You are on page 1of 112

RUNWAY

Outline
Designation
Geometry
Imaginary Surface - Aerodrome

Runway
Designation

Consideration

Runway orientation and


wind

Cross wind operation

Demonstrated wind
condition

Reporting wind condition

Sample cross wind


component

Crosswind calculator (Appendix 1 of


FAA AC 150/5300-13)

Design criteria(FAA and


ICAO)

FAA crosswind design


criteria

ICAO crosswind design


criteria

ICAO crosswind design


criteria

Data sources

Data sources

Sample wind data

Wind rose analysis

Wind rose template

Use of FAA Computer


program

Sample data

Sample analysis

Explanation about tailwind


allowance

Reasons for tailwind


allowance

Example problem

Wind rose Java tool at FAA website

Pusan, Korea

Example to calculate crosswind and


tailwind
Winds 190@15 knots at Steinbach South with the runways 35/17

Chose runway 17, because the winds are reported out of 190,

thus the winds are 20 degrees of the runway.


On the headwind side of the graph find 20 degrees off the
runway and move up the to the 20 knot arc.
The point that the 20 degree line and the 20 knot arc meet look
straight down and straight to the left.
To the left is the headwind component and down is the
crosswind component.
Crosswind: 7 knots
Headwind: 18 knots

Introduction
Runways are oriented in the direction of

prevailing winds.
Aircraft may not maneuver safely on a
runway when the wind contains a large
component at right angles to the direction of
travel.
The point at which this component (called the
crosswind) becomes excessive will depend
upon the size and operating characteristics of
the aircraft.

FAA Maximum Permissible


Crosswind Components

ICAO Maximum Permissible


Crosswind Components

Wind Rose Analysis


The convention for numbering runways is to

provide a runway designation number which is


the azimuth of the runway in degrees from
magnetic north divided by ten.
A graphical procedure utilizing the wind rose
is typically used to determine the best
runway orientation insofar as prevailing winds
are concerned.

Runway designation
Runway
orientation is at
2000 direction

Wind rose coordinate


system and
Crosswind component
template

Runway
centerline

Example

Guideline
1. Place the template on the wind rose so that the middle

line passes through the center of the wind rose.


2. Using the center of the wind rose as a pivot, rotate the

template until the sum of the percentages between the


outside lines is a maximum.
3. Read the true bearing for the runway on the outer scale

of the wind rose beneath the centerline of the template.


4. The sum of percentages between the outside lines

indicates the percentage of time that a runway with the


proposed orientation will conform to crosswind standards.

Transparent
template

6.2%

90.8%

Quest
What are the designation of those runways?
How do we determine the width of the

transparent template?

Runway Geometry

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

Landasan pacu (runway) adalah bagian


dari fasilitas utama pada lapangan terbang
yang digunakan untuk proses operasional
pesawat terbang untuk lepas landas (takeoff) dan pendaratan (landing). Faktor-faktor
yang mempengaruhi panjang landasan
pacu adalah :
(i). persyaratan, tipe, dan spesifikasi
pesawat terbang rencana yang telah
ditetapkan,

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

(ii). Lingkungan di sekitar lapangan terbang,


berpengaruh terhadap kemungkinan
pengembangan fasilitas-fasilitas utama
pada lapangan terbang seperti landasan
pacu dan landasan penghubung.
(iii). Hal-hal teknis dan non teknis yang
menentukan kondisi pesawat terbang
dalam melakukan proses operasional
yakni lepas landas dan pendaratan.

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

Hal-hal teknis dan non teknis tersebut


adalah sebagai berikut :
a. Hal teknis pesawat terbang : jika kondisi
pesawat terbang baik maka dalam proses
operasional lepas landas maupun
pendaratan akan berjalan secara normal,
sebaliknya jika pesawat terbang
melakukan proses operasional lepas landas
ataupun pendaratan dengan kondisi
kegagalan mesin maka harus
dipertimbangkan perencanaan landasan
pacu yang memenuhi untuk dilakukan
pendaratan darurat (emergency landing).

