You are on page 1of 13

PENGARUH LATIHAN FISIK DENGAN PEMBERIAN SUPLEMEN KALSIUM

TERHADAP KUALITAS MANDIBULA PADA MENCIT


Mutia Amalia Nasution
Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Jalan Sisingamangaraja 2A, Medan
ABSTRACT
Mandible plays an important role to accomodate the teeth and also to support the teeth and mouth health
in general; therefore the effort to increase the quality of mandible is important. Some studies showed that increasing
mandible quality could be done through physical exercise by swimming and applying calcium supplement on mice.
The aim of this study was to know the effect of physical exercise and calcium supplement application on mandible
quality of mice.
This study was a laboratory experiment, examining four treatments, i.e : P1 (control), P2 (physical
exercise by swimming), P3 (calcium supplement intake of 6.65 mg/oral/day), and P4 (physical exercise by
swimming along with calcium supplement intake of 6.65 mg/oral/day). Each treatment consisted of 6 female mice
(Mus musculus L.) Strain DD Webster 8 12 weeks old, weighed 25-35g each. This experiment was conducted for
35 days in the Laboratory of Biology of FMIPA, USU, Medan.
Result of the study showed that physical exercise by swimming along with calcium supplement intake
significantly increased calcium content of blood (P4 = 10,10,5 mg/dL) and mandible (P4 = 0,00640,0005 ppb),
thus increasing the quality of mandible. Physical exercise by swimming or calcium supplement application alone
increased calcium content of blood and mandible non significantly as compared to control.
It was concluded that physical exercise by swimming along with calcium supplement application is an
effective method to increase the quality of mandible on mice. Whereas swimming physical exercise alone or calcium
supplement intake alone are not likely enough to increase mandible quality of mice.
Keywords : mandible, quality of mandible, physical exercise, swimming, calcium supplement.
ABSTRAK
Mandibula berperan penting sebagai tempat kedudukan gigi-geligi dan menunjang kesehatan gigi dan
mulut pada umumnya, sehingga usaha meningkatkan kualitas mandibula penting. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan kualitas mandibula adalah dengan latihan fisik berenang
dan pemberian asupan suplemen kalsium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan fisik
dan asupan suplemen kalsium terhadap kualitas mandibula pada mencit.
Penelitian yang merupakan satu percobaan di laboratorium menguji 4 kelompok perlakuan, yaitu : P1
(kontrol), P2 (latihan fisik berenang), P3(asupan suplemen kalsium 6,65 mg/oral/ekor/hari), dan P4 (latihan fisik
berenang dan asupan suplemen kalsium 6,65 mg/oral/ekor/hari). Tiap kelompok perlakuan terdiri dari 6 ekor
mencit betina (Mus musculus L) Strain DD Webster berumur 8-12 minggu, berat badan 25-35 g yang diperoleh
dari FMIPA USU. Percobaan dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA USU, Medan, selama 35 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan fisik berenang disertai pemberian asupan suplemen kalsium
berpengaruh signifikan meningkatkan kadar kalsium darah (P4 =10,10,5 mg/dL) dan mandibula (P4 =
0,00640,0005 ppb), dengan demikian meningkatkan kualitas mandibula. Latihan fisik berenang saja dan
pemberian asupan suplemen kalsium saja dapat meningkatkan kandungan kalsium darah dan mandibula, namun
tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Dapat disimpulkan bahwa latihan fisik berenang dan pemberian asupan suplemen kalsium merupakan cara
yang efektif untuk meningkatkan kualitas mandibula mencit.
Key words: mandibula, kualitas mandibula, latihan fisik berenang, suplemen kalsium.

