You are on page 1of 2

Edible Plastik Tapioka Dengan Pengaruh

Penambahan Glukosa Terhadap Karakteristik


Fisik Dan Mekanik
Ahmad Ridwan Sidiq1*, Anti Khoerul Fikriyyah1 and Bebeh Wahid Nuryadin1
1

Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jln. A.H Nasution No. 105 Cibiru, Bandung
1*

ahmad.physic22@gmail.com

Abstract. Edible plastic is one type of organic plastic that can be consumed, made of materials that can be eaten, food components
shaped coat (coating) or placed between components of food that serves as a barrier to mass transfer (eg, moisture, oxygen, lipids,
light and solutes), and or as carrier material and food additives, as well as to facilitate the handling of food. Biodegradable plastic
packaging technology is one of the efforts made to get out of the problem of the use of plastic packaging is non-biodegradable,
petroleum reserves reduction, awareness and concern for the environment, sustainable, and the health risks. The main ingredient is
starch manufacture plastic edible cassava (tapioca). The material is processed in the hydrolysis with the addition of some solvents
such as acetic acid (CH3COOH) and glucose. By comparison 5 g tapioca 20 ml of solvent (acetic acid 10 ml and 10 ml glucose).
Then the mixture is diluted with 30 ml water and the mixture is done by heating to a temperature below 100 C. The mixture has
been heated and then molded and allowed to stand at room temperature for 1 days. After the testing process to manually produce
plastics that have the characteristics of bending and not easily torn, so it can be used for packaging food that can be consumed.
Keywords: Edible Plastic; Hydrolysis; acetic acid; cassava; Biodegradable.

A. PENDAHULUAN
Edible plastik adalah plasik Biodegradable, yaitu lapisan tipis
dan kontinyu terbuat dari bahan-bahan yang dapat dimakan,
dibentuk melapisi komponen makanan (coating) atau diletakkan
diantara komponen makanan yang berfungsi sebagai barrier
terhadap transfer massa (misalnya kelembaban, oksigen, lipid,
cahaya dan zat terlarut), dan atau sebagai carrier bahan makanan
dan bahan tambahan, serta untuk mempermudah penanganan
makanan. Kemasan plastik biodegradable merupakan sebuah
teknologi baru dalam perkembangan industri dunia. Edible
plastik diaplikasikan pada makanan dengan cara pembungkusan,
pencelupan, penyikatan atau penyemprotan. Plastik ini dapat
duraikan kembali mikroorganisme secara alami menjadi
senyawa yang ramah lingkungan. Biasanya plastik konvensional
berbahan dasar petroleum, gas alam, atau batu bara. Sementara
plastik biodegradable dapat dibuat dari polimer alami, salah
satunya adalah pati. Plastik tersebut dikenal dengan PLA (Poly
Lactic Acid). Poly Lactic Acid (PLA) adalah polimer dari
sumber yang terbaharui dan berasal dari proses esterifikasi asam
laktat yang diperoleh dengan cara fermentasi oleh bakteri dengan
menggunakan substrat pati atau gula sederhana. PLA memiliki
sifat tahan panas, kuat & merupakan polimer yang elastik. Poly
Lactic Acid juga memiliki sifat-sifat yang mendukung untuk
dijadikan kemasan baik pangan maupun non pangan karena

memiliki sifat pembatas (barier) yang baik terutama untuk


kelembaban dan uap air. Selain itu kelebihannya lagi jika
digunakan khususnya sebagai kemasan pangan asam laktat atau
Poly Lactic Acid masuk kedalam Golongan GRAS (Generally
Recognize As Safe) (Auras, 2007), sehingga terjamin aman dari
migrasi bahan-bahan berbahaya dari kemasan. Beberapa produk
nonpangan yang dapat dibuat dari PLA baik pangan maupun non
pangan di antaranya adalah jerigen, peralatan makan, dan tas
belanja.Teknologi kemasan plastik biodegradable adalah salah
satu upaya yang dilakukan untuk keluar dari permasalahan
penggunaan kemasan plastik yang non-biodegradable,
berkurangnya cadangan minyak bumi, kesadaran dan kepedulian
terhadap lingkungan lestari serta resiko kesehatan.

B. METODE EKSPERIMEN
1. Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini
adalah:
Tepung Tapioka 2 g
Asam Asetat (CH3COOH) 10 ml
Glukosa (C6H12O6) 10 ml
Air (H2O) 30 ml,
dan sedikit Mentega.

2. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan adalah:
Timbangan
Gelas Kimia
Spatula
Cetakan,
dan Kompor Listrik.

