You are on page 1of 40

CONDITIONALS

Conditionals can be simply defined as "conditional sentence". In the sentence there are three
types:
1. Conditionals: Type 1 (Open Condition)
It said the "open condition". Because conditions can be met, may not. This type is used to
menerangan that something would happen, if the conditions trertentu met. And the pattern for
this type, as follows:
Pola Conditionals Type 1 (Open Condition)
MAIN CLAUSE

DEPENDENT CLAUSE

(Principal clause)
INDUK KALIMAT
Present Futere Tense

if
if
Consider the example below:

Jono will go to the beach the

if

afternoon

(Conditional clause)
ANAK KALIMAT
Present Tense
It doesnt rain

Example:

I will come to your house if I have enough time

Father will be happy if I finish the work before lunch

Susi will wash the dishes if she feels welll


The pattern of type 1 can be written in a way to put the word "if" at the beginning of the sentence
(which is then separated separated by "comma")
I

DEPENDENT CLAUSE

MAIN CLAUSE

F
I

PRESENT TENSE

PRESENT FUTERE TENSE

F
if

We have enough money

We will build a home

Example:

If he bears the news, he will be shocked

If she is not careful with the fire, she will burn her finger

If he doesnt like the cake, he will not eat it

If you dont water the plants, they will die.

2. Contionals : Type II (Improbable/Imaginary Condition)


Conditonal type describes something we expect to happen or simply fiction. And expressed by
the verb past tense (both past tense for past dependenmt futere clause and tense in the main
clause).
Conditional pattern type II - A
MAIN CLAUSE
(Principal clause)
INDUK
KALIMAT
Past Future
Tense

DEPENDENT
IF

CLAUSE
(Condition Clause )
ANAK KALIMAT

IF

Past Tense

Consider the example below:


Mother would be
She saw climbing
angry
IF
this tree

Example :

She would pass test, if she studied hard.

He would help the poor if he were a millionare.

He woulf support me, if I bad a match.

Pola II B
Pola conditional type II-B
IF
IF

Subyek

DEPENDENT CLAUSE
Were

MAIN CLAUSE
Subyek
Would/should

Plural
IF

( you, we, and

Were

5 years older

Were

5 years older

they)
Singular
IF

(I, He, She,

( you, we, and

Would be

they)

needed here

(I, He, She,

Would be

It)

needed here

It)
Example :

He would help your homework if be were able to

If I were you, I would study hard

I would take the offer if I were you

3. Conditionals : Type III (Unfulfilled Condition)


This pattern is used to express that something did not happen due to certain conditions yasng not
happen.
The pattern of conditional type III, as follows :
MAIN CLAUSE
Past future Perfect Tense
(Would have / Should have)

IF
if

DEPENDENT CLAUSE
Past Perfect Tense ( had / had
been )

If

I should have left for

I had money

You

Yogyakarta

You

would

have

had

shouted

loundly

disturbed me

She had been drowsy

soundly

I hadnt examined him

He would have been

I had been absent

She would have slept

dead

The

teacher

had

been

in

emergency

would

have scolded me

He

The judge had asked


him

CONDITIONAL SENTENCES
Conditional Sentence (=Kalimat pengandaian) adalah kalimat yang digunakan untuk menyatakan
sesuatu yang mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi seperti yang diharapkan.
Conditional Sentence (Kalimat Pengandaian) dalam bahada inggris selalu berbentuk kalimat majemuk
(compound sentence), yaitu kalimat yang terdiri atas Main Clause (Induk Kaimat) dan Subordinate
Clause (Anak Kalimat). Pada bentuk conditional sentence ini antara induk kalimat dengan amak
kalimat dihubungkan dengan if (jika) .
Main clause (induk kalimat) adalah bagian dari kalimat majemuk yang dapat berdiri sendiri serta
memiliki arti yang lengkap jika berpisah dari bagian yang lain dalam kalimat majemuk.
Sedangkan Subordinate Clause (anak kalimat) adalah bagian dari kalimat majemuk yang tidak dapat
berdiri sendiri seandainya berpisah dari bagian yang lain dalam kalimat majemuk.
Terdapat tiga tipe conditional sentence. Secara singkat ketiga tipe tersebut bisa dilihat di tabel berikut:
Conditional Sentence Type I
Kalimat conditional disebut juga dengan kalimat pengandaian. Contoh di bawah ini:
If I have a lot of money, I will go to America.
I will sleep if I am sleepy.
If my father has much money, he will buy a new house.
Ketiga contoh di atas adalah contoh dari conditional sentence. Conditional sentence terdiri dari 2
bagian yaitu: subordinate clause dan main clause. Subordinate clause (if + clause) merupakan
pernyataan syarat atau kondisi. Sedangkan main clause pada conditional sentence adalah pernyataan
akibat terpenuhinya (+) atau tidak terpenuhinya (-) persyaratan yang ada pada subordinate clause
atau kondisi yang ada pada subordinate clause.
Perhatikan kembali contoh di atas:
If I have a lot of money(subordinate clause) kalimat ini merupakan syarat untuk terjadinya sesuatu
yaitu : I will go to America. (main clause). Jadi saya akan pergi ke Amerika jika saya mempunyai
banyak uang.
Conditional sentence type 1
Conditional sentence type 1 bermakna future karena akibat (main clause) berbentuk future
dan subordinate clause berbentuk simple present tense. kejadian yang ada pada main clause yang
berbentuk future tersebut akan terjadi bila persyaratan yang ada pada subordinate clause (if)
terpenuhi.
Rumus condtional sentence type 1
If +simple present tense, Simple future tense
Simple future tense + if + simple present tense
NOTE: jangan lupa memasukan , (comma) jika ingin meletakkan subordinate clause terlebih dahulu.
Tidak perlu meletakkan koma jika main clause anda masukan terlebih dahulu.
If she has my address, she will send the invitation to me.
They will buy a car if they have money.
My mother will go to Bali if she has a lot of money.
You will be late if you sleep late.
He will not come if you are angry with him.
Conditional Sentence Type II
Conditional sentence type II Rumusnya sebagai berikut:
If + Simple past tense + , + Past future tense
Past future tense + if + simple past tense
Contoh:

If I found her address, I would send her an invitation.


I would send her an invitation if I found her address.
If I had a lot of money, I wouldnt stay here.
If I were you, I would not do this.
Conditional type II ini digunakan sebagai aplikasi kejadian masa sekarang atau present. Kejadiannya
akan terjadi jika kondisi yang ada pada subodinate clausenya berbeda.
Contoh :
Example: If I found her address, I would send her an invitation.
Pada contoh di atas, telah jelas bahwa saya ingin mengirimkan undangan kepada seorang teman. Saya
sudah mencari alamatnya tetapi tidak ditemukan. Jadi tidak mungkin saya akan mengirimkan
undangannya karena saya tidak mengetahui alamatnya. Jadi fakta dari kalimat conditionalnya pada
contoh di atas adalah: tidak jadi mengirimkan undangan karena tidak mengetahui alamatnya.
Contoh lain:
If John had the money, he would buy a Ferrari.
Saya kenal John. Dia tidak punya banyak uang (ini fakta yang ada). Akan tetapi dia sangat suka denga
mobil ferari dan sangat ingin membelinya. Akan tetapi ini hanya mimpi John belaka karena tidak
mungkin dia membeli ferari karena dia tidak punya uang.
Dari penjelasan ini sangat jelas perbedaan conditional sentence type I dan II. Pada type I kondisinya
pada subordinate clause berbentuk present dan ini kemungkinan besar terjadi. Sedangkan pada type
II, kondisi pada subordinate clause berbentuk simple past tense yang menyatakan masa lampau..yang
jelas jika masa lampau adalah masa yang sudah lewat dan kita telah mengetahuinya. Jadi type dua
adalah kalimat pengandaian yang tidak mungkin terjadi, sedangkan type I bisa saja terjadi.
Conditional Sentence type III
Pada conditional sentence type II merupakan aplikasi dari kondisi atau kejadian yang ada pada masa
present/simple present tense, sedangkan type III ini merukan aplikasi kejadian masa lampau atau
simple past tense. Terkadang, di masa lampau kita mempunyai keinginan yang tidak dapat kita
wujudkan. Lalu kita ingin bercerita kepada teman atau orang lain. Misalkan:
tahun lalu, saya ingin membeli rumah baru, akan tetapi saya tidak punya uang.
Perhatikan contoh di atas yang sengaja saya buat dalam bahasa Indonesia! Bahwasanya tahun lalu
(masa lampau) saya ingin membeli rumah baru dan saya tidak punya uang. Jadi conditional type
I adalah pengandaian yang kemungkinan besar terjadi, type II aplikasi masa present yang merupakan
pengandaian yang tidak mungkin terjadi dan type III adalah aplikasi kondisi masa lampau atau
bentuk past tense yang memang sudah pasti tidak terjadi karena merupakan aplikasi masa lampau.
Rumus conditional type III
If + Past perfect + , + Past future perfect tense
Past future perfect tense + if + past perfect
Contoh:
If I had found her address, I would have sent her an invitation.
I would have sent her an invitation if I had found her address.
If I hadnt studied, I wouldnt have passed my exams.
If John had had the money, he would have bought a Ferrari

8.Perundingan di Hooge Veluwe


Perundingan ini dilaksanakan pada tanggal 14 - 25 April 1946 di Hooge Veluwe (Negeri
Belanda), yang merupakan kelanjutan dari pembicaraan-pembicaraan yang telah disepakati

Sjahrir dan Van Mook. Para delegasi dalam perundingan ini adalah:
(1) Mr. Suwandi, dr. Sudarsono, dan Mr. A.K. Pringgodigdo yang mewakili pihak pemerintah RI;
(2) Dr. Van Mook, Prof. Logemann, Dr. Idenburgh, Dr. Van Royen, Prof. Van Asbeck, Sultan
Hamid II, dan Surio Santosa yang mewakili Belanda, dan
(3) Sir Archibald Clark Kerr mewakili Sekutu sebagai penengah.
Perundingan yang berlangsung di Hooge Veluwe ini tidak membawa hasil sebab Belanda
menolak konsep hasil pertemuan Sjahrir-Van Mook-Clark Kerr di Jakarta. Pihak Belanda tidak
bersedia memberikan pengakuan de facto kedaulatan RI atas Jawa dan Sumatra tetapi hanya
Jawa dan Madura serta dikurangi daerah-daerah yang diduduki oleh Pasukan Sekutu. Dengan
demikian untuk sementara waktu hubungan Indonesia-Belanda terputus, akan tetapi Van Mook
masih berupaya mengajukan usul bagi pemerintahannya kepada pihak RI.