Pendahuluan
Tulang rahang berperan penting dalam kedokteran gigi, antara lain dalam fungsi pengunyahan
dan tempat dudukan gigi; karena itu diperlukan tulang rahang yang baik kualitasnya. Tulang
rahang yang baik kualitasnya, antara lain adalah yang memiliki kandungan mineral cukup,
terutama kalsium yang merupakan mineral utama pembentuk tulang. Berbagai aspek tentang
tulang rahang, seperti kualitas tulang rahang dan usaha untuk meningkatkan kualitas tulang
rahang telah diteliti oleh peneliti terdahulu. Salah satu usaha meningkatkan kualitas tulang rahang
adalah dengan latihan fisik dan pemberian mineral seperti kalsium.
Latihan fisik selama masa muda dan remaja berpengaruh positif terhadap massa tulang, yakni
mempertahankan massa tulang dan kemampuan mekanik, serta berpotensi mencegah
osteoporosis dan patah tulang karena rapuh ketika berusia lanjut. Latihan fisik pada wanita sehat
yang belum menopouse dapat menghasilkan 1-3% peningkatan kepadatan mineral tulang pada
tempat yang banyak bergerak secara mekanik. Huang et al.(2003) melaporkan bahwa pada
mencit yang melakukan aktifitas berenang terjadi peningkatan kepadatan mineral pada tulang
femur, sedangkan pada mencit yang berlari terjadi peningkatan kepadatan mineral tulang lebih
signifikan pada tulang tibia.3,4 Karatosun et al. (2006) menunjukkan bahwa pada tikus yang
melakukan aktifitas fisik berenang terjadi peningkatan densitas mineral tulang yang signifikan
dibanding kelompok kontrol.5
Pada manusia, pengaruh interaksi antara latihan fisik dan pemberian suplemen kalsium telah
diteliti oleh Stear et al. (2003), yang menyimpulkan bahwa latihan fisik berupa olahraga senam
dengan suplemen kalsium setara 1000 mg Ca/hari dalam bentuk kalsium karbonat dapat
meningkatkan status mineral tulang pada gadis-gadis remaja.6
Asupan kalsium yang cukup sangat penting untuk menunjang terjadinya berbagai proses
fisiologi tubuh. Hal ini belum sepenuhnya dapat diterapkan baik di Indonesia maupun di luar

negeri. Data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat, misalnya, menunjukkan bahwa hanya
13% wanita dan 23% pria usia 12-19 tahun di Amerika Serikat yang mengkonsumsi kalsium
cukup, sesuai dengan jumlah yang direkomendasikan. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena
hampir 90% massa tulang pada orang dewasa dibentuk hanya sampai usia 20 tahun. Jika
mineralisasi tulang tidak sempurna maka hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya
osteoporosis di kemudian hari. Selama masa pertumbuhan, anak-anak dan remaja memiliki
keseimbangan yang positif antara pemasukan kalsium dan pengeluaran kalsium melalui urine dan
faces, tetapi keseimbangan ini hanya diperoleh sampai dengan usia 35-40 tahun dan kemudian
keseimbangan menjadi negatif.7
Struktur tulang-tulang panjang pada manusia secara umum adalah sama dengan struktur
tulang maksila dan mandibula. Kualitas tulang dan kematangan tulang ditentukan oleh banyaknya
kalsifikasi tulang. Kalsifikasi tulang pada dasarnya merupakan pengendapan mineral tulang
terutama kalsium dan fosfor kedalam matriks organik tulang.1,7
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa latihan fisik, suplemen kalsium, demikian juga
interaksi keduanya berpengaruh terhadap kualitas tulang, khususnya terhadap kandungan
mineralnya.
Mengingat pentingnya kualitas tulang mandibula dalam perannya sebagai tempat
kedukungan gigi dan berbagai aspek perawatan kesehatan gigi maka pengaruh latihan fisik dan
suplemen kalsium terhadap kualitas mandibula perlu diteliti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan fisik dengan pemberian
suplemen kalsium terhadap kualitas mandibula, dan apakah latihan fisik dan pemberian suplemen
kalsium dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tulang pada mencit,
yang hal ini juga dapat dijadikan dasar penelitian pada manusia.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan satu percobaan laboratorium yang dirancang secara Acak
Lengkap (RAL), dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara (USU) danLaboratorium Terpadu
Fakultas Kedokteran USU.
Eethical clearance diperoleh dari Komite Etik Penelitian Hewan dari FMIPA Universitas
Sumatera Utara Medan.
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit betina (Mus musculus L.) strain DD
Webster berumur 8-12 minggu dengan berat badan 25-35g.
Mencit ditempatkan di dalam kandang berukuran 30x20x10 cm yang terbuat dari bahan
plastik yang ditutup dengan kawat kasa. Dasar kandang dilapisi dengan sekam padi setebal
0,5-1 cm dan diganti setiap empat hari. Cahaya ruangan diatur selama 12 jam terang (pukul 06.00
sampai dengan pukul 18.00) dan 12 jam gelap (pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00),
sedangkan suhu dan kelembaban ruangan dibiarkan berada pada kisaran alamiah. Pakan berupa
pellet komersial dan minuman air leding PAM diberikan ad libitum setiap hari.
Perlakuan berjumlah 4, yaitu P1 = tanpa perlakuan (kontrol), P2 = melakukan latihan fisik
berenang selama 30 menit, P3 = diberi asupan suplemen kalsium, dan P4 = melakukan latihan
fisik berenang dan diberi asupan suplemen kalsium. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari 6
ekor mencit.
Latihan fisik yang dilakukan adalah berenang dengan intensitas sedang yaitu 30 menit,
frekuensi 4x dalam seminggu (sehari berenang dan sehari istirahat). Tempat berenang adalah
aquarium plastik yang bening dengan ukuran 50 cm x 35 cm dengan kedalaman air 30 cm.

