You are on page 1of 9

( )



Hadirin sidang Jumah yang berbahagia.
Pertama-tama kita panjatkan puja dan puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat, karunia, taufiq, hidayah dan inayahNya yang tidak terbilang kepada kita
sekalian, dengan rasa syukur yang mendalam.
Dan kemudian sesudah itu sholawat serta salam senantiasa kita pohonkan semoga senantiasa
dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluargaNya,
Sahabat2nya, dan para pengikutNya sekalian dari kalangan orang2 yang baik-baik yang dengan
benar dan jujur mengikuti ajaranNya sampai ke akhir zaman.
Maasyirol Muslimin rohimakumullah,
Marilah kita mulai pembicaraan kita dengan senantiasa memuja dan memuji Allah SWT.
Demikianlah tuntunan ajaran kita didalam rukun khutbah Jumah.
Tentang puja dan puji terhadap Allah SWT, ialah hanya karena Allah sajalah yang berhak dipuja
dan dipuji serta disembah. Allah SWT bersabda didalam Al Quran Surah Al Jatsiyah ayat 36-37:


Maka bagi Allahlah segala puji Tuhan langit dan Tuhan bumi. Tuhan semesta alam. Dan
bagiNyalah keagungan di langit dan di bumi. Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Hadirin sidang Jumah yang berbahagia,
Sesudah memuja dan memuji kita bersyukur kepadaNya yakni kepada Allah SWT terhadap
segala limpahan nikmat, karunia, dan rahmatNya yang tidak terhingga. Begitu besar limpahan
nikmat, rahmat dan karunia tersebut sehingga tidak akan ada satu orangpun yang sanggup
menghitungnya.
Untuk hal ini Allah SWT berfirman didalam Surah Ibrahim ayat 34


Jika kamu menghitung nikmat yang telah diberikanNya kepadamu tentu kamu tidak akan
sanggup menghitungnya
Bersyukur adalah wajib hukumnya untuk kita sekalian. Kita perhatikan firman Allah SWT dalam
Surah Ibrahim ayat 7:


Dan ingat pula ketika Tuhanmu memberikan pernyataan Jika kamu bersyukur pasti
kutambahkan nikmatKu kepadamu, dan bila kamu mengkufuri nikmatKu siksaKu yang dahsyat
akan terjadi.
Hadirin sidang Jumah yang berbahagia,
Didalam kesempatan ini saya selaku Khotib mengajak kepada kita sekalian untuk senantiasa
meningkatkan taqwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya taqwa, karena taqwa adalah
sebaik-baik bekal yang dapat kita bawa kehadirat Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al Baqarah ayat 197:


Berbekallah, karena sebaik-baik bekal adalah taqwa. Bertaqwalah kepadaKu wahai orang2 yang
berakal.
Taqwa mencakup taqwa lahir dan taqwa batin, dimana taqwa batin adalah merupakan sikap-
sikap batin yang harus ada dan melandasi taqwa lahir, yang antara lain: ikhlas, jujur, sabar dan
lain-lainnya yang termasuk Al Munjiyah (Yang menyelamatkan).
Secara definisi yang dikatakan bertaqwa adalah melaksanakan perbuatan yang diwajibkan dan
mencegah perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT baik lahir ataupun batin. Melaksanakan
perbuatan yang diwajibkan oleh Allah SWT dapat mendatangkan taqwa, begitu juga mencegah
perbuatan yang dilarangNya.
Marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Sesungguhnya
hanya dengan taqwalah kita dapat mengisi kehidupan ini dengan segala sifat-sifat kebaikan dan
menghindar dari sifat tercela. Diantara sifat baik yang saat ini semakin jarang ditemukan dalam
kehidupan bermasyarakat saat ini adalah sifat tawadhu. Bila sifat tawadhu semakin menipis
maka hal kebalikannya yang akan muncul, yakni menyuburnya sifat tercela berupa takabbur
atau sombong.
Tawadhu' termasuk salah satu sifat terpuji yang harus dimilki oleh seorang muslim. Tawadhu'
secara bahasa dapat dimaknai dengan merendahkan diri, atau rendah hati.
Ada Ulama yang mengatakan bahwa tawadhu itu artinya ialah tunduk kepada kebenaran dan
menerimanya dari siapa saja yang mengatakan dan membawakannya, baik anak kecil, atau
orang dewasa yang terkemuka atau yang lemah, merdeka atau sahaya, dan yang dilihat adalah
yang dikatakan dan dibawakannya, bukan siapa yang membawakan atau mengatakannya. Ia
rendah hati untuk menerima kebenaran dan tunduk kepadanya.
Demikian disebutkan oleh Al Azizi dalam As Sira Al- Munir
Allah swt berfirman dalam Surah Al Qashash ayat 83:


Negeri akhirat (kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat) itu kami jadikan untuk orang2 yang
tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan dimuka bumi. Dan kesudahan yang baik
(surga) itu adalah bagi orang2 yang bertaqwa.
Nabi SAW bersabda :


Barangsiapa merendahkan hati karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya (dunia
dan Akhirat), dan siapa yang menyombongkan diri, maka Allah akan merendahkannya.
(HR. Ibn Majah dan Abu Nuaim)
Dalam satu riwayat milik Abu Nuaim


Barangsiapa merendahkan hati karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya. Menurut
dirinya ia seorang yang lemah sedang menurut orang banyak ia seorang yang besar. Barangsiapa
menyombongkan diri, maka Allah akan merendahkannya. Menurut orang banyak ia seorang yang
kecil, sedang menurut dirinya ia seorang yang besar. Bahkan menurut mereka lebih hina daripada
anjing atau babi.
Pada dasarnya tawadhu' hanya ditujukan kepada Allah Yang Maha Agung. Yakni merasa lemah
dan tidak berdaya dibanding dengan kekuasaan Allah swt. Apalah kuasa manusia sampai berani
mengharap surganya Allah? apakah Allah rela memberikan surga kepada seorang hamba, jika
hamba tersebut merasa tidak memerlukan surga? Oleh karena itu sebagian ulama mengatakan
bahwa tujuan tawadhu sebenarnya adalah mengharapkan surga (ridha-Nya) Allah swt dan
menghindarkan diri dari api neraka (thoma'an li jannatihi ta'ala wa rahban min narihi ta'ala).
Meskipun tawadhu' ditujukan kepada Allah swt sebagai bukti adanya hubungan vertikal, tetapi
harus dibuktikan dalam praktek keseharian ketika bermuamalah dengan sesama dalam
hubungan horisontal. Sebagaimana di terangkan dalam surat al-Furqan ayat 63

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas
bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan
kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
Begitu istimewanya sifat tawadhu, sehingga Allah menyebut mereka yang memiliki sifat
tawadhu' dengan sebutan 'ibadurrahman', yakni hamba-hamba Allah yang Maha Penyayang.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Lalu apakah sebenarnya pentingnya tawadhu'? selain mendapatkan derajat dari Allah swt,
tawadhu juga menghindarkan diri kita dari sifat yang paling dibenci Allah Yang Maha Kuasa
yaitu sombong. Karena kesombongan akan menimpa mereka yang tidak memiliki sifat
tawadhu. Padahal sejatinya kesombongan itu hanya pantas dimiliki-Nya. Oleh karena itu Allah
sangat membenci orang yang sombong. Hal ini tercantum dari hadits qudsi:
: -


Dari Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda: Allah swt berfirman: Sifat kebesaran
itu kerudung-Ku, dan sifat keagungan itu kain-Ku. Barangsiapa merebut salah satunya dari-Ku
niscaya Ku-lemparkan ke dalam neraka. (HR. Abu Dawud).
Oleh karena itu guna mempermudah diri kita melatih menuju sikap tawadhu kepada Allah
hendaknya seorang hamba harus mengakui dan memiliki beberapa perasaan.
Pertama, merasa hina dan meyakini bahwa yang mulia adalah Allah.
Kedua, merasa faqir selalu membutuhkan dan Allahlah yang Maha Kaya Raya.
Ketiga, merasa bahwa dirinya adalah orang yang bodoh dan Allah yang Yang Maha Mengetahui.
Keempat, merasa lemah dan hanya Allah Yang Maha Kuat
Nabi SAW bersabda :


Tidaklah pada anak Adam kecuali dikepalanya terdapat dua rantai, satu rantai dilangit yang
ketujuh, dan satu rantai dibumi yang ketujuh. Apabila dia merendahkan hati, maka Allah akan
mengangkat dengan rantai itu kelangit yang ketujuh, dan apabila dia menyombongkan diri, maka
Allah akan merendahkannya, dengan rantai itu kebumi yang ketujuh.
Kesimpulannya, buah dari kesombongan didunia adalah kehinaan disisi makhluk dan diakhirat
masuk neraka jahanam.
Kita lihat Hadits Nabi SAW diriwayatkan oleh Al-Kharaithi, Al Hasan bin Sufyan, Ibn Laal dan
Ad-Daylami:


Apabila kalian melihat orang2 yang merendahkan hati, maka rendahkanlah hatimu bagi mereka.
Dan apabila kalian melihat orang2 menyombongkan diri , maka sombongkanlah dirimu
dihadapan mereka, karena hal itu mendatangkan kerendahan dan kehinaan bagi mereka.
Kita perhatikan lagi Hadits Nabi SAW yang lain :


Setiap orang yang mendapatkan kemikmatan biasanya orang lain dengki kepadanya, kecuali sifat
tawadhu


Tawadhu merupakan akhlak para Nabi, sedangkan kesombongan merupakan akhlak orang-
orang kafir dan penguasa yang zholim.
Kita perhatikan lagi hadits yang lain :


Barangsiapa menyombongkan diri kepada orang2 miskin, maka Allah akan melaknatnya. Dan
siapa yang menyombongkan diri kepada para Ulama, maka Allah akan menghinakannya.
Rasulullah SAW bersabda :


Ibadah yang paling utama adalah tawadhu.
Dikatakan bahwa hadits ini dari Aisyah RA
Didalam kitab Al Ihya Imam Ghozali ada dikatakan bahwa, pada suatu hari Nabi SAW bersabda
kepada para SahabatNya: Mengapa Aku tidak melihat manisnya ibadah kalian?
Sahabat bertanya :Apakah manisnya ibadah itu ?
Jawab Nabi SAW: Manisnya ibadah itu adalah sifat tawadhu.
Jama'ah Jum'ah yang Dimuliakan Allah,
Adapun gambaran praktek tawadhu kepada sesama dalam kehidupan sehari sangatlah bagus
berpegang pada pesan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani kepada muridnya bahwa:
Jikalau kamu berjumpa dengan seseorang, maka hendaklah engkau melihat keunggulannya
dibanding denganmu. Dan katakanlah (dalam hati) bahwa "orang itu lebih baik dari pada aku di
mata Allah swt". Maka apabila (kamu berjumpa) dengan anak kecil, hendaklah berkata dia ini
belum terlalu banyak maksiyat (karena umurnya lebih muda), maka dia lebih baik dari pada aku.
Dan apabila (kamu berjumpa) dengan orang tua, hendaklah berkata orang ini telah lama
beribadah kepada Allah sebelum aku (karena umurnya lebih tua, maka dia lebih baik dia dari
pada aku). Apabila (kamu berjumpa) dengan seorang yang 'alim, hendaklah berkata dia telah
diberi sesuatu (pengetahuan) yang aku belum memilikinya dan dia telah memperoleh sesuatu
yang aku belum peroleh dan dia juga telah mengerti apa yang aku tidak mengerti. Dia beramal
dengan ilmunya (pastilah lebih diterima amalnya dari padaku). Apabila (kamu berjumpa) dengan
seorang yang bodoh, hendaklah berkata dia maksiat karena kebodohannya, sedangkan aku
melakukan maksiat dengan ilmuku. Sungguh aku tidak tahu apakah aku lebih baik dari pada dia?
Demikianlah khutbah singkat yang dapat khatib sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita
semua.
Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan taufiq, hidayah, dan inayahNya kepada kita
semuanya agar senantiasa dapat terhindar dari sifat-sifat tercela dan dikaruniai sikap-sikap
batin yang menyelamatkan, yang diridhai oleh Allah SWT, yang berbuah kepada kebahagiaan
lahir batin, dunia dan akhirat.









) (

Citapen, 25 April 2014

You might also like