You are on page 1of 9

( )

Hadirin sidang Jumah yang berbahagia.


Pertama-tama kita panjatkan puja dan puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat, karunia, taufiq, hidayah dan inayahNya yang tidak terbilang kepada
kita sekalian, dengan rasa syukur yang mendalam.
Begitu besarnya pemberian karunia nikmatNya tersebut, sehingga tidak akan ada satu
orangpun yang sanggup menghitungnya, sebagaimana firman Allah dalam Surah Ibrahim
ayat 34:

Jika kamu menghitung nikmat yang telah diberikanNya kepadamu tentu kamu tidak akan
sanggup menghitungnya.
Sesungguhnya bersyukur adalah wajib hukumnya untuk kita sekalian. Kita perhatikan
firman Allah SWT dalam Surah Ibrahim ayat 7:

Dan ingat pula ketika Tuhanmu memberikan pernyataan Jika kamu bersyukur pasti
kutambahkan nikmatKu kepadamu, dan bila kamu mengkufuri nikmatKu siksaKu yang
dahsyat akan terjadi.
Dan kemudian sesudah itu sholawat serta salam senantiasa kita pohonkan semoga
senantiasa dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta
keluargaNya, Sahabat-sahabatnya, dan para pengikutNya sekalian dari kalangan orangorang yang baik-baik yang dengan benar dan jujur mengikuti ajaranNya sampai ke akhir
zaman.
Hadirin sidang Jumah yang berbahagia,
Marilah kita senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah SWT, yaitu dengan
melaksanakan segala perintah-perintahNya dan menjauhi segala larangan-laranganNya
dengan benar dan konsekwen secara lahir ataupun batin.
Dengan kata lain taqwa yang dapat memelihara diri dari segala bentuk kemusyrikan dan
kemunafikan, sehingga dapat menumbuhkan amal-amal soleh yang nyata yang menjadi
dari kebenaran iman, yang menjadi landasan taqwa.

Segala perbuatan dan amal manusia, yang baik atau yang buruk adalah merupakan
pencerminan dari kebenaran iman seseorang terhadap Allah SWT dan Rasulullah Nabi
Muhammad SAW.
Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama memeriksa dan mewaspadai iman kita kepada
Allah SWT dan RasulNya Nabi Muhammad SAW, sebagaimana telah kita ikrarkan dalam
bentuk dua kalimah syahadat



Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan lain kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah Pesuruh Allah.
Kita wajib beriman kepada Allah artinya: percaya akan adanya Allah, percaya kepada sifatsifat Agung dan sifat-sifat kesempurnaan Allah, percaya kepada kekuasaan Allah, percaya
kepada hukum-hukum Allah. Kita harus percaya dan yakin bahwa semua yang ada di langit
dan di bumi ini, besar atau kecil, baik atau buruk, menyenangkan atau menyusahkan,
bergerak atau diam, banyak atau sedikit, daratan atau lautan, seluruhnya adalah ciptaan
Allah SWT.
Kita harus mengetahui dan meyakini bahwa Allah SWT itu jauh dari sifat-sifat kurang,
terhindar dari sifat-sifat tercela, berbeda dengan semua sifat makhlukNya, tidak ada
satupun yang menyamaiNya. Allah SWT Maha Mengetahui dan Maha Melihat segala gerak
dan tingkah laku makhlukNya, yang semuanya terjadi menurut ketetapan dan kepastian
Allah SWT. Tidak satupun peristiwa yang terjadi tanpa qadha dan qadar Allah SWT. Tidak
ada sesatupun sekecil apapun yang terlewat dari pengawasan Allah SWT apalagi sesuatu
yang besar.
Kita wajib pula beriman kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu dengan meyakini kebenaran
akan risalah yang dibawa dan diterangkan oleh Beliau SAW, dengan rasa tunduk dan taat,
baik keterangan itu mengenai urusan duniawi, maupun segala yang berhubungan dengan
keadaan di alam barzakh (yaitu alam sesudah mati) nanti, atau hal-hal yang berkaitan
dengan alam akhirat.
Sesungguhnya beriman kepada Nabi Muhammad SAW tidak dapat dianggap nyata dan
benar, apabila kita tidak mau melaksanakan segala apa yang dibawa oleh Beliau SAW.

