You are on page 1of 16

Naskah Publikasi

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS


(Citrus aurantifolia) DALAM MENGHAMBAT
PERTUMBUHAN LARVA Aedes aegypti

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1

UNTAD

Diajukan oleh:

CHINTHYA PRILLY CLAUDIA SIMANGUNSONG

N 101 12 115

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

NOVEMBER 2017
NASKAH PUBLIKASI

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS ( Citrus


aurantifolia ) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN
LARVA Aedes aegypti

Yang diajukan oleh :

CHINTHYA PRILLY CLAUDIA SIMANGUNSONG

N 101 12 115

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Materi

dr. Miranti, M.Kes Tanggal

NIP.

Pembimbing Metodologi

dr. Budi Tulaka Tanggal

NIP.
The Effectiveness Test Of Lime Leaf Extract
(Citrus aurantifolia) In Inhibiting Growth Of Aedes aegypti
Larvae
Chinthya Prilly Claudia Simangunsong *, Miranti **, Budi Tulaka ***
* Student of Medical Study Program, Faculty of Medicine, University of Tadulako
** Department of Parasitology, Faculty of Medicine, Tadulako University
*** Department of Clinical Pathology, Faculty of Medicine, University of Tadulako

ABSTRACT
Background: Tropical diseases especially Dengue Fever in Indonesia is difficult
to eradicate because the rate of breeding Aedes aegypti mosquito that transmit
dengue fever quickly enough. One of the efforts to eradicate Aedes aegypti
mosquito is to break the spread chain of Aedes aegypti mosquito by eradicating
mosquito nest and killing larvae and adult mosquito. The use of insecticide as
larvacide can be the most common way of controlling the growth of Aedes aegypti
mosquito vectors. Usually used as an insecticide is abate. Lime leaf (Citrus
aurantifolia) has the content of bioactive compounds such as: flavonoids,
saponins, tannins, are as antioxidants and antimikrobakterial.
Objective: To know effectiveness test of lime leaf extract (Citrus aurantifolia) in
inhibiting growth of Aedes aegypti larvae.
Method: This research type is true experimental post control design only testing
the inhibition of larvae growth using maceration extraction. The concentration of
lime leaf extract tested were 0.2%, 0.4%, 0.6%, and 0.8% with Abate as positive
control and Aquadest as negative control. Each treatment was replicated four
times.
Results: The results showed that lime leaf extract (Citrus aurantifolia) could
inhibit the growth of Aedes aegypti larvae at concentrations of 0.2%, 0.4%,
0.6%, and 0.8%. The result of statistical test using one-way ANOVA got
significance value p = 0,01 which mean there is no significant difference
influence of lime leaf extract given to aedes aegypti larvae. So it is continued by
using Kruskal-wallis test and Post Hoc Test Mann-Whitney.
Conclusion: Lime leaf extract (Citrus aurantifolia) has an effect to inhibit the
growth of Aedes aegypti larvae.
Keywords: Aedes aegypti, Citrus aurantifolia, Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF).
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS
(Citrus aurantifolia) DALAM MENGHAMBAT
PERTUMBUHAN LARVA Aedes aegypti

Chinthya Prilly Claudia Simangunsong*, Miranti**, Budi Tulaka***

*Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako


**Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako
***Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran , Universitas Tadulako

ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit tropis terutama Demam Berdarah di Indonesia sulit
diberantas karena laju perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang
menularkan penyakit demam berdarah cukup cepat. Salah satu upaya
pemberantasan nyamuk Aedes aegypti adalah memutus mata rantai penyebaran
nyamuk Aedes aegypti dengan cara memberantas sarang nyamuk dan membunuh
larva serta nyamuk dewasa. Penggunaan insektisida sebagai larvasida dapat
merupakan cara yang paling umum dalam pengendalian pertumbuhan vektor
nyamuk Aedes aegypti. Biasanya yang dipakai sebagai insektisida adalah abate .
Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki kandungan senyawa bioaktif
seperti : flavonoid, saponin, tannin, bersifat sebagai antioksidan dan
antimikrobakterial.

Tujuan : Untuk mengetahui uji efektifitas ekstrak daun jeruk nipis ( Citrus
aurantifolia ) dalam menghambat pertumbuhan larva Aedes aegypti.