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
b. Hal non teknis : hal non teknis dalam
proses operasional pesawat terbang
banyak dipengaruhi oleh faktor manusia
(human factor) seperti terjadinya kondisi
poor approaches landing (pendekatan
pada proses pendaratan pesawat terbang
yang kurang sempurna) yang
menyebabkan overshoot landing
(pendaratan yang melebihi jarak yang
ditentukan) maupun kondisi overshoot
take of (lepas landas yang dilakukan
melampaui persyaratan jarak normal lepas
landas pesawat terbang di landasan pacu
atau lepas landas yang terlambat)

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

Komponen-komponen pada landasan pacu


yang diperlukan untuk mengakomodasi
kebutuhan proses operasional pesawat
terbang secara aman adalah :
1. Take off Distance (TOD) merupakan jarak
yang direncanakan bagi pesawat terbang
untuk melakukan lepas landas secara
normal. Ukuran panjang take off distance
adalah 115% dari jalur landasan pacu
dengan perincian 100% yaitu panjang jalur
landasan pacu itu sendiri dan 15% berupa
jarak tambahan yang direncanakan untuk
mengatasi kemungkinan overshoot takeof dari pesawat terbang.

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


2. Landing Distance (LD) merupakan jarak
PENGHUBUNG
yang diperlukan pesawat terbang untuk
melakukan pendaratan secara sempurna
dengan fine approach landing yakni
sepanjang 100% dari landasan pacu.
3. Stop Distance (SD) merupakan jarak yang
direncanakan bagi pesawat terbang untuk
berhenti setelah melakukan pendaratan
secara normal pada jalur landasan pacu.
Ukuran panjang stop distance adalah 60%
dari jarak pendaratan (landing distance /
LD) dan stop distance direncanakan
menggunakan perkerasan dengan
kekuatan penuh (full-strength hardening
pavement).

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

4. Clearway (CW) merupakan daerah bebas


yang terletak di ujung jalur landasan pacu
dan simetris terhadap perpanjangan garis
tengah (centerline) jalur landasan pacu
dan tidak boleh terdapat benda-benda
yang menyilang kecuali penempatan
lampu-lampu dari landasan pacu pada
sepanjang sisi samping landasan pacu.
Clearway ini berfungsi sebagai daerah
aman yang diperlukan bagi pesawat
terbang untuk kondisi : overshoot take-of,
dan overshoot landing.

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

5. Stopway (SW) merupakan daerah yang


terletak di luar jalur landasan pacu
termasuk pada bagian dari clearway dan
simetris terhadap perpanjangan garis
tengah (centerline) jalur landasan pacu.
Stopway ini berfungsi sebagai jalur
landasan untuk memperlambat laju
pesawat terbang jika terjadi kegagalan
dalam lepas landas (take-of failure) dan
untuk pendaratan darurat (emergency
landing).

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

6.Take-Off Run (TOR) merupakan jarak yang


diperlukan oleh pesawat terbang untuk
melakukan lepas landas secara normal
maupun dengan kemungkinan kegagalan
mesin. Ukuran panjang take-off run ini
adalah sepanjang jalur landasan pacu.
Take-Off Run direncanakan menggunakan
perkerasan dengan kekuatan penuh (fullstrength hardening pavement).

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

7. Lift-Off Distance (LOD) merupakan jarak


yang diperlukan oleh pesawat terbang
dengan karakteristik tertentu untuk
melakukan pengangkatan setelah
kecepatan pesawat terbang terpenuhi dari
titik awal pergerakan.

