Professional Documents
Culture Documents
Analisis Kebijakan Tax Refund Wisatawan Asing Di Indonesia
Analisis Kebijakan Tax Refund Wisatawan Asing Di Indonesia
Di Indonesia
Oleh :
Ragimun1
Abstract
Tourism is an important sector in order to increase foreign exchange income.
The tourism sector continues to increase its role in supporting the development,
among others, by increasing the amount of the budget for infrastructure development
that is expected to attract foreign tourists to visit Indonesia. In terms of fiscal support
in tax refund) to the foreign tourists who have spent their money in Indonesia. To date
since the applied tax refund on April 1, 2010, was still not significant interest to
foreign tourists who take advantage of the return or restitution of the Value Added
Tax. There are several factors that affect the non optimal tourists who take advantage
of fiscal incentives such VAT refunds. This paper provides an overview and analysis
of related tax refund policies provided by the government to encourage an increasing
number of foreign tourists to Indonesia while increasing local economic activities and
other creative industries. Until now, foreign tourists who filed tax refund was about
0.02 percent of total foreign tourists visiting Indonesia, so that the future need to do
repair services, socialization, development of infrastructure and the expansion of
service tax refund tourist areas such as Yogyakarta, Surabaya, Medan or Bandung
tourists who have a very rapid growth in the year 2011.
Key words: tourists increases, tax returns, the addition of the service area
Abstraksi
Pariwisata merupakan sektor penting guna peningkatan penerimaan devisa
negara. Sektor pariwisata ini terus ditingkatkan peranannya dalam mendukung
pembangunan, antara lain melalui peningkatan besarnya anggaran guna
pengembangan sarana dan prasarana yang diharapkan dapat menarik wisatawan
asing datang berkunjung ke Indonesia. Dari sisi fiskal dukungan itu berupa
pemberian pengembalian pajak (tax refund) kepada turis asing yang telah
membelanjakan uangnya di Indonesia. Sampai saat ini sejak diterapkan tax refund
pada tanggal 1 April 2010, ternyata masih belum signifikan animo turis asing yang
memanfaatkan pengembalian atau restitusi Pajak Pertambahan Nilai tersebut. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi belum optimalnya turis yang memanfaatkan
insentif fiskal restitusi PPN tersebut. Tulisan ini memberikan gambaran, evaluasi dan
analisis kebijakan terkait tax refund yang diberikan pemerintah untuk mendorong
peningkatan jumlah wisatawan asing masuk ke Indonesia sekaligus meningkatkan
kegiatan ekonomi lokal dan industri kreatif lainnya. Hingga saat ini turis asing yang
mengajukan tax refund masih sekitar 0,02 persen dari total turis asing yang
berkunjung ke Indonesia, sehingga ke depan perlu dilakukan perbaikan pelayanan,
sosialisasi, pengembangan infrastruktur serta perluasan daerah pelayanan tax refund
wisman seperti Yogyakarta, Surabaya, Medan ataupun Bandung yang mempunyai
pertumbuhan turis yang sangat pesat di tahun 2011.
Kata kunci: Peningkatan wisatawan, pengembalian pajak, penambahan daerah
pelayanan
I.
Pendahuluan
negara. Beberapa
negara
sektor pariwisata
senggang yang dimiliki sesorang. Pariwisata dapat disoroti dari berbagai sudut
pandang karena kekompleksitasannya. Kompleksitas yang terkandung dalam
pariwisata misalnya pariwisata sebagai pengalaman manusia, pariwisata sebagai
perilaku sosial, pariwisata sebagai fenomena geografis, pariwisata sebagai sumber
daya, pariwisata sebagai bisnis, dan pariwisata sebagai industri.