Metode : Jenis penelitian ini adalah true experimental post control design only
dengan pengujian daya hambat pertumbuhan larva menggunakan ekstraksi
maserasi. Konsentrasi ekstrak daun jeruk nipis yang di uji adalah 0,2%, 0,4%,
0,6%, dan 0,8% dengan Abate sebagai kontrol positif dan Aquadest sebagai
kontrol negatif. Masing-masing perlakuan direplikasi sebanyak empat kali.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dapat menghambat pertumbuhan larva Aedes aegypti pada
konsentrasi 0,2%, 0,4%, 0,6%, dan 0,8%. Hasil uji statistik menggunakan one-
way ANOVA didapatkan nilai signifikasi p = 0,01 yang berarti tidak terdapat
perbedaan signifikan pengaruh ekstrak daun jeruk nipis yang diberikan kepada
larva Aedes aegypti. Sehingga dilanjutkan dengan menggunakan uji Kruskal-
wallis dan Post Hoc test Mann-Whitney.

Kesimpulan : Ekstrak daun jeruk nipis ( Citrus aurantifolia ) memiliki efek


untuk menghambat pertumbuhan larva Aedes aegypti.

Kata kunci : Aedes aegypti, Citrus aurantifolia, Deman Berdarah Dengue


(DBD).
PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menimbulkan
masalah kesehatan di Indonesia.Pertama kali DBD terjadi di Surabaya pada tahun
1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970.(1)
Demam berdarah dengue mulai ditemukan di Sulawesi Tengah sejak tahun
1992. Mulai tahun 1996, keadaan di Sulawesi Tengah cukup memprihatinkan
karena dari 50 kasus suspek ditemukan 16 penderita yang positif DBD dan terjadi
kematian pada 4 penderita. Sampai saat ini telah ditemukan 2.092 kasus dengan
29 kasus meninggal dan IR 79,4/100.000 penduduk CFR 1,4%.(2)
Nyamuk termasuk kelas insekta, ordo diptera dan famili culicidae.
Nyamuk dapat mengganggu manusia dan binatang melalui gigitannya serta
berperan sebagai vektor penyakit pada manusia dan binatang yang penyebabnya
terdiri atas berbagai macam parasit. Di dalam tubuh nyamuk, parasit penyebab
filariasis berubah bentuk tanpa berkembang biak, sedangkan plasmodium
berkembang biak,berubah bentuk dan tumbuh menjadi bentuk infektif sebelum
ditularkan dari penderita kepada orang yang sehat. Virus dengue berkembang biak
dalam tubuh nyamuk tanpa berubah bentuk sebelum ditularkan ke manusia.(3)
Aedes aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia. Walaupun spesies ini
ditemukan di kota kota pelabuhan yang penduduknya padat, namun spesies
nyamuk ini juga ditemukan di daerah pedesaan yang terletak di sekitar kota
pelabuhan. Penyebaran Aedes aegypti dari pelabuhan ke desa disebabkan karena
larva Aedes aegypti terbawa melalui transportasi yang mengangkut benda benda
berisi air hujan yang mengandung larva spesies ini.(4)
Pengendalian vektor yang paling efektif adalah dengan pemberantasan
larva.Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan larva Ae.aegypti, yaitu
temephos (organophospat). Menurut penelitan yang dilakukan Mulyatno et al
(2012) telah terjadi resistensi larva Ae. Aegypti terhadap temephos di tiga
kecamatan di Surabaya. Larvasida temephos dapat masuk ke rantai makanan dan
terakumulasi dalam tubuh makhluk hidup.Terkait kondisi ini memunculkan
penelitian baru dalam pengendalian vektor yang lebih aman, sederhana, dan
ramah lingkungan yaitu pengendalian dengan menggunakan larvasida hayati yang
berbahan dasar dari tumbuhan.(5)
Hal ini yang mendorong untuk dikembangkannya alternative lain dengan
menggunakan bahan alami misalnya bahan dari tumbuhan sebagai larvasida
nabati yang relatif lebih aman karena akan lebih mudah terurai (biodegradable) di
alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relative aman bagi manusia dan
ternak karena residunya mudah hilang. Penggunaan toksin yang berasal dari
tanaman dapat digunakan untuk pemberantasan larva nyamuk Aedes aegypti
karena dalam suatu ekstrak tumbuhan selain beberapa senyawa aktif utama
biasanya juga banyak terdapat senyawa lain yang kurang efektif , tetapi
keberadaannya dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi).
(6)

