You are on page 1of 10

REVIEW ARTICLE

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2 No.1 Mei 2017, Hal. 33-43

Peranan Laboratorium Dalam Prevention of Mother to Child


Transmission (PMTCT) HIV
Sri Ratna Dewi1, Umi S. Intansari2
1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa
2
Bagian Patologi Klinik FK UGM/RSUP Dr. Sardjito, Jl. Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta
1
E-mail: ratnasamuh@gmail.com

Abstrak
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus RNA yang dapat menyebabkan penyakit
klinis, yaitu Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Transmisi virus dari ibu ke anak (mother to child
transmission/MTCT) dapat terjadi melalui darah maternal, sekresi saluran genital, dan ASI. Risiko penularan
HIV dari ibu ke bayi dapat ditekan hingga 2% dengan program PMTCT. Tulisan ini bertujuan untuk
memaparkan tentang peran laboratorium dalam mendukung program PMTCT HIV. Dalam hal ini
laboratorium memegang peranan yang penting dalam mendeteksi HIV secara dini dan diikuti dengan
evaluasi. Untuk menentukan bayi tidak mengidap HIV, diperlukan minimal dua kali pemeriksaan polymerase
chain reaction (PCR) RNA HIV dengan hasil negatif, yaitu pada usia 4-6 minggu dan pada usia 4-6 bulan.
Pada saat bayi berusia 18 bulan dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap HIV dengan cara Enzyme-linked
Immunosorbent Assay (ELISA) untuk konfirmasi. Laboratorium memegang peranan penting dalam melakukan
deteksi dini HIV serta membantu dalam proses follow up sehingga dapat mendukung program PMTCT.
Kata kunci: PMTCT, HIV, PCR, ELIS.

Abstract
[Laboratory Role In The Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT) of HIV]
The Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a RNA retrovirus which causes the clinical disease
termed the acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Mother-to-child transmission (MTCT) may
occurred because of the intrapartum maternal blood exposure, infected genital tract secretions and during
breastfeeding. The aim of this paper is to explain the role of laboratory to support PMTCT program.
Laboratory plays an important role in PMTCT, that given the starting point of PMTCT is early detection of
HIV and followed by evaluation. To determine the baby does not have HIV, it takes at least two times the HIV
RNA PCR with negative results, (at 4-6 weeks of age and at the age of 4-6 months). And then infants examined
for HIV antibodies by Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) for confirmation at 18-month-old.
Laboratory has an important role to support diagnose of HIV and their follow up, so it can be support
PMTCT program.
Keywords: PMTCT, HIV, PCR, ELISA

PENDAHULUAN 2015 bahwa terdapat 36,7 juta orang dengan


Masalah infeksi HIV dan rantai HIV/AIDS di seluruh dunia dan 50% dari
penularannya merupakan salah satu masalah jumlah tersebut adalah wanita.[1]
kesehatan masyarakat di dunia yang Berdasarkan penelitian di 21 negara
memerlukan perhatian serius dan ditemukan adanya penurunan transmisi HIV
kemungkinan dapat menjadi penyebab dari ibu ke bayi (termasuk pada periode
utama penyakit dan kematian di kalangan menyusui) yang awalnya 28% (25-30%)
perempuan dan anak-anak. Dalam publikasi pada tahun 2009 menjadi 14% (12-16%)
rekomendasi WHO maupun UNAIDS tahun pada tahun 2014 dengan adanya PMTCT.[2,3]

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.1, Mei 2017, p-ISSN 2527-4627, e-ISSN 2579-9010
DOI: 10.22225/WMJ.2.1.74.33-43
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2 No.1, Mei 2017, Hal.34

