You are on page 1of 16

MAKALAH MIKROBIOLOGI

Di Susun Oleh:
Kelompok: Mikrobiologi Pertanian
Anggota:
Novie Permatasari

1202471

Rani Nuraini Arifin

1205641

Transmissia Noviska Sucahya

1202258

Jurusan Pendidikan Kimia


Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Bandung
2014

Penggunaan Bakteri Azospirillum sp. sebagai Penghasil Phytohormon dalam Upaya


Mempercepat Pematangan Buah Mangga
Penggunaan Bakteri Azospirillum sp. sebagai Penghasil Phytohormon dalam Upaya
Mempercepat Pematangan Buah Mangga
The Use of Bacteria Azospirillum sp. as a Producer Phytohormon in Accelerating Maturation
Efforts Mango
Reta Mawarintiasari (09330065), DR. H. Moch. Agus Krisno B, M.Kes.
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Tlogomas 246 Malang Telp 464318

Abstract
Biotechnology is a branch of science that studies the use of living things (bacteria, fungi,
viruses, etc.) or products of living things (enzyme, alcohol) in the production process to produce
stuff and services. Biotechnology can be utilized in various sector. In agriculture for example the
use of microorganisms to produce organic fertilizer as an alternative manure and produce
fitohormon to accelerate plant growth. The use of microorganisms is intended to decrease the
negative impact from the use of chemicals in agriculture.
Azospirillum sp. is one of the microorganisms used in agriculture. These bacteria have the ability
to attach N2 and produces fitohormon. Fitohormon is a plant hormone in the form of organic
compounds are made in a part of the plant and then transported to other parts, which with low
concentrations causes a physiological impact. Fitohormon generated in the form of auxin,
gibberellins, cytokinins and ethylene. For example bacteria Azospirillum sp. introduced into
mango plants the plant will experience faster growth than the mango crop is not introduced by
this bacterium. This is influenced by the presence of bacteria generated fitohormon Azospirillum
sp. if at large mango plants begin to produced fruit at the age of 4 years, with the help of these
bacteria mango can to produced fruit at the age of 2 years.
Keywords: Biotechnology, fitohormon, Azospirillum sp.

Abstrak
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri,
fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Bioteknologi dapat dimanfaatkan dalam berbagai
bidang. Dalam bidang pertanian misalnya pemanfaatan mikroorganisme untuk menghasilkan
pupuk organik sebagai alternatif pupuk dan menghasilkan fitohormon untuk mempercepat
pertumbuhan tanaman. Penggunaan mikroorganisme ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak
buruk dari pemakaian bahan-bahan kimia dalam pertanian.
Azospirillum sp. merupakan salah satu mikroorganisme yang dimanfaatkan dalam pertanian.
Bakteri ini memiliki kemampuan menambat N2 dan menghasilkan fitohormon. Fitohormon
adalah hormon tumbuhan yang berupa senyawa organik yang dibuat pada suatu bagian tanaman
dan kemudian diangkut ke bagian lain, yang dengan konsentrasi rendah menyebabkan suatu
dampak fisiologis. Fitohormon yang dihasilkan berupa auksin, giberelin, sitokinin dan etilen.
Misalnya bakteri Azospirillum sp. diintroduksikan kedalam tanaman mangga maka tanaman
tersebut akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan tanaman mangga
yang tidak diintroduksi dengan bakteri ini. Hal ini dipengaruhi oleh adanya fitohormon yang
dihasilkan bakteri Azospirillum sp. jika pada umumnya tanaman mangga mulai berbuah pada
umur 4 tahun maka dengan bantuan bakteri ini mangga dapat berbuah pada umur 2 tahun.

Kata Kunci : Bioteknologi, fitohormon, Azospirillum sp.