Kali ini Kata Ilmu akan posting tentang kedatangan Sekutu dan Nederland Indie Civil
Administratie (NICA) Atau pemerintahan Sipil Hindia-Belanda Di Indonesia. Setelah
berhasil mengalahkan Jepang, Komando sekutu Asia Tenggara di Singapura mengutus
tujuh perwira Inggris dibawah pimpinan mayor A.G. Greenhalgh untuk datang ke
Indonesia. Mereka tiba di Indonesia pada 8 September 1945 dengan tugas mempelajari
dan melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan rombongan Sekutu.
Pada tanggal 16 September 1945 rombongan perwakilan Sekutu mendarat di tanjung
priok Jakarta dengan menggunakan kapal Cumberland. Rombongan ini dipimpin
laksamana Muda W.R. Petterson. Dalam rombongan ini ikut pula C.H.O. Van Der Plas
yang mewakili Dr. H.J. Van mook, kepala Nica. Sekutu menugaskan sebuah komando
khusus untuk mengurus Indonesia dengan nama Allied Forces Neherlands East Indies

(AFNEI). Komando khusus yang dipimpin Letnan jenderal Sir Philip Christison ini
mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Indonesia.
2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran sekutu
3. Melucuti dan memulangkan tentara jepang
4. Memulihkan keamanan dan ketertiban
5. Mencari dan mengadili para penjahat perang.
AFNEI mulai mendaratkan pasukannya di Jakarta pada tanggal 29 September 1945.
Passukan ini hanya di Sumatera dan Jawa, sedangkan daerah Indonesia lainnya
diserahkan kepada angkatan perang Australia.
Kedatangan sekutu ke Indonesia semula mendapatkan sambutan hangat dari rakyat
Indonesia, seperti kedatangan Jepang dulu. Akan tetapi setelah diketahui mereka
datang disertai orang-orang NICA, sikap rakyat Indonesia berubah menjadi penuh
kecurigaan dan bahkan akhirnya bermusuhan. Bangsa Indonesia mengetahui bahwa
NICA berniat menegakkan kembali kekuasaannya. Situasi berubah memburuk tatkala
NICA mempersenjatai kembali bekas anggota Koninklijk Nederlands Indies Leger
(KNIL). Satuan satuan KNIL yang telah dibebaskan Jepang kemudian bergabung
dengan tentara NICA. Diberbagai daerah, NICA dan KNIL yang didukung Inggris/Sekutu
melancarkan provokasi dan melakukan teror terhadap para pemimpin nasional
sehingga

pecahlah

berbagai

pertempuran

didaerah-daerah

seperti

Sukabumi, medan, Ambarawa,


BAB III
PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA
1.

Faktor penyebab terjadinya konflik Indonesia dengan Belanda

Surabaya,

a.
b.
c.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda antara lain :
Sekutu dan NICA melakukan provokasi dan terror terhadap bangsa Indonesia
Timbulnya semangat antikolonialisme di kalangan rakyat Indonesia
Belanda melancarkan agresi terhadap territorial Republik Indonesia

A.

Kedatangan Sekutu dan NICA di Indonesia


Sekutu menugaskan pasukannya dengan nama Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang mendarat di Indonsia pada
tanggal 29 September 1945 di bawah pimpinan Letjend. Sir Philip Christison. Adapun tugas dari AFNEI ini adalah:

Menerima penyerahan kekuasaan dari Jepang

Membebaskan tawanan perang Sekutu

Melucuti dan memulangkan tentara Jepang

Memulihkan keamanan dan ketertiban

Mengadili penjahat perang


Kedatangan Sekutu awalnya diterima dengan baik oleh Indonesia, setelah diketahui Sekutu membonceng NICA, sikap bangsa
Indonesia menjadi penuh curiga akhirnya Indonesia dengan Sekutu bermusuhan.
Faktor yang menyebabkan permusuhan antara Indonesia dengan Sekutu dan NICA antara lain:

NICA mempersenjatai KNIL

NICA dan KNIL melakukan provokasi terhadap para pemimpin nasional


B. Awal Aksi kekarasan dan Semangat antikolonialisme
Aksi kekerasan dan antikolonialisme ini diakibatkan oleh:

Adanya perasaan dendam karena pengalaman pahit masa lampau

Kedatangan Sekutu yang membonceng NICA


Beberapa bentuk aksi kekerasan dan antikolonialisme antara lain:
1) Peristiwa Bendera di Surabaya
Kronologi peristiwa Bendera di Surabaya:

Pengibaran bendera Belanda di hotel Yamato tanggal 19 September 1945

Rakyat Indonesia merobek kain warna biru hingga menyisakan kain berwarna merah putih
2) Peristiwa Merah Putih di Minahasa, Manado, dan Biak
Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh:
Adanya pelarangan pengibaran bendera Merah Putih di kota Minahasa, Manado, dan Biak
3) Pertempuran Lima Hari di Semarang
Kronologi pertempuran Lima hari di Semarang adalah:

Adanya pembangkanagan dari tawanan bekas tentara Jepang untuk bekerja di pabrik gula dan menolak untuk dipindahkan

Terjadi kontak senjata dari tanggal 15-20 Oktober 1945 yang mengakibatkqan gugurnya seorang putera Indonesia yaitu dr. Karyadi
4) Pertempuran Medan Area
Kronologi Pertempuran Medan Area:

Teuku Moh. Hasan (Gubernur sumatera) membawa berita proklamasi dari Jakarta

Para pemuda di Medan bergabung dalam Barisan Pdemuda dibawah pimpinan ahmad Tahir

Tanggal 9 Oktober 1945 pasukan Sekutu bersama NICA tiba di Medan dan mencoba menduduki Medan

Tanggal 15 Oktober 1945 Sekutu melarang rakyat Medan memiliki dan membawa senjata

Tanggal 10 Desember 1945 Sekutu menyerang Medan secara besar-besaran


5)

6)
7)

Pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya


Kronologi Pertempuran 10 Nopember :
Adanya tindakan provokasi tentara Inggris di bawah pimpinan A.W.S. Mallaby
Muncul kesepakatan antara Mallaby dengan Gubernur R.M.T.A Suryo
Inggris mengingkari janji
Gencatan senjata gagal
Tanggal 30 Oktober 1945 terjadi pertempuran di gedung Bank Internasional yang mengakibatkan terbunuhnya A.W.S. Mallaby
Tanggal 9 Nopember 1945 Mayjen R.C. Mansergh mengeluarkan ultimatum minta pertanggungjawaban rakyat Jatim
Tanggal 10 Nopember 1945 Sekutu menggempur Surabya
Pertempuran disiarkan lewat radio oleh Bung tomo dan disebarluaskan ke seluruh dunia oleh Ketut Tantry
Palagan Ambarawa (Jawa Tengah)
Peristiwa ini terjadi antara tanggal 20 Nopember s.d 15 Desember 1945 yang dilatarbelakangi oleh:
Sekutu menimpang dari tugas semula yang akan melucuti dan memulangkan bekas pasukan Jepang ke Negara asalnya
Bandung Lautan Api
Kronologi peristiwa Bandung Lautan Api:
Tanggal 17 Oktober 1945, Sekutu memasuki Kota Bandung
Tanggal 21 Nopember, Sekutu mengeluarkan ultimatum agar Bandung Utara dikosongkan
Tanggal 27 Nopember 1945, Sekutu dan Pemerintah RI mengadakan perundingan
Tanggal 22 Maret 1946, Sekutu mengingkari perundingan
Tanggal 23 Maret Sekutu mengeluarkan ultimatum II agar seluruh Bandung dikosongkan

Dengan adanya ultimatum ini, pemerintah Republik Indonesia di Jakarta


menginstruksikan agar TRI mengosongkan kota Bandung, akan tetapi dari markas
TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar kota Bandung tidak dikosongkan.

8)

Tanggal 24 Maret Bandung Selatan dibumihanguskan


Pertempuran Puputan Margarana di Bali
Kronologi Pertempuran ini adalah sebagai berikut:

Tanggal 23 Maret 1946, Belanda mendarat

Tanggal 10 Nopember 1945, terjadi perundingan Linggajati yang salah satu isinya tidak mengakui Bali sebagai daerah RI

Tanggal 18 Nopember 1946, Bali di bawah pimpinan I Gusti Ngurahrai menyerang Belanda

Tanggal 29 Nopember 1946 terjadi pertempuran di Margarana, I Gusti Ngurahrai tewas


9) Pertempuran di Palembang
Kronologi pertempuran ini adalah sebagai berikut:

Tanggal 12 Oktober 1945, NICA dan Sekutu mendarat di Palembang

Sikap NICA disambut perang terbuka oleh rakyat Palembang

Tanggal 1 Januari 1947, Belanda mengajak berunding, kemudian melancarkan serangan besar-besaran

Seluruh rakyat Palembang bangkit menyerang


10) Serangan Umum 1 Maret 1949
Kronologi peristiwa ini adalah sebagai berikut:

Tanggal 19 Desember 1948 Belanda menduduki Yogyakarta

Belanda membujuk Hamengkubuwono untuk menjadi pimpinan Negara Jawa

Jenderal soedirman keluar dari Yogyakarta dan memimpin Perang Gerilya

Tanggal 1 Maret 1949 Soeharto memimpin serangan dan berhasil menduduki Yogyakarta selama 6 jam

C. Agresi Militer Belanda


1) Agresi Militer Belanda I (21 Juli 4 Agustus 1947)
Agresi Militer I sering disebut juga sebagai Operasi Produk karena serangan ditujukan pada sasaran yang sifatnya ekonomis.
Agresi ini dipimpin oleh mantan perwira KNIL yaitu Jendral Simon M. Spoor. Dalam agresi pertama ini Belanda tidak menemui
kesulitan karena:

Belanda memiliki senjata lengkap

Pasukan Republik menjadi terpencar-pencar

Pasukan Republik kurang koordinasi

Pasukan Republik belum sepenuhnya dapat bekerja sama


2) Agresi Militer Belanda II (19 Desember 28 Januari 1949)
Dalam agresi ini Belanda berhasil menawan Presiden Soekarno dan Wakilnya Moh. Hatta. Meskipun demikian sebelum para
pemimpin ditawan, Presiden soekarno sempat melakukan sidang cabinet secara singkat yang isinya :

Pemerintah RI memberikan mandat kepada Syafrudin Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan darurat di Bukittinggi

Presiden dan wakil presiden tetap tinggal di dalam kota

Pimpinan TNI menyingkir ke luar kota untuk melaksanakan perang gerilya


2.