Lebih dari 2400 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 255 famili
dilaporkan mengandung bahan pestisida, salah satunya adalah jeruk nipis (Citrus
aurantifolia).Jeruk nipis mengandung bahan beracun yang disebut limonoida.
Senyawa dengan golongan terpenoid yaitu limonoida yang berfungsi sebagai
larvasida.(1)
Jeruk merupakan tanaman buah yang dibudidayakan terbesar kedua di
dunia setelah anggur, dimana mengandung flavanoid, karotenoid, limonoida dan
mineral.Flavanoid merupakan bahan anti oksidan yang mampu menetralisir
oksigen reaktif dan berkontribusi terhadap pencegahan penyakit kronis seperti
kanker.Flavanoid utama dalam jeruk ialah naringin, narirutin, dan hesperidin yang
terdapat pada kulit buah, dan bulir – bulir daging buah jeruk.Limonoida
merupakan senyawa aktif alam penting yang terdiri atas komponen triterpenoid
teroksidasi.Pada tanaman jeruk, limonoid diproduksi pada daun dan ditansfer ke
buah dan biji. Dalam daun dan buah, kandungan total limonid meningkat selama
masa pertumbuhan.(7)
Jeruk nipis merupakan buah-buahan yang banyak digemari oleh
masyarakat di Indonesia. Jeruk nipis yang bernama latin Citrus aurantifolia
Swingle ialah sejenis tanaman perdu yang banyak tumbuh dan dikembangkan di
Indonesia. Selain itu jeruk nipis juga dapat digunakan untuk obat batuk, peleruh
dahak, influenza, dan obat jerawat.Buah ini banyak dikonsumsi masyarakat dan
mempunyai harga relatif murah, mudah diperoleh, alamiah, serta tidak
menimbulkan efek samping bagi pemakainya.(8)
Oleh karena itu, diperlukan untuk melakukan penelitian ini guna
mengetahui efektifitas ekstrak daun jeruk nipis ( Citrus aurantifolia ) dalam
menghambat pertumbuhan larva Aedes aegypti,sehingga dapat menjadi langkah
awal untuk pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD).

METODE
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian
true experimental post control design only. Dimana pengukuran dilakukan setelah
larva diberikan perlakuan. Penelitian ini dimulai dengan pembuatan ekstrak,
mempersiapkan larva Aedes aegypti instar III, melakukan pengenceran ekstrak
dengan beberapa konsentrasi kemudian menempatkan larva ke dalam wadah yang
sebelumnya telah dimasukkan ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia).
Ekstrak daun jeruk nipis diperoleh dengan metode ekstraksi maserasi dimana
serbuk simplisia direndam dalam cairan pelarut etanol. Proses ekstraksi maserasi
dilakukan selama 24 jam. Hasil ekstraksi kemudian diuapkan menggunakan
rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak kental.
Konsentrasi ekstrak di bagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu:

a. Kelompok kontrol : Aquadest sebagai kontrol negatif ( - )


b. Kelompok kontrol : Abate sebagai kontrol positif (+)
c. Kelompok 1 : Ekstrak daun jeruk nipis dengan konsentrasi 0,2 %
d. Kelompok 2 : Ekstrak daun jeruk nipis dengan konsentrasi 0,4 %
e. Kelompok 3 : Ekstrak daun jeruk nipis dengan konsentrasi 0,6 %
f. Kelompok 4 : Ekstrak daun jeruk nipis dengan konsentrasi 0,8 %