Sementara itu di Indonesia hingga akhir beberapa kota besar seperti Kamboja, India,
tahun 2010 dilaporkan sekitar 24,000 kasus dan Thailand yang berkisar antara 1-5%.[1]
AIDS dan 62.000 kasus HIV. Sekitar 62,7% Epidemiologi infeksi HIV pada anak
berjenis kelamin laki-laki dan 37,7% -anak di beberapa negara dipengaruhi oleh
berjenis kelamin perempuan.[4] beberapa hal sebagai berikut:
Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat a. Menurunnya MTCT sebagai hasil dari
dicegah dengan program PMTCT. Di implementasi intervensi terhadap ibu
negara maju, risiko seorang bayi tertular hamil yang terinfeksi HIV dan bayinya,
HIV dari ibunya sekitar <2%, hal ini karena
sehingga dengan suksesnya PMTCT
tersedianya layanan optimal untuk maka dapat menekan risiko infeksi pada
pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi. bayi
Tetapi di negara berkembang atau negara
miskin dengan akses intervensi minimal, b. Adanya infeksi HIV baru yang terjadi
risiko penularan meningkat menjadi antara pada anak dari ibu dengan HIV
25%–45%. Penyebaran MTCT HIV dapat c. Dengan adanya terapi antiretroviral yang
terjadi 5% pada saat dalam kandungan, 15% poten, anak-anak yang terinfeksi HIV
pada saat persalinan, dan 10% melalui dapat hidup lebih lama, misalnya sekitar
pemberian ASI.[4,5] Strategi preventif 25% dari 10.000 anak yang hidup
selama kehamilan terbukti mengurangi dengan HIV di USA kini telah berusia
risiko MTCT pada HIV sebesar 1%-2%, remaja.[12]
yang meliputi ARV profilaksis selama
kehamilan dan melahirkan hingga bayi Berdasarkan penelitian kohort yang
berusia 6 minggu setelah lahir, pertolongan dilakukan pada wanita yang tidak
persalinan dengan cara bedah sesar elektif memperoleh terapi preventif (misalnya
sesudah usia kehamilan matang, dan retroviral) diperoleh estimasi tingkat
pencegahan pemberian ASI.[6-10] transmisi HIV dari ibu ke anak sebesar 25-
45% di negara berkembang.[13] Tingkat
EPIDEMIOLOGI MTCT tertinggi terjadi di Afrika.[14,15]
Sebagian besar anak terinfeksi HIV Perbedaan terletak metode penelitiannya,
yang berasal dari transmisi dari ibu dengan yaitu mengenai populasi yang diamati dan
HIV positif, sehingga insiden yang terjadi prevalensi dari faktor penyerta. Selain itu,
pada anak-anak mencerminkan infeksi HIV peningkatan MTCT di sub-Sahara Afrika
wanita usia subur. Hal ini tidak bertujuan berhubungan dengan perilaku menyusui,1 di
untuk menciptakan stigma yang buruk pada mana wanita di daerah tersebut menyusui
wanita, melainkan karena selama ini wanita kira-kira menyusui hingga 2 tahun.[16]
kurang menyadari mengenai status infeksi Dalam upaya mengukur kontribusi
yang terjadi pada dirinya. relatif dari intrauterin dan transmisi
Terjadi peningkatan prevalensi HIV intrapartum HIV pada bayi yang tidak
di Afrika Barat dan Tengah, yaitu sekitar 10 disusui, telah diusulkan definisi kerja
-15% di beberapa daerah perkotaan dan 1- sebagai berikut:[17,18,19]
5% di pedesaan. Afrika Timur memiliki a. Infeksi intrauterine: pada keadaan ini,
prevalensi yang lebih tinggi, yaitu 15-25% anak dikatakan terinfeksi HIV saat dalam
di daerah perkotaan dan 5-10% di pedesaan. kandungan (in utero) jika genom HIV-1
Seroprevalensi antenatal yang terjadi di terdeteksi dalam 24 jam setelah
Afrika bagian Selatan adalah sekitar 20- dilahirkan (menggunakan DNA-PCR
30%, bahkan di beberapa daerah hingga atau kultur virus HIV).
mencapai 40%.[1,11] Di daerah Karibia,
Amerika Tengah dan Selatan memiliki b. Infeksi intrapartum: diasumsikan bila
seroprevalensi HIV-1 sebesar 0,1-5%. Asia infeksi terjadi pada saat proses partus
menunjukkan pertumbuhan epidemiologi (intrapartum). Bila hasil tes diagnosis
HIV dengan seroprevalensi yang tinggi di negatif pada 48 jam pertama dan menjadi

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.1, Mei 2017, p-ISSN 2527-4627, e-ISSN 2579-9010
DOI: 10.22225/WMJ.2.1.74.33-43
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2 No.1, Mei 2017, Hal.35

positif setelah 7-90 hari setelah adalah viral load tinggi, berlangsung selama
dilahirkan. 28 hari sampai beberapa minggu. Fase ini
diikuti oleh fase laten panjang yaitu 5
Hampir semua studi observasi
sampai 10 tahun, gejala hampir tidak ada
memperkirakan risiko transmisi MTCT
tetapi virus tetap aktif berkembang dan
HIV tanpa adanya intervensi berkisar antara
15-20% di Eropa dan USA, serta lebih dari menghancurkan sistem imun tubuh. Seiring
dengan menurunnya jumlah CD4,
30% pada populasi Afrika. Menyusui pasca
penurunan imun juga terjadi dan AIDS
melahirkan dikatakan dapat melipat
terdiagnosis saat CD4 <200/ml. Pasien akan
gandakan risiko transmisi. Pada wanita
menghadapi ancaman hidup dari infeksi
yang tidak menyusui, sekitar 75% transmisi
oportunistik.[21]
perinatal terjadi selama persalinan. Faktor
Hampir 90% kasus infeksi HIV pada
independen lainnya yang mempengaruhi
anak disebabkan oleh transmisi perinatal.
tingkat transmisi adalah HIV viral load dan
Transmisi perinatal bisa terjadi akibat
CD4 cell count ibu ketika melahirkan,
penyebaran hematogen. Beberapa penelitian
durasi ruptur membran, prematuritas, dan
melaporkan tingginya kasus terjadi akibat
jenis persalinan.
terpapar-nya intrapartum terhadap darah
VIROLOGI DAN PATOGENESIS HIV maternal seperti pada kasus episiotomi,
HIV adalah jenis virus RNA rantai laserasi vagina atau persalinan dengan
tunggal dari keluarga lentivirus. forsep, sekresi genital yang terinfeksi dan
Karakteristik dari virus ini adalah ASI. Frekuensi rata-rata transmisi vertikal
panjangnya periode inkubasi yang diikuti dari ibu ke anak dengan infeksi HIV
dengan panjangnya durasi penyakit. HIV mencapai 25-30%. Faktor lain yang
tipe1 lebih kuat, mematikan dan mudah meningkatkan resiko transmisi ini, antara
bertransmisi daripada HIV tipe2. lain jenis HIV tipe 1, riwayat anak
HIV masuk ke dalam makrofag dan sebelumnya dengan infeksi HIV, ibu
sel T CD4+ melalui glikoprotein pada dengan AIDS, lahir prematur, jumlah CD4
permukaan sel menuju reseptor pada sel maternal rendah, viral load maternal tinggi,
target. Keadaan ini diikuti oleh anak pertama lahir kembar, korioamnionitis,
penggabungan viral envelope dengan persalinan pervaginam dan pasien HIV
membran sel dan pelepasan capsid HIV ke dengan koinfeksi.[21]
sel. Virus ini menggunakan virally-encoded
DEFINISI PMTCT
enzyme reverse transcriptase untuk
Prevention of Mother-to-Child
membentuk salinