You are on page 1of 24

KASUS HIV

BY
PUTRI ZHARIFAH MEUTIA
(1301151)

Studi kasus
Ms DD is a 20 year old. Caucasian unmarried junior in the collage of
education at a public university hundreds of miles from her parents home.
She lives in a dormitory during the school year and returns to her parents
house for the summer. Today she visits the Student Health Center because
she has vomited every morning for the last two weeks. Although she
hasnt had a fever. She worries she has mono because lately she feels so
tired and fall asleep while studying. A rapid pregnancy test performed in
the Health Center is positive. She admits that six weeks ago she got very
drunk at a party, and she talk she had sex, but doesnt remember using
condoms. She concert to being tested for HIV using a rapid test. After
receiving a positive test result she is referred to an obstetrician
experienced with HIV-infected women.
Ms DD keeps her appointment with the obstetrician who will manage her
HIV disease during pregnancy in consultation with infectious disease
specialist. After counseling she decides not to terminate her pregnancy.
After considering her treatments options, she decides to delay starting
antiretroviral medications until her second trimester of pregnancy.
Medications Prescribed at the End of the visit
Prenatal multiple vitamins with folat.

Todays laboratory result


Laboratory Test

Result

Reference Range

HIV antibody

positive

negative

HCV antibody

negative

negative

HBsAg

negative

negative

HBCAb

negative

negative

CD4+ lymphocytes

820 mm3

800 2500 mm

Undetectable

Undetectable

Nonreactive

Negative

Hgb

12,9 g/dL

12 to 15 g/dL

Hct

39%

36 to 44 %

1,2 x 10/ mm

4,5 to 11,0 x 10/mm

Serum Glucose (fasting)

72 mg/dL

60 to 110 mg/dL

Serum triglycerides (fasting)

Not tested

45 to 155 mg/dL

Total cholesterol

Not tested

220 mg /dL

SGOT (AST)

22 IU/L

< 35 IU/L

SGPT (ALT)

14 IU/L

< 35 IU/L

Serum BUN

Not tested

7 to 20 mg/dL

Serum Creatinine

Not tested

0,5 to 1,4 mg / dL

3 mm x 3mm

< 5 to 15 mm

HIV Viral level


RPR ( Rapid Plasma Reagin)

WBC

PPD

Evaluasi
Pemberian ART pada trismester pertama
kehamilan memberikan resiko teratogenik
Selain itu, infeksi HIV pada bayi terjadi menjelang
kelahiran sehingga pemberian ART selama
kehamilan bergantung pada kondisi ibunya saja
Melahirkan secara caesar (sebelum air ketuban
pecah) juga menurunkan resiko transmisi pada
anak 55-80% merupakan alternatif bagi ibu yang
selama kehamilan tidak mengkonsumsi ART atau
viral load tetap tinggi dengan berbagai terapi.

Identitas pasien
Nama pasien : Ms D.D
Usia : 20 tahun
Diagnosa : HIV ( Human
Immunodefeciency Virus)

Defenisi penyakit
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah
sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV
menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih
yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4
sebagai sebuah marker atau penanda yang berada
di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya
nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit
yang seharusnya berperan dalam mengatasi
infeksi yang masuk ke tubuh manusia

Etiologi
Infeksi HIV terjadi lewat 3 cara utama : seksual ,
parenteral dan perinatal. Hubungan seks, baik
anal maupun vaginal adalah modus yang paling
umum. Kemungkinan penularan hubungan seks
lewat anal 0,1-3% kontak dan 0,1-0,2% / kontak
seks vaginal. Pada umumnya resiko meningkat
dengan tingkat keparahan partner seks. Individu
yang beresiko tinggi pada hubungan
heteroseksual adalah seseorang dengan
penyakit menular seks ulseratif, banyak partner
seks, partner seks pengguna obat parenteral.

Prevalensi
Prevalensi HIV pada ibu hamil diproyeksikan
meningkat dari 0,38% (2012) menjadi 0,49%
(2016), dan jumlah ibu hamil HIV positif yang
memerlukan layanan
pencegahanpenularanHIVdariibukeanak(PPI
A)jugaakanmeningkatdari 13.189
orangpadatahun 2012 menjadi 16.191 orang
pada tahun 2016. Demikian pula jumlah anak
berusia di bawah 15 tahun yang tertular HIV dari
ibunya pada saat dilahirkan atau pun saat
menyusui akan meningkat dari 4.361 (2012)
menjadi 5.565 (2016) yang berarti terjadi
peningkatan angka kematian anakakibat AIDS.

Patofisiologi
Peran penting sel T dalam menyalakan semua kekuatan limfosit dan makrofag,
membuat sel T penolong dapat dianggap sebagai tombol utama sistem imun.
Virus AIDS secara selektif menginvasi sel T penolong, menghancurkan atau
melumpuhkan sel-sel yang biasanya megatur sebagian besar respon imun. Virus
ini juga menyerang makrofag, yang semakin melumpuhkan sistem imun, dan
kadang-kadang juga masuk ke sel-sel otak, sehingga timbul demensia (gangguan
kapasitas intelektual yang parah) yang dijumpai pada sebagian pasien AIDS.
Dalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga
satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi. Dari
semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang masuk tahap AIDS pada
3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi AIDS sesudah 10 tahun, dan
sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala
AIDS, dan kemudian meninggal. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri
menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah
infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa
gejala ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun.
Pada waktu orang dengan infeksi HIV masih merasa sehat, klinis tidak
menunjukkan gejala, pada waktu itu terjadi replikasi HIV yang tinggi, 10 partikel
setiap hari. Bersamaan dengan replikasi HIV, terjadi kehancuran limfosit CD4
yang tinggi, untungnya tubuh masih bisa mengkompensasi dengan memproduksi
limfosit CD4 sekitar 109setiap hari.

Diagnosa
Setelah dilakukan tes oleh dokter
pasien positif terkena HIV
Pasien sedang hamil 2 minggu

Faktor resiko
Mempunyai perilaku seksual beresiko tinggi
(sekarang atau di masa lalu) yaitumelakukan
hubungan seksual tanpa kondom dengan
banyak mitra seksual, dengan mitra seksual
yang diketahui HIV/AIDS, dengan mitra
seksual dari daerah dengan prevalensi
HIV/AIDS tinggi atau kontak seks anal.
kelompok umur yang paling beresiko terhadap
penularan HIV dan kejadian adalah kelompok
umur produktif yaitu rentang umur 20-39
tahun

Terapi farmakologi
Terapi antiretroviral dengan tujuan
Menurunkan jumlah virus
sehinggamemperkecil kemungkinan
terjadinya penularan perinatal
Karna usia kandungan pasien baru 2 minggu
maka pemberian antiretroviral ditunda
sampai usia kandungan trismester kedua
Pemberian ART pada trismester pertama
kehamilan memberikan resiko teratogenik

PEMBERIAN ART BERDASARKAN


WHO 2013

Algoritma penatalaksanaan hiv pada


kehamilan dan menyusui WHO 2013

Karna pemberian antiretrovial ditunda sampai


trismester kedua kehamilan maka pasien
diberikan multivitamin dan asam folat
Tujuan pengaturan gizi pada kehamilan adalah
untuk memaksimalkan kesehatan ibu dan
meningkatkan tumbuh kembang bayi yang
sehat.
Kehamilan memerlukan lebih banyak nutrisi
untuk ibu dan bayi, kekurangan nutrisi
menyebabkan wanita hamil rentan terhadap
infeksi.

Terminologi medik
Infeksiperinataladalahinfeksiyangterjadipad
aibuhamil (infeksimaternal)yangdapat di
transmisikan pada janin saat kehamilan, pada
persalinan melalui jalan lahir dan pasca salin
melalui air susu ibu.
Teratogenik berarti terjadinya perkembangan
tidak normal dari sel selama kehamilan yang
menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga
pembentukan organ-organ berlangsung tidak
sempurna (terjadi cacat lahir)

Studi kasus
Pasien berusia 20 tahun pernah melakukan
prilaku seksual berisiko tinggi
Pasien didiagnosis mengidap HIV, pasien
dalam kondisi hamil trismester pertama
Pemberian ART dilakukan pada trismester
kedua kehamilan karna pemberian ART
pada trismester pertama kehamilan
memberikan resiko teratogenik
Selama trismester pertama pasien di
berikan multivitamin dan asam folat

KIE
Wanita dengan HIV/AIDS yang hamil harus diberikan
penyuluhan tentang kehamilannya, baik berupa penghentian
atau kelanjutan kehamilan karena adanyaa risiko transmisi
vertikal HIV/AIDS dari ibu ke bayi sebesar 25-45%.
Pada wanita hamil, diperlukan pemeriksaan awal pada
kunjungan pertama meliputi antibodi toksoplasmosis dan
virus sitomegalo, tes Mantoux, kultur serviks untuk
mengetahui adanyaNeisseria gonorrheadanChlamydia
trachomatis,HBsAg, VDRL, antigen kriptokokus, pemeriksaan
CD4 setiap 3 bulan (setiap bulan jika <300 mm 3) untuk
menentukan apakah pasien perlu diberikan profilaksis
terhadapPneumocystis cariniiatauZidovudine.
Pengobatan wanita hamil HIV tidak berbeda dengan wanita
tidak hamil karena terapi ARV hanya sangat sedikit memiliki
kemampuan mengganggu janin (Richard, et al., 1997).

TERIMAKASIH

You might also like