Setelah pembagian kelompok uji selanjutnya memasukkan larva Aedes


aegypti instar III sebanyak 25 ekor larva pada tiap wadah. Total perlakuan yang
dikerjakan pada penelitian ini adalah 24 sampel, dimana setiap kelompok
perlakuan mendapatkan 4 kali pengulangan (replikasi). Selanjutnya, wadah yang
telah diberikan perlakuan masing-masing diamati jumlah larva yang terhambat
pertumbuhannya pada tiap wadah dalam waktu 24 jam. Setelah itu dilakukan
pengamatan dan penghitungan pada tiap wadah uji.
Hasil jumlah larva yang terhambat pertumbuhannya yang didapatkan pada 24
jam di uji menggunakan Program Statistical Product Service and Solutions
(SPSS). Sebelumnya dilakukan analisa data terlebih dahulu yaitu uji untuk
mengetahui homogenitas dan normalitas data, dengan menggunakan uji Levene
dan uji Shapiro wilk. Hasil uji normalitas yang didapatkan menunjukkan bahwa
distribusi data tidak normal sedangkan hasil uji homogenitas menunjukkan data
tidak homogen. Oleh sebab itu dilakukan uji Kruskal Wallis yang merupakan
alternative dari uji ANOVA dan digunakan bila salah satu syarat dari uji ANOVA
tidak terpenuhi. Selanjutnya dilakukan Post Hoc Test yaitu analisis data lanjutan
dari uji Kruskal Wallis yang bertujuan untuk menguji konsentrasi mana yang lebih
baik dalam menghambat pertumbuhan larva Aedes aegypti.

HASIL
Hasil efek ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap
pertumbuhan larva Aedes aegypti di dapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Uji Efektivitas Ekstrak Daun Jeruk Nipis dalam
Menghambat Pertumbuhan Larva Aedes aegypti pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol setelah 24 jam perlakuan

Jumlah larva yang terhambat pertumbuhannya


Replikasi
Konsentras Rata-
i rata
1 % 2 % 3 % 4 %
(%)
0,8 % 24 21,23 24 21,05 23 20,35 24 21,05 23,75
0,6 % 23 20,35 22 19,29 23 20,35 23 20,17 22,75
0,4 % 21 18,58 22 19,29 22 19,46 22 19,29 21,75
0,2 % 20 17,69 21 18,42 20 17,69 20 17,54 20,25
Abate (+) 25 22,12 25 21,92 25 22,12 25 21,92 25
Aquadest(- 0 0 0 0 0 0 0 0 0
)

(Sumber: Data Primer, 2017)


Pada tabel 1 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol negatif pada semua
replikasi tidak di temukan adanya larva yang terhambat pertumbuhannya. Pada
nilai rata-rata menunjukkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada konsentrasi 0,8 %
yaitu sebanyak 24 ekor larva yang terhambat pertumbuhannya sedangkan nilai
terendah pada konsentrasi 0,2 % dengan larva yang terhambat pertumbuhannya
sebanyak 20 ekor.
Jumlah larva Aedes aegypti yang terhambat pertumbuhannya.dapat dilihat
pada grafik berikut :

Rata-rata jumlah larva Aedes aegypti yang


terhambat pertumbuhannya
30
25
20
konsentrasi (+)
15 konsentrasi 0,2%
10 kontrol (-)
5
0
-) % % % % )
l( ,2 ,4 ,6 ,8 l (+
rt o si0 si0 si0 si0 tro
n ra ra ra ra n
ko nt nt nt nt ko
e e e e
ns ns ns ns
ko ko ko ko

Grafik 1. Rata-rata jumlah larva Aedes aegypti yang terhambat


pertumbuhannya.

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak


daun jeruk nipis maka semakin besar pula jumlah rata-rata larva Aedes aegypti
yang terhambat pertumbuhannya.
Grafik 1 menunjukkan gambaran secara nyata dari jumlah larva yang
terhambat pertumbuhannya yang tampak pada tabel 1. Berdasarkan data-data
tersebut, kemudian dapat dilakukan analisis data dengan menggunakan program
SPSS (Statistical Product Service and Solutions). Pertama-tama dilakukan
pengujian untuk mengetahui apakah distribusi data tiap konsentrasi ekstrak pada
tiap pengulangan sebarannya normal atau tidak dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk. Lalu dilakukan Uji Homogenitas untuk mengetahui apakah data yang
diujikan homogen pada tiap konsentrasi dan pengulangannya dengan
menggunakan uji Levene.

Tabel 2. Uji Normalitas Distribusi Data

Shapiro-wilk
Perlakuan
Statistic Df Sig.
Konsentrasi 0,8 % ,630 4 ,001
Konsentrasi 0,6 % ,630 4 ,001
Konsentrasi 0,4 % ,630 4 ,001
Konsentrasi 0.2 % ,630 4 ,001
(Sumber: Data Primer, 2017)

Tabel 3. Uji Homogenitas

Levene Statistic
Nilai P 0,000
(Sumber: Data Primer, 2017)
Pada tabel 2 dan 3 menunjukkan bahwa uji normalitas dan uji homogenitas
terdapat perbedaan nyata antar perlakuan. Hasil uji normalitas menunjukan
distribusi data tidak normal sedangkan hasil uji homogenitas menunjukkan data
tidak homogen. Oleh sebab itu dilakukan uji Kruskal Wallis yang merupakan uji
non-parametric yang digunakan untuk menguji apakah dua atau lebih mean
sampel dari populasi memiliki nilai yang sama. Uji ini merupakan alternative dari
uji ANOVA dan digunakan bila salah satu syarat dari uji ANOVA tidak
terpenuhi.

Tabel 4. Hasil Uji Efektivitas Ekstrak Daun Jeruk Nipis dalam


Menghambat Pertumbuhan Larva Aedes aegypti menggunakan uji
Kruskal-Wallis
Perlakuan N Mean Asymp. Sig.

Konsentrasi 0,8 % 4 14,13

Konsentrasi 0.6 % 4 10,50


0,004
Konsentrasi 0,4 % 4 6,75
Konsentrasi 0,2 % 4 2,63

(Sumber: Data Primer, 2017)

Dari hasil tabel 4 didapatkan nilai p = 0,004 (p<0,005) yang menunjukkan


bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok perlakuan. Maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
Uji statistika dilanjutkan pada uji Post Hoc Mann-Whitney yaitu analisis data
lanjutan dari uji Kruskal Wallis yang bertujuan untuk menguji konsentrasi mana
yang lebih baik dalam menghambat pertumbuhan larva Aedes aegypti. Hasil yang
didapatkan yaitu :
Tabel 5. Analisis Data Post Hoc Test (Mann-Whitney)
Perlakuan Asymp. Sig.

Konsentrasi 0,8 %
0,040
Konsentrasi 0,6 %

Konsentrasi 0,8 %
0,015
Konsentrasi0,4 %

Konsentrasi 0,8 %
0,015
Konsentrasi 0,2 %

Konsentrasi 0,6 %
0,040
Konsentrasi0,4 %

Konsentrasi 0,6 %
0,015
Konsentrasi 0,2 %

Konsentrasi 0,4 %
0,022
Konsentrasi 0,2 %

(Sumber: Data Primer, 2017)


Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara
kelompok perlakuan. Diantaranya kelompok perlakuan mendapatkan nilai
signifikan p<0,05, yakni nilai signifikan 0,015 , 0,022 dan 0,040 untuk semua
perbandingan perlakuan, yang berarti terdapat perbedaan rerata yang bermakna
antara kelompok perlakuan. Perbedaan rerata yang bermakna di pengaruhi oleh
tingkat konsentrasi. Semakin tinggi tingkat konsentrasi ekstrak maka semakin
tinggi kandungan senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak.