Sejalan dengan arah kebijakan pengembangan pariwisata ke depan berupa
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan
nusantara (wisnus) dengan fokus pada upaya-upaya peningkatan efektivitas
kelembagaan promosi pariwisata, baik dalam maupun luar negeri, pengembangan
jenis dan kualitas produk-produk wisata, seperti pengembangan wisata bahari, wisata
2
belanja, yang potensinya cukup besar. Demikian juga dilakukannya harmonisasi dan
simplifikasi
berbagai
perangkat
peraturan
yang
terkait
dalam
mendukung
adalah
segala
sesuatu
yang
berhubungan
dengan
wisata dan berbagai aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta
informasi dan promosi.
Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud
dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Menurut Organisasi Pariwisata Dunia, Pariwisata
atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan
juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah
seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya
dengan tujuan rekreasi.
Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa
mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa
bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dan lain-lain. Dan juga
menawarkan tempat istirahat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan
lainnya.
Banyak negara bergantung dari industri pariwisata, karena sebagai sumber pajak
dan juga pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh
karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai
oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai
daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa
kepada orang non-lokal.2
Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut
diminati pengunjung yaitu :
a. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di
lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata
tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat
dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.
b.
c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya
adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleholeh. (Yoeti, 1985).
Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan langkah-langkah yang terarah
dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan perencanaan
pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait sehingga
pengembangan
tersebut
menjadi
realistis
dan
proporsional.
Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang
menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan
prasarana obyek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat
diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata. Menurut (Yoeti,
1985), mengatakan bahwa Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang
memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga
dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang
beraneka ragam. Prasarana tersebut antara lain :
1. Perhubungan : jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal.
2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.
3. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos.
4. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.
5. Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata maupun pos-pos
polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek wisata.
6. Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu
wisata.
7. Pom bensin dan lain-lain (Yoeti, 1985).
8
2. Perusahaan transportasi : pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus-bus
yang melayani khusus pariwisata saja.
3. Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di sekitar
obyek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung
dari obyek wisata tersebut.
4. Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut yang mendapat
penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas obyek
tersebut.
5. Dan lain-lain (Yoeti, 1985).
Dalam pengembangan sebuah obyek wisata sarana dan prasarana tersebut harus
dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu obyek wisata dapat
membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata
disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga
untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar obyek wisata
tersebut maupun pemerintah daerah.3
2.3 Ketentuan dan Perundang-undangan Tax Refund Bagi Wisatawan Asing di
Indonesia
Dalam rangka menarik orang pribadi pemegang paspor luar negeri untuk
berkunjung ke Indonesia, kepada orang pribadi tersebut diberikan insentif
perpajakan. Insentif tersebut berupa pengembalian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang sudah dibayar atas
pembelian Barang Kena Pajak di Indonesia yang kemudian dibawa oleh orang
pribadi tersebut ke luar Daerah Pabean.
Sumber : http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/pengantar-industri-pariwisata-definisi.html
Barang Kena Pajak yang dibeli dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebelum
orang pribadi pemegang paspor luar negeri meninggalkan Indonesia dianggap akan
dikonsumsi di luar Daerah Pabean. Oleh karena itu, Faktur Pajak yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk meminta kembali Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dipersyaratkan hanya untuk Faktur Pajak yang
diterbitkan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebelum orang pribadi pemegang
paspor luar negeri tersebut meninggalkan Indonesia.
Bagi orang pribadi pemegang paspor luar negeri yang tidak mempunyai
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Faktur Pajak yang dapat dipergunakan untuk
meminta kembali PPN dan Pajak Penjualan atas barang
Mewah harus
mencantumkan identitas berupa nama, nomor paspor, dan alamat lengkap orang
pribadi tersebut di negara yang menerbitkan paspor.
Tax Refund bagi wisatawan asing di Indonesia diatur pada Pasal 16E UU
nomor 42 Tahun 2009, yang menyebutkan bahwa :
1. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sudah
dibayar atas pembelian barang kena pajak yang dibawah ke luar Daerah Pabean
oleh orang pribadi paspor luar negeri dapat diminta kembali.
2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dapat
diminta kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus memenuhi syarat :
a. Nilai Pajak Pertambahan Nilai paling sedikit Rp 500.000 (lima ratus ribu
rupiah) dan dapat disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah.
b. Pembelian barang kena pajak dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
sebelum keberangkatan ke luar Daerah Pabean, dan
c. Semua Faktur pajak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 13 (5), kecuali pada kolom Nomor Pokok Wajib Pajak dan alamat
pembeli diisi dengan nomor paspor dan alamat lengkap di negara yang
menerbitkan paspor atas penjualan kepada orang pribadi pemegang paspor
luar negeri yang tidak mempunyai NPWP.
3. Permintaan kembali Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada
saat orang pribadi pemegang paspor luar negeri meninggalkan Indonesia dan
10
Sejak 1 April 2010, untuk Orang Pribadi Pemegang Paspor Luar Negeri
(selanjutnya diistilahkan sebagai Wisatawan Mancanegara atau Turis Asing) yang
berbelanja barang yang dikenakan PPN (Barang Kena Pajak) di Daerah Pabean,
apabila barang tersebut dibawa pulang ke negara asalnya (keluar Daerah Pabean),
maka PPN yang telah dibayarkannya pada saat pembelian barang tersebut dapat
dimintakan kembali (diistilahkan sebagai Value Added Tax Refund). Ketentuan
mengenai Value Added Tax Refund ini diatur dalam Pasal 16E Undang-Undang PPN
Nomor 42 Tahun 2009. Turis Asing yang dapat memperoleh Tax Refund ini serta
bagaimana mekanisme proses Tax Refund diatur dalam Pasal 16E ayat (2), ayat (3),
ayat (4) UU PPN dan aturan pelaksanannya adalah Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 76/PMK.03/2010 tanggal 31 Maret 2010 dan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-20/PJ/2010 tanggal 31 Maret 2010, secara garis besar ketentuan
mengenai pemberian Tax Refund kepada Wisman (Turis Asing) adalah sebagai
berikut :
-
4
Observation & Research of Taxation (ORTAX), Susunan Dalam Satu Naskah 9 (Sembilan) UndangUndang Perpajakan, The 1st Indonesia Tax Community Media (http://www.ortax.org), 2009
11
Hanya boleh dilakukan oleh wisatawan asing yang datang ke Indonesia dalam
jangka waktu tidak lebih dari 2 (dua) bulan serta memiliki paspor luar negeri.
Hanya boleh dilakukan untuk pembelian dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
sebelum yang bersangkutan meninggalkan Indonesia.
Wisatawan asing hanya dapat meminta tax refund untuk pembelian barang yang
jumlah PPN minimal Rp 500.000,00 dengan meminta Faktur Pajak Khusus
(bentuk Faktur Pajak Khusus dapat dilihat di Lampiran 76/PMK.03/2010) dari
toko yang ditunjuk.
Sampai saat ini, Direktur Jenderal Pajak telah menetapkan sejumlah toko
yang ditunjuk untuk dapat mengeluarkan Faktur Pajak dalam penyerahan
Barang Kena Pajak kepada Turis Asing, sehingga mereka dapat melakukan
proses Tax Refund. Toko yang telah ditunjuk telah tersebar di Jakarta, Tangerang,
Bali, Yogyakarta, Surabaya dan Medan. Proses pemberian Tax Refund saat ini
juga hanya dilakukan di Bandar Udara (bandara) khusus yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan. Sampai dengan saat ini Bandara yang telah ditetapkan
sebagai tempat untuk memproses Tax Refund adalah:
1. Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang (Keputusan Menteri
Keuangan No. 141/KMK.03/2010)
2. Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar (Keputusan Menteri Keuangan
No. 141/KMK.03/2010)
3. Bandara
Internasional
Adisutjipto,
Yogyakarta
(Keputusan
Menteri
Sumber : http://syafrianto.blogspot.com/2011/09/bandar-udara-yang-ditunjuk-untuk.html
12
menjadi bertambah pula beberapa toko resmi atau 9 outlet retail yang beroperasi
dalam tax refund di Surabaya dan Medan, yaitu antara lain Batik Danar Hadi
Jalan Diponegoro Surabaya, Mirota Jalan Sulawesi 24 Ngagel Surabaya, Sogo
13
Tunjungan Surabaya, Sogo Galaxy Mall Surabaya dan Sarinah Outlet Jawa
Timur Jalan Basuki Rahmat Malang.
Sedangkan toko resmi yang beroperasi di Medan antara lain Danar Hadi
Jalan H.Z Arifin Madras Hulu Medan, Batik Semar Jalan H.Z Arifin Madras
Hulu Medan, Batik Semar Medan Mall Lantai 3 Medan, Sogo Jalan H. Zainul
Arifin Sun Plaza Medan.
Demikian juga Direktorat Jenderal Pajak telah menetapkan 10 toko eceran
di wilayah Yogyakarta yang akan melayani pengembalian PPN bagi turis asing
(tax refund).
rata-rata
tinggal
di
Indonesia
serta
pengeluaran
mereka
untuk
Jumlah Wisman
Rata-rata
lama tinggal
orang (US $)
Penerimaan Devisa
Sumber : http://www.bisnis.com/articles/10-peritel-di-yogyakarta-siap-layani-tax-refund
14
Wisman
Growth
(hari)
Per
Per hari
(%)
kunjungan
Juta US $
Growth
(%)
2004
5.321.165
19,12
9,47
95,17
901,66
4.797,90
18,85
2005
5.002.101
-6,00
9,05
99,86
904,00
4,521,90
-5,75
2006
4.871.351
-2,61
9,09
100,48
913,09
4.447,98
-1,63
2007
5.505.759
13,02
9,02
107,70
970,98
5.345,98
20,19
2008
6.234.730
13,24
8,58
137,38
1.178,54
7,347,60
37,44
2009
6.323.730
1,43
7,69
129,57
995,93
6,297,99
-14,29
2010
7.002.944
10,74
8,04
135,01
1.085,75
7,603,45
20,73
2011
5.614.238
8,26
*)
*)
*)
*)
*)
Sumber :P2DSJ dan BPS, diolah (tahun 2011, data dari Januari s/d September, * data belum tersedia)
Beberapa sumber berita menyebutkan Jumlah wisman berkunjung ke Indonesia tahun 2011 mencapai
7,6 juta orang.
per hari selalu meningkat. Hal ini merupakan indikasi positif terkait makin
meningkat belanja mereka di Indonesia dan kebijakan Tax Refund yang diterapkan
selama ini diharapkan dapat mendorong wisman membelanjakan uangnya lebih
banyak lagi karena PPN yang mereka bayar nantinya dapat dimintakan kembali
pada saat mereka hendak pulang.
Memang dengan diberlakukannya restitusi pajak wisatawan asing ini
pendapatan dari PPN akan menurun, namun dalam jangka panjang justeru akan
meningkatkan penerimaan pajak penghasilan karena para pedagang atau toko akan
memperoleh keuntungan lebih banyak lagi, termasuk multiplier effect yang
diciptakan menjadi semakin besar.
Sudah banyak negara yang telah menerapkan tax refund. Sebagai gambaran
kita dapat lihat pada Tabel 2, tarif dan batasan belanja wisman yang akan
mendapatkan pengembalian PPNnya.
Tabel 2.
Tarif PPN dan Belanja Minimum Yang Mendapat Tax Refund Beberapa Negara
No
Negara
Argentina
2.
3
4
Austria
Belgia
Croatia
20
21
23
75,01
125,01
501 HRK
Cyprus
15
50 CYP
Czech Republic
20
7
8
9
Denmark
Estonia
Finland
25
20
23
10
Perancis
11
Jerman
12
13
14
Yunani
Hungaria
Iceland
Tarif PPN
(%)
21
19,6
19
23
25
25,5
Belanja Minimum
(mata uang negara)
ARS 70
Dalam US
($)
18
Dalam Rupiah
(Rp)
163.800
103
171
93
937.300
1.556.100
846.300
22
200.200
Czk 2000
113
1.028.300
300 DKK
38
40
55
52
55
500.500
473.200
500.500
240
2.184.000
175,01
25
120
42,001 HUF
4,000 ISK
15
Ireland
21
16
17
18
Italia
Indonesia
Korea
20
10
10
155
Rp 5.000.000
30.000 KRW
34
309.400
164
209
34
1.492.400
1.901.900
309.400
212
550
27
1.929.200
5.000.000
245.700
16
19
Latvia
22
30,26 LVL
20
Lebanon
10
150.000 LBP
21
Lithuania
21
200 LTL
22
23
24
Luxembourg
Maroco
Netherlands
15
20
19
74
2.000 MAD
50
25
Norway
25
26
Poland
23
27
28
29
Portugal
Romania
Singapura
30
Slovakia
31
32
33
34
35
59
536.900
101
919.100
79
718.900
101
246
69
919.100
2.238.600
627.900
315 NOK
55
500.500
200 PLN
71
646.100
23
24
7
60
250 RON
SG$100
82
81
78
746.200
737.100
709.800
20
175
240
2.184.000
Slovenia
20
50
69
627.900
Spain
Sweden
Switzerland
18
25
8
90,15
200 SEK
CHF 300
124
31
318
1.128.400
282.100
2.893.800
Turkey
18
118 TRY
75
682.500
20
20
30
48
113
436.800
1.030.942
36
United Kingdom
Rata-rata
Dilihat dari pesatnya perkembangan pariwisata dunia saat ini, maka beberapa
negara gencar mengadakan promosi untuk mendatangkan dan menarik wisatawan
tersebut. Salah satu diantaranya adalah melalui pengembalian pajak pertambahan nilai
atau pajak atas barang mewah yang dibeli wisman di negaranya.
Bila kita lihat Tabel 2 di atas, banyak negara menerapkan tax refund adalah dalam
rangka menarik wisatawan asing datang dan membelanjakan uangnya di negara
tersebut. Dari 26 negara yang menerapkan tax refund rata-rata PPN yang diterapkan
diatas 20 persen, dan beberapa negara menerapkan 25 persen seperti Swedia, Norwegia,
Iceland, Denmark dan Hongaria. Sedangkan Indonesia menerapkan PPN relatif rendah
di bawah rata-rata yaitu 10 persen termasuk Singapura 7 persen dan Swis 8 persen.
Namun negara-negara yang menerapkan PPN lebih tinggi tersebut batasan belanja
minimum (minimum spending) yang dapat direfund (restitusi) sangat rendah jauh
dibawah rata-rata minimum belanja/pembelian yang sebesar US$ 113 atau dibawah Rp
1.000.000.
Hal ini berbeda dengan penerapan tax refund yang diberlakukan di Indonesia.
PPN yang diterapkan rendah yaitu 10 persen, namun tinggi dalam batasan minimum
17
Jumlah
Jumlah Total
18
Jumlah Transaksi
Jumlah Transaksi (%)
Pembelian + PPN
Pembelian + PPN (%)
PPN
PPN (%)
Rata-rata Pembelian
/Transaksi (Rp)
Rata-rata
PPN/Transaksi
1290
95,48
14.392.423.518
95,60
1.308.402.138
95,60
11.156.917
yang tidak
direfund
61
4,52
822.371.097
5,41
74.761.009
5,41
13.481.493
1.351
100,00
15.214.794.615
100,00
1.383.163.147
100,00
11.261.876
1.014.265
1.225.590
1.023.807
Diterima
Expired
Ditolak
Total
1.011
74,83
11.508.145.561
75,63
1.046.195.051
75,63
11.382.933
278
21,55
2.883.543.960
18,95
262.140.360
18,95
10.372.460
1
0,08
733.997
0,005
66.727
0,005
733.997
1.034.812
942.951
66.727
Sampai dengan akhir tahun 2011 Restitusi PPN dan PnPBM wisatawan asing
yang berkunjung ke Indonesia khususnya melalui Bandara Sukarno Hatta Jakarta
dan Bandara Ngurah Rai berjumlah 1.351 transaksi yang telah dicatat oleh toko dan
oulet yang ditunjuk Dirjen Pajak. Dari 1.351 transaksi tersebut mempunyai nilai
sebesar yaitu Rp 15.214.794.615 yang berarti rata-rata pertransaksi sebesar lebih dari
10 juta rupiah (Rp 11.261.876). Besarnya transaksi ini termasuk PPN sebesar lebih
dari 1,3 milyar Rupiah (Rp 1.383.163.147) yang mempunyai rata-rata pertransaksi
sebesar lebih dari 1 juta Rupiah (Rp 1.023.807).
Bila dilihat dari jumlah besarnya pajak maka nilai PPN masih sangatlah kecil.
Demikian juga bila dilihat dari perbandingan wisatawan asing yang berkunjung ke
Indonesia yang melakukan transaksi yang dapat dilakukan tax refund juga masih di
bawah 0,5 persen (bila diasumsikan tiap orang 1 transaksi ). Selama tahun 2011
kunjungan wisatawan asing khususnya dari pintu kedatangan Bandara Ngurah Rai
dan Bandara Sukarno Hatta sebesar 347.324 orang wisatawan asing yang naik dari
tahun 2010 yang sebesar 295.780 orang wisman atau naik sekitar 17 persen. Dilihat
dari warga negara asal yang berkunjung dari dua pintu kedatangan tersebut banyak
didominasi berturut-turut dari warga Australia, Malaysia, Singapura, China, Jepang,
Korea Selatan dan lainnya.
Dari jumlah permohonan sebesar 1.351 transaksi, ternyata terdapat 61
transaksi atau 4,5 persen yang tidak di mintakan untuk direfund yang nilai
transaksinya sebesar Rp 822.371.097 dengan nilai PPN sebesar Rp 74.761.009 atau
rata-rata pertransaksi sebesar Rp 1.225.590.
19
Tabel 4.
Perkembangan Wisman Menurut Pintu Kedatangan Tahun 2004-2011 (per orang)
Pintu Masuk
2004
2005
Soekarno Hatta
1.005.072
1.105.202
Ngurah Rai
1.525.994
2007
2008
2010
2011
1.147.250
1.153.006
1.464.717
1.390.440
1.823.636
1.423.952
1.454.804
1.328.929
1.741.935
2.081.786
2.384.819
2.546.023
2.075.608
97.087
109.034
110.405
116.614
130.211
148.193
162.410
135.055
1.527.132
1.024.758
1.012.711
1.077.306
1.061.390
951.384
1.007.446
835.769
Juanda
75.802
81.409
83.439
140.438
156.726
158.076
168.888
134.876
Sam Ratulangi
16.930
15.839
17.745
19.274
21.795
29.715
20.220
14.942
Entikong
16.914
21.301
14.540
18.220
19.989
21.190
23.436
18.099
Minangkabau
12.677
17.708
24.910
26.974
40.911
51.002
27.482
21.792
Adi Sumarmo
4.042
4.736
13.834
18.628
19.022
16.489
22.350
17.782
323
2.059
1.202
3.502
5.818
20.222
16.211
9.989
Selaparang
23.997
31.174
26.069
13.981
14.368
13.908
17.288
13.238
Sepinggan
9.181
8.686
9.563
9.329
11.345
9.985
10.824
11.763
10.407
13.564
19.480
16.942
18.002
18.996
15.278
16.119
Polonia
Batam
Makasar
2006
2009
20
Tanjung Priok
58.838
62.743
66.679
68.735
67.886
59.212
63.859
47.694
176.357
143.587
129.769
119.574
123.505
102.487
97.954
76.540
Adi Sucipto
6.449
3.032
34.375
45.883
46.987
35.995
Husein Sasranegara
16.334
22.908
19.972
62.766
78.998
90.278
82.624
Tanjung Uban
287.762
271.279
307.390
325.215
318.113
296.229
313.945
250.621
232.966
206.469
167.300
164.082
136.234
101.632
100.908
77.167
239.684
404.966
364.196
452.032
445.538
424.870
427.521
314.613
5.321.165
5.002.101
4.871.351
5.505.759
6.234.497
6.323.730
7.002.944
5.614.238
Tanjung Pinang
Total
21
mampu
mendatangkan turis asing sebanyak 18 juta orang per tahun. Begitu pun dengan
Singapura yang hanya mempunyai penduduk 4,5 juta orang, mampu mendatangkan
wisman lebih dari 10 juta orang per tahun.
Indonesia
harus
terus
belajar
dari
banyak
negara
yang
sukses
yang
telah
menerapkan
wisata
sebagai
primadona
penerimaan devisa maka tentu saja penerapan tax refund merupakan bagian penting
22
sebagai daya tarik wisatawan berkunjung ke negaranya. Jasa dan pelayanan ini akan
dilakukan dengan serius. Singapura sebagai salah satu contoh negara yang terus
memacu tingkat kedatangan wisman. Daya tarik pelayanan dan fasilitas kemudahan
yang tersedia merupakan modal awal bagi peningkatan jumlah wisatawan.
Singapura selain menerapkan infrastruktur yang memadai, diketahui pula terbaik
untuk berbelanja di Singapura.
berbelanja terbaik di wilayah Asia. Negara itu memberlakukan tax refund dimana
besarnya PPNnya hanya 3 persen sampai dengan 7 persen bagi wisatawan asing
yang berbelanja di negara itu. Itulah sebabnya salah satu alasan warga negara asing
yang berbelanja di Singapura adalah karena PPNnya rendah serta PPN tersebut
dapat direstitusi kembali. Padahal, jika dilihat dari sisi kualitas tempat wisata dan
variasi produk, Indonesia tidak kalah dengan produk-produk dan tempat wisata di
Singapura.
Saat ini Pemerintah Singapura telah menerapkan GST (Goods and Service Tax)
atau Pajak Layanan dan Barang dikenakan di Singapura sejak 1994 sebesar 3 persen
sampai dengan 7 persen. Jadi setiap turis yang membeli barang diseluruh wilayah
Singapura dan dikenakan GST, dapat melakukan klaim untuk mengembalikan pajak
tersebut pada saat turis akan keluar dari Singapura. Ada dua operator pengembalian
GST, yaitu Global Refund dan Premier Tax Free. Toko-toko yang bekerja sama dengan
kedua operator ini biasanya memasang tanda Tax Refund atau salah satu logo dari
operator GST.7
Salah satu persyaratan pengembalian GST antara lain Toko atau outlet yang
tidak tergabung dalam program GST refund menjalankan program pengembalian
GST mereka sendiri, biasanya antara toko satu dengan lainnya berbeda
kebijakannya. Bisa saja setiap toko dapat menggunakan pengembalian berupa uang
kas, cek atau menggunakan voucher yang menarik yang dapat membuat wisman
dapat kembali berkunjung.
Demikian juga guna memudahkan wisman melakukan pengembalian
pajaknya maka pemerintah Singapura memberlakukan e TRS (The Electronic Tourist
Refund Scheme). e TRS ini membantu pelayanan tax refund bagi turis sehingga tidak
http://travel.kompas.com/read/2011/11/23/1219392/Belanja.di.Singapura..Pajak.Bisa.Dikembalikan
23
perlu antri dan tidak banyak membuang waktu dan ditambah lagi e TRS ini
mempunyai sifat user friendly dengan penggunaan banyak bahasa yang berbeda.8
IV. Penutup
4.1 Kesimpulan
1. Turis asing yang mengajukan tax refund sampai dengan akhir tahun 2011, masih
sangat rendah yaitu sebesar 0,02 persen dari total turis asing yang berkunjung ke
Indonesia yang berjumlah 7,6 juta orang.