PENDAHULUAN
Bioteknologi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri,
fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak
hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti
biokimia, komputer, kimia, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, matematika, dan lain
sebagainya. Bioteknologi dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang misalnya kesehatan,
pangan, pertanian, perikanan dan lain sebagainya (Anonymous, 2010).
Pada era sekarang pertanian modern lebih bergantung pada penggunaan bahan kimia seperti
pupuk berbahan kimia, fungisida dan pestisida untuk meningkatkan hasil panen. Penggunaan
bahan kimia mengakibatkan dampak buruk pada lingkungan karena bahan kimia tidak mudah
untuk dihancurkan secara keseluruhan oleh mikroorganisme tanah. Untuk mengurangi dampak
buruk tersebut banyak usaha yang dilakukan. Salah satunya yaitu dengan memanfaatkan
mikroorganisme penghasil fitohormon untuk mempercepat pertumbuhan suatu tanaman (Gustin
Khairini, 2010).
Mikroorganisme di alam memiliki keanekaragaman yang berlimpah. Serta memiliki peranan
yang luar biasa dalam berbagai kehidupan manusia, salah satunya berperan dalam bidang
pertanian. Mikroorganisme di alam terbagi menjadi mikroorganisme simbiotik dan
mikroorganisme nonsimbiotik. Mikroorganisme nonsimbiotik yaitu mikroorganisme yang hidup
bebas dan mandiri dalam tanah seperti fiksasi nitrogen oleh Clostridium pasturianum dan
Azotobacter. Mikroorganisme simbiotik yaitu mikroorganisme yang berinteraksi langsung
dengan tubuh tanaman. Mikroorganisme ini dapat berupa bakteri atau fungi yang prospektif
untuk digunakan dalam bidang pertanian. Mikroorganisme seperti ini sering disebut dengan
mikroorganisme endofit (Pelczar dan Chan, 2006).
Mangga merupakan suatu tanaman yang banyak ditemukan di Indonesia. Tanaman ini memiliki
banyak jenis dan menghasilkan buah yang manis. Konsumsi masyarakat terhadap buah mangga
sangat tinggi karena buah ini memiliki rasa yang manis dan berwarna kuning ketika sudah
matang. Namun buah mangga hanya dapat dinikmati ketika musim panen, karena mangga
termasuk buah musiman yang hanya dapat berbuah pada waktu tertentu. Sehingga diperlukan
suatu usaha untuk mempercepat pertumbuhan tanaman mangga agar buah ini dapat berbuah
sepanjang tahun.
Salah satu usaha untuk mempercepat pertumbuhan mangga ini yaitu dengan memanfaatkan
bakteri endofit.

PEMBAHASAN
Mikroorganisme endofit
Mikroorganisme endofit adalah mikrorganisme yang mempunyai siklus hidup berada
dalam jaringan tanaman dan dapat membentuk koloni tanpa menimbulkan kerusakan pada
tanaman tersebut. Mikroorganisme ini dapat diekstrak dari bagian dalam tanaman atau diisolasi
dari permukaan jaringan tanaman. Selain itu mikroorganisme ini dapat digunakan sebagai
biological control bagi tanaman patogen atau untuk memacu pertumbuhan tanaman (Aryantha et
al, 2002).
Beberapa mikroba endofit yang telah berhasil diisolasi dari bagian dalam beberapa tanaman
pangan, yaitu padi, jagung dan tebu dapat meningkatkan produksi hormon pertumbuhan. Setiap
tanaman tingkat tinggi mengandung beberapa mikroorganisme endofit yang mampu
menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi
atau transfer genetik (genetic recombination) dari tanaman inangnya ke dalam mikroorganisme
endofit.
Mikroba endofit yang dapat menghasilkan beberapa hormon pertumbuhan contohnya, bakteri
Rhizobium yang terseleksi mampu menstimulasi pertumbuhan dan terbukti mampu memproduksi
fitohormon yaitu sitokinin dan auksin (Gustin Khairini, 2010). Azotobacter dan Azospirillum
ditumbuhkan untuk memacu pertumbuhan tanaman karena kemampuannya dalam memfiksasi
nitrogen, ternyata dua mikroba ini juga dapat menghasilkan hormon pertumbuhan seperti auksin,
giberelin, dan sitokinin. Setiap hormon yang dihasilkan sangat mempengaruhi kehidupan
tanaman (Ceppy Nasahi, 2010).
Azospirillum sp.
Azospirillum sp. merupakan bakteri tanah penampat nitrogen nonsimbiotik. Bakteri ini hidup
bebas di dalam tanah, yang berada disekitar atau dekat dengan perakaran. Dari hasil penelitian
Azospirillum sp. memiliki banyak manfaat dalam tanah dan tanaman, sehingga sering digunakan
sebagai biofertilizer. Bakteri ini digunakan sebagai biofertilizer karena mampu menambat
nitrogen 40-80% dari total nitrogen dalam rotan dan 30% nitrogen dalam tanaman jagung. Selain
itu Azospirillum sp. dapat menghasilkan beberapa hormon pertumbuhan hingga 285,51 mg/liter
dari total medium kultur, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Selain itu,
Azospirillum sp. juga mempunyai kemampuan merombak bahan oganik di dalam tanah. Bahan
organik yang dimaksud adalah bahan organik yang berasal dari kelompok karbohidrat seperti
selulosa, amilosa, dan bahan organik yang mengandung sejumlah lemak dan protein (Akbar et.
al, 2007 ).

