Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Diabetes mellitus has reac hed epidemic proportions and affe cts more than 170
million individuals world wide. Neuropathy is a c ommon complication of
diabetes. Simple definition of diabetes neuropathy for clinical practice is the
presence of symptoms and / or signs of nerv e dysfunction in people with diabetes
afte r exclution of other causes. There are sensory neuropathies, focal or
multifocal neuropathies and autonomic neuropathies, but there is no single
diabetic neuropathy. The classification of the diabetic neuropathy is not y et
finalised. The fac tors leading the development of diabetic neuropathy are not
unde rstood completely, multiple hypotheses have been advanced. Frequency
about 10 - 65% of patients with diabetes or 7,5% at the time of diabetes
diagnosis. Thera are wide variability in diabetic neuropathy prevalence. DN no
definite rac ial pre dilection and can occur at any age but most common in patients
older than 50 years. Development of symptoms depend on total hyperglycemic
e xposure and other risk factors such as elevated lipids, blood pressure, and
increased height. Mobidity / mortality maybe caused by skin breakdown,
progressive ulceration, infection / ganggre ne, amputations and death by repetitive
trauma to affected are as of negative symptoms. Management of DN is classified
into three by pass, preventive therapy, pathogenetic / spesific therapy and
symptomatic therapy. Symptomatic therapy is primarilly directed at pain control
and foot care. Preventive therapy is directed to pre vent distal symmetrical
polyneuropathy and outonomic neuropathy. Treatment options for neuropathic
pain diabetes are tricyclic anti depresant / selective serotonin reuptake inhibitor,
anti convulsants, opioid and topical agents and alternative therapies.
Key word : diabetes mellitus-neuropathic diabetessigns and symptomsmanagement
PENDAHULUAN
Tidak ada seorang dokte r yang belum pernah merawat pasien dia betes
mellitus ( DM ). Pasie n DM telah mencapai porsi e pidemik dan diderita lebih dari
170 juta pe nduduk dunia. Secara global untuk tahun 2010 diperkirakan akan
2,3
Manifestasi ND dapat subklinik maupun klinik dan sangat bervariasi. Tidak ada
ND tunggal 4 .
Oleh karena menyangkut saraf tepi, maka ganggua nnya dapat melibatkan
saraf aferen ( sensorik ) dan sistem eferen. Sistem saraf eferen termasuk sistem
somatik dan otonomik. Neuron sistem somatik menyampaikan informasi dari
susunan saraf pusat ( CNS ) kepada otot otot skeletal, sistem otonomik ( SO )
menyampaikan informasi dari CNS kepada otot polos, otot jantung dan kele njar.
Dalam SO banyak organ tubuh mendapat inervasi kembar. Serabut saraf
parasimpatis mengatur fungsi tubuh untuk lebih istirahat ( contoh : mengosongkan
vesica urina ria ), sedang serabut simpatis mempersiapkan tubuh untuk aktivitas
fisik 5 .
gejala sensorik, dapat dalam bentuk negatif atau positif, difus atau fokal.
Gejala negatif dilukiskan seperti memakai sarung tangan atau kaos kaki,
gangguan keseimbangan atau ra sa kebal atau mati rasa, terutama saa t
menga lami trauma. Gejala positif dilukiskan sebagai rasa terbakar, seperti
tersengat listrik ( electric shock like ), perasaan geli geli (tingling ), nyeri
tertusuk ( prickling pain ), rasa sakit ( aching ), keketata n ( tightness ) atau
hipersensitif terhadap rabaan ( allodynia ).
Gejala motorik, te rmasuk kelemahan distal atau proksimal, atau ke lemahan
yang lebih fokal. Kelemahan distal termasuk gangguan koordinasi tangan,
kesulitan me ngerjaka n tugas ( membuka kancing baju a tau memutar anak
kunci ), kaki terbanting ( foot slapping ), jari ibu lecet ( toe scuffing ) dan
sering tersandung ( frequent tripp ing ) merupakan gejala awal kelemahan otot.
Gejala kelema han otot proksimal, seperti kesulitan turun - naik tangga,
kesulitan bangkit dari duduk / telentang, mudah terja tuh dan kesulitan
menga ngkat tangan melewati bahu.
