Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Ketuban pecah dini didefinsikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
masuk dalam masa persalinan. Keadaan ini dapat terjadi pada kondisi aterm
maupun preterm (<37 minggu) pada kehamilan prematur. Ketuban pecah dini
terjadi pada sekitar 8-10% kehamilan dan ketuban pecah dini prematur terjadi
pada 1% kehamilan. Beberapa faktor risiko yang menyebabkannya adalah ras
kulit hitam, status sosioekonomik rendah, usia ibu, perokok, persalinan prematur
sebelumnya, perdarahan pervaginam atau distensi uterus. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk melihat gambaran kejadian KPD yang dikaitkan dengan usia ibu.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain penelitian
Cross sectional yang dilakukan di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada
Bulan Maret hingga Mei 2014. Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang
mengalami persalinan di lokasi penelitian. Teknik sampling menggunakan
consecutive sampling. Didapatkan total sampel adalah semua pasien yang
menjalani persalinan pada bulan Maret-Mei di RSUD dr. Doris Sylvanus,
jumlahnya adalah 215 pasien. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
subjek penelitian merupakan kelompok usia 20-35 tahun (162 pasien). Insidensi
KPD paling tinggi terjadi pada usia ibu > 35 tahun (23,08%). Hal ini
dimungkinkan karena semakin tua usia ibu maka akan semakin meningkatkan
terjadinya risiko infeksi, yang mana merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
ketuban pecah dini.
Kata Kunci : Usia ibu hamil, persalinan, ketuban pecah dini.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan 1,2
dan dapat terjadi pada semua usia kehamilan. Ketuban pecah dini dapat terjadi
pada kondisi aterm maupun preterm (<37 minggu). Ketuban pecah dini yang
terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut sebagai ketuban pecah dini
pada kehamilan prematur. Ketuban pecah dini terjadi pada sekitar 8-10%
kehamilan dan ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan. Beberapa
faktor risiko yang telah diteliti berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah dini
yaitu ras kulit hitam, status sosioekonomik rendah, perokok, memiliki riwayat
penyakit menular seksual, memiliki riwayat melahirkan prematur sebelumnya,
perdarahan pervaginam atau distensi uterus.1
Selaput ketuban terdiri atas amnion dan korion yang sangat erat ikatannya
lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel, sel mesenkim dan sel
trofoblas yang terikat erat dengan matriks kolagen.2 Selaput ketuban berfungsi
untuk menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.
Komplikasi yang dapat rerjadi bila terjadi ketuban pecah dini meliputi komplikasi
maternal dan neonatal.3 Komplikasi neonatal bergantung pada usia kehamilan,
dapat terjadi sindrom distres pernapasan, infeksi intramniotik, hipoplasia
pulmoner fetal, deformitas skeletal, prolaps tali pusat, penekanan tali pusat yang
menyebabkan gawat janin dan meningkatnya kejadian seksio sesarea. Komplikasi
maternal
meliputi
infeksi
intraamniotik,
endometritis
postpartum,
oligohidramnion berat, dan risiko seksio sesarea yang lebih tinggi akibat
kemungkinan malpresentasi pada bayi preterm yang lebih besar.3
Diperlukan pengetahuan mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya ketuban pecah dini dan komplikasi yang dapat
terjadi, agar dapat dilakukan pencegahan sedini mungkin, penegakan diagnosis
yang tepat serta penanganan yang adekuat agar risiko morbiditas dan mortalitas
baik pada maternal maupun neonatal dapat diturunkan.
Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat seberapa
banyak pasien dengan kelompok usia tertentu yang mengalami ketuban pecah dini
di RSUD dr. Doris Sylvanus. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai kelompok usia manakah yang lebih banyak mengalami
kejadian ketuban pecah dini.
I.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan
I.3.
Tujuan Penelitian
I.4.
Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan
korion yang sangat erat ikatannya. Lapisan ini terdiri dari atas beberapa sel seperti
sel epitel, sel mesenkim, dan sel trofoblas yang terikat erat dalam matriks kolagen.
Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin
terhadap infeksi.2
II.1.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban atau korion sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10
% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.
Sedangkan
Insidensi
Ketuban pecah dini terjadi pada 3 - 18,5% kehamilan dan menjadi
II.3.
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadiya KPD adalah infeksi, riwayat KPD sebelumnya,
Patofisiologi7
Pengaturan
kekuatan
ketegangan
selaput
ketuban
melibatkan
karakterisktik hiperelastisitas kulit dan sendi yang disebabkan oleh berbagai defek
sintesis dan struktur kolagen. Pada sindrom ini koandungan dan struktur kolagen
abnormal sehingga sering terjadi KPD.
Kolagen cross-link yang dibentuk dari berbagai reaksi yang diinisiasi oleh
lysyl oxidase meningkatkan kekuatan tegangan kolagen fibrilar. Lysyl oksidase
diproduksi oleh sel mesenkimal amnion. lysyl oxidase adalah copper dependentenzyme, dan wanita dengan KPN memiliki kandungan tembaga yang lebih rendah
pada KPD pada kehamilan preterm dibandingan dengan ketuban yang pecah saat
persalinan. Wanita yang memiliki kadar asam askorbat yang rendah, dibutuhkan
untuk membentukan struktur tripel heliks dari kolagen, memiliki risiko tinggi
terhadap kejadian KPD. Rokok akan menurunkan kadar asam askorbat. Selain itu,
kandungan kadmium di dalam rokok akan meningkatkan metal-binding protein
metallothionein pada trofoblas, yang menyebabkan pengendapan tembaga.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP). MMP
1 dan MMP 8 akan mengahancurkan tripel heliks dari kolagen fibrilar (tipe I dna
III), yang pada kelanjutannya didegradasi oleh gelatinase MMP 2 dan MMP 9.