Aktivitas Diplomasi Indonesia di dunia Internasional untuk Mempertahankan Kemerdekaan

a.
1)
a)
b)
c)

d)
e)
f)

Diplomasi Indonesia Menghadapi Sekutu dan NICA


Perjanjian Linggajati
Waktu pelaksanaan : 10 15 Nopember 1946
Tempat Pelaksanaan: Linggajati, dekat Cirebon
Isi Perjanjian:
Belanda mengakui wilayah Indonesia secara de facto meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura
Dibentuknya RIS
RIS dan Belanda akan membentuk uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya
Waktu penandatanganan hasil perjanjian: 25 Maret 1947
Delegasi yang mewakili: Sutan Syahrir (Indonesia), Lord Killern (Inggris), Schermerhorn (Belanda)
Akibat Perundingan Linggajati:
Jatuhnya cabinet Syahrir
Presiden Soekarno menugaskan Amir Syarifudin membentuk cabinet baru

2)

Perjanjian Renville
Perjanjian ini terselenggara atas jasa Komisi Tiga Negara (KTN) yang terdiri dari:
Indonesia memilih Australia, Belanda memilih Belgia, Australia Belgia memilih Amerika Serikat
Waktu pelaksanaan : 8 Desember 1947
Tempat Pelaksanaan: Kapal Renville milik Amerika Serikat

a)
b)

c)

d)
e)
f)

3)
a)
b)
c)

d)
e)
4)
a)
b)

c)
d)
5)
a)
b)
c)

d)

b.

Isi Perjanjian:
Disetujuinya gencatan senjata
Disetujuinya garis demarkasi yang memisahkan antara wilayah RI dengan daerah pendudukan Belanda
TNI harus ditarik mundur dari daerah kantongnya
Waktu penandatanganan hasil perjanjian: 17 Januari 1948
Delegasi yang mewakili : Mr. Amir Syarifudin (Indonesia), R. Abdulkadir Wijoyoatmojo (Belanda), Richard Kirby (Australia), Paul Van
Zeeland (Belgia), Dr. Frank Graham (Amerika Serikat)
Akibat Perjanjian Renville:
Wilayah Indonesia semakin sempit
Adanya blockade ekonomi Belanda terhadap Indonesia
Jatuhnya cabinet Amir Syarifudin

Perundingan Roem Royen


Perundingan ini terselenggara atas pendekatan yang dilakukan oleh PBB melalui komisinya yang disebut UNCI (United Nations
Commisions for Indonesia) sebagai penggantinya KTN
Waktu pelaksanaan : 17 April 1949
Tempat Pelaksanaan: Jakarta
Isi Perjanjian:
Pernyataan delegasi Indonesia:
Penghentian perang gerilya
Bekerja sama untuk mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan
Ikut serta dalam KMB di Den Haag
Pernyataan delegasi Belanda:
Menyetujui kembalinya pemerintahan RI
Penghentian gerakan militer dan membebaskan tahanan politik
Tidak akan mendirikan atau mengakui Negara yang ada di daerah yang dikuasai RI dan tidak memperluas daerah yang merugikan
RI
Menyetujui adanya Republik Indonesia
Bersungguh-sungguh melaksanakan KMB
Waktu penandatanganan hasil perjanjian: 7 Mei 1949
Delegasi yang mewakili : Merle Cohran (Amerika Serikat), Mr. Moh. Roem (Indonesia), Dr. Van Royen (Belanda)
Konferensi Inter Indonesia
Waktu dan tempat pelaksanaan : 19 22 Juli 1949 di Yogyakarta, 31 Juli 2 Agustus 1949 di Jakarta
Isi Perjanjian:
Negara ciptaan Belanda bergabung dalam BFO mendukung tuntutan RI
RI dan BFO membentuk komite persiapan nasional
Negara Indonesia Serikat (NIS) diganti dengan RIS
Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah angkatan perang nasional yang berintikan TNI
Delegasi yang mewakili : Para pemimpin RI dan BFO
Akibat Perjanjian Renville:
Konferensi Meja Bundar (KMB)
Waktu pelaksanaan : 23 Agustus 2 Nopember 1949
Tempat Pelaksanaan: Den Haag (Belanda)
Isi Perjanjian:
Kerajaan Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syaratPenyerahan kedaulatan paling lambat tanggal 30
Desember 1949
RIS terdiri atas RI dan 15 negara federal
RIS dan Belanda membentuk Uni Indonesia Belanda
Menarik pasukan Belanda dan membubarkan KNIL
Menyelesaikan masalah Irian Barat
Menarik kembali kapal-kapal Belanda dari Indonesia
Delegasi yang mewakili :
Dr. Willem Dress (Perdana Menteri Belanda) selaku pemimpin KMB
Delegasi Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Moh. Roem, Prof. Dr. Soepomo, Dr. J. Leimena, Ali Sostro Amidjojo, A.K.
Pringgodigdo, Kolonel T.B. Simatupang dan Soemadi
Delegasi BFO : Sultan Hamid II dari Pontianak
Delegasi Belanda : Van Marseveen
Delegasi UNCI diwakili oleh Chritchey
Diplomasi Indonesia Menarik Dukungan Internasional
Perjuangan menarik dukungan internasional ditempuh dalam dua bentuk, yaitu:
Perjuangan para pemimpin dalam sidang-sidang PBB
Perjuangan menarik dukungan Negara-negara lain agar turut memperjuangkan Indonesia dalam sidang-sidang PBB
Bukti kedua hal tersebut di atas adalah:
PBB mengirimkan KTN pada peristiwa Agresi Militer Belanda I


1)

PBB mengirimkan UNCI pada peristiwa Agresi Militer Belanda II


Komisi Tiga Negara (KTN)
KTN dibentuk tanggal 25 Agustus 1947, dan mulai melaksanakan tugasnya di Indonesia tanggal 27 Oktober 1947.
Anggota KTN terdiri dari Richard Kirby (Australia), Paul Van Zeeland (Belgia), Dr. Frank Graham (Amerika Serikat)

2)

UNCI
UNCI dibentuk tanggal 28 Januari 1949

3.

Pengaruh Konflik Indonesia Belanda Terhadap Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pengaruh konflik indonesia belanda terhadap keberadaan negara kesatuan republik Indonesia antara lain:

Wilayah de facto RI pasca kedatangan Sekutu dan NICA Sumatera, Jawa, dan Madura

Lahirnya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)

Lahirnya Negara bentukan Belanda dan Negara Indonesia Serikat (NIS)


A. Wilayah de facto RI pasca kedatangan Sekutu dan NICA
Wilayah de facto RI pasca kedatangan Sekutu dan NICA hanya meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura
B. Lahirnya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
Dalam Agresi Militer Belanda II, Presiden dan wakil presiden ditawan Belanda. Sebelum aksi penangkapan, Presiden Soekarno
sempat memimpin sidang singkat yang salah satu isinya pembentukan Pemerintah Darurat Republic Indonesia (PDRI) yang
berkedudukan di bukittinggi . Untuk menghindari kegagalan PDRI maka H. Agus Salim mengirimkan mandatnya kepada Mr. A.A.
Maramis, L.N. Palar, dan Dr. soedarsono untuk membentuk pemerintahan pengasingan di New Delhi, India.
C. Lahirnya Negara bentukan Belanda (Negara Boneka) dan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)
Negara boneka bentukan Belanda dibentuk setelah konferensi di Malino, Sulawesi Selatan yang dihadiri oleh wakil-wakil daerah
yang dikuasai Belanda
1) Tokoh Pemarakarsa : Dr. H.J. Van Mook
2) Waktu pendirian : 15 Juli 1946
3) Tujuan pembentukan: untuk mengepung dan memperlemah keberadaan RI
4) Negara Boneka bentukan belanda terdiri dari:

Negara Indonesia Timur (NIT),

Negara Madura,

Negara Pasundan,

Negara Sumatera Timur (NST),

Negara Sumatera Selatan,

Negara Jawa Timur

Daerah otonom (daerah istimewa) : Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Dayak Besar, Banjar, Kalimantan Tenggara, Bangka,
Belitung, Riau Kepulauan, dan Jawa Tengah
Negara boneka tersebut digabung dengan RI dengan nama Negara Indonesia Serikat. Sebelum terbentuknya NIS, Belanda
menciptakan pemerintah federal yang didukung oleh badan perwusyawaratan yang disebut Bijenkoomst voor Federal Overleg
(BFO).
BFO adalah badan permusyawarahan federal bagi Negara-negara boneka bentukan Belanda. BFO dibentuk di Bandung tanggal 27
Mei 1948
4. Faktor-faktor yang Memaksa Belanda Keluar dari Indonesia
Faktor-faktor tersebut yaitu:

Belanda mendapat tekanan politis dan keuangan dari Amerika Serikat

Angkatan perang Belanda menunju ambang kekalahan

Mundurnya dua tokoh penting Belanda, yaitu Mr. A.M.J.A. Sassen dan Dr. Bell

Negara-negara boneka bentukan Belanda berubah haluan

Penandatangan kedaulatan RIS pada 27 Desember 1949

Semenjak Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14


Agustus 1945 maka secara hukum tidak lagi berkuasa di Indonesia. Hal ini
mengakibatkan Indonesia berada dalam keadaan vacum of power (tidak ada
pemerintah yang berkuasa) dan waktu itu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh
bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Pada tanggal 10 September 1945 Panglima Bala Tentara Kerajaan
Jepang di Jawa mengumumkan bahwa pemerintahan akan diserahkan pada
Sekutu bukan pada pihak Indonesia. Dan pada tanggal 14 September
perwirwa Sekutu datang ke Jakarta untuk mempelajari dan melaporkan
keadaan di Indonesia menjelang pendaratan rombongan Sekutu.
Pada tanggal 29 September 1945 akhirnya Sekutu mendarat di
Indonesia yang bertugas melucuti tentara Jepang. Semula rakyat Indonesia
menyambut dengan senang hati kedatangan Sekutu, karena mereka
mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa
Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di bawah pimpinan Van der
Plass dan Van Mook ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi curiga
dan bermusuhan.
NICA adalah organisasi yang didirkan orang-orang Belanda yang
melarikan diri ke Australia setelah Belanda menyerah pada Jepang.
Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di Australia. Keadaan
bertambah buruk karena NICA mempersenjatai kembali KNIL setelah dilepas
oleh Sekutu dari tawanan Jepang. Adanya keinginan Belanda berkuasa di
Indonesia menimbulkan pertentangan, bahkan diman-mana terjadi
pertempuran melawan NICA dan Sekutu.
Tugas yang diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh
Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) di bawah Letnan Sir Philip
Christinson. Mereka memiliki keinginan untuk menghidupkan kembali Hindia
Belanda. Adapun tugas AFNEI di Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Menerima penyerahan dari tangan Jepang.
2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.
3. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan.
4.
Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian
diserahkan kepada pemerintahan sipil.
5.
Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka di
depan pengadilan.
Kedatangan Belanda (NICA) berusaha menegakkan kembali kekuasaannya di
Indonesia.

