Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Background: Among the many types of medicine found on the market, there is a
global tendency to rely on nature. One of the plants that can be used as an herbal
remedy is Harrisonia perforata (Blanco) Merr. known by Central Sulawesi
community as Rui. This plant contains phenolic compounds, alkaloids, flavonoid,
saponins, and tannins which have anti-bacterial activity. Citrobacter spp. is part of
the intestinal microflora of humans and animals. In this genus, Citrobacter freundii
is the most frequently isolated bacteria and is a species that is most resistant to
antibiotics. Citrobacter species are emerging as important nosocomial pathogen,
causing diarrhea and other infections in humans.
Methods: This study employed laboratory experiment (true experiment) with a
simple experimental design (post-test only with control group design). The method
of extraction used was maceration method. Antibacterial activity was tested using
agar diffusion method (wells method) in which the concentrations of the extract
were 10%, 25%, 40%, and 65%, 2% of amikacin as the positive control and 1% of
Na-CMC as the negative control. Each treatment was replicated 6 times.
Results: The extract of Rui leaf could inhibit the growth of Citrobacter freundii at
a concentration of 10%, 25%, 40%, and 65%. From these results, it can be seen
that the value of the Minimal Inhibitory Concentration (MIC) was 10% (9,45 mm).
The result of the statistical testing using One Way ANOVA showed that the
probability value was smaller than the level of significance p<0,05, which means
that there are significant differences in the effect of the extract of Rui leaf given to
the growth of Citrobacter freundii.
Conclusion: The extract of Rui leaf (Harrisonia perforata [Blanco] Merr.) has an
antibacterial effect against Citrobacter freundii with Minimal Inhibitory
Concentration is 10%.
ABSTRAK
Latar Belakang: Di tengah banyaknya jenis obat modern di pasaran, terdapat
kecenderungan global untuk kembali ke alam. Salah satu tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat herbal adalah Harrisonia perforata (Blanco) Merr.,
yang dikenal masyarakat Sulawesi Tengah dengan nama Rui. Tumbuhan ini
mengandung senyawa fenolik, alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin yang
memiliki aktivitas antibakteri. Citrobacter spp. termasuk bagian mikroflora
intestinal manusia dan hewan. Dalam genus ini, Citrobacter freundii merupakan
bakteri yang paling sering diisolasi dan spesies yang paling resisten antibiotik.
Spesies Citrobacter muncul sebagai patogen nosokomial penting, menyebabkan
diare dan infeksi lain pada manusia.
Metode: Desain penelitian ini adalah eksperimental laboratorium murni (true
experiment) dengan rancangan eksperimen sederhana (posttest only with control
group design). Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi.
Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar (metode sumur)
dengan konsentrasi ekstrak 10%, 25%, 40%, dan 65%, amikasin 2% sebagai kontrol
positif dan Na-CMC 1% sebagai kontrol negatif. Masing-masing perlakuan
direplikasi sebanyak enam kali.
Hasil: Ekstrak daun Rui dapat menghambat pertumbuhan Citrobacter freundii pada
konsentrasi 10%, 25%, 40%, dan 65%. Dari hasil ini diperoleh nilai Kadar Hambat
Minimal (KHM) adalah 10% (9,45 mm). Hasil uji statistik menggunakan One Way
ANOVA didapatkan nilai signifikansi p<0,05, yang berarti terdapat perbedaan
signifikan pengaruh ekstrak daun Rui yang diberikan terhadap pertumbuhan
Citrobacter freundii.
Kesimpulan: Ekstrak daun Rui (Harrisonia perforata [Blanco] Merr.) memiliki
efek antibakteri terhadap bakteri Citrobacter freundii dengan Kadar Hambat
Minimal adalah pada konsentrasi 10%.
Kata Kunci: Daun Rui (Harrisonia perforata [Blanco] Merr.), Citrobacter
freundii, Antibakteri, Zona Hambat, Kadar Hambat Minimal
PENDAHULUAN
Dalam dekade belakangan ini, di tengah banyaknya jenis obat modern di
pasaran dan munculnya berbagai jenis obat modern yang baru, terdapat
kecenderungan global untuk kembali ke alam (back to nature). Faktor yang
mendorong masyarakat untuk mendayagunakan obat bahan alam antara lain,
mahalnya harga obat modern/sintetis, tidak tersedianya obat modern/sintetis dan
banyaknya efek samping obat modern/sintetis. Selain itu, adanya kepercayaan
masyarakat bahwa obat tradisional lebih aman.[1]
Salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal adalah
Harrisonia perforata (Blanco) Merr., tumbuhan ini banyak dijumpai di daerah
tropis di Sulawesi Tengah khususnya di Kota Palu. Harrisonia perforata (Blanco)
Merr. dikenal masyarakat lokal dengan nama Rui. Selain itu, tumbuhan Harrisonia
perforata (Blanco) Merr. mengandung senyawa fenolik, alkaloid, flavonoid,
saponin, dan tanin sebagai metabolit sekundernya. Senyawa-senyawa tersebut
memiliki aktivitias antibakteri. Di negara berkembang seperti Afrika, masyarakat
lokal setempat menggunakan daun, kulit batang, dan akar tumbuhan ini sebagai
antibakteri penyakit diare, disentri dan penyakit kolera. [1,2]
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di
Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya, bakteri
juga tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan penyakit infeksi. Penyakit infeksi
ini juga merupakan penyebab utama kematian di dunia.[3]
Spesies Citrobacter muncul sebagai patogen nosokomial penting. Citrobacter
freundii menyebabkan infeksi nosokomial saluran kemih dan infeksi luka, infeksi
paru, pneumonia, septisemia, sepsis neonatal, diare, abses otak, dan meningitis.
Infeksi Citrobacter ini terkait dengan tingkat kematian yang tinggi.[4,5,6]
Citrobacter freundii merupakan anggota dari genus Citrobacter dalam famili
Enterobacteriaceae. Anggota genus Citrobacter adalah bakteri Gram negatif, tidak
membentuk spora dan berbentuk batang. Citrobacter spp. termasuk bagian
mikroflora intestinal manusia dan hewan, ditemukan di tanah, air, kotoran dan
makanan. Dalam genus ini, Citrobacter freundii merupakan bakteri yang paling
sering diisolasi dan spesies yang paling resisten antibiotik.[4,5]
3
METODE
Desain penelitian ini adalah eksperimental laboratorium murni (true
experiment) dengan rancangan eksperimen sederhana (posttest only with control
group design). Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2015. Pengambilan daun
Rui (Harrisonia perforata [Blanco] Merr.) dilakukan di Desa Loli, Kecamatan
Banawa, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Ekstraksi (metode
maserasi) dan pengujian aktivitas antibakteri dilakukan di UPT. Laboratorium
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.
Uji mikrobiologi yang digunakan untuk melihat efek antibakteri dari ekstrak
daun Rui (Harrisonia perforata [Blanco] Merr.) terhadap bakteri Citrobacter
freundii adalah metode difusi agar (metode sumur) dengan menggunakan media
Mueller Hinton Agar (MHA). Konsentrasi ekstrak yang diuji adalah 10%, 25%,
40%, dan 65%. Selain itu, terdapat pula kelompok kontrol dimana amikasin 2%
sebagai kontrol positif dan Na-CMC (Natrium-Carboxyl Methyl Cellulose) 1%
sebagai kontrol negatif. Cara pengujiannya yaitu dengan membuat sumuran pada
media MHA yang telah distreaking dengan bakteri Citrobacter freundii, kemudian
diteteskan larutan uji sebanyak 100 l, selanjutnya diinkubasi dalam inkubator pada
suhu 370 C selama 18-24 jam. Setelah itu, dilakukan pengukuran diameter zona
hambat (zona bening/area jernih) di sekitar sumuran menggunakan jangka sorong
berskala mm dengan mengukur secara horizontal, vertikal, dan diagonal. Hasil
pengukuran yang didapatkan kemudian dikurangi dengan diameter sumuran, yaitu
sebesar 7 mm.
Data penelitian yang diperoleh berupa diameter zona hambat selanjutnya
dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical Product of Service Solution).
Analisis statistik yang digunakan adalah One Way ANOVA test yang dilanjutkan
dengan Post Hoc LSD test.
HASIL
Hasil uji aktivitas antibakteri pada semua kelompok perlakuan dapat diamati
pada Gambar 1. Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan adanya
efek antibakteri dari ekstrak daun Rui konsentrasi 10%, 25%, 40%, dan 65%
terhadap bakteri Citrobacter freundii dengan terbentuknya zona hambat (area
jernih/zona bening) di sekitar sumuran (hole). Adapun, pada amikasin 2% sebagai
kontrol positif juga menunjukkan terbentuknya zona hambat. Sedangkan, pada NaCMC 1% sebagai kontrol negatif tidak terdapat zona hambat.