2. Rendahnya wisman yang mengajukan tax refund disebabkan masih belum
optimalnya pelayanan, sosialisasi, penambahan toko atau outlet penjualan
cenderamata yang dapat mengeluarkan Faktur Pajak Khusus serta perluasan
daerah pelayanan tax refund wisman seperti Bandara Internasional Adisutjipto di
Yogyakarta, Bandara Internasional Juanda Surabaya, Bandara Internasional
Polonia Medan maupun bandara-bandara yang mempunyai pertumbuhan
wisman cukup tinggi termasuk Batam.
3. Selain daerah tersebut, tujuan wisata Bandung merupakan daerah yang
mempunyai pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 40 persen sebagai daerah
yang dikunjungi wisatawan asing dalam tahun 2011, terutama kunjungan
wisman dari Singapura dan Malaysia. Hal ini memberikan peluang yang besar
bagi daerah Bandung sebagai daerah wisata fashion sehingga perlu dilakukan
pengembangan fasilitas pelayanan Tax Refund.
4.2 Saran
1. Bandung semestinya diprioritaskan untuk perluasan Tax Refund karena
kunjungan wisman ke daerah ini cukup pesat dan karakteristik wisman yang
berkunjung ke daerah ini adalah untuk belanja fashion. Hal ini sekaligus menarik
minat wisman lainnya untuk berkunjung ke daerah ini yang diharapkan dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi kreatif lokal.
2. Masih perlunya sosialisasi tax refund yang diberlakukan di Indonesia kepada
calon wisatawan asing yang akan berkunjung ke Indonesia. Demikian juga
http://www.customs.gov.sg/leftNav/trav/Tourist+Refund+Scheme.htm
24
25
Daftar Pustaka
Agung, Mulyo, Teori dan Aplikasi Perpajakan Indonesia, Penerbit Dinamika Ilmu, Jakarta,
2007
Hadinoto, Kusudianto. Perencanaan dan Pengembangan Destinasi Pariwisata, UI Press
Jakarta, 1996
Ilyas, B. Wirawan, Suhartono, Rudy, Panduan Komprehensif dan Praktis Pajak Penghasilan,
Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2007
Kodyat, H. , Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia, Liberty, Jakarta, 1996
Observation & Research of Taxation (ORTAX), Susunan Dalam Satu Naskah 9 (Sembilan)
Undang-Undang Perpajakan, The 1st Indonesia Tax Community Media
(http://www.ortax.org), 2009
Silitonga, Erwin, Makalah berjudul: Ekonomi Bawah Tanah, Pengampunan Pajak dan
Referandum, Jakarta
Wardiyanta, Metode Penelitian Pariwisata, Andi, Yogyakarta, 2006
Yoeti, A. H.,Oka, Pemasaran Pariwisata, Penerbit Angkasa, Bandung, 1985
Yoeti, A.H., Oka, Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi dan aplikasi, Penerbit Buku
Kompas, Jakarta, 2008
http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/pengantar-industri-pariwisata-definisi.html
http://www.bisnis.com/articles/10-peritel-di-yogyakarta-siap-layani-tax-refund
http://syafrianto.blogspot.com/2011/09/bandar-udara-yang-ditunjuk-untuk.html
http://travel.kompas.com/read/2011/11/23/1219392/Belanja.di.Singapura..Pajak.Bisa.
Dikembalikan
http://www.customs.gov.sg/leftNav/trav/Tourist+Refund+Scheme.htm
www.budpar.go.id
www.pajak.go.id
26