dan berat molekul wax, pada temperature konstan berat molekul
bekurang maka cloud point akan turun, mengakibatkan lebih sulit mencapai cloud
point.
3) Proporsional relative pelarut dan zat terlarut, jika frak zat terlarut berkurang
maka cloud point akan turundengan kata lain berat molecular berkurang maka
cloud point akan turun juga.
4) Tekanan, berdasarkan hokum raoult bertambahnya tekanan mengakibatkan gaya
antar molekul minyak bertambah, sehingga kelarutan wax dalam larutan
berkurang
5) Komponen alami larutan, dari menunjukan bahwa semakin ringan komponen
fisika/kimia suatu hidrokarbon semakin rendah pula cloud pointnya.
Teori
Teori dari beberapa litertur menyebutkan bahwa cloud point adalah fungsi dari zat
terlarut, fraksi berat pelarut dan berat mlekularnya. Beberapa yang lain menyebutkan
cloud point diprediksi dengan metode hubungan fasa equilibrium termodinamika.
Koefisien fugasitas adalah salah satu parameter pengatur cloud point. Dengan
menggunakan korelasi dapat kita lihat hubungannya.
Eksperimen
Percobaan pengukuran cloud point dibagi menjadi dua :
Pengaruh terhadap fraksi berat zat terlarut
Pada percobaan ini kita melihat perbedaan cloud point untuk zat terlarut
elcosana dan octadekana pada pelarut decana.
Pengaruk pelarut
Percobaan ini kita akan melihat untuk pelarut decana, heptane dan campuran
decana + heptane.
Analisis dan Hasil percobaan
Dari hasil percobaan, dapat kita lihat bahwa kecenderungannya sesuai dengan apa
yang kita harapkan pada penjelasan awal.
Kesimpulan
1) Fraksi berat zat terlarut bertambah, berat molekul zat terlarut bertambah maka
cloud point akan menurun.
2) Berta molecular larutan berkurang cloud point menurun juga.
3) Adanya keterkaitan antar korelasi dengan model prediksi cloud point.
4) Berat molecular dan fraksi berat dari larutan berhubungan dengan cloud point.
8. REFERENSI
McCain, Wiliam D. Jr. The Properties of Petroleum Fluids. 2nd ed. PennWell