Kalsium yang digunakan adalah tablet kalsium sitrat merk Supracal yang diproduksi oleh
Natures only CA, USA. Tiap tablet kalsium sitrat mengandung 1000 mg kalsium sitrat, Vitamin
D3 200IU, 100 mg, Mg 100 mg, dan Zinc 4 mg.
Dosis pemberian suplemen kalsium sitrat sebesar 27 mg/200g BB tikus/hari/oral. 8
Penetapan dosis kalsium sitrat untuk satu mencit berdasarkan konversi dosis dalam tabel konversi
dosis (Harmita,2008). Angka konversi dari tikus dengan berat badan 200g ke mencit dengan berat
badan 20g yaitu sebesar 0,14g. Tiap g BB mencit harus mendapat kalsium sebesar 3,78 : 20 =
0,19 mg/gBB. Pada penelitian ini rata-rata BB mencit adalah 35g, sehingga dosisnya: 0,19 mg
35 g = 6,65 mg/ekor. Cara pemberian suplemen kalsium adalah dengan menggunakan jarum
gavage langsung dimasukkan kedalam lambung. Pemberian dilakukan pada pagi hari selama 35
hari.
Untuk melihat kualitas mandibula pada penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap : (1)
Kandungan kalsium dalam darah dan (2) Kadar kalsium dalam mandibula.
Pada hari ke-36 mencit didekapitasi dan dilakukan pengambilan sampel darah dari
jantung mencit (intrakardial) dengan menggunakan spuit 1 cc yang sebelumnya telah dibilas
dengan heparin; setiap sampel darah dimasukkan dalam spuit 1cc yang telah diberi label.
Pengamatan kadar kalsium dalam darah dilakukan dengan alat Photometer Olympus 400.
Sampel tulang diambil dengan melakukan pembedahan rahang untuk mengambil
mandibula. Rongga mulut dibuka dan mandibula dikeluarkan dengan gunting kemudian
dibersihkan dari jaringan ikat dan lemak dengan menggunakan pisau (scalpel). Gigi-geligi mencit
disingkirkan atau dicabut dari mandibula dengan menggunakan alat needle holder. Lalu tulang
dicelupkan dalam air panas yang mendidih, sehingga