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

Komponen-komponen pada landasan pacu

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
Perencanaan jalur landasan pacu dan komponenkomponennya harus dipertimbangkan terhadap
keadaan dari pesawat terbang sebagai berikut :
a. pesawat terbang melakukan lepas landas
dengan kondisi normal :
Untuk operasional lepas landas (take-off):
- Take-Off Distance Available / Take-Off Distance
(TODA/
TOD) = 1,15 x panjang landasan
pacu dasar rencana (basic length of runway
design) dari pesawat terbang rencana
- Take-Off Run Available / Take-Off Run (TORA/
TOR) = panjang landasan pacu dasar rencana
(basic length of runway design)
- Lift-Off Distance Available / Lift-Off Distance
(LODA/ LOD) = 0,55 x Take-Off Distance

Assumptions
Take off process is a normal take off (all

engines are operated)


Ground roll

Maneuv
er

Climb

10.70 m

V1

V=0
Sg

Vlof

V2
Sa

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

Kebutuhan landasan pacu


untuk operasional pesawat terbang normal
(lepas landas)

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

Untuk operasional pendaratan (landing):


- Landing Distance (LD) = Take-Off Distance
- Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
- Clearway (CW) = 0,5 .(TOD LOD)
- Stopway = 0,05 x LD
Panjang total dari jalur landasan pacu dengan
perkerasan penuh (full strength hardening)
yang dibutuhkan adalah :
Field Length (FL)
= Take-Off Run (dengan
Full Strength Hardening) + Clearway
= Take-Off Run + ( 0,5 .(TOD LOD))

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

Kebutuhan landasan pacu


untuk operasional pesawat terbang normal
(pendaratan)

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
b. pesawat terbang melakukan lepas landas dengan
kondisi overshoot take-off :
- Landing Distance (LD) = Take-Off Distance
- Lift-Off Distance (LOD) = 0,75 x TOD
- Clearway (CW) = 0,5 .(TOD LOD)
- Stopway (SW) = 0,05 x LD

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

c. pesawat terbang melakukan lepas landas


dengan kondisi kegagalan mesin :
- Landing Distance (LD) = Take-Off Distance
- Stop Distance (SD) = 0,6 x Landing
Distance
- Clearway (CW) = 0,15 x Landing Distance
- Stopway (SW) = 0,05 x Landing Distance
Untuk kondisi kegagalan mesin panjang
jalur landasan pacu yang dibutuhkan :
Accelerate-Stop Distance (ASD) = Field
Length

Field Length (FL) = Take-off Run + Stopway

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

Kebutuhan landasan pacu


untuk operasional pesawat terbang dengan
kondisi kegagalan mesin (lepas landas)

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

d. pesawat terbang melakukan pendaratan


(landing) dengan kondisi poor-approaches
landing :
- Landing Distance (LD) = Take-Off
Distance
- Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
- Clearway (CW) = 0,15 x LD
- Stopway (SW) = 0,05 x LD

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG

Kebutuhan landasan pacu


untuk operasional pesawat terbang dengan
kondisi poor approaches landing

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
Contoh Soal :
Direncanakan suatu jalur landasan pacu melayani
pesawat terbang B-747-300, tentukan kebutuhan
untuk take-off distance available (TODA/TOD), lift-off
distance available (LODA/LD), field length (FL),
landing distance (LD), stop distance (SD), clearway
(CW) dan stopway (SW) dengan kondisi :
a. operasional pesawat terbang normal
b. poor-approaches landing
c. overshoot take-off
d. kegagalan mesin pada pesawat terbang sehingga
harus melakukan emergency landing

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


Jawab :
PENGHUBUNG
Untuk pesawat terbang rencana B-747-300, panjang
landasan pacu rencana dasar (basic length
runway) adalah 3506,50 m
Maka untuk kondisi :
a. operasional pesawat terbang normal :
Untuk operasional lepas landas :
Take-off Distance = 1,15 x panjang landasan pacu
rencana B-747-300
= 1,15 x 3.506,50 m
= 4.032,475 m
= 4.032,475 x 3,281 ft
= 13.230,55 ft