Kedatangan pasukan Sekutu pada mulanya disambut dengan sikap


netral oleh pihak Indonesia. Namun, setelah diketahui bahwa Sekutu
membawa NICA(Netherland Indies Civil Administration) sikap masyarakat
berubah menjadi curiga karena NICA adalah pegawai sipil pemerintah Hindia
Belanda yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan sipil di
Indonesia. Para pemuda memberikan sambutan tembakan selamat datang.
Situasi keamanan menjadi semakin buruk sejak NICA mempersenjatai
kembali tentara KNIL yang baru dilepaskan dari tawanan Jepang.
Melihat kondisi yang kurang menguntungkan, Panglima AFNEI
menyatakan pengakuan secara de facto atas Republik Indonesia pada
tanggal 1 Oktober 1945. Sejak saat itu, pasukan AFNEI diterima dengan
tangan terbuka oleh pejabat-pejabat RI di daerah-daerah untuk membantu
memperlancar tugas-tugas AFNEI.
Namun dalam kenyataannya di daerah-daerah yang didatangi Sekutu
selalu terjadi insiden dan pertempuran dengan pihak RI. Hal itu disebabkan
pasukan Sekutu tidak bersungguh-sungguh menghormati kedaulatan RI.
Sebaliknya pihak Sekutu yang merasa kewalahan, menuduh pemerintah RI
tidak mampu menegakkan keamanan dan ketertiban sehingga terorisme
merajalela. Pihak Belanda yang bertujuan menegakkan kembali
kekuasaannya di Indonesia berupaya memanfaatkan situasi ini dengan
memberi dukungan kepada pihak Sekutu. Panglima Angkatan Perang
Belanda, Laksamana Helfrich, memerintahkan pasukannya untuk membantu
pasukan Sekutu.
Kedatangan tentara Sekutu yang diboncengi NICA menyebabkan
terjadinya konflik dan pertempuran di berbagai daerah. Keinginan Belanda
untuk kembali menjajah Indonesia berhadapan dengan rakyat Indonesia
yang mempertahankan kemerdekaannya. Oleh karena itu, terjadi
pertempuran di berbagai daerah di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana bentuk perjuangan mempertahankan kemedekaan Indonesian
dari serangan Sekutu dan NICA?
2. Apa saja yang dihadapi Bangsa Indonesia dalam menghadapi
pemberontakan dari dalam negeri?
C. TUJUAN MAKALAH

1. Dapat menjelaskan bentuk perjuangan mempertahan kan kemerdekaan


Indoneia dari serangan Sekutu dan NICA, yaitu:
Perjuangan secara Fisik
Perjuangan secra Diplomatik
2. Dapat menjelaskan contoh perjungan kemerdekaan dari pemberontakan
dalam negeri, yaitu:
Pemberontakan DI/TII
Pemberontakan PKI di Madiun
Pemberontakan Andi Aziz di Makassar
RMS
APRA di Bandung maupun di Sulawesi Selatan

BAB II
PEMBAHASAN
I. PERJUANGAN MENGHADAPI SEKUTU DAN NICA
A. PERJUANGAN SECARA FISIK
1.

Peristiwa 10 November di Surabaya


Surabaya merupakan kota pahlawan. Surabaya menjadi ajang pertempuran
yang paling hebat selama revolusi mempertahankan kemerdekaan, sehingga
menjadi lambang perlawanan nasional. Peristiwa di Surabaya merupakan
rangkaian kejadian yang diawali sejak kedatangan pasukan Sekutu tanggal
25 Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby.
Setelah mendarat di Surabaya, NICA berusaha menjadikan Hotel Yamato
sebagai markas. Mereka mengibarkan bendera Belanda, merah-putih-biru
di tiang puncak hotel Yamato. Hal ini sontak membuat para pemuda marah.
Secara spontan mereka menyerbu masuk hotel dan menurunkan bendera
itu, kemudian merober bagian yanf berwarna biru lalu bendera pun
dikibarkan lagi menjadi merah putih. Sejak saat itu bentrokan antara
pejuang dan pasukan Sekutu terjadi hampir di tiap sudut kota Surabaya.
Pada tanggal 30 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Gedung
Bank Internatio di Jembatan Merah. Pertempuran itu menewaskan Brigjen
Mallaby. Akibat meninggalnya Brigjen Mallaby, Inggris memberi ultimatum,
isinya agar rakyat Surabaya menyerah kepada Sekutu. Secara resmi rakyat
Surabaya, yang diwakili Gubernur Suryo menolak ultimatum Inggris.
Akibatnya pada tanggal 10 November 1945 pagi hari, pasukan Inggris
mengerahkan pasukan infantri dengan senjatasenjata berat dan menyerbu
Surabaya dari darat, laut, maupun udara.

JELI Jendela Info


Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya telah menciptakan pekik
persatuan demi revolusi yaitu merdeka atau mati. Di samping itu juga
merupakan titik balik bagi Belanda karena mengejutkan pihak Belanda yang
tidak menyangka kekuatan RI mendapat dukungan rakyat.
Rakyat Surabaya tidak takut dengan gempuran Sekutu. Bung Tomo
memimpin rakyat dengan berpidato membangkitkan semangat lewat radio.
Pertempuran berlangsung selama tiga minggu. Akibat pertempuran tersebut
6.000 rakyat Surabaya gugur. Pengaruh pertempuran Surabaya berdampak
luas di kalangan internasional, bahkan masuk dalam agenda sidang Dewan
Keamanan PBB tanggal 7-13 Februari 1946.

2.

3.

Bandung Lautan api


Terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api diawali dari datangnya Sekutu pada
bulan Oktober 1945. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh ultimatum Sekutu
untuk mengosongkan kota Bandung. Pada tanggal 21 November 1945,
Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama isinya kota Bandung bagian Utara
selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945 dikosongkan oleh para
pejuang. Ultimatum tersebut tidak ditanggapi oleh para pejuang. Selanjutnya
tanggal 23 Maret 1946 Sekutu mengeluarkan ultimatum kembali. Isinya
hampir sama dengan ultimatum yang pertama. Menghadapi ultimatum
tersebut para pejuang kebingungan karena mendapat dua perintah yang
berbeda. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan agar TRI mengosongkan
kota Bandung. Sementara markas TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar
Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya para pejuang mematuhi perintah dari
Jakarta. Pada tanggal 23-24 Maret 1946 para pejuang meninggalkan
Bandung. Namun, sebelumnya mereka menyerang Sekutu dan
membumihanguskan kota Bandung. Tujuannya agar Sekutu tidak dapat
menduduki dan memanfaatkan sarana-sarana yang vital. Peristiwa ini
dikenal dengan Bandung Lautan Api. Sementara itu para pejuang dan rakyat
Bandung mengungsi ke luar kota.
JELI Jendela Info
Dalam peristiwa Bandung Lautan Api gugur seorang pahlawan yang
bernama Moh. Toha. Untuk mengabadikan terjadinya peristiwa Bandung
Lautan Api, seorang komposer yang bernama Ismail Marzuki menciptakan
lagu Halo- Halo Bandung.
Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20 November sampai tanggal 15


Desember 1945, antara pasukan TKR dan Pemuda Indonesia melawan
pasukan Sekutu (Inggris). Pertempuran Ambarawa dimulai dari insiden yang
terjadi di Magelang pada tanggal 26 Oktober 1945. Pada tanggal 20
November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di
bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran
Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Resimen
Banyumas. Posisi Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman.
Kota Ambarawa berhasil dikepung selama 4 hari 4 malam oleh pasukan RI.
Mengingat posisi yang telah terjepit, maka pasukan Sekutu meninggalkan
kota Ambarawa tanggal 15 Desember 1945 menuju Semarang. Keberhasilan
TKR mengusir Sekutu dari Ambarawa menjadi salah satu peristiwa penting
dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.
JELI Jendela Info
Pertempuran di Ambarawa sering dikenal dengan peristiwa Palagan
Ambarawa. Untuk mengenang peristiwa tersebut dibangun Monumen
Palagan Ambarawa di tengah kota Ambarawa.
4.

5.