sisa-sisa tulang mudah dibersihkan

kemudian tulang dibersihkan lagi dengan scalpel. Tulang yang sudah bersih dibungkus dalam
kertas aluminium foil dan dimasukkan dalam botol botol yang telah diberi label sesuai dengan
perlakuan masing-masing dan disimpan dalam suhu -20C, untuk kemudian dilakukan proses
pengeringan.9 Analisis kadar ion kalsium dalam mandibula dilakukan dengan menggunakan alat
AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometry) merk Perkin Elmer 3110 dengan panjang
gelombang -422.7nm.10
Data dipresentasikan dalam bentuk rata-rata simpangan baku (rata-rata SD). Dilakukan
uji normalitas dan homogenitas data. Untuk melihat perbedaan antar kelompok dilakukan uji
Mann Whitney. Semua analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 18,0. Dalam
penelitian ini, hanya perbedaan rata-rata pada p 0,05 yang dianggap signifikan.

HASIL PENELITIAN
Hasil pengematan kandungan kalsium darah dan kandungan kalsium mandibula tertera
dalam tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh latihan fisik dan pemberian suplemen kalsium terhadap kandungan
kalsium dalam darah dan kandungan kalsium mandibula
Perlakuan

P1 = Tanpa perlakuan (kontrol)


P2 = Melakukan latihan fisik berenang
P3 = Diberi asupan suplemen kalsium
P4 = Melakukan latihan fisik berenang
dan diberi asupan suplemen kalsium

Kandungan

Kadar kalsium

kalsium darah

mandibula (ppb)

(mg/dL)
9,70,8
8,70,2
9,70,4
10,10,5

0,00560,0009
0,00630,0004
0,00610,0002
0,00640,0005

Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar kalsium yang tertinggi
(10,1 0,5 mg/dL) terdapat pada darah mencit dengan latihan fisik yang dikombinasikan dengan
penambahan kalsium secara oral (P4), yang berbeda nyata dengan P2 (8,70,4 mg/dL), namun
tidak berbeda nyata dengan P1 (9,70,8mg/dL) dan P3 (9,70,4 mg/dL). Kadar kalsium dalam
darah terendah terdapat pada kelompok perlakuan P2 (8,70,4 mg/dL), yang tidak berbeda nyata
dengan P1, tetapi berbeda nyata dengan P3 dan P4.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa latihan fisik dibarengi dengan pemberian
asupan kalsium merupakan perlakuan yang paling efektif dalam meningkatkan kandungan
kalsium dalam darah mencit. Selanjutnya tampak bahwa perlakuan latihan fisik moderat saja (P2)
pengaruhnya kecil dan tidak berbeda nyata dengan tanpa perlakuan (P1/kontrol). (Gambar 1)

ab

Gambar 1. Grafik histogram kandungan kalsium dalam darah mencit (mg/dL)


Keterangan : P1 = kontrol, P2 = Latihan fisik moderat, P3 = Kalsium 6,65 mg,
P4 = Lat. fisik moderat & kalsium 6,65 mg, = standar deviasi .
Tiap perlakuan dengan huruf kecil yang berbeda, menunjukan
perbedaan yang nyata pada taraf uji 5%.
.
Sedangkan hasil analisis pada kandungan kalsium dalam mandibula menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata pada tiap-tiap kelompok perlakuan (p<0,05). Kadar kalsium yang tertinggi
(0,0064 0,0005 ppb) terdapat pada mandibula kelompok P4 (diberi latihan fisik dengan

penambahan suplemen kalsium) yang berbeda nyata dengan P1 (0,00560,0009 ppb) dan
P3 (0,00610,0002 ppb), namun tidak berbeda nyata dengan P2 (0,00630,0004). (Gambar 2)

ab

Gambar 2. Grafik histogram kadar kalsium dalam mandibula.


Keterangan : P1= Kontrol, P2 = Latihan fisik moderat, P3= asupan suplemen
kalsium, P4= Latihan fisik moderat dan kalsium, = standar
deviasi (SD). Tiap perlakuan dengan huruf kecil yang berbeda
menunjuan perbedaan yang nyata pada taraf uji 5%
Dari hasil analisis di atas tampak adanya kecendrungan bahwa latihan fisik disertai
pemberian suplemen kalsium merupakan cara yang cukup efektif untuk meningkatkan kadar
kalsium dalam mandibula mencit.
Hasil pengamatan pada Gambar 2 memperlihatkan bahwa kadar kalsium dalam
mandibula terendah adalah P1. Diduga hal ini adalah akibat tidak adanya aktifitas fisik moderat
yang dilakukan selama perlakuan dimana aktifitas fisik dapat memicu peningkatan konsentrasi
ion kalsium dalam darah, sedangkan kalsium yang ada dalam tubuh dipergunakannya untuk
kebutuhan fisiologi tubuh terutama untuk pertumbuhan yang mengakibatkan kandungan kalsium
dalam darah berkurang maka ditariknya kalsium dalam struktur tulang, yang mengakibatkan
kandungan kalsium dalam tulang menjadi berkurang.11

Sedangkan menurut Charoepandu (2007) latihan fisik moderat yang rutin memberikan
dampak positif terhadap metabolisme kalsium, dan dapat meningkatkan kepadatan mineral tulang
serta menurunkan kehilangan kalsium melalui urin; sedangkan tidak melakukan aktifitas fisik
memberikan dampak yang sebaliknya.4

PEMBAHASAN
Rangkuman hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh signifikan latihan fisik
berupa berenang disertai pemberian asupan kalsium terhadap kadar kalsium darah dan mandibula
pada mencit. Terjadinya peningkatan kadar kalsium dalam darah adalah karena latihan fisik
moderat dapat menyebabkan terstimulasinya osteoblas sehingga terjadinya peningkatan kalsium
di dalam darah ditambah lagi dengan adanya pemberian kalsium berupa asupan dari luar tubuh
mencit yang menyebabkan jumlah kandungan kalsium semakin meningkat. Hal ini sejalan
dengan penelitian Corwin (2008) latihan fisik dapat menstimulasi osteoblas yang dihasilkan
akibat adanya arus listrik yang terjadi akibat stress yang mengenai tulang. Latihan fisik juga
memperbaiki struktur tulang dan mengurangi kehilangan massa tulang pada individu berusia
lanjut.12
Latihan fisik dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium dalam plasma, sehingga tulang
tidak perlu melepas ion kalsium dan konsentrasi ion kalsiumdalam tulang dapat tetap
dipertahankan tinggi sehinga massa tulang tetap terjaga.13,14
Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa pemberian asupan kalsium ternyata
meningkatkan pengaruh latihan fisik terhadap kandungan kalsium dalam darah dan mandibula.
Hal ini dapat dimengerti mengingat cukukupnya kandungan kalsium dalam darah akibat
perolehan asupan jumlah kalsium yang cukup akan membantu peningkatan metabolisme tulang
dan memperbaiki keadaan tulang secara keseluruhan.11 Menurut penelitian Yuliati, (2007)