Gejala SO dapat menyangkut sistem sudorimotor, pupil, ka rdiovaskuler,
gastrointestinal atau urogenital.
Pada umumnya secara kasar ND dibagi atas neuropati simetris dan asime tris.
Perkembangan gejala tergantung pada paparan hiperglike mia total dan faktor
resiko lain, seperti peningkatan lipid, teka nan darah dan beratnya
2,5
length
dependent pattern ).
Meski gejala utama abnormalitas se nsorik, tetapi fungsi motorik dan
otonom dapat pula tersangkut. Gejala positif dan ne gatif menjadi lebih
berat pada malam hari. Lokasi anestesia merupakan predisposisi
te rja dinya ulkus dan ga ngre n pada kaki 9 . Ada gangguan persepsi
vibrasi.
2. Ne uropati serabut kecil
Lebih sering terutama menyangkut serabut sensorik A de lta dan C.
Manifestasi sebagai nyeri parestesia, yang dirasa se bagai
burning,
stabbing, crushing, aching , atau kram, yang lebih berat pada malam
hari.
Refleks tendo dan propioseptik relatif normal.
3. Ne uropati otonom
Jara ng yang murni otonom
Tanda tanda termasuk hipotensi ortostatik, takikardi saa t istirahat,
kehilangan aritmia sinus, anhidrosis, disfungsi miksi dan defekasi,
pupil miosis tetapi reaktif.
4. Ne uropati kakeksia
Cepa t terjadi penurunan berat badan denga n disfungsi otonom,
neuropati serabut kecil, nyeri kulit yang berat dan lama.
Lebih sering pada laki laki ya ng lebih tua dan sering terjadi
impotensi.
B. Neuropati asimetris ( neuropati fokal / multifokal ) meliputi :
1. mononeuropati saraf otak ( II, III, IV, VI, VII )
Pa da N II : neuropati optik a nterior iskhemik yang manifes sebagai
kehilangan visus mendada k atau defek lapa ngan pandang, papil
udema, atau perdarahan retina.
2,5
Lebih banyak pada pa sien laki laki, lebih dari 50 tahun yang kurang
te rkontrol.
Pa da 50% penderita mengala mi penurunan berat badan yang nyata.
Mulai nye ri unilateral pada pangkal pa ha belaka ng, bahu a tau leher
yang mendadak dan berat.
Kemudian terjadi kelemahan otot da n atrofi serta hiporefleksi.
C. Pada CIDP pasien diabetes
Pe rja lanan geja la lebih kronis ( lebih 180 bulan ) bera t badan tidak
berubah, le bih banyak terjadi neuropati distal le ngan.
Dimielinisasi le bih sering pada DM tipe 1, memberi ke san bahwa
faktor autoimun berperan.
D. Neuropatia otonomik
Gejala neuropati otonom meliputi,
Sistem sudorimotor : kulit kering a tau hiperhidrosis bagian badan
te rte ntu ( kepa la, dan badan atas ), gustatory sweating ( produksi
keringat yang abnormal berlebih ) pada muka, kepala, leher, bahu dan
dada depan ) bahkan setelah menyantap makanan tidak pedas ( non
spicy foo ds ) 7 .
Sistem ka rdiovaskuler : peningkatan de nyut jantung saat istirahat
( resting tachycardia > 100 x/menit ), dan hipotensi ortostatik
Disfungsi otonom ini dapat me ningkatkan angka kematian akibat
silent
5,8
5,7
3,4,5
4. Teori laminin
Laminin adalah glukoprote in besa r, heteromerik yang terdiri atas suatu
rantai alpha besar dan dua rantai beta ya ng lebih kecil, beta 1 dan beta 2.
Pada kultur neuron laminin memperkembangkan ekstensi neurit,
kekurangan gen laminin beta 2 menyumbang patogenesis ND
kanker pada dugaan polineuropati amiloid atau tumor medula spinal. Ada lima
kriteria ya ng diperlukan untuk menegakkan DSDP ialah 1) pasien jelas
mempunyai DM, 2) DM yang me nyebabkan hiperglikemia kronik jangka panja ng,
3) pada tungkai polineuropatia sensorimotor lebih me nonjol, 4) ada retrinopati dan
nefropati ya ng kurang le bih sama berat dengan polineuropati, dan 5) penyebab
lain poline uropati sensorimotor disingkirkan
dan
PENATALAKSANAAN ND
Pera watan ND dibagi dalam terapi preventif, terapi khusus dan tera pi simtomatik.