PEMBAHASAN
Pada penelitian ini menggunakan 6 kelompok uji dengan konsentrasi yang
berbeda dengan masing-masing kelompok berisi 25 larva dalam 100 ml larutan.
Kelompok KN (Kontrol Negatif) mengandung 100 ml aquades, kelompok KP
(Kontrol Positif) mengandung 100 ml abate , kelompok 3 adalah 0,8 %,
kelompok 4 adalah 0,6 %, kelompok 5 adalah 0,4%, dan kelompok 6 adalah 0,2
%. Pada kelompok 1 yang merupakan konsentrasi kontrol negatif hanya
mengandung 100 ml aquades dan tidak ada kandungan ekstrak daun jeruk nipis
(0%) dan selama 24 jam perlakuan tidak terdapat larva yang terhambat
pertumbuhannya pada semua pengulangan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat efek dari aquades yang dijadikan medium pelarut dalam penelitian ini.(9)
Pemberian ekstrak daun jeruk nipis mempunyai efek menghambat
pertumbuhan larva Aedes aegypti terutama pada konsentrasi 0,2 %, 0,4 %, 0,6 %,
dan 0,8 % dengan tingkat daya hambat semakin besar pada konsentrasi ekstrak
yang lebih besar. Sedangkan pada kontrol positif didapatkan bahwa semua larva
uji pada setiap replikasi terhambat pertumbuhannya karena penggunaan abate.
Selanjutnya untuk menentukan efektivitas ekstrak daun jeruk nipis dalam
menghambat pertumbuhan larva Aedes aegypti di lakukan secara statistik.
Sebelum di uji, dilakukan distribusi data yaitu uji normalitas dan uji homogenitas,
untuk mengetahui uji homogenitas data di lakukan uji levene hasil data yang
didapatkan adalah P < 0,05 yang berarti tidak homogen. Sedangkan uji
normalitas dengan data Shapiro-Wilk didapatkan data hasil uji normalitas
menunjukkan bahwa diperoleh nilai P < 0,05 yang berarti distribusi data tidak
normal. Pada uji ini didapatkan data tidak terdistribusi normal, dengan anggapan
bahwa distribusi data dianggap normal apabila pada semua konsentrasi memiliki
nilai P >0,05.(10)
Kemudian dilakukan uji Kruskal Wallis yang merupakan alternative dari uji
ANOVA dan digunakan bila salah satu syarat dari uji ANOVA tidak terpenuhi.
Hasil uji Kruskal Wallis didapatkan p = 0,004 (p<0,05) yang artinya terdapat
perbedaan yang bermakna pada semua kelompok perlakuan. Pengolahan data
dilanjutkan dengan menggunakan metode Post Hoc sebagai uji perbandingan
berganda (multiple comparisons) untuk menilai perlakuan mana yang memiliki
efek yang sama atau berbeda. Uji yang digunakan adalah uji Post Hoc Mann-
Whitney dengan menguji perbedaan antar kelompok dan mendapatkan nilai
signifikan p<0,05. Hasil dari analisis data menunjukkan angka 0,015 , 0,022 dan
0,040. Dari hasil data tersebut terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara
kelompok konsentrasi. Semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak maka semakin
tinggi kandungan senyawa aktif ekstrak daun jeruk nipis yang dapat menghambat
pertumbuhan larva Aedes aegypti.
Pada penelitian ini digunakan larva Aedes aegypti instar III karena larva pada
stadium ini memiliki ketahanan yang cukup baik terhadap lingkungan eksternal.
Selain itu, larva sebelumnya di kembangkan didalam ruangan khusus dengan
mengatur suhu sesuai suhu optimum bagi perkembangan larva yaitu 25-35 o C,
suhu ini sesuai untuk perkembangan larva di alam terbuka, sehingga dapat kita
simpulkan bahwa kematian larva akibat suhu dapat di singkirkan.(11)
Berdasarkan hasil uji fitokimia dan spektrofotometer, ekstrak daun jeruk nipis
positif mengandung senyawa tannin, saponin dan flavonoid. Flavonoid merupakan
senyawa kimia ekstrak daun jeruk nipis yang dapat bekerja sebagai inhibitor kuat
pernapasan atau sebagai racun pernapasan. Flavonoid mempunyai cara kerja yaitu
dengan masuk ke dalam tubuh larva melalui sistem pernapasan yang kemudian
akan menimbulkan kelayuan pada syaraf serta kerusakan pada sistem pernapasan
dan mengakibatkan larva tidak bisa bernapas dan akhirnya mati.(12)
Senyawa saponin diduga mengandung hormon steroid yang berpengaruh
dalam pertumbuhan larva. Senyawa ini akan menurunkan tegangan permukaan
selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding traktus digestivus
menjadi korosif. Kerusakan salah satu organ larva dapat menurunkan proses
metabolisme dan penyimpangan dalam proses fisiologinya.(13)
Tannin merupakan “phenolic compounds” yang dapat mempresipitasi
protein. Tannin disusun oleh ikatan polimer-polimer dan oligomer-oligomer.
Tannin sendiri berada pada daun,tunas,akar,batang,dan benih tanaman. Salah satu
fungsinya adalah sebagai pelindung tanaman dari serangga. Pada larva, hal ini
dapat menghambat protein yang diperlukan larva untuk pertumbuhan,sehingga
dapat menyebabkan larva mati.(14)
Dengan melihat fakta hasil penelitian yakni adanya larva yang terhambat
pertumbuhannya seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun jeruk nipis
yang diperkuat dengan hasil analisis statistik dan data literatur mengenai
kandungan fitokimia ekstrak daun jeruk nipis yang mampu menghambat
pertumbuhan larva Aedes aegypti instar III, maka dapat dikatakan bahwa ekstrak
daun jeruk nipis memiliki efek menghambat pertumbuhan larva Aedes aegypti.
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang telah disusun sebelumnya
adalah benar.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, ekstrak daun jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) memiliki efek menghambat pertumbuhan larva Aedes
aegypti instar III dengan memiliki efek yang berbeda-beda pada setiap perlakuan.
Dengan tingkatan konsentrasi tertinggi yaitu 0,8 % dan konsentrasi terendah yaitu
0,2 %. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun jeruk nipis yang digunakan maka
daya hambat terhadap pertumbuhan larva Aedes aegypti akan semakin kuat.
Penelitian ini dapat dilakukan lebih lanjut dan bisa dikembangkan dengan uji
coba pada spesies larva nyamuk lain. Kemudian diharapkan pada penelitian ini
dapat dikembangkan dengan uji coba ekstrak dalam bentuk sediaan zat ekstrak
yang lain. Dan pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan mengenai senyawa-
senyawa lain yang terkandung dalam daun jeruk nipis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Murdani, R. 2014. Keefektivan daya bunuh ekstrak daun jeruk nipis ( Citrus
Aurantifolia ) terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti Instar III. Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta

2. Muliansyah., Baskoro, T., 2016. Analisis Pola Sebaran Demam Berdarah


Dengue Terhadap Penggunaan Lahan Dengan Pendekatan Spasial Di
Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011-2013. Journal Of
Information Systems For Public Health.

3. Sutanto. I. Ismid. I.S. Sjarifuddin. P.K & Sungkar. S. 2009. Buku Ajar
Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Departemen Parasitology FKUI.
Jakarta.

4. Natadisastra D. 2009. Parasitology kedokteran: ditinjau dari organ tubuh


yang diserang. EGC. Jakarta.

5. Adrianto H, Subagyo Y, & Hamidah.2014. Efektivitas ekstrak daun jeruk


purut,jeruk limau,dan jeruk bali terhadap larva aedes aegypti. Vol 6. No 1:1-
6. Fakultas Sains & Teknologi Universitas Airlangga. Surabaya.

6. Andika, F. 2010. Pengaruh air perasan kulit jeruk manis ( Citrus aurantium
sub spesies sinesis ) terhadap tingkat kematian larva aedes aegypti instar III
in vitro. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

7. Andriana A,Hamidah, & Noer M. 2015. Uji efektivitas ekstrak kulit buah
jeruk purut & jeruk kalamondin sebagai biolarvasida nyamuk Aedes aegypti
L. Fakultas Sains & Teknologi Universitas Airlangga. Surabaya .

8. Widia S,Damajanty P & Bernart H. 2015. Uji efektifitas perasan air jeruk
nipis terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus secara in vitro. Jurnal Ilmiah
Farmasi. Vol 4. No 4. Universitas Samratulangi Manado.

9. Sari, M., Lubis, L., dan Pangestiningsih, Y. 2013. Uji Efektifitas Beberapa
Insektisida Nabati Untuk Mengendalikan Ulat Grayak (Spodopteralitura F.)
(Lapidoptera : Noctuidea) di Laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi.

10. Dahlan, S. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba


Medika : Jakarta.
11. Susanti, N.D., Sukesi, T.W., dan Soekoyo. 2013. Efektivitas Ekstrak Etanol
Daun Mimba (Azadirachta indica A.) Sebagai Larvasida Terhadap Larva
Culex sp. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat UAD : Yogyakarta

12. Nariatri, Setyaningrum, Saftriana, & Kurniawan. 2011. Uji Efektivitas Ekstrak
Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa) Sebagai Larvasida Terhadap
Larva Aedes Aegypti Instar III. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Lampung

13. Fuadzy. H dan Marina. R. 2012. Potensi daun dewa (Gynura Pseudochina
(L) DC) sebagai Larvasida Aedes Aegypti (Linn). E-Journal Litbang.Vol. 9,
No. 33, pp. 100-115.

14. Sastriawan, A . 2014. Efektivitas serai dapur ( Cymbopogon citratus ) sebagai


larvasida pada larva nyamuk Aedes sp Instar III/IV. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

You might also like