Gambar a. Bakteri Azospirillum sp.


(sumber:http://www.drrajanlaboratories.com/product11.html)
Azospirillum sp. sebagai penghasil fitohormon sangat berguna bagi tumbuhan karena dengan
adanya fitohormon tersebut maka tanaman akan tumbuh dengan cepat. Fitohormon adalah
hormon tumbuhan yang berupa senyawa organik yang dibuat pada suatu bagian tanaman dan
kemudian diangkut ke bagian lain, yang dengan konsentrasi rendah menyebabkan suatu dampak
fisiologis. Peran suatu hormon adalah merangsang pertumbuhan, pembelahan sel, pemanjangan
sel, dan ada yang menghambat pertumbuhan (Istamar Syamsuri, 2007). Fitohormon yang
dihasilkan bakteri ini adalah auksin, sitokinin, giberelin dan etilen. Hormon-hormon ini berperan
penting dalam pertumbuhan tanaman dan masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda
pada pertumbuhan suatu tanaman.

Gambar b. Azospirillum dalam bentuk biakan (sumber:


http://www.drrajanlaboratories.com/product11.html )

Hormon auksin
Auksin dapat ditemukan diujung batang dan akar serta ditempat pembentukan bunga,
buah, dan daun. Fungsi hormon ini adalah sebagai pengatur pembesaran sel dan memacu
pemanjangan sel di daerah sel-sel kambium, membantu meningkatkan perkembangan bunga dan
buah, merangsang perkembangan akar lateral, dan menyebabkan pembengkokan batang. Kerja
hormon ini dipengaruhi oleh cahaya. Semakin banyak cahaya yang didapatkan suatu tanaman
maka hormon auksin yang dihasilkan semakin sedikit begitu pula sebaliknya, semakin sedikit
cahaya yang ada maka hormon auksin yang dihasilkan semakin banyak (Istamar Syamsuri,
2007).

Hormon giberelin
Giberelin ditemukan pada semua bagian tumbuhan, misalnya pucuk batang, ujung akar, bunga,
buah, dan terutama pada biji. Giberelin tidak mengakibatkan pucuk (koleoptil) membengkok
seperti pada auksin. Giberelin berfungsi untuk mernagsang pemanjangan batang, merangsang
aktivitas enzim amilase dan proteinase yang berperan dalam mencerna cadangan makanan,
merangsang pertumbuhan tunas yang dorman, menghilangkan dormansi biji untuk memacu
perkecambahan dan merangsang perbungaan dan pertumbuhan buah secara partenogenesis
(Istamar Syamsuri, 2007).

Hormon sitokinin
Menurut Istamar Syamsuri (2007) struktur kimia sitokinin lebih sederhana daripada giberelin dan
auksin. Kinetin adalah sitokinin yang sering digunakan. Susunan kimia kinetin adalah 6furfurilaminopurin. Sitokinin banyak terdapat pada organ muda (biji, buah, dan daun) dan ujung
akar. Sitokinin dibuat diakar, kemudian diangkut melalui xilem menuju daun dan buah. Sitokinin
memiliki fungsi yaitu merangsang pembelahan sel dan pertumbuhan sel, merangsang
pembentukan tunas lateral atau ketiak pada dikotil maupun pada kalus, menghambat efek
dominansi apikal oleh auksin, menunda penuaan, memacu perkembangan kloroplas dan
pembentukan klorofil serta mempertahankan kesegaran jaringan.

Hormon etilen
Etilen adalah gas yang dikeluarkan terutama oleh buah yang sudah tua. Selain berperan dalam
pemasakan buah, etilen juga menyebabkan pertumbuhan batang menjadi tebal dan merangsang
pemanjangan batang, untuk menahan pengaruh angin. Hormon inilah yang sangat berperan
penting dalam mempercepat pematangan buah mangga (Salisbury et. al, 1995).

Isolasi bakteri Azospirillum dari akar jagung


Azospirillum sp. diisolasi untuk yang pertama dari akar rumput-rumputan makanan ternak dan
beberapa serealia. Bakteri ini terdapat di tanah sekitar akar, permukaan akar dan dalam akar.
Pertumbuhannya sangat baik pada medium yang mengandung asam malat, asam suksinat atau
asam piruvat, dan cukup baik pada medium yang mengandung galaktosa dan asetat. Asosiasi
antara Azospirillum sp. dengan tanaman diduga bersifat simbiosis karena bakteri ini
menggunakan senyawa malat sebagai sumber karbon untuk pertumbuhannya.
Metode isolasi Azospirillum sp. yang digunakan adalah metode penyuburan yang menggunakan
medium semipadat Nfb (Nitrogen free bromthymol). Keadaan medium yang semipadat dapat
membuat kondisi medium mikroaerofil sehingga dalam lingkungan tersebut Azospirillum sp.
mampu menambat N2. Isolasi Azospirillum sp.
Menurut Eckert et al. (2001) isolasi Azospirillum spp. dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut. Akar tanaman tertentu dan tanah rhizosfer (rhizosfer adalah selapis tanah yang
menyelimuti permukaan akar tanaman yang masih dipengaruhi oleh aktivitas akar) diambil dari
lapangan di mana tanaman tersebut telah tumbuh lama di sana. Akar-akar tanaman dicuci dengan
air steril dan kemudian digerus dalam larutan sukrosa 4% dengan menggunakan mortar dan
pastel. Wadah kecil (sekitar 10 ml) yang mengandung 5 ml medium NFb semi-solid bebas
nitrogen diinokulasi dengan larutan berseri dari gerusan akar atau suspensi tanah rhizosfer.
Komposisi medium NFb adalah sebagai berikut (L -1): malat (5,0 g), K2HPO4 (0,5 g),
MgSO4.7H2O (0,2 g), NaCl (0,1 g), CaCl2.2H2) (0,02 g), bromothymol blue 0,5% dalam KOH
0,2 M (2 mL), larutan vitamin filter steril (1 mL), larutan hara mikro filter steril (2 mL), 1,64 %
larutan FeEDTA (4 mL), KOH (4,5 g). Keasaman (pH) disesuaikan menjadi 6,5 dan 1,8 gL -1agar
ditambahkan.
Larutan vitamin (dalam 100 mL) mengandung biotin (10 mg) dan pyridoxol-HCl (20 mg)
dilarutkan pada 100 C dalam water bath. Larutan hara mikro terdiri dari bahan-bahan sebagai
berikut (L-1):CuSO4.5H2O (40 mg), ZnSO4.7H2O (0,12 g), H2BO3 (1,4 g), Na2MO4.2H2O (1,0
g), MnSO4.H2O (1,175 g.
Setelah inkubasi 3 5 hari pada suhu 30 C, satu lup kultur ditransfer ke dalam medium semisolid segar. Pemurnian lebih lanjut dilakukan pada NFb (diberi suplemen 50 mg ekstrak ragi per
liter) dan medium DYGS setengah konsentrasi pada media agar. Kultur ini dipelihara pada
medium DYGS setengah konsentrasi yang mengandung bahan-bahan sebagai berikut (L -1):
glukosa (1,0 g), malat (1,0 g), ekstrak ragi (2,0 g), pepton (1,5 g), MgSO4.7H2O (0,5 g), L-asam
glutamat (1,5 g) dan pH disesuaikan menjadi 6,0.

Mekanisme Azospirillum dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman


Mekanisme pertama yang diusulkan terhadap pemacuan pertumbuhan tanaman
olehAzospirillum hampir sepenuhnya terkait dengan status nitrogen dalam tanaman, melalui
fiksasi biologi atau aktivitas enzim reduktase nitrat. mekanisme lain telah dipelajari dan
diusulkan untuk genus mikroba ini, antara lain produksi siderophore, pelarutan fosfat, biokontrol
fitopatogen, dan proteksi tanaman terhadap cekaman, seperti salinitas tanah, atau senyawa
beracun.
Bashan dan Hulguin (1997) mengusulkan hipotesis aditif terhadap mekanisme Azospirillumdalam
memacu pertumbuhan tanaman. Mereka menyatakan bahwa kemungkinan lebih dari satu
mekanisme yang terlibat pada waktu yang sama. Sebagai contoh, fiksasi N2 berkontribusi kurang
dari 5% dari pengaruh Azospirillum pada tanaman. Ini tidak dapat menjelaskan secara penuh
peningkatan hasil tanaman. Ketika dikombinasikan dengan pengaruh mekanisme lainnya,
kontribusi yang kecil ini dapat menjadi kontribusi yang berarti. Dengan demikian, aktivitas
gabungan dari semua mekanisme yang terlibat bertanggung jawab bagi pengaruh yang besar dari
inokulasi Azospirillum pada pertumbuhan tanaman.
Reis et al. (2011) menyatakan bahwa Azospirillum spp mempengaruhi pertumbuhan tanaman
melalui banyak mekanisme. Ini termasuk fiksasi N 2, produksi fitohormon (seperti auksin,
sitokinin, dan giberelin), peningkatan penyerapan hara, peningkatan ketahanan cekaman,
produksi vitamin, siderophore dan biokontrol, serta pelarutan P.
Namun
demikian,
salah
satu
mekanisme
yang
paling
penting
adalah
kemampuanAzospirillum menghasilkan fitohormon dan ZPT lainnya. Salah satu mekanisme
utama yang diusulkan untuk menjelaskan hipotesis aditif adalah terkait dengan
kemampuanAzospirillum sp. menghasilkan senyawa-senyawa seperti fitohormon. Telah dikenal
bahwa sekitar 80% bakteri yang diisolasi dari rhizosfer tanaman mampu memproduksi senyawa
IAA. Kemudian, diusulkan bahwa Azospirillum sp. dapat memacu pertumbuhan tanaman melalui
ekskresi fitohormon. Saat ini, kita tahu bahwa bakteri ini mampu menghasilkan senyawasenyawa kimia seperti auksin, sitokinin, giberelin, etilen, dan ZPT lainnya seperti ABA, poliamin
(spermidin, spermin, dan cadaverin) dan nitrat oksida (Cassan et al., 2011).
Fiksasi nitrogen adalah mekanisme pertama yang diusulkan untuk menjelaskan peningkatan
pertumbuhan tanaman setelah diinokulasi dengan Azospirillum. Ini terutama karena ada
peningkatan sejumlah senyawa nitrogen dan aktivitas enzim nitrogenase pada tanaman yang
diinokulasi dengan Azospirillum. Akan tetapi, beberapa tahun kemudian, penelitian menunjukkan
bahwa kontribusi fiksasi N2 oleh Azospirillum terhadap tanaman sedikit sekali, berkisar antara 5
sampai 18% dari total peningkatan tanaman. Secara umum, kontribusinya kurang dari
5%. Azospirillum mutan-Nif juga mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman sama dengan tipe

liarnya. Penemuan ini hampir saja membuat orang meninggalkan aspek fiksasi N2 ini
dari Azospirillum, kecuali hanya untuk kajian genetik murni. Akhir-akhir ini, interes terhadap
kajian Azospirillum pada aspek fiksasi N2 mulai meningkat. Ditemukan bahwa A. brasilense Sp-7
tidak menyintesis enzim nitrogenase pada suhu 42C dan juga enzim ini tidak stabil pada suhu
tersebut. Akan tetapi, pada A. brasilense Sp-9, aktivitas enzim nitrogenase stabil dan
menunjukkan aktivitas asetilen reduksi tertinggi pada suhu 42C. Aktivitas enzim
nitrogenase Azospirillum ditemukan meningkat ketika ditumbuhkan dalam kultur campuran
dengan bakteri lainnya, kendatipun mereka berasal dari habitat yang sangat berbeda. Contoh
kasus adalah campuran A. brasilense Cd dengan bakteri Staphylococcus sp. yang meningkatkan
fiksasi N2 dari A. brasilense. Pengaruhnya lebih kuat ketika supernatan Staphylococcus
ditambahkan pada kultur A. brasilense. Pada kajian lain, fiksasi N2 dari A. brasilense Sp-245
diperkuat oleh penambahan aglutinin kecambah gandum.
Bashan dan Holguin (1997) menyatakan bahwa Azospirillum bisa jadi mempengaruhi tanaman
dengan cara memberikan signal kepada tanaman inang. Adanya kenyataan
bahwaAzospirillum mempengaruhi metabolisme sel tanaman dari luar sel mengindikasikan
bahwa bakteri ini mampu mengekskresi dan memancarkan signal yang melewati dinding sel
tanaman dan ditangkap oleh membran tanaman. Interaksi ini menginisiasi rantai peristiwa yang
menghasilkan perubahan metabolisme pada tanaman yang diinokulasi. Karena membran tanaman
sangat sensitif terhadap perubahan, maka responsnya dapat menjadi petunjuk akan adanya
kegiatan Azospirillum pada tingkat seluler.
Selain itu, meningkatnya penyerapan hara mineral pada tanaman sebagai akibat dari
inokulasi Azospirillum juga merupakan penjelasan yang populer bagi pengaruh inokulasi pada
tahun 1980an. Kendatipun, beberapa kajian ada yang menunjukkan akumulasi nitrogen dan hara
mineral lainnya pada tanaman yang diinokulasi, tetapi sebagian penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan pertumbuhan tanaman tidak mesti karena peningkatan penyerapan hara. Pada saat
ini, jalan penjelasan ini agak kurang berkembang.
Azospirillum dapat juga berperan sebagai agen biokontrol terhadap patogen tanaman dalam tanah.
Ada beberapa bukti yang mendukungnya. Azospirillum lipoferum M menghasilkan catechol
siderophores pada kondisi kekurangan besi, yang menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap
beberapa isolat bakteri dan jamur. Contoh lain, dua puluh isolatAzospirillum ditemukan
menghasilkan bakteriosin yang menghambat pertumbuhan beberapa bakteri. Namun demikian,
ada juga penelitian yang melaporkan bahwa beberapa strain Azospirillum tidak menghasilkan
senyawa anti patogen.