Gambar 1. Hasil uji antibakteri ekstrak daun Rui (Harrisonia perforata [Blanco] Merr.)
dan kelompok kontrol pada media MHA (Mueller Hinton Agar), (a)konsentrasi 10%,
(b)konsentrasi 25%, (c)konsentrasi 40%, (d)konsentrasi 65%, (e)kontrol negatif: NaCMC 1%, (f)kontrol positif: Amikasin 2%
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 1. Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak daun Rui (Harrisonia perforata
[Blanco] Merr.) dan kelompok kontrol terhadap bakteri Citrobacter freundii
Sumber: Data Primer, 2015
Diameter zona hambat (mm)
Replikasi sampel
Kelompok
Perlakuan
Rerata
(mm)
10%
1
10,39
2
10,00
3
8,66
4
8,33
5
8,66
6
10,66
9,45
25%
11,64
11,00
10,33
11,00
9,66
10,33
10,66
40%
13,40
14,60
14,43
11,73
13,66
12,86
13,44
65%
Kontrol (+)
15,48
34,00
17,06
33,00
16,33
34,00
14,26
33,66
13,33
33,66
14,66
35,00
15,18
33,88
Kontrol (-)
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Tabel 1. menunjukkan rerata diameter zona hambat yang terbentuk dari tiap
konsentrasi ekstrak. Rerata diameter zona hambat yang terbentuk pada konsentrasi
10%, 25%, 40%, dan 65% berturut-turut yaitu 9,45 mm, 10,66 mm, 13,44 mm, dan
15,18 mm. Berdasarkan rerata diameter zona hambat, dapat dilihat bahwa semakin
5
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk di sekitar sumuran. Selain itu, berdasarkan Tabel 1. dapat diamati bahwa
rerata diameter zona hambat pada kelompok kontrol positif (amikasin 2%) adalah
33,88 mm. Sedangkan, kelompok kontrol negatif (Na-CMC 1%) tidak terbentuk
zona hambat. Grafik rerata diameter zona hambat yang menunjukkan perbedaan
rerata diameter zona hambat pada semua kelompok perlakuan dapat diamati pada
Rerata
Diamater Zona Hambat (mm)
35.00
30.00
Kontrol (-)
25.00
Konsentrasi 10%
20.00
13.44
15.00
9.45
15.18
10.66
10.00
5.00
Konsentrasi 25%
Konsentrasi 40%
Konsentrasi 65%
Kontrol (+)
0.00
0.00
Kelompok Perlakuan
Gambar 2. Grafik rerata diameter zona hambat
pada setiap kelompok perlakuan
Tabel 2. Hasil analisis data uji ANOVA dan Post Hoc LSD menggunakan SPSS
Sumber: Data Primer, 2015
Sig (p)
Kelompok perlakuan
MSd
p
10%
25%
40%
65%
Konsentrasi 10%
9,45 1,01
0,02
0,00
0,00
Konsentrasi 25%
10,66 0,69
0,02
0,00
0,00
Konsentrasi 40%
13,44 1,06
0,00
0,00
0,00
0,00
Konsentrasi 65%
15,18 1,37
0,00
0,00
0,00
Kontrol (+)
33,88 0,65
0,00
0,00
0,00
0,00
Kontrol (-)
0,00 0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Keterangan:
M
: mean (rerata) yang dapat digunakan untuk menilai perbedaan signifikan pada
setiap kelompok perlakuan
Sd
: Standar deviasi (simpang baku)
Sig (p)
: Nilai signifikan dari Post Hoc LSD test
p
: Nilai signifikan uji One way ANOVA
Uji One Way ANOVA dapat digunakan jika distribusi data normal dan varians
data sama. Distribusi data ditentukan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan nilai
signifikansi p>0,05. Dari uji Shapiro-Wilk didapatkan nilai p>0,05 untuk semua
kelompok data, hal ini berarti distribusi data normal. Selanjutnya, dilakukan uji
r
p value
r
p value
1
0,90
0,00
0,90
0,00
1
-
Keterangan:
r
= Nilai korelasi
p value = Nilai p (signifikansi korelasi dua variabel)
sangat kuat/sempurna. Adapun, hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang
signifikan antara konsentrasi ekstrak dengan diameter zona hambat (p = 0,00).
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak daun Rui
(Harrisonia perforata [Blanco] Merr.) terhadap bakteri Citrobacter freundii.
Sebelum melakukan uji efektivitas antibakteri dengan berbagai konsentrasi (10%,
25%, 40%, 65%), peneliti terlebih dahulu melakukan uji pendahuluan dengan
konsentrasi ekstrak 100%, kontrol positif (amikasin 2%) dan kontrol negatif (NaCMC [Natrium-Carboxy Methyle Cellulose] 1%). Hasil uji pendahuluan
menunjukkan adanya efek antibakteri dari ekstrak daun Rui konsentrasi 100%
terhadap bakteri Citrobacter freundii dengan terbentuknya zona hambat (area
jernih/zona bening) sebesar 19,86 mm. Adapun pada kontrol positif memiliki zona
hambat yaitu 33,66 mm dan kontrol negatif tidak terdapat zona hambat. Pengujian
dengan berbagai konsentrasi diperoleh efek antibakteri pada konsentrasi 10%, 25%,
40%, dan 65% dengan rerata zona hambat yang terbentuk yaitu masing-masing 9,45
mm, 10,66 mm, 13,44 mm, dan 15,18 mm. Hal ini menunjukkan bahwa pada uji
yang dilakukan, konsentrasi ekstrak terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Citrobacter freundii adalah 10%. Selain itu, pengukuran pada kelompok
kontrol didapatkan kontrol positif memiliki rerata zona hambat 33,88 mm.