Tissue inhibitor of metalloproteinase-1 (TIMP-1) berikatan dengan MMP 1, MMP
8 dan MMP 9 aktif. TIMP 2 beikatan pada MMP 2 bentuk aktif.
pada
kehamilan
prematur
disebabkan oleh
Aktivitas kolagenase
produksi
sitokin
diaktivasi
oleh
monosit
yang
meningkatkan
memjelaskan bahwa
Manifestasi Klinis4,9
A. Anamnesis
Penderita merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan yang
banyak tiba-tiba dari jalan lahir atau merembes.
B. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Dapat terlihat keluarnya cairan melalui vagina, bila ketuban baru saja
pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan
lebih jelas.
b. Pemeriksaan dengan spekulum
Akan tampak cairan yang keluar dari ostium uteri eksternum (OUE),
jika cairan belum keluar, dapat dilakukan penekanan lembut pada
fundus, penderita diminta untuk batuk atau melakukan manuever
valsava, atau bagian terendah janin digoyangkan, maka akan tampak
cairan yang keluar melalui OUE dan terkumpul pada forniks posterior.
c. Periksa dalam
Jika selaput yang robek/pecah adalah selaput di bagian terbawah janin
maka akan melalui periksa dalam dapat diketahui bahwa selaput
ketuban sudah tidak ada lagi di bagian tersebut. Namun pemeriksaan
dalam vagina perlu dipertimbangkan, pada kehamilan kuran bulang
yang belum dalam persalinan tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam
Penegakan Diagnosis
Kriteria diagnosis untuk ketuban pecah dini ialah sebagai berikut 4 :
10
II.7.
Komplikasi2
hubungan
antara
terjadinya
gawat
janin
dan
derajat
pertumbuhan
janin
terhambat,
kelainan
disebabkan
Prognosis
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang
Tatalaksana2,4,9,10
Untuk menentukan tatalaksana pada ketuban pecah dini, yang harus
11
3. Pengawasan timbulnya tanda-tanda persalinan. Jika terdapat tandatanda persalinan namun janin belum viable (kurang dari 37 minggu)
maka diberikan tokolitik.
Macam dosis dan cara pemberian :
a. Salbutamol : diberikan dengan dosis 10 mg dalam larutan NaCl
atau RL. Dimulai dengan infus 10 tpm, bila kontraksi masih ada
tingkatkan 10 tpm setiap 30 menit sampai kontraksi berhenti. Jika
kontraksi berhenti, tetesan tersebut dipertahankan sampai 12 jam
setelah
kontraksi
berakhir.
Sebagai
dosis
jaga,
diberikan
12
serviks :
a. Bila serviks telah matang atau Bishop Score >5, dilakukan induksi
persalinan dengan oksitosin.
b. Bila serviks belum matang atau Bishop Score <5, dilakukan
pematangan serviks dengan prostaglandin (PgE2 ) dan atau oksitosin
drip, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan
seksio sesarea.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik spektrum luas dan janin
harus segera dilahirkan.
13
kekuatan tegangan
membran
Defek terlokalisir
Ketuban
Pecah
Dini
konten kolagen
matriks, perubahan
struktur kolagen
amniotik
Degradasi maktriks
ekstraseluler membran
(kolagen)
Apoptosis sel
amnion
Iritabilitas
uteri
Produksi
glukokortikoid
KETUBAN
PECAH DINI
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
14
USIA MATERNAL
BAB III
METODE PENELITIAN
Ibu hamil dengan usia kehamilan cukup bulan maupun kurang bulan
Kehamilan gemeli
Variabel bebas
: Usia ibu
Variabel tergantung
persalinan.
Alat ukur
: Rekam medik
Cara ukur
Hasil ukur
Skala ukur
: Nominal
Umur ibu
Definisi
16
Alat ukur
Rekam medik
Cara ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Interval
Analisis Data
17
18
BAB IV
HASIL
Tabel 1. Jumlah persalinan yang terjadi pada bulan Maret hingga Mei 2014:
Usia (tahun)
Jumlah persalinan
Persentase (%)
<20
14
6,51
20-35
162
75,35
>35
39
18,14
Total
215
100
19
Berikut adalah gambaran insidensi ketuban pecah dini yang terjadi pada
Bulan Maret hingga Mei 2014.
Tabel 2. Insidensi Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Bulan Maret hingga
Mei 2014
Bulan
Kejadian
Jumlah persalinan
Insidensi
Maret
12
62
19,35%
April
21
78
26,92%
Mei
15
75
20%
Total
48
215
22,32%
Berdasarkan tabel di atas tampak kejadian KPD paling tinggi pada bulan
April dimana pada bulan tesebut jumlah persalinan paling tinggi. Sedangkan
kejadian KPD paling rendah terjadi pada Bulan Maret.
KPD
Total
(tahun)
Tidak
Ya
<20
11 (78,57%)
3 (21,43%)
14 (100%)
20-35
126 (77,8%)
36 ( 22,2%)
162 (100%)
>35
30 (76,92%)
9 (23,08%)
39 (100%)
Total
157 (77,67%)
48 (22,32%)
215 (100%)
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa kejadian KPD paling tinggi pada
usia ibu lebih dari 35 tahun dan paling rendah pada usia ibu kurang dari 20 tahun.
20
BAB V
PEMBAHASAN
21
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan hasil yang didapat maka dapat
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Obstetrics
&
Gynecology:
chapt.
15.
Late
pregnancy
10 th ed.
24