Terapi prev entif :
Untuk pencegahan dan penatalaksanaan ND prioritas utama adalah
pengendalian hiperglikemia sec ara adekuat ( good glycemic control )
10
. Dari
semua pengobatan, ya ng paling penting untuk melawan gerak maju ND, adalah
kontrol glukosa secara tetap dan ketat
glukosa secara ketat selama 5 tahun menurunkan resiko ND sebesar 60% oleh
Diabetes Control and Complication Trial ( DCCT )
glucose re-uptake )
dan sensitivitas insulin, sehingga menurunkan kadar glukosa darah dan kadar
e nergi mitokhondria. Jadi sebenarnya LA ini lebih berpengaruh pada proses
yang mendasari ND daripada terapi nyeri simtomatik
3,11
. LA a dalah suatu
10
2,13
11
. Tolrestat
maupun e polrestat dan alrestatin yang dicobakan untuk terapi ND, hasilnya
masih mengecewaka n. Poli ADP Ribose Polymerase ( PARP ) dosis ke cil
yang dikombinasi dengan terapi lain perlu dite liti lebih lanjut untuk ND
13
Gangliosid Nerve Growth Factors ( NGF ) yang dicobakan pada ND, hasilnya
masih belum je las 2,5 .
2,5
11
terapi a tau tidak. Sepertiga pasien tidak perlu pengoba tan lagi, sepertiga
perlu dosis perhari yang lebih kecil dan sepertiga lagi kembali ke dosis
awal.
Kelompok da n jenis obat yang digunakan untuk ND
2,5,8
12
3. Duloxe tine
Golongan obat ini me nghambat ambila n serotonin da n NE non selektif.
Mekanisme aksinya mirip TCA, tetapi tanpa mengaktifkan reseptor
adrenergik, dopamine rgik, muskarinik dan histaminik. Pada penelitian
double blind place bo control trials , efekivita snya pada depresi dan
nye ri ND adalah 49%. Juga bermanfaat pada stress inkontinensia. Di
approved FDA penggunaannya di USA sejak tahun 2003. Dosis
efektifnya 60 120 mg/hari. Perbaikan jela s setelah 1 2 minggu.
Efek sampingnya te rmasuk distres gastrointestinal, mulut ke ring dan
nye ri kepa la. Jarang terjadi peningkatan tekanan darah dan denyut
ja ntung.
4. Buspiron sua tu antidepresa n golongan aminoketon
13
pada dosis tinggi ada lah mengantuk, pusing, mual atau gangguan
lambung. GBP adalah drug of choic euntuk nyeri ND
2,9
neuralgia pasca herpes. Dosis bia sanya 100 600 mg/hari, ora l
dalam dosis terbagi. Untuk nyeri neuropatik PGB adalah lebih baik
dari GBP ( good first choice )
Lamotrigin ( LMT ) adalah OAE yang menstabilkan membran
neuron dengan memblok Na c hannels da n menghambat pelepasan
glutamat presipnatik. Efek klinisnya masih dipertanyakan.
Klonazepa m ( CNZ ) dan asam valproa t ( AVP )
Belum banya k penelitian untuk nyeri ND. Dosis CNZ adala h 6 mg
dan AVP 2 g/hari mungkin berma nfaat pa da ND refrakter.
Topiramat ( TPM ) merupa kan penghambat karbonik a nhidrase.
Dosis dimulai 100 mg/hari dan dititrasi bertahap sampai maksimal
1600 mg/hari, dala m dosis terbagi. Efek samping : batu ginjal,
depresi dan pe nurunan berat badan.
Tiagabin ( TGB ) memblok ambilan GABA. Dosis 2 mg, 3 dd I,
dan dititra si. Efe k samping adalah mual, nyeri kepala, lelah, tre mor
dan pusing.