Interaksi Azospirillum dengan Bahan Organik

Menurut Bashan (1999), bahan organik memberikan pengaruh yang beragam


terhadapAzospirillum, bisa positif, tapi juga bisa negatif. Percobaan di laboratorium menunjukkan
bahwa amandemen tanah dengan bahan organik meningkatkan jerapan dan daya
hidupAzospirillum spp. Akan tetapi, ada juga bukti di lapangan bahwa pengaruh bahan organik
terhadap Azospirillum spp. di dalam tanah kontradiktif dengan hasil penemuan di laboratorium.
Di India, pemberian bahan organik pada tanah kebun hanya mendukung populasi A.
brasilense secara terbatas. Pada penelitian lain, pemberian bahan organik pada tanah dan arang
awalnya saja meningkatkan populasi A. brasilense spp., tetapi populasinya kemudian menurun ke
taraf yang setara dengan tanpa bahan organis. Di Amerika Serikat, daya hidupA. brasilense dalam
bahan pembawa peat dan pasir dimonitor dengan seksama. Hasilnya, awalnya populasi menurun,
kemudian populasinya tetap stabil selama 60 hari. Bahan pembawa dengan
kandungan peat tertinggi (1-3%) memiliki populasi A. brasilense tertinggi. Di India, penambahan
jerami padi pada tanah sawah meningkatkan Azospirillum spp. Bashan dan Vazquez (2000)
menemukan bahwa, sementara CaCO3 dan pasir berpengaruh negatif, bahan organik memiliki
pengaruh positif terhadap daya hidup Azospirillum spp.
Namun demikian secara umum, bahan organik memberikan pengaruh yang baik bagi daya hidup
dan persistensi Azospirillum dalam tanah. Teori terhadap pengaruh negatif bahan organik bisa
jadi bahwa pada bahan organik konsentrasi tinggi, total jumlah bakteri dalam tanah telah
mencapai 107 108 spk per g sehingga bakteri lain berkompetisi denganAzospirillum yang
diinokulasi dalam tanah. Penjelasan lain, bahan organik mungkin telah memberikan hara yang
cukup banyak pada tanaman sehingga pengaruh inokulasi bakteri menjadi tertutupi.

Tahap-tahap Isolasi Azospirillum sp. dari akar jagung


1. Pengambilan akar jagung diambil dari daerah rhizofer
2. Akar dipotong kecil-kecil (0.5-1.0cm)
3. potongan tersebut dicuci menggunakan detergen sampai bersih
4. Setelah itu dibilas dengan air steril sebanyak 3 kali
5. Akar yang telah steril diinokulasikan ke dalam medium semipadat Nfb.
6. Setelah diinkubasi selama dua sampai empat hari pada suhu kamar (28-30 oC), maka akan
terbentuk pellicel.
7. Kemudian biakan digoreskan dengan metode kuadran pada medium agar cawan Nfb.
8. Koloni-koloni yang terdiri dari sel yang berbentuk spiral diinokulasikan ke dalam medium
semipadat Nfb.

9. Setelah itu diinkubasi dan akan terbentuk isolat-isolat dari bakteri Azospirillum sp. (Iman
R dan Dodit H, 1994).

a.

b.

c.
Gambar a, b, dan c Proses Isolasi Azospirillum sp. dari akar jagung
(Sumber:http://goldenagro.net63.net/index.php)

Gambar d. Hasil Biakan Murni Azospirillum sp. (Sumber:


http://aau.in:81/english/bacollege/biofertilizer_dept_files/7.jpg )
Introduksi Azospirillum sp. pada tanaman mangga

Bibit tanaman mangga yang masih berumur satu minggu harus disterilkan terlebih dahulu dengan
cara akar direndam dalam larutan hipoklorit 5,3% selama kurang lebih satu menit, kemudian
dibilas denga akuades steril, lalu direndam dalam
etanol 70% selama 5 detik dan dibilas dengan akuades steril sebanyak 2 kali (Suryowinoto, 1996
dalam Gustin K, 2010). Tanah yang akan digunakan sebagai media tanam juga disterilisasi
dahulu menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama satu jam. Kemudian bibit mangga yang
sudah steril ditanam pada tanah tersebut. Pada daerah perakaran diinokulasi dengan satu mililiter
(107-108 sel/ml) suspensi isolat Azospirillum sp. (Iman R dan Dodit H, 1994).
Tanaman mangga yang diintroduksi bakteri Azospirillum sp. menunjukkan pertumbuhan yang
lebih baik. Hal ini diduga karena bakteri ini menghasilkan fitohormon yang dapat mempercepat
pertumbuhan tanaman mangga. Fitohormon tersebut yaitu auksin, giberelin, sitokinin dan etilen.
Keberadaan auksin akan memberi dampak pada morfologi akar tanaman mangga yaitu densitas,
panjang dan area permukaan akar. Perkembangan akar ini menyebabkan perluasan serapan hara
sehingga menambah berat basah tanaman mangga. Selain itu, auksin dapat juga mempengaruhi
pemanjangan batang namun hanya pada konsentrasi tertentu yaitu 0.9 g/l (Gustin Khairi, 2010).
Hormon lain yang dihasilkan adalah giberelin. Hormon ini dapat memberikan rangsang berupa
pemanjangan batang dan pertumbuhan tunas serta merangsang perbungaan dan pertumbuhan
buah (Istamar Syamsuri, 2007). Oleh karena itu, tanaman mangga yang diintroduksi dengan
bakteri Azospirillum sp. akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Jika pada umumnya
tanaman mangga dapat mulai berbunga pada umur 4 tahun maka dengan bantuan giberelin yang
dihasilkan Azospirillum sp. diharapkan mangga dapat mulai berbunga pada umur 2 tahun.