3. Prosedur Percobaan

glukosa dalam bentuk alfa dan karbon 6 pada glukosa lainnya


Hasil penelitian ini berbanding lurus dengan ketebalan sample.
Semakin tebal edible plastik maka kuat tariknya semakin tinggi
karena ketebalan berhubungan dengan meningkatnya berat
molekul. Peningkatan berat molekul terjadi karena penambahan
tepung Tapioka yang berikatan dengan protein membentuk
ikatan kompleks.
Salah satu perlakuan dalam percobaan ini adalah pemanasan,
pada saat Tapioka dipanaskan, butiran Tapioka mulai
mengembang dan susunan molekul dalarn butiran Tapioka mulai
rusak. Perubahan ireversibel terjadi seperti leleh.nya kristalin,
meningkatnya viskositas, dan tingkat kelarutan. Saat
didinginkan, Tapioka mulai mengalarni retrogradation, yang
berarti bahwa molekul Tapioka mulai membentuk struktur yang
teratur (kristalin)
Edible plastik diuji mekanik dan kelarutan. Uji mekanik yang
dilakukan dengan menarik edible plastik, setelah ditarik plastik
tersebut lentur dan tidak sobek, sedangkan uji kelarutan yaitu
dengan menyimpan sample dalam air, setelah disimpan 1 hari,
Edible plastik tersebut mengalami sedikit pelarutan. Dari dua Uji
ini dapat dihasilkan bahwa Edible plastik ini layak dijadikan
sebagai pembungkus makanan.

D. KESIMPULAN

Gb. 1. Prosedur Percobaan.

Bahan utama tapioka ditimbang sebanyak 2 g, Sebelum


dilakukan pencampuran dengan bahan lain, tapioka dilarutkan
dalam air. Perbandingan tapioka dengan air yaitu 1:20 (tapioka :
air). Saat tapioka telah menjadi larutan, 10 ml glukosa
dimasukan dalam larutan tapioka tersebut. Setelah tercampur
secara merata, ditambahkan pula 10 ml asam asetat kedalam
larutan tapioca yang telah ditambah dengan glukosa. Campuran
yang telah diaduk kemudian dipanaskan di atas kompor listrik.
Pemanasan dilakukan pada suhu kurang dari 100 0C selama 15
menit hingga terlihat bening. Setelah itu, bahan dicetak pada
bahan plastik yang telah dilapisi margarine, dan disimpan selama
1 hari pada suhu ruangan.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Edible Plastik adalah plastik biodegradable yang mana dapat


plastik ini dapat diuraikan oleh mokroorganisme karena terbuat
dari bahan-bahan alami. Dari percobaan yang telah dilakukan
dapat diambil kesimpulan bahwa penambahan tepung tapioka
dan glukosa dapat mempengaruhi tebal dan kekuatan elastik
plastik tersebut. Setelah Uji Mekanik dan Uji Kelarutan Edible
Plastik ini layak digunakan sebagai pembungkus makanan yang
dapat dikonsumsi.

E. UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih untuk bapak Bebeh Wahid Nuryadin,
M.Si, yang telah membimbing kami dalam percobaan ini, serta
kepada teman-teman yang telah bekerja sama dalam pembuatan
Edible Plastik ini.

DAFTAR PUSTAKA
1]

Tapioka memiliki senyawa kompleks karbohidrat


(polisakarida). Tapioka memiliki dua polimer utama yaitu
amylose dan amylopectin. Amylose merupakan rantai linier
polisakarida yang besar, dimana unit-unit glukosanya
dihubungkan dengan ikatan % (14). Sedangkan,
Amylopectin adalah rangkaian glukosa yang sangat bercabang.
Bagian molekul yang tidak bercabang berupa unit-unit glukosa
yang dihubungkan dengan ikatan a % (1 ~4). Sedangkan pada
bagian bercabang yang terjadi setiap 20 sampai 24 unit glukosa
dihubungkan dengan ikatan a % (1 ~ 6) antara karbon 1 pada

[2]
[3]

[4]

Wiwik dan G. Supeni, Plastik Layak Santap (Edible Plastik) dari Tapioka
Termodifikasi, pada Prosiding Simposium Nasional Polimer V.
Khotimah, Khusnul. 2006. Karakterisasi Edible Film dari Pati Singkong
(Manihot utilissima Pohl),Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Nugroho, Agung Adi dan Basito, Kajian Pembuatan Edible Film Tapioka
Dengan Pengaruh Penambahan Pektin Beberapa Jenis Kulit Pisang
Terhadap Karakteristik Fisik Dan Mekanik, Jurnal Teknosains Pangan
Vol 2 No 1 Januari 2013.
Rahim, Abdul dan Nur Alam. Pengaruh Konsentrasi Pati Aren Dan
Minyak Sawit Terhadap Sifat Fisik Dan Mekanik Edible Film. Jurnal
Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Maret 2010.

You might also like