Sedangkan, kontrol negatif tidak menunjukkan terbentuknya zona hambat.
Pada penelitian sebelumnya, didapatkan adanya efek antimikroba ekstrak daun
dan akar Harrisonia perforata Merr. terhadap pertumbuhan bakteri Vibrio
cholerae. dengan berbagai konsentrasi (10%, 20%, 40%, 60%, 80%) dan kontrol
positif/doxycycline 2 %. Sedangkan pada perlakuan kontrol negatif (Na-CMC
[Natrium-Carboxy Methyle Cellulose] 1%), tidak menunjukkan adanya zona
hambat. Hal tersebut dikarenakan larutan Na-CMC tidak memiliki aktivitas
antibakteri. Zona hambat yang paling baik yakni pada ekstrak daun konsentrasi
80%, yaitu menghasilkan rerata diameter zona hambat 26,53 mm dan diameter
zona hambat terkecil 10,21 mm pada pemberian ekstrak 10%. Pada perlakuan
dengan menggunakan ekstrak akar, diamater zona hambat ekstrak terhadap
pertumbuhan bakteri yang paling besar juga pada konsentrasi 80% (14,72 mm)
dan terkecil (7,42 mm) pada pemberian konsentrasi ekstrak 10%.[2]
Katergori daya hambat bakteri dapat ditentukan dengan melihat rerata diameter
zona hambat dari setiap kelompok perlakukan. Menurut Davis dan Stout,
berdasarkan zona jernihnya, daya hambat dibagi atas: sangat kuat > 20 mm, kuat
10-20 mm, sedang 5-10 mm dan lemah < 5 mm.[8] Kontrol positif tergolong dalam
sediaan yang memberikan daya hambat sangat kuat yaitu 33,88 mm. Ekstrak daun
Rui 10% termasuk dalam sediaan yang memberikan daya hambat sedang, yaitu 9,45
mm. Sedangkan, ekstrak daun Rui konsentrasi 25%, 40%, dan 65% termasuk dalam
sediaan yang memberikan daya hambat kuat, yaitu 10,66 mm, 13,44 mm, 15,18
mm.
Zona jernih di sekitar sumuran disebabkan oleh adanya kandungan zat aktif
dari bahan uji yaitu senyawa fenolik, alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin sebagai
metabolit sekundernya. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa, ekstrak daun
mengandung senyawa fenolik, alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. Senyawasenyawa ini memiliki aktivitas antibakteri. [2]
Pada penelitian ini digunakan kontrol positif yaitu amikasin 2%. Amikasin
berdasarkan kelas fungsinya tergolong dalam antiinfeksi, dan berdasarkan kelas
kimia tergolong dalam Aminoglikosid. Mekanisme kerjanya, adalah mengganggu
sintesis protein pada dinding bakteri dengan terikat ke subunit ribosomal, yang
menyebabkan kesalahan pembacaan kode genetik; pembentukan rangkaian peptida
yang tidak akurat dalam rantai protein, yang menyebabkan matinya bakteri. [9,10]
Data hasil penelitian selanjutnya diolah menggunakan SPSS (Statistical
Product of Service Solution), uji yang dilakukan yaitu uji normalitas Shapiro-Wilk
karena sampel kurang dari 50 yaitu 36 sampel, uji homogenitas, yang dilanjutkan
uji One Way ANOVA dan uji Post Hoc LSD. Awalnya dilakukan uji Shapiro-Wilk
untuk mengetahui normalitas distribusi data dan didapatkan nilai p>0,05 yang
artinya distribusi data normal. Pada uji homogenitas diperoleh hasil sig 0,32
(p>0,05) yang berarti varians data sama. Oleh karena distribusi data normal dan
varians data sama maka uji One Way ANOVA dapat dilakukan.
10
2.
3.
4.
5.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pengembangan daun Rui sebagai
obat herbal tradisional menjadi fitofarmaka.
6.
DAFTAR SINGKATAN
o
: derajat Celsius
: Mikroliter
ANOVA
: Analysis of Variance
H0
: Hipotesis 0
H1
: Hipotesis 1
KBM
KHM
LSD
11
: Mean (rerata)
MHA
MIC
mm
: Milimeter
Na-CMC
: Probabilitas
r value
: Nilai korelasi
Sd
Sig.
: Signifikansi
SPSS
UPT.
DAFTAR PUSTAKA
1.