Gambar a. Introduksi bakteri Azospirillum sp. pada akar tanaman yang memperluas permukaan
akar (Sumber: http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2011/11/new-picture-4.png)
Kemampuan Azospirillum sp. dalam menghasilkan hormon etilen sangat berpengaruh terhadap
percepatan pemasakan buah mangga. Disinilah letak penting dari penggunaan Azospirillum sp.
untuk mempercepat pemasakan buah mangga. Etilen dapat berkombinasi dengan hormon lain
yang memberikan efek yang menguntungkan. Misalnya, etilen berkombinasi dengan auksin dapat
memacu pembungaan pada tanaman mangga (Istamar Syamsuri, 2007). Jika pada umumnya

tanaman mangga hanya dapat dipanen satu periode dalam satu tahun maka dengan adanya
kombinasi dari dua hormon ini maka diharapkan tanaman mangga dapat dipanen dua periode
dalam satu tahun. Dengan begitu akan meningkatkan produksi buah mangga dan meningkatkan
pendapatan petani mangga.
Ayat ayat yang menjelaskan tentang mikroorganisme
Al furqan : 2

Artinya : Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan
tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu,
dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah SWT menguasai segala sesuatu yang ada diseluruh alam
ini, dan Allah juga menciptakan segala sesuatu sesuai dengan ukuran dan memiliki fungsi yang
berbeda-beda.

An Nahl : 13

Artinya : dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan
berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu yang ada dibumi ini untuk
kesejahteraan manusia. Dalam hal ini mikroorganisme yang ada juga diciptakan Allah untuk
kepentingan hidup manusia.

KESIMPULAN

Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri,
fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.

Penggunaan mikroorganisme dapat mengurangi dampak buruk pemakaian bahan kimia


dalam pertanian.

Mikroorganisme dibagi menjadi dua yaitu simbiotik (endofit) dan nonsimbiotik.

Mikroorganisme endofit adalah mikroorganisme yang memiliki siklus hidup berada dalam
jaringan tanaman dan dapat membentuk koloni tanpa menimbulkan kerusakan pada
tanaman tersebut. Contohnya Azospirillum sp.

Azospirillum sp. adalah bakteri yang mampu menambat N2 dan menghasilkan fitohormon.

Fitohormon yang dihasilkan adalah auksin, giberelin, sitokinin dan etilen.

Introduksi Azospirillum sp. pada tanaman mangga dapat mempercepat pertumbuhan


mangga dan pemasakan buah mangga.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar et al. 2007. Isolation and selection of indigenous Azospirillum sp. and IAA of superior
strain on wheat roots. World Journal Of Agricutural Sciences.
Aryantha et al. 2002. Mikroba Penghasil Fitohormon. Bogor : ITB.
Khairi, Gustin. 2010. Isolasi dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA
(Indole Acetic Acid) dari Akar Tanaman Jagung. Medan: USU.
Nasahi, Ceppy. 2010. Peran Mikroba Dalam Pertanian Organik. Bandung: UNPAD.
Rusmana, Iman et al. 1994. Aktivitas Nitrogenase Azospirillum sp. dan Efektifitas Simbiotiknya
dengan Jagung. Bogor: IPB.
Salisbury et al. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.
Syamsuri, Istamar. 2007. Biologi Untuk SMA Kelas XII semester 1. Jakarta: Erlangga.
Anonymous. 2010. Bioteknologi. http: id. wikipedia. org/ diakses tanggal 27 desember 2011.

You might also like