6. Opioid
Obat golongan opioid dapat dic oba untuk terapi nyeri ND bila
gagal dengan obat lain. Jenis obat tersebut adalah trama dol,
petidin, morfin, metadon, oksikodon dan le vorphanol 2 . Meskipun
demikian penggunaan opioid me mberikan rasa ketakutan akan
terjadi kecanduan (
15
14
resisten.
Untuk banya k pasie n kini ha nya tersedia opioid yang menghilangkan
nye ri secara drastis, efek samping masih ditoleransi dan mempe rbaiki
QOL.
7. Obat topikal
Obat obata n topikal dioleskan pada regio kulit yang nye ri. Tidak
memerlukan titrasi, tanpa efek samping dan tidak berinteraksi dengan
obat lain.
Kini banyak dipasarkan a dalah capsaisin, EMLA ( Entce tic Moisture
of Local Anesthetic ) da n lidoca in.
8. Terapi alternatif
Trancutaneus Elec trical Nerve Stimulation ( TENS ), Neuromuskuler
Electrical Stimulation ( NMES ), Interferential Stimulation , terapi
la ser, terapi electromagnetik dan akupuntur dilaporkan untuk terapi
nye ri ND 2 .
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Stumvoll M, Goldstain B, Haeften TW. Tipe 2 Diabe tes : Principles of
Pathogenesis and Therapy. The Lancet april 2005. vol 365 ( 9467 ) : 1333
1346.
2. Khwaja GA, Chaudhrey N. Current And Eme rging Therapie s Painful
Diabetic Neuropathies. J Indian Academy of Clinical Medicine.2007. E 8
( 1 ) : 53 64.
3. Ziegler D. Treatment of Diabetic Neuropathy And Neuropathic.
Pain
Diabetes Care. 2008 ( 31 ). S255 S261.
4. Thomas PK. Diabetic Neuropathy. Mechanism and Future Treatment
Option ( Editorial ). J Neurology Neurosurgery Psyc hiatry. Sept 1999. 67 :
277 279.
5. Quan D, Gellido C. Diabetic Neuropa thy. www. Emedicine. Diabe tic
Ne uropathy. Last Updated. September 28. 2006.
6. Anonim. The Effect of Intensive Diabetes Therapy on De velopment a nd
Progression of Neuropathy. Annuals of Internal Medic ine . 1995 : vol 22 (
8 ) : 561 568.
7. Maser RE. Outonomic Neuropathy : Patient Care.
Diabetes Spe ctrum .
1998. vol 11 ( 4 ) : 224 227.
8. Boulton AJM, Ziegler D. Diabetic Neuropathies A Statement by The
American Diabetes Association. Diabetes Care. 2005. 28 : 956 962.
9. Oyibo SO, Boulton AJM. A Comparison of Two Diabetic Foot Ulcer
Classification System. Diabetes Care . 2001. 24 : 84 88.
10. Corbett CF. Pra ctical Mana gement of Patients with Painful Diabetic
Ne uropathy. The Diabetes Educator. 2005, vol 31 ( 4 ) : 523 540.
11. Shanmugan K, Maczurek A, Munch G.
Lipoic Acid In The Treatment
of Diabetic Polyneuropathy And Alzheime r Disease. Medical Progress .
August 2007, vol 34 ( 8 ).
12. Hotta N, Toyota T, Matsuoka K et al. Clinic al Efficac y of Fiderestat, A
Novel Aldose Reductase Inhibitor for Diabe tic Peripheral Neuropa thy.
Diabetic Care . 2001 ( 24 ) : 1776 1782.
13. Fei Li, Drel VR. Szabo C, Stevens MS, Abrosova IG. Low Dose Poly (
ADP
Ribose ) Polymerase Inhibitor. Continuing Combination
Therapie s Reverse Early Periphe ral. Diabetes. 2005 ( 54 ) : 1514 1522.
14. Faster TS. Efficacy And Safety of ( Alpha ) Lipoic Acid
Supplementation in The Treatment of Symptomatic PDN. The Diabetes
Educator, Jan 1 , 2007 ; 33 ( 1 ) : 111 117.
15. Gilron I, Bailey JM. Trends in Opioid Use For Chronic Neuropathic Pain :
A Survey of Patients Pursuing Enrollment in Clinical Trials. Canadian
Journal of Ane sthesia 2003, 50 : 42 47.
16