Melaksanakan ajaran Rasulullah SAW haruslah disertai dengan itiqad yang benar,
dikerjakan dengan amal soleh oleh anggota badan dan hati kita, sesuai dengan kemampuan
dan kekuatan kita.
Hadirin jamaah Jumah yang berbahagia,
Marilah kita simak sebuah ayat suci Al-Quran yang menjadi filosofi yang sangat mendasar
didalam kehidupan seorang Mukmin yaitu QS Adz-Dzaariyaat ayat 56

Dan tidak kuciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku.
Ayat ini menjadi referensi yang sangat mendasar didalam kehidupan seorang mukmin,
karena dengan ayat ini kita tahu bahwa kehendak Allah SWT mentakdirkan kita ini hidup
hanya untuk satu hal saja yaitu beribadah kepadaNya.
Kemudian sesudah itu harus kita ingat pula bahwa ibadah itu juga tidak akan benar menuju
kearah sasarannya, yakni menuju ridha Allah SWT, apabila tidak didasari oleh taqwa
kepada Allah SWT dengan landasan keimanan yang benar.
Hadirin sidang Jumah yang berbahagia,
Marilah kita perhatikan mengenai keimanan yang benar.
Orang-orang yang beriman secara kepada Allah SWT dan kepada Rasulullah SAW itu
memiliki tanda-tanda, sebagai bukti kebenaran imannya, sebagai petunjuk bahwa ia
sungguh-sungguh beriman kepada Allah SWT dan kepada Nabi Muhammad SAW.
Karena itu bila di dalam dirinya tidak terdapat tanda-tanda tersebut, maka sangat
dikhawatirkan bahwa perbuatannya akan dapat mendustakan dirinya sendiri.
Allah SWT berfirman QS Al Baqarah ayat 8:

Dan diantara manusia ada yang berkata: Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,
padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman.

Iman sebagaimana kita ketahui secara harfiyah artinya adalah percaya.


Orang yang beriman berarti orang yang memiliki kepercayaan-kepercayaan yang benar.
Ayat di atas menerangkan bahwa tidak setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah
diakui keimanannya oleh Allah SWT. Lalu kemudian bagaimana iman yang benar itu?
Iman yang benar adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Rasulullah SAW di dalam
salah satu haditsnya:

Iman adalah yakin dengan hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.
(HR Ibnu Majah)
Dengan demikian iman yang benar adalah iman yang memenuhi tiga unsur, yaitu: yakin
dengan hati, pengucapan keyakinan itu dengan lisan dan pembuktian iman dengan amal
perbuatan yang soleh.
Apabila unsur keimanan ini tidak ada didalam diri kita, atau salah satu saja tidak ada
didalam diri kita artinya iman kita salah, atau tidak benar.
Rasulullah SAW bersabda :




Barangsiapa ketika mengerjakan kebajikan, di dalam hatinya timbul rasa gembira dan
ketika mengerjakan perbuatan buruk di hatinya muncul rasa susah, maka jelaslah bahwa
orang tersebut adalah orang yang beriman.
(HR. Tirmidzi)
Dari hadits ini kita ketahui bahwa salah satu diantara tanda-tanda orang beriman adalah
rasa gembira ketika menjalankan ketaatan/ ibadah, dan perasaan susah tatkala melakukan
maksiat.
Marilah kita teliti diri kita masing-masing, adakah ini terjadi terhadap kita?
Bila jawabnya belum artinya keimanan kita belum berkembang, maka segera harus hijrah
kearah yang lebih baik, sebab dikhawatirkan terlambat oleh datangnya ajal. Apabila sudah
ada, maka marilah kita syukuri dan senantiasa berusaha untuk menambahnya, dengan
harapan di hari esok akan lebih baik lagi.

Marilah kita simak lagi Firman Allah SWT QS Al-Anfal ayat 2

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah
gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah
iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.
Senada dengan hal itu Allah berfirman dalam surah Al Hadid ayat 16:

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk khusyu hati
mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)
Ayat ini menggambarkan bahwa ciri-ciri orang-orang yang beriman ialah mereka yang
hatinya senantiasa merasa takut, pasrah dan hatinya khusyu kepada Allah SWT, sehingga
di dalam perjalanan hidup dan kehidupannya selalu taat dan tunduk kepada ketentuanketentuan dan tuntunan Allah SWT.
Jamaah Jumah rahimakumullah,
Kita tentunya semua menyadari bahwa didalam perjalanan hidup ini tidak sedikit halangan
kesulitan yang datang menghadang dan menjepit. Duka dan penderitaan mengurung dan
menjerat, yang semuanya itu tidak jarang membuat orang tergelincir ke lembah kesalahan
dan kesesatan, menjerumuskan orang ke jurang aniaya dan berbuat zhalim.
Untuk menghadapi hal-hal seperti ini kita sangat memerlukan perisai yang kuat untuk
menyelamatkan diri dari kesesatan yang akan membawa kepada kehancuran.
Perisai atau benteng tersebut tidak lain adalah iman; sebab dengan iman ini kita yakin
bahwa semua yang terjadi didalam hidup dan kehidupan ini telah diatur oleh Allah SWT,
sehingga bagi orang-orang yang benar-benar beriman tidak mudah tersesat oleh musibah
dan kesulitan.

Para Ulama berkata bahwa tidak akan ada adzab bagi orang-orang mukmin itu, yang
diturunkan oleh Allah SWT adalah ujian untuk meningkatkan derajat keimanannya.
Kita simak firman Allah QS At-Taghobun ayat 11:

Tidak ada suatu musibah apapun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah, dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kedalam
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Bila kita merenungkan ayat diatas, nyatalah kebenaran pernyataan para Ulama tadi, karena
ayat diatas memberikan pengertian kepada kita bahwa kehidupan dunia dengan segala
lika-liku persoalannya hanya merupakan cobaan dan ujian bagi manusia yang harus
dihadapi dengan kesabaran.
Sabar dalam arti tabah, ulet dan berkemauan kerja yang tinggi, sehingga dalam keadaan
yang bagaimanapun tetap menunjukkan usaha keras untuk beramal dan berbuat guna
mengatasi hidup dan tantangan kehidupan ini seraya bertawakal kepada Allah SWT.
Sikap-sikap semacam inilah yang merupakan ciri-ciri orang yang beriman sebagai
ungkapan yang nyata rasa penghambaan dirinya terhadap Allah SWT. Merekalah orangorang yang mampu menahan segala bentuk kesukaran, sebab mereka yakin sesudah
kesulitan akan datang pula kemudahan dan kebahagiaan.
Allah SWT berfirman QS Al Insyiroh ayat 5-6

Sesungguhnya dimana ada kesulitan disitu ada kelapangan, sesungguhnya disamping


kesulitan ada kemudahan.
Orang-orang yang beriman adalah mereka yang selalu optimis memandang hari depan
dengan disertai kerja keras. Hatinya tidak terlalu khawatir di dalam perjuangan hidup ini
dan merekalah yang akan menerima janji Allah SWT, yaitu pahala sesuai dengan firmanNya
QS Al Baqoroh ayat 277:






Sesungguhnya orang2 yang beriman dan mengerjakan amal sholeh mendirikan sholat dan
menunaikan zakat , mereka mendapat pahala disisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak juga mereka bersedih hati.
Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah,
Marilah kita meningkatkan iman sebagai landasan taqwa dan ibadah kepada Allah SWT,
agar kita termasuk golongan orang-orang yang diberi oleh Allah SWT keselamatan dan
kebahagiaan lahir batin dunia dan akhirat; seluruh perjalanan hidup ini selalu memperoleh
petunjuk dan ridha Allah SWT.
Saudara-saudara kaum Muslimin yang terhormat jamaah Jumah yang berbahagia,
hendaknya kita sadari juga bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang tergantung
pemeliharaan kita masing-masing.
Untuk memelihara iman kita hendaknya lebih memperdalam pengertian agama Islam ini,
lebih luas, mempelajari hukum-hukum Allah, sehingga benar-benar menjadi orang-orang
yang mengerti hakikat agama ini lahir dan batin.
Dengan pemahaman ini dapat kita harapkan tumbuhnya kesadaran untuk senantiasa
mentaati serta tunduk kepada tuntunan Allah, sehingga kita tergolong sebagai orang-orang
yang selamat.
Akhirnya marilah kita memohon kehadirat Allah SWT agar iman kita tetap baik dan
bertambah baik, senantiasa diberikan kekuatan dan petunjuk dalam perjalanan hidup ini,
juga kita memohon semoga semua amal perbuatan yang kita lakukan sehari-hari
senantiasa mendapat ridhaNya, yang berbuah kepada keselamatan lahir dan batin, dunia
dan akhirat.

.



.

You might also like