Medan Area 1 Desember 1945


Pada tanggal 9 Oktober 1945 tentara Inggris yang diboncengi oleh NICA
mendarat di Medan. Mereka dipimpin oleh Brigjen T.E.D Kelly. Awalnya
mereka diterima secara baik oleh pemerintah RI di Sumatra Utara
sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara
Belanda). Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada tanggal 13
Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA) merampas
dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai pemuda Indonesia.
Hal ini mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi perusakan
dan penyerangan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA. Pada
tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papanpapan yang
bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut kota Medan.
Sejak saat itulah Medan Area menjadi terkenal. Pasukan Inggris dan NICA
mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di kota
Medan. Hal ini jelas menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk
melawan kekuatan asing yang mencoba berkuasa kembali. Pada tanggal 10
Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan antara komandankomandan pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan tersebut
memutuskan dibentuknya satu komando yang bernama Komando Resimen
Laskar Rakyat Medan Area.
Peristiwa Merah putih di Manado

Kabar tentang proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal


Pejuanggal 17 Agustus 1945 sampai ke Manado. Kabar itu membuat para
pemuda dan pejuang di Manado gembira. Di lain pihak, pasukan sekutu yang
membara serta NICA masuk ke Manado dan berusaha untuk membebaskan
pasukan KNIL yang menjadi tawan perang. Tetapi NICA lalu mempersenjatai
para mantan pasukan KNIL itu. Pasukan itu dijuluki Pasukan Tangsi Putih.
Setelah sekutu resmi menyerahkan Manado ke tangan kekuasaan NICA pada
bulan Desember 1945, NICA langsung melakukan pembersihan dengan
menangkap para pemimpin pergerakan perjuangan agar kedudukan mereka
di Manado aman. Pasukan KNIL di Manado tidak seluruh loyal pada NKRI,
merekan dijuluki Pasukan Tangsi Hitam.
Pasukan Tangsi Hitam bergabung dengan Pasukan Pemuda Indonesia (PPI)
dan merencanakan untuk mengusir NICA dari Manado. Tetapi, rencana PPI itu
tercium oleh NICA, akhirnya para pemimpin PPI ditangkap serta seluruh
peluru dan amunisi Pasukan Tangsi Hitam disita oleh NICA., pasukan tetap
punya senjata tetapi tanpa peluru dan amunisi.
Tetapi rencan perlawan pada NICA tetap dilaksanakan. Dengan perencanaan
yang matang, serangan ke markas NICA dan Pasukan Tangsi Putih di Teling di
lancarkan. dengan bergerak di malam hari membuat formasi huruf L,
Pasukan PPI berhasil masuk ke markas NICA dan berhasil menguasai markas
serta membebaskan para pemimpin PPI yang ditawan NICA. para pejuang
merobek bagian biru Belanda sehingga sang merah putih berkibar di sana.
Para pejuang juga berhasil mengalahkan NICA di Tomohon dan Tondano.
Setelah kebehasilan itu, para pejuang langsung membentuk pemerintahan
sipil dengan B.W. Lapisan sebagai Residennya kabar kemenangan ini segera
di kiri ke Yogjakarta. Kabar ini juga sekaligus menipis propaganda Belanda
bahwa Proklamasi Kemerdekaan RI hanya berlaku di Jawa saja, dan klaim
akan mitos Verbond Minahasa Nederland (persahabatan Belanda-Minahasa)
yang telah ada sejak 10 Januari 1969 gugur sudah.
B. PERJUANGAN SECARA DEPLOMATIK
1.

Perjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati dilakukan pada tangga 10 November 1946 di
Linggarjati, dekat Cirebon. Dalam Perjanjian ini, Indonesia diwakili oleh
Perdana Menteri Sutan Syahrir sedangkan Belanda diwakili oleh Prof.
Scermerhorn. Perjanjiantersebut dipimpin oleh Lord Killearn, seorang

diplomat Inggris. Berikut ini beberapa keputusan Perjanjian


Linggarjati.
a. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia meliputi Jawa,
Madura, dan Sumatra.
b. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara
Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu
negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
c.

Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia


Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya. Dalam perkembangan
selanjutnya, Belanda melanggar ketentuan Perjanjian tersebut dengan
melakukan agresi militer I tanggal 21 Juli 1947.
JELI Jendela Info
Meskipun isi Perjanjian Linggarjati tidak menguntungkan bagi Indonesia,
namun berhasil mengundang simpati internasional. Hal ini terbukti dengan
adanya pengakuan kedaulatan oleh Inggris, Amerika Serikat, Mesir, Lebanon,
Suriah, Afghanistan, Myanmar, Yaman, Saudi Arabia, dan Uni Soviet.

2.

Perjanjian Renvile
Dalam upaya membantu menyelesaikan sengketa antara Indonesia dan
Belanda maka DK PBB mendesak diadakannya gencatan senjata yang terjadi
4 Agustus 1947 serta membentuk komisi tiga Negara (KTN), Negaranegara tersebut adalah :
a) Australia (tunjukan Indonesia), diwakili oleh Richard Kirby.
b) Belgia (tunjukan Belanda) diwakili oleh Paul Van Zeelan.
c) Amerika Serikat (netral), diwakili oleh Dr. Frank Graham.
Atas usul KTN maka pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan Perjanjian
antara Indonesia dan Belanda di atas kapal Renville milik AS yang sedang
berlabuh di Jakarta.
Delegasi Indonesia terdiri atas PM. Amir syarifuddin, Mr. Ali Sastroamidjoyo,
Dr. Tjoa sik len, Mr. Roem, Haji Agus Salim, Mr. Nasrun dan Ir. Djuanda.
Delegasi Belanda terdiri atas Abdul Kadir Widjoyoatmojo, Jhr. Van
Vredenburgh, Dr.Soumokil, Pangeran Kartanegara dan Zulkarnaen.

Setelah melalui perdebatan dan permusyawaratan dari tanggal 8 Desember


1947 sampai 17 Juni 1948 maka diperoleh persetujuan Renville. Pokokpokok isi persetujuan sebagai berikut:
a. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai
kedaulatannya diserahkan kepada RIS yang segera dibentuk.

b. RIS mempunyai pendudukan yang sejajar dengan Negara Belanda dalam


Uni Indonesia-Belanda.
c. RI akan merupakan Negara bagian dari RIS
d. Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian
kekuasaannya kepada pemerintahan federal sementara.
e. Pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI
Kerugian-kerugian yang diderita Indonesia dari perjanjian Renville
adalah :
a. Indonesia terpaksa menyetujui dibentuknya Negara Indonesia serikat
melalui masa peralihan.
b. Indonesia kehilangan sebagian daerahnya karena garis Van Mook terpaksa
harus diakui sebagai daerah kekuasaan Belanda
c. Pihak republik harus menarik seluruh pasukannya yang ada di daerah
kekuasaan Belanda dan dari kantong-kantong gerilya masuk daerah RI.
Akibat buruk bagi pemerintah RI dengan penandatanganan
perjanjian ini adalah :
a. Wilayah RI menjadi semakin sempit dan dikurung oleh daerah-daerah
kekuasaan Belanda.
b. Timbulnya reaksi keras dikalangan pemimpin-pemimpin RI mengakibatkan
jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin yang dianggap telah menjual Negara
kepada Belanda.
c. Perekonomian Indonesia diblokade secara ketat oleh Belanda.
d. Indonesia terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militer dari
daerah-daerah gerilya, kemudian hijrah ke wilayah RI yang berdekatan.
Kabinet Amir syarifuddin jatuh dan digantikan kabinet Hatta. Amir
syarifuddin yang kecewa akhirnya menjadi oposisi kabinet Hatta dan
bersama Muso mengobarkan pemberontakan PKI di Madiun pada bulan
September 1948, saat bangsa Indonesia sibuk menghadapi ancaman agresi
militer Belanda II.
3.

Perjanjian Roem-Royen
Perjanjian ini merupakan Perjanjian pendahuluan sebelum KMB. Salah satu
kesepakatan yang dicapai adalah Indonesia bersedia menghadiri KMB yang
akan dilaksanakan di Den Haag negeri Belanda. Untuk menghadapi KMB
dilaksanakan konferensi inter Indonesia yang bertujuan untuk mengadakan
pembicaraan antara badan permusyawaratan federal (BFO/Bijenkomst Voor

Federal Overleg) dengan RI agar tercapai kesepakatan mendasar dalam


menghadapi KMB.
Komisi PBB yang menangani Indonesia digantikan UNCI. UNCI berhasil
membawa Indonesia-Belanda ke meja Perjanjian pada tanggal 7 Mei 1949
yang dikenal dengan persetujuan Roem-Royen (Roem-Royen
Statement) yang isinya antara lain :
a. Belanda harus pergi meninggalkan daerah Yogyakarta
b. Presiden dan wakil presiden kembali ke Yogyakarta
c. Panglima mengembalikan mandatnya kepada pemerintah Presiden
Soekarno
4.

Konferensi Inter Indonesia


Bersamaan dengan di adakannya Konferensi Inter Indonesia , di Jakarta
berlangsung prtemun wakil-wakil republic Bijeenkomst voor Federal Overleg
(BFO) atau Badan Permusyawaratan dengan Belanda dibawah pengamatan
UNCI. Pertempuran tersebut menghasilkan penggentian permusuhan kedua
belah pihak . Presiden Soekarno sendiri pada 3 Agustus 1949 melalui radio
mengeluarkan Radio untuk menghentikan tembak-menembak. AHJ lovink,
Wakil Tinggi Mahkota Kerajaan Belanda sebagai Panglaima Tertinggi
Angkatan Perang Belanda Indonesia, di hari yang sama, memerintahkan
kepada pasukan untuk meletakkan senjata. konferensi Inter-Indonesia sendiri
berlangsung di Yogjakartapada tanggal 19-22 Juli 1949, dipimpin oleh Wakil
Presiden Drs. Mohammad Hatta.

a.
b.
c.
d.
e.

konferensi empat hari ini menghasilkan beberapa keputusan, yaitu:


Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat
(RIS) yang berdasarkan demokrasi dan federalism
RIS akan dipimpin oleh seorang presiden dan dibantu oleh mentri-mentri
RIS akan menerima kedaulatan baik dan Republik Indonesia Maupun
Kerajaan Belanda
Angkatan perang semata-mata hak pemerintah RIS
Negara-negara bagian tidak akan mempunyai angkatan perang sendiri

Pertemuan ke-dua konferensi Inter-Indonesia diadakan di Jakarta pada 30 Juli


1949, dan menghasilkan beberapa keputusan yaitu:
a. bendera RIS adalah sang Merah-Putih
b. lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya
c. Bahasa resmi RIS adalah Bahasa Indonesia

Wakil RI dan BFO ber hak memilih Presiden RIS. Negara bagian yang
berjumlah 16 berhak mengisi keanggotaan di Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara (MPRS). Kedua Majelis ini juga setuju untuk membentuk
panitin persiapan nasional, yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu
berkaitan dengan pelaksanaan KMB. Selain itu, dibicarakan soal posisi TNI
yang menjadi inti dari pembentukan Angkatan Parang Republik Indonesia
Serikat (APRIS) yang anggota-anggotanya terdiri atas bekas koninklijk
Nederlands Leger (KNIL) dan anggotanya Koninklyeke Leger (KL) akan
kembali ke Belanda. Saat itu, terjadi pembrontakan di berbagai daerah,
seperti pemberontakan KNIL di Bandung, APRA-nya Westerling,
Pembeontakan Andi Aziz di Makassar, dan Pemerontakan RMS.
5.