pemberian tambahan kalsium kepada individu yang kurang asupan kalsium akan dapat
meningkatkan konsentrasi kalsium ekstraseluler. Peningkatan terasebut akan memicu mobilisasi
dan proliferasi osteoblas sehingga akan dapat meningkatkan sintesa matriks tulang, sehingga
keseimbangan kalsium dapat tercapai.8
Penelitian retsospektif menunjukkan bahwa individu dengan asupan kalsium yang tinggi
pada masa pertumbuhan memiliki puncak massa tulang yang lebih tinggi dikemudian hari.
Puncak massa tulang merupakan tingkatan tertinggi dari densitas mineral tulang, kandungan
mineral tulang (bone mineral content) atau massa tulang (bone mass). Puncak massa tulang yang
rendah akan memudahkan terjadinya osteoporosis dan fraktur tulang pada saat usia lanjut. Puncak
massa tulang dicapai pada usia 20-30 tahun, setelah itu akan menurun, dimana terjadi proses
penuaan, absorpsi kalsium menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat sehingga kalsium
tulang mulai berkurang.15,16,17
Menurut Huang (2001) pemberian tambahan kalsium meningkatkan konsentrasi kalsium
esktraselular. Peningkatan konsentrasi kalsium ekstraselular ini dapat memicu mobilisasi dan
proliferasi osteoblas, dan hal ini akan meningkatkan sintesis matriks tulang.3
Mandibula termasuk tulang aksial yaitu, tulang yang kurang mendapat latihan fisik.
Menurut Krane (1974) dan hasil penelitian Sumiati-Sunaryo (1998) osteoporosis pertama-tama
menyerang tulang aksial, baru kemudian tulang ekstremitas. Oleh karena itu perlu
memperhatikan kualitas tulang aksial terutama mandibula. Beberapa penelitian di bidang
Kedokteran Gigi membuktikan bahwa terjadinya osteoporosis pada tulang lainnya juga diikuti
dengan penurunan densitas tulang mandibula. Sementara itu mandibula penting perannya dalam
menunjang kesehatan terutama kesehatan gigi dan mulut. Apabila mandibula mengalami
pengeroposan maka gigi tidak akan terdukung dengan baik dan proses pengunyahan tidak dapat
dilakukan dengan benar.17,18

Mandibula dan maksila secara umum memiliki struktur yang sama dengan tulang
panjang, yakni sama-sama memiliki dense cortical shell overlying pada lapisan dalam trabekula.9
Jelaslah bahwa meningkatnya kandungan kalsium dalam darah dan mandibula merupakan
wahana meningkatnya bone mineral density (BMD) dan massa tulang pada umumnya. Dengan
demikian dapat dimengerti bahwa meningkatnya kandungan kalsium berarti meningkatnya
kualitas tulang pada umumnya. Kualitas tulang antara lain ditentukan oleh banyaknya kalsifikasi
tulang, sedangkan kalsifikasi tulang menurut Hazel dalam Pudyani (2005) pada dasarnya adalah
pengendapan mineral-mineral terutama kalsium dan fosfor ke dalam matriks organik tulang.
Demikian pula kematangan tulang ditentukan oleh banyaknya kalsifikasi tulang. Hal ini sejalan
dengan kesimpulan akhir penelitian Anwar (2009) yang menyimpulkan bahwa pengaruh kalsium
dan vitamin D3 secara signifikan meningkatkan jumlah osteosit dan berat tulang alveolar.8,19
Hasil penelitian ini mengkonfirmasikan bahwa latihan fisik berenang dan pemberian
asupan kalsium saling memperkuat atau sinergistik dalam meningkatkan kadar kalsium dalam
darah dan mandibula mencit.
Tanpa adanya pemberian asupan kalsium tampaknya latihan fisik berenang moderat tidak
cukup untuk memicu aktifitas metabolisme menuju peningkatan kadar kalsium dalam darah dan
mandibula mencit.

KESIMPULAN
Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.

Latihan fisik berenang dibarengi dengan pemberian asupan kalsium dapat meningkatkan
kadar kalsium dalam darah dan mandibula, sehingga meningkatkan kualitas mandibula .

2. Latihan fisik berenang saja tanpa pemberian asupan suplemen kalsium, dan pemberian
asupan kalsium saja tanpa latihan fisik berenang tidak cukup untuk meningkatkan
kandungan kalsium dan kualitas mandibula pada mencit.