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
Take-off Run = panjang landasan pacu rencana
= 3.506,50 m
= 3.506,50 x 3,281 ft
= 11.504,83 ft
Lift-off Distance = 0,55 x Take-off Distance
LOD = 0,55 x 4.032,475 m
= 2.217,86 m
= 2.217,86 x 3,281 ft
= 7.276,80 ft

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
Untuk operasional pendaratan (landing) :
Landing Distance (LD) = TOD
= 4.032,475 m
= 13.230,55 ft
Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
= 0,6 x 4.032,475 m
= 2.419,485 m
= 2.419,485 x 3,281 ft
= 7.938,33 ft

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
Periksa !
LD = SD
0,6
= 2.419,485 m
0,6
= 4.032,475 m -------- ( ok!)
Clearway (CW)= ( 0,5 .(TOD LOD))
= (0,5 .(4.032,475 m 2.217,86 m))
= 907,30 m
= 907,30 x 3,281 ft
= 2.976,876 ft

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
Stopway (SW) = 0,05 x LD
= 0,05 x 4.032,475 m
= 201,624 m
= 201,624 x 3,281 ft
= 661,53 ft
Panjang total dari jalur landasan pacu dengan perkerasan
penuh (full strength hardening) yang dibutuhkan adalah :
Field Length (FL) = Take-off Run + (0,5 .(TOD LOD))
= 3.506,50 m + (0,5 .(4032,475 m
2.217,86 m))
= 3506,50 m + 907,30 m
= 4413,80 m
= 4413,80 x 3,281 ft
= 14481,67 ft

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
b. Poor-approaches landing :
Landing Distance (LD) = TOD
= 4032,475 m
= 13230,55 ft
Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
= 0,6 x 4032,475 m
= 2419,485 m
= 2419,485 x 3,281 ft
= 7938,33 ft

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
Clearway (CW)= 0,15 x LD
= 0,15 x 4032,475 m
= 604,87 m
= 604,87 x 3,281 ft
= 1984,58 ft
Stopway (SW) = 0,05 x LD
= 0,05 x 4032,475 m
= 201,624 m
= 201,624 x 3,281 ft
= 661,53 ft

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
c. overshoot take-off :
Landing Distance (LD) = TOD
= 4032,475 m
= 13230,55 ft
Lift-off Distance = 0,75 x Take-off Distance
LOD = 0,75 x 4032,475 m
= 3024,356 m
= 3024,356 x 3,281 ft
= 9922,91 ft

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
Clearway (CW)= 0,5 .(TOD LOD)
= 0,5 .(4032,475 m 3024,356 m)
= 504,059 m
= 504,509 x 3,281 ft
= 1653,82 ft
Stopway (SW) = 0,05 x LD
= 0,05 x 4032,475 m
= 201,624 m
= 201,624 x 3,281 ft
= 661,53 ft

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
d. pesawat terbang lepas landas dengan kondisi
kegagalan mesin, sehingga harus melakukan
emergency landing :
Landing Distance (LD) = TOD
= 4032,475 m
= 13230,55 ft
Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
= 0,6 x 4032,475 m
= 2419,485 m
= 2419,485 x 3,281 ft
= 7938,33 ft

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
Clearway (CW)= 0,15 x LD
= 0,15 x 4032,475 m
= 604,87 m
= 604,87 x 3,281 ft
= 1984,58 ft
Stopway (SW) = 0,05 x LD
= 0,05 x 4032,475 m
= 201,624 m
= 201,624 x 3,281 ft
= 661,53 ft

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
Untuk kondisi kegagalan mesin pada pesawat
terbang, panjang jalur landasan pacu yang
dibutuhkan adalah :
Field Length (FL) = Take-off Run + Stopway
= 3506,50 m + 201,624 m
= 3708,124 m
= 3708,124 x 3,281 ft
= 12166,35 ft
Maka Accelerate-Stop Distance = Field Length
= 3708,124 m
= 12166,35 ft

DESAIN LANDASAN PACU DAN LANDASAN


PENGHUBUNG
Panjang landasan pacu yang dibutuhkan untuk
kondisi kegagalan mesin < panjang landasan
pacu untuk kondisi operasional pesawat terbang
normal, maka yang memenuhi untuk digunakan
dalam perencanaan adalah panjang landasan
pacu untuk kondisi operasional pesawat terbang
normal yaitu 4313 m atau 14150,953 ft

PENGATURAN SISTEM LANDASAN PENGHUBUNG

Fungsi dari sistem landasan penghubung adalah


untuk mengatur proses pergerakan pesawat
terbang dari apron menuju landasan pacu yang
akan melakukan lepas landas (take-off) maupun
pesawat terbang setelah melakukan pendaratan
(landing) dan meninggalkan landasan pacu
menuju apron. Hal yang mempengaruhi ukuran
dari landasan penghubung adalah panjang
bentang sayap (wing span), jarak antar roda
pendarat utama (wheel tread), dan panjang badan
pesawat terbang rencana.

PENGATURAN SISTEM LANDASAN PENGHUBUNG


Yang termasuk sistem landasan penghubung
adalah :
- Exit Taxiway : landasan penghubung yang
digunakan oleh pesawat terbang setelah
melakukan pendaratan untuk meninggalkan
landasan pacu menuju apron
Entrance taxiway : landasan penghubung yang
digunakan oleh pesawat terbang bergerak dari
apron menuju landasan pacu untuk melakukan
lepas landas
Holding Apron (apron tunggu) : jalur yang
terletak dekat dengan landasan pacu dan
disediakan bagi pesawat terbang yang
digunakan untuk pemeriksaan terakhir sebelum
melakukan take-off atau menunggu ijin lepas

- Holding Bay (anjungan


tunggu)
: jalur yangPENGHUBUNG
terletak di dekat
PENGATURAN
SISTEM
LANDASAN
entrance taxiway yang disediakan bagi pesawat terbang
dalam menunggu giliran untuk melakukan take-off pada
waktu jam penerbangan sibuk (flight rush-hour).

Komponen-komponen pada sistem landasan penghubung

PENGATURAN SISTEM LANDASAN PENGHUBUNG


Fungsi dari pengaturan landasan pacu (runway)
dan landasan penghubung adalah untuk :
(i). Memberikan pemisahan yang aman dan efisien
serta mengurangi gangguan / hambatan sekecil
mungkin dalam pola lalu lintas operasional
penerbangan (lepas landas dan pendaratan)
(ii). Memberikan jarak landasan penghubung
(taxiway) sependek mungkin dari apron menuju
landasan pacu

PENGATURAN SISTEM LANDASAN PENGHUBUNG

(iii). Merencanakan jumlah landasan penghubung


yang cukup, sehingga pesawat terbang yang
melakukan operasional penerbangan dapat
bergerak sesegera mungkin baik dari arah apron
menuju landasan pacu maupun sebaliknya

KONFIGURASI LANDASAN PACU

Konfigurasi bandar udara adalah implementasi


dari pengaturan dan penempatan letak landasan
pacu dan landasan penghubung seefisien
mungkin terhadap posisi gedung terminal yang
didasarkan atas desain geometris landasan pacu
dan landasan penghubung serta analisis angin
(wind analysis)

Correction for runway


length

KONFIGURASI LANDASAN PACU

Lay-out landasan pacu tunggal (single runway)

Imaginary Surface

Imaginary Surface

Runway displaced threshold

Example problem

Sample view

Preliminary analysis

Calculation

Operational implication

Homework

Situation of the problem

Problem

Analysis for the building

Analysis for the tree

Analysis for the tower

Sketch for the imaginary surface


and points of interest

Tip of the iceberg

You might also like