Konferensi Meja Bundar (KMB)


Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan tindak lanjut dari Perundingan
Roem-Royen. Sebelum KMB dilaksanakan, RI mengadakan pertemuan
dengan BFO (Badan Permusyawaratan Federal). Pertemuan ini dikenal
dengan dengan Konferensi Inter-Indonesia (KII) Tujuannya untuk
menyamakan langkah dan sikap sesama bangsa Indonesia dalam
menghadapi KMB.

Konferensi Inter-Indonesia diadakan pada tanggal 19 - 22 Juli 1949 di


Yogyakarta dan tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949 di Jakarta.
Pembicaraan difokuskan pada pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Keputusan yang cukup penting adalah akan dilakukan pengakuan kedaulatan
tanpa ikatan politik dan ekonomi.
Pada bidang pertahanan diputuskan:
a. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan
Perang Nasional,
b. TNI menjadi inti APRIS, dan
c. negara bagian tidak memiliki angkatan perang sendiri.
KMB merupakan langkah nyata dalam diplomasi untuk mencari penyelesaian
sengketa Indonesia Belanda. Kegiatan KMB dilaksanakan di Den Haag,
Belanda tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949. Dalam KMB tersebut
dihadiri delegasi Indonesia, BFO, Belanda, dan perwakilan UNCI. Berikut ini
para delegasi yang hadir dalam KMB:
a.

Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr. Soepomo

b. BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.

c.

Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.

d. UNCI diwakili oleh Chritchley.


JELI Jendela Info
Dalam KMB terdapat beberapa permasalahan yang sulit dipecahkan yaitu
masalah Uni Indonesia- Belanda, masalah hutang, permasalahan Irian Barat,
dan delegasi Indonesia menghendaki istilah pengakuan kedaulatan.
Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang, akhirnya KMB
menghasilkan beberapa keputusan berikut:
a.

Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

b.

Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember


1949.

c.

Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun
setelah pengakuan kedaulatan RIS.

d. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia
Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
e. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan
beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS.
f.

Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang Tentara


Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa para
anggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
Pada tanggal 27 Desember 1949 dilaksanakan penandatanganan pengakuan
kedaulatan secara bersamaan di Belanda dan di Indonesia. Di negeri
Belanda, Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Dress, Menteri Seberang
Lautan Mr. A.M.J. A. Sassen, dan Drs. Moh. Hatta, bersama menandatangani
naskah pengakuan kedaulatan. Sedangkan di Jakarta Sri Sultan Hamengku
Buwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda A.H.J. Lovink menandatangani
naskah pengakuan kedaulatan.

II.
1.

PERJUANGAN DALAM MEMPERTAHANKAN KONFLIK DALAM NEGERI


Pemberontakan DI/TII diberbagai daerah.
Pada dasarnya walaupun namanya sama, antara gerakan DI/TII di satu
daerah tidak mempunyai hubungan secara langsung dengan gerakan DI/TII
yang meletus di daerah lainnya, karena masing-masing mempunyai latar
belakang dan pemimpin yang berbeda.

a) Gerakan DI/TII di Jawa Barat yang dipimpin oleh SM. Kartosuwiryo


mempunyai akar persoalan militer dan politik yaitu perjanjian Renville antara
RI dengan Belanda serta keinginan mendirikan negara yang berdasarkan
Islam. Pemberontakan yang berlangsung sejak 1949 baru dapat dipadamkan
tahun 1962 lewat operasi Baratayuda dengan siasat Pagar Betis.
b) Gerakan DI/TII di Jawa Tengah baik yang meletus di daerah Tegal-BrebesPekalongan yang dipimpin oleh Amir Fatah, maupun yang meletus di
Kebumen yang dipimpin oleh Kyai Mahfudz Abdur Rahman atau Kyai Somo
Langu yang mendapat dukungan dari anggota batalyon 426 di Kudus dan
Magelang. Menghadapi aksi DI/TII di Jawa Tengah, pemerintah membentuk
operasi pusat yang disebut Gerakan Banteng Negara yang diantaranya
adalah operasi Merdeka Timur yang menghancurkan Gerakan DI/TII di
wilayah Jawa Tengah bagian selatan-Tengah.
c)

Gerakan DI/TII di Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hajar.


Penyebabnya adalah menyangkut rasionalisasi/demobilisasi tentara oleh
Pemerintah di seluruh Indonesia.
Ibnu Hajar alias Haderi bin Umar alias Angli adalah seorang mantan letnan
dua TNI yang kemudian memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai
bagian DI/TII Kartosuwiryo. Dengan pasukan yang dinamakan Kesatuan
Rakyat yang tertindas, Ibnu Hajar menyerang pos-pos kesatuan tentara di
Kalimantan Selatan dan melakukan tindakan pengacauan pada bulan
Oktober 1950, pemerintah masih memberikan kesempatan kepada Ibnu
Hajar untuk menghentikan petualangan secara baik-baik. Ia dan kesatuannya
pernah menyerahkan diri tetapi setelah menerima perlengkapan, Ibnu Hajar
melarikan diri dan melanjutkan pemberontakannya. Perbuatan itu dilakukan
lebih dari satu kali sehingga pemerintah memutuskan untuk mengadakan
operasi. Gerakan perlawanan baru berakhir pada bulan Juli 1963. Ibnu Hajar
dan anak buahnya menyerah. Pada tanggal 22 Maret 1965 pengadilan militer
menjatuhkan hukuman mati kepada Ibnu Hajar.

d) Gerakan DI/TII di Aceh, gerakan ini dipimpin oleh Tengku Daud Beureuh,
mantan Gubernur militer DI Aceh dan Ketua PUSA. Issu sentral yang menjadi
penyebabnya adalah masalah otonomi daerah dan perimbangan pusat
dengan daerah. Sedangkan pemicunya adalah diturunkannya status Aceh
dari Daerah Istimewa (setingkat propinsi) menjadi Karisidenan di bawah
propinsi Sumatera Utara. Pemberontakan yang berlangsung sejak th. 1953
dapat diakhiri th. 1962 melalui Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang
salah satunya adalah pemberian amnesti pada Daud Beureuh.

2.

Penumpasan pemberontakan PKI Madiun


Perjanjian Renville yang isinya sangat merugikan pihak Indonesia, telah
menyebabkan jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin. Setelah berhenti dari
kabinet Hatta, ia beralih haluan dengan bergabung pada FDR (Front
Demokrasi Rakyat) yang berhaluan sosialis dan menempatkan diri sebagai
oposisi kabinet Hatta.
Kelompok FDR ini dalam upaya merebut kekuasaan, melakukan berbagai
cara seperti penculikan dan pembunuhan terhadap lawan politik. Langkah
kelompok ini semakin merajalela setelah datangnya Muso dari Sovyet, yaitu
dengan terjadinya peristiwa tanggal 18 September 1948 FDR/PKI
memproklamasikan berdirinya "Sovyet Republik Indonesia" di Madiun.
Pecahnya pemberontakan ini ditindaklanjuti pemerintah dengan mengangkat
Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur militer daerah Surakarta, Pati dan
Madiun, serta Kolonel Sungkono sebagai Panglima Divisi Jawa Timur untuk
melaksanakan operasi militer. Dengan dukungan oleh rakyat, tanggal 30
September 1948 pemberontakan PKI Madiun bisa dipatahkan, Muso mati
tertembak sedangkan Amir Syarifudin dihukum mati.

3.

Pemberontakan Andi Azis di Sulawesi Selatan (Makassar)


Kapten Andy Azis adalah bekas perwira KNIL yang telah diterima dalam
APRIS dan bertugas di Sulawesi Selatan. Pemberontakan Andy Azis terkait
dengan rencana pemerintah RIS mendatangkan 1 Bataliyon APRIS ke
Sulawesi Selatan yang saat itu tidak aman karena sering dilanda
demonstrasi baik oleh yang pro maupun yang anti negara federal. Rencana
itu ditentang oleh Andy Azis yang bermuara pada pemberontakan Andy Azis
bulan April 1950.

4.

RMS (Rep. Maluku Selatan)


sejak bulan April 1950 yang dipelopori oleh Mr. DR. Ch. R.S. Soumokil
(mantan jaksa agung NIT). Menghadapi gerakan RMS yang merupakan
gerakan separatis, pemerintah berusaha menyelesaikannya secara damai
dengan mengirim misi Dr. Leimena. Karena gagal maka pemerintah
menghadapinya dengan kekerasan senjata melalui ekspedisi militer yang
dipimpin oleh Kol. Alex Kawilarang.

5.

APRA di Bandung maupun Sulawesi Selatan


yang dipimpin oleh Kapten Reymond Westerling pada bulan Januari 1950.
Penyebabnya adalah karena tuntutan Westerling agar APRA (eks KNIL) yang

di Jawa Barat dijadikan tentara Negara Jawa Barat serta penolakan


pembubaran Negara Jawa Barat, ditolak oleh Pemerintah RIS.

Perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan


kemerdekaan juga dilakukan di meja perundingan atau
perjuangan diplomasi. Perjuangan diplomasi dilakukan,
misalnya dengan mencari dukungan dunia internasional
dan berunding langsung dengan Belanda.
A. Mencari dukungan internasional
Perjuangan mencari dukungan internasional lewat PBB
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tindakan langsung dilakukan dengan mengemukakan
masalah Indonesia di hadapan sidang Dewan Keamanan
PBB. Tindakan tidak langsung dilakukan melalui
pendekatan dan hubungan baik dengan negara-negara
yang akan mendukung Indonesia dalam sidang-sidang
PBB. Negara-negara yang mendukung Indonesia antara
lain sebagai berikut.
Australia
Australia bersedia menjadi anggota Komisi Tiga Negara.
Australia juga mendesak Belanda agar menghentikan
operasi militernya di Indonesia. Australia berperan dalam
membentuk opini dunia internasional untuk mendukung
Indonesia dalam sidang Dewan Keamanan PBB.
India

India merupakan salah satu negara yang mengakui


kedaulatan Indonesia dalam forum internasional. India
juga mempelopori Konferensi Inter-Asia untuk
mengumpulkan dukungan bagi Indonesia. Konferensi
Inter-Asia dilaksanakan pada tahun 1949.
Negara-negara Liga Arab
Negara Mesir, Lebanon, Suriah, dan Saudi
Arabia mengakui kedaulatan Indonesia. Pengakuan ini
mempengaruhi pandangan internasional terhadap
Indonesia.
Negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB
Para tokoh politik Indonesia mengadakan pendekatan
dengan negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB.
Pendekatan yang dilakukan Sutan Syahrir dan Haji Agus
Salim dalam sidang Dewan Keamanan PBB pada bulan
Agustus 1947 berhasil mempengaruhi negaranegara
anggota Dewan Keamanan PBB untuk mendukung
Indonesia.
B. Berunding dengan Belanda
Indonesia juga mengadakan perundingan langsung dengan
Belanda. Berbagai perundingan yang pernah dilakukan
untuk menyelesaikan konflik Indonesia- Belanda
misalnya: Perundingan Linggarjati, Perjanjian Renville,
Persetujuan Roem-Royen, Konferensi Inter-Indonesia, dan
Konferensi Meja Bundar.
a. Permulaan perundingan-perundingan dengan
Belanda (10 Februari 1946)

Panglima AFNEI (Letnan Jenderal Christison)


memprakarsai pertemuan Pemerintah RI dengan Belanda
untuk menyelesaikan pertikaian Belanda dan RI.
Serangkaian perundingan pendahuluan di
lakukan. Archibald Clark Kerr dan Lord Killearn dari
Inggris bertindak sebagai penengah. Perundingan dimulai
pada tanggal 10 Februari 1946. Pada awal
perundingan, H.J. van Mookmenyampaikan pernyataan
politik pemerintah Belanda. Kemudian pada tanggal 12
Maret 1946, pemerintah Republik Indonesia
menyampaikan pernyataan balasan.
b. Perundingan di Hooge Veluwe (1425 April 1946)
Setelah beberapa kali diadakan pertemuan pendahuluan,
diselenggarakanlah perundingan resmi antara pemerintah
Belanda dengan Pemerintah RI untuk menyelesaikan
konflik. Perundingan dilakukan di Hooge Veluwe negeri
Belanda pada tanggal 14 25 April 1946. Perundingan
mengalami kegagalan.
c. Perundingan gencatan senjata (2030 September
1946)
Banyaknya insiden pertempuran antara pejuang Indonesia
dengan pasukan Sekutu dan Belanda mendorong
diadakannya perundingan gencatan senjata. Perundingan
diikuti wakil dari Indonesia,Sekutu, dan Belanda.
Perundingan dilaksanakan dari tanggal 20 30 September
1946. Perundingan tidak mencapai hasil yang diinginkan.
d. Perundingan RI dan Belanda (7 Oktober 1946)

Lord Killearn berhasil membawa wakil-wakil Pemerintah


Indonesia dan Belanda ke meja perundingan. Perundingan
berlangsung di rumah Konsul Jenderal Inggris di Jakarta
pada tanggal 7 Oktober 1946. Delegasi Indonesia diketuai
Perdana Menteri Sutan Syahrir. Delegasi Belanda diketuai
oleh Prof. Schermerhorn. Dalam perundingan tersebut,
masalah gencatan senjata yang gagal perundingan
tanggal 30 September 1946 disetujui untuk dibicarakan
lagi dalam tingkat panitia yang diketuai Lord Killearn.
Perundingan tingkat panitia menghasilkan persetujuan
gencatan senjata sebagai berikut.
Gencatan senjata diadakan atas dasar kedudukan
militer pada waktu itu dan atas dasar kekuatan
militer Sekutu serta Indonesia.

Dibentuk sebuah Komisi Bersama Gencatan Senjata


untuk masalah-masalah teknis pelaksanaan gencatan
senjata.
Di bidang politik, delegasi Pemerintah Indonesia dan
komisi umum Belanda sepakat untuk

menyelenggarakan perundingan politik secepat


mungkin.
e. Perundingan Linggarjati (10 November 1946)

Suasana Perundingan Linggarjati


Sebagai kelanjutan perundingan-perundingan
sebelumnya, sejak tanggal 10 November 1946 di
Linggarjati di Cirebon, dilangsungkan perundingan antara
Pemerintah RI dan komisi umum Belanda. Perundingan di
Linggarjati dihadiri oleh beberapa tokoh juru runding,
antara lain sebagai berikut:
Inggris, sebagai pihak penengah diwakili olehLord
Killearn.

Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir


(Ketua), Mohammad Roem (anggota), Mr. Susanto
Tirtoprojo, S.H. (anggota), Dr. A.K Gani (anggota).

Belanda, diwakili Prof. Schermerhorn (Ketua), De


Boer (anggota), dan Van Pool (anggota).
Perundingan di Linggarjati tersebut menghasilkan
keputusan yang disebut perjanjian Linggarjati. Berikut ini
adalah isi Perjanjian Linggarjati.

Belanda mengakui secara de facto Republik


Indonesia dengan wilayah kekuasaan
meliputiSumatera, Jawa, dan Madura. Belanda sudah
harusmeninggalkan daerah de facto paling lambat
pada tanggal 1 Januari 1949.

Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama


dalam membentuk negara Serikat dengan nama RIS.
Negara Indonesia Serikat akan terdiri dari RI,
Kalimantan dan Timur Besar. Pembentukan RIS akan
diadakan sebelum tanggal 1 Januari 1949.

RIS dan Belanda akan membentuk Uni IndonesiaBelanda dengan Ratu Belanda sebagai ketua.
Perjanjian Linggarjati ditandatangani oleh Belanda
dan Indonesia pada tanggal 25 Maret 1947 dalam
suatu upacara kenegaraan di Istana Negara Jakarta.
Perjanjian Linggarjati bagi Indonesia ada segi positif dan
negatifnya.

Segi positifnya ialah adanya pengakuan de facto atas


RI yang meliputi Jawa, Madura, dan Sumatera.

Segi negatifnya ialah bahwa wilayah RI dari Sabang


sampai Merauke, yang seluas Hindia Belandadulu
tidak tercapai.
f. Melibatkan Komisi Tiga Negara

Pada tanggal 18 September 1947, Dewan Keamanan PBB


membentuk sebuah Komisi Jasa Baik. Komisi ini kemudian
terkenal dengan sebutan Komisi Tiga Negara. Anggota
KTN terdiri dariRichard Kirby (wakil Australia), Paul van
Zeeland (wakil Belgia), dan Frank Graham (wakil
Amerika Serikat). Dalam pertemuannya pada tanggal 20
Oktober 1947, KTN memutuskan bahwa tugas KTN di
Indonesia adalah untuk membantu menyelesaikan
sengketa antara RI dan Belanda dengan cara damai. Pada
tanggal 27 Oktober 1947, KTN tiba di Jakarta untuk
memulai pekerjaannya.

g. Perjanjian Renville (8 Desember 1947 17 Januari


1948)

Perundingan di atas kapal USS Renville


KTN berusaha mendekatkan RI dan Belanda untuk
berunding. Atas usul KTN, perundingan dilakukandi
tempat yang netral, yaitu di atas kapal pengangkut
pasukan Angkatan Laut Amerika Serikat USS Renville.
Oleh karena itu, perundingan tersebut
dinamakan Perjanjian Renville.
Perjanjian Renville dimulai pada tanggal 8 Desember
1947. Hasil perundingan Renville disepakati dan
ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948. Yang hadir
pada perundingan di atas kapal Renville ialah sebagai
berikut.

Frank Graham (ketua), Paul van Zeeland (anggota),


dan Richard Kirby (anggota) sebagai mediator dari
PBB.
Delegasi Indonesia Republik Indonesia diwakili oleh
Amir Syarifuddin (ketua), Ali Sastroamidjojo
(anggota), Haji Agus Salim (anggota), Dr. J. Leimena
(anggota), Dr. Coa Tik Ien (anggota), dan Nasrun
(anggota).

Delegasi Belanda Belanda diwakili oleh R. Abdulkadir


Wijoyoatmojo (ketua), Mr. H.A.L. van Vredenburgh
(anggota), Dr. P. J. Koets (anggota), dan Mr. Dr. Chr.
Soumokil (anggota).
Perjanjian Renville menghasilkan beberapa keputusan
sebagai berikut.

Penghentian tembak-menembak.

Daerah-daerah di belakang garis van Mook harus


dikosongkan dari pasukan RI.

Belanda bebas membentuk negara-negara federal di


daerah-daerah yang didudukinya dengan melalui
plebisit terlebih dahulu.

Membentuk Uni Indonesia-Belanda. Negara Indonesia


Serikat yang ada di dalamnya sederajat dengan
Kerajaan Belanda. Persetujuan Renville
ditandatangani oleh Amir Syarifuddin (Indonesia) dan
Abdulkadir Wijoyoatmojo (Belanda).
Perjanjian ini semakin mempersulit posisi Indonesia
karena wilayah RI semakin sempit. Kesulitan itu
bertambah setelah Belanda melakukan blockade ekonomi
terhadap Indonesia.

Itulah sebabnya hasil Perjanjian Renville mengundang


reaksi keras, baik dari kalangan partai
politik maupun TNI.

Bagi kalangan partai politik, hasil perundingan itu


memperlihatkan kekalahan perjuangan diplomasi.
Bagi TNI, hasil perundingan itu mengakibatkan harus
ditinggalkannya sejumlah wilayah pertahanan yang
telah susah payah dibangun.

h. Resolusi DK PBB (28 Januari 1949)


Berkaitan dengan agresi militer Belanda II, pada tanggal
28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan
sebuah resolusi. Isi dari resolusi itu ialah sebagai berikut.

Belanda harus menghentikan semua operasi militer


dan pihak Republik Indonesia diminta untuk
menghentikan aktivitas gerilya. Kedua pihak harus
bekerja sama untuk mengadakan perdamaian
kembali.
Pembebasan dengan segera dan tidak bersyarat
semua tahanan politik dalam daerah RI oleh Belanda
sejak 19 Desember 1948.
Belanda harus memberikan kesempatan kepada
pemimpin RI untuk kembali ke Yogyakarta dengan
segera. Kekuasaan RI di daerah-daerah RI menurut
batas-batas Persetujuan Renville dikembalikan
kepada RI.
Perundingan-perundingan akan dilakukan dalam
waktu yang secepat-cepatnya dengan dasar
Persetujuan Linggarjati, Persetujuan Renville, dan
berdasarkan pembentukan suatu Pemerintah Interim
Federal paling lambat tanggal 15 Maret 1949.
Pemilihan Dewan Pembuat Undang Undang Dasar
Negara Indonesia Serikat selambat-lambatnya pada
tanggal 1 Juli 1949.
Komisi Jasa-jasa Baik (KTN) berganti nama menjadi
Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Indonesia
(United Nation for Indonesia atau UNCI). UNCI
bertugas untuk: membantu melancarkan
perundinganperundingan untuk mengurus

pengembalian kekuasaan pemerintah RI, mengamati


pemilihan, mengajukan usul mengenai berbagai hal
yang dapat membantu tercapainya penyelesaian.
i. Perjanjian Roem-Royen (17 April 7 Mei 1949)

Roem-Royen Agreement
Sejalan dengan perlawanan gerilya di Jawa dan Sumatra
yang semakin meluas, usaha-usaha di bidang diplomasi
berjalan terus. UNCI mengadakan perundingan dengan
pemimpin-pemimpin RI di Bangka. Sementara itu, Dewan
Keamanan PBB pada tanggal 23 Maret 1949
memerintahkan UNCI untuk membantu pelaksanaan
resolusi DK PBB pada tanggal 28 Januari 1949. UNCI
berhasil membawa Indonesia dan Belanda ke meja
perundingan. Pada tanggal 17 April 1949 dimulailah
perundingan pendahuluan di Jakarta. Delegasi Indonesia
dipimpin Mr. Mohammad Roem. Delegasi Belanda
dipimpin Dr. van Royen. Pertemuan dipimpin Merle
Cohran dari UNCI yang berasal dari Amerika Serikat.
Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai persetujuan.
Persetujuan itu dikenal dengan namaRoem-Royen
Statement. Dalam perundingan ini, setiap delegasi
mengeluarkan pernyataan sendiri-sendiri. Pernyataan
delegasi Indonesia antara lain sebagai berikut.

Soekarno dan Hatta dikembalikan ke Yogyakarta.

Kesediaan mengadakan penghentian


tembakmenembak.

Kesediaan mengikuti Konferensi Meja Bundar setelah


pengembalian Pemerintah RI ke Yogyakarta.

Bersedia bekerja sama dalam memulihkan


perdamaian dan tertib hukum.
Sedangkan pernyataan dari pihak Belanda adalah sebagai
berikut.

Menghentikan gerakan militer dan membebaskan


tahanan politik.

Menyetujui kembalinya Pemerintahan Republik


Indonesia ke Yogyakarta.

Menyetujui Republik Indonesia sebagai bagian dari


negara Indonesia Serikat.

Berusaha menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar.


Pada tanggal 6 Juli 1949, Soekarno dan Hatta
dikembalikan ke Yogyakarta. Pengembalian Yogyakarta ke
tangan Republik Indonesia diikuti dengan penarikan
mundur tentara Belanda dari Yogyakarta. Tentara Belanda
berhasil menduduki Yogyakarta sejak tanggal 19
Desember 1948 6 Juli 1949.

j. Konferensi Inter-Indonesia (19 -22 Juli 1949 dan 31


Juli 2 Agustus 1949)
Sebelum Konferensi Meja Bundar berlangsung, dilakukan
pendekatan dan koordinasi dengan negara- negara bagian
(BFO) terutama berkaitan dengan pembentukan Republik
Indonesia Serikat. Konferensi Inter-Indonesia ini penting
untuk menciptakan kesamaan pandangan menghadapi

Belanda dalam KMB. Konferensi diadakan setelah para


pemimpin RI kembali ke Yogyakarta. Konferensi InterIndonesia I diadakan di Yogyakarta pada tanggal 19 22
Juli 1949. Konferensi Inter-Indonesia I
dipimpin Mohammad Hatta. Konferensi Inter-Indonesia II
diadakan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 2 Agustus
1949. Konferensi Inter-Indonesia II dipimpin olehSultan
Hamid (Ketua BFO). Pembicaraan dalam Konferensi InterIndonesia hampir semuanya difokuskan pada masalah
pembentukan RIS, antara lain:
masalah tata susunan dan hak Pemerintah RIS,
2. kerja sama antara RIS dan Belanda dalam
Perserikatan Uni.
Hasil positif Konferensi Inter-Indonesia adalah
disepakatinya beberapa hal berikut ini.
1.

Negara Indonesia Serikat yang nantinya akan


dibentuk di Indonesia bernama Republik Indonesia
Serikat (RIS).
2. Bendera kebangsaan adalah Merah Putih.
3. Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya.
4. Hari 17 Agustus adalah Hari Nasional.
Dalam bidang militer, Konferensi Inter-Indonesia
memutuskan hal-hal berikut.
1.

1.
2.

Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS)


adalah Angkatan Perang Nasional.
TNI menjadi inti APRIS dan akan menerima orangorang Indonesia yang ada dalam KNIL dan kesatuankesatuan tentara Belanda lain dengan syarat-syarat
yang akan ditentukan lebih lanjut.

Pertahanan negara adalah semata-mata hak


Pemerintah RIS, negara-negara bagian tidak
mempunyai angkatan perang sendiri.
Kesepakatan tersebut mempunyai arti penting sebab
perpecahan yang telah dilakukan oleh Belanda
sebelumnya, melalui bentuk-bentuk negara bagian telah
dihapuskan. Kesepakatan ini juga merupakan bekal yang
sangat berharga dalam menghadapi Belanda dalam
perundingan-perundingan yang akan diadakan kemudian.
Pada tanggal 1 Agustus 1949, pihak Republik Indonesia
dan Belanda mencapai persetujuan penghentian tembakmenembak yang akan mulai berlaku di Jawa pada tanggal
11 Agustus dan di Sumatera pada tanggal 15 Agustus.
Tercapainya kesepakatan tersebut memungkinkan
terselenggaranya Konferensi Meja Bundar di Den Haag,
Belanda.
3.

k. Konferensi Meja Bundar (23 Agustus 1949 2


November 1949)

Suasana Konfrensi Meja Bundar di Den Haag-Belanda

Konferensi Meja Bundar (KMB) diadakan di Ridderzaal,


Den Haag, Belanda. Konferensi dibuka pada tanggal 23
Agustus 1949 dan dihadiri oleh:
Delegasi Republik Indonesia dipimpin Mohammad
Hatta,

Delegasi BFO dipimpin Sultan Hamid,

Delegasi Kerajaan Belanda dipimpin J. H. van


Maarseveen, dan

UNCI diketuai oleh Chritchley.


Konferensi Meja Bundar dipimpin oleh Perdana Menteri
Belanda, W. Drees. Konferensi berlangsung dari tanggal
23 Agustus sampai dengan 2 November 1949. Dalam
konferensi dibentuk tiga komisi, yaitu: Komisi
Ketatanegaraan, Komisi Keuangan, dan Komisi Militer.
Kesulitan-kesulitan yang muncul dalam perundingan
adalah:

dari Komisi Ketatanegaraan menyangkut pembahasan


mengenai Irian Jaya,

dari Komisi Keuangan menyangkut pembicaraan


mengenai masalah utang.
Belanda menuntut agar Indonesia mengakui utang
terhadap Belanda yang dilakukan sampai tahun 1949.
Dalam bidang militer, tanpa ada kesulitan siding
menyepakati inti angkatan perang dalam bentuk
Indonesia Serikat adalah Tentara Nasional Indonesia
(TNI). Setelah penyerahan kedaulatan kepada Republik
Indonesia Serikat, KNIL (tentara Belanda di Indonesia)
akan dilebur ke dalam TNI. KMB dapat menghasilkan
beberapa persetujuan. Berikut ini adalah beberapa hasil
dari KMB di Den Haag:

Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indonesia


sepenuhnya dan tanpa syarat kepada RIS.

Republik Indonesia Serikat (RIS) terdiri atas Republik


Indonesia dan 15 negara federal. Corak pemerintahan
RIS diatus menurut konstitusi yang dibuat oleh
delegasi RI dan BFO selama Konferensi Meja Bundar
berlangsung.

Melaksanakan penyerahan kedaulatan selambatlambatnya tanggal 30 Desember 1949.

Masalah Irian Jaya akan diselesaikan dalam waktu


setahun sesudah pengakuan kedaulatan.

Kerajaan Belanda dan RIS akan membentuk Uni


Indonesia-Belanda. Uni ini merupakan badan
konstitusi bersama untuk menyelesaikan kepentingan
umum.

Menarik mundur pasukan Belanda dari Indonesia dan


membubarkan KNIL. Anggota KNIL boleh masuk ke
dalam APRIS.

RIS harus membayar segala utang Belanda yang


diperbuatnya semenjak tahun 1942.
C. Pengakuan Kedaulatan

Upacara penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan


dilakukan pada waktu yang bersamaan di Indonesia dan
di negeri Belanda, yaitu pada tanggal 27 Desember 1949.
Di negeri Belanda, penandatanganan naskah pengakuan
kedaulatan dilaksanakan di ruang takhta Istana Kerajaan
Belanda. Ratu Juliana, P.M. Dr. Willem Drees, Menteri
Seberang Lautan Mr. A.M.J.A. Sassen, dan Mohammad
Hatta membubuhkan tanda tangan pada naskah
pengakuan kedaulatan. Sementara itu, di Jakarta, Sultan

Hamengkubuwono IX dan A.H.J. Lovink (Wakil Tinggi


Mahkota) membubuhkan tanda tangan pada naskah
pengakuan kedaulatan. Pada tanggal yang sama, di
Yogyakarta dilakukan penyerahan kedaulatan dari
Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat.

You might also like