3. Latihan fisik berenang dan pemberian asupan suplemen kalsium merupakan cara yang
efektif untuk meningkatkan kualitas mandibula pada mencit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pudyani PS, 2005. Reversibilitas Kalsifikasi Tulang akibat Kekurangan Protein Pre dan
Post Natal. Dental J. 38: 115-119.
2. Ahola R, korpelainen R, Vainionpaa A, Leppaluoto J, Jamsa T, 2009. Time-Course of
Exercise and Its Association With 12-Month Bone Changes. BMC Musculoskeletal
Disorders. 10: 1-38.
3. Huang TH, Lin SC, Chang FL, Hsieh SS, Liu SH, Yang RS, 2003. Effects of Different
Exercise Modes on Mineralization, Structure, and Biomechanical Properties of Growing
Bone. J Appl Physiol. 95: 300-307.
4. Charoenphandhu N, 2007. Physical Activity and Exercise Affect Intestinal Calcium
Absorption: A Perspective Review. J.Sports Sci. Tecnol. 7(1) : 171-181.
5. Karatosun H, Erdogan A, Yildiz M, Akgun C, Cetin C, 2006. Effects of Swimming
Training and Free Mobilization on Bone Mineral Densities of Rats With The
Immobilization-Induced Osteopenia. Saudi Med J. 27(3) : 312-316.
6. Stear SJ, Prentice A, Jones SC, Cole TJ, 2003. Effect of a Calcium and exercise
Intervention on The Bone Mineral Status of 16-18-Y-Old Adolescent Girls. Am J Clin
Nutr. 77: 985-992.
7. Miles TS, 2004. Bone and Calcium Metabolism in Clinical Oral Physiology. 281-292.
8. Yuliati, Sari GM, Setyawan S, Hendromartana S, 2007. Pemberian Tambahan Kalsium
Pada Masa Pertumbuhan Terhadap Tebal Tulang kortikal dan Trabekula. Majalah Ilmu
Faal. 6(3): 169-172.
9. Karlina IR, Atmajaya L, 2009. Ekstrak Gelatin dari Tulang Rawan Ikan Pari
(Himantura gerarrdi) pada Variasi Larutan asam untuk Perendaman. Skripsi FMIPA ITS,
Surabaya.
10. Rahnama M, Bloniarz J, 2004. Changes of The Calcium Metabolism in Mineralized
Tissues of Rats During Experimental Postmenopausal Osteoporosis. Bull Vet Inst Pulawy.
48: 467-470.
11. Peterson KS, 2005. Calcium- Fortified Beverage Supplementation Effects on Bone
Mineral Density and Body Composition in Healthy Young Women. Thesis Department of
Human Nutrition Collage of Human Ecology Kansas State University : 1-10.

12. Corwin EJ, 2008. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC. 327-331.
13. Suherman SK, 2007. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta. FK UI. 448-449.
14. Bouassida A, Latiri I, Bouassida S, Zalleg D, Zaoualli M, Feki Y, Gharbi N, Zbidi A,
Tabka Z, 2006. Parathyroid Hormone and Physical Exercise : A Brief Review. Journal of
Sports Science and Medicine. 5: 367-374.
15. Karlsson MK, Nordvist A, Karlsson C, 2008. Physical Activity Increases Bone Mass
During Growth. Review. Food and Nutrition Research. 1-10.
16. Johnston CC, Slamenda W, 1993. Determinants of Peak Bone Mass. Osteoporosis Int
Suppl. 1: S54-55.
17. Masyitha D, 2006. Struktur Mikroskopik Tulang Mandibula pada Tikus Ovarektomi dan
Pemberian Pakan Rasio Fosfat/Kalsium Tinggi. Media Kedokteran Hewan. 22: 112-116.
18. Lindawati SM, Ismail I, soenawan, 2006. Pengaruh Asupan Kalsium Terhadap Kepadatan
Tulang Mandibula Perempuan Pasca Menopause. Indonesian Journal of Dentistry (IJD)
Edisi Khusus KPPIKG XIV. 329-332.
19. Anwar SA, 2009. Pengaruh Kalsium dan Vitamin D3 terhadap stabilitas tulang Alveolar.
Study pada tikus jantan putih (Ratus-norvegicus). Media medika indonesia 43 (5).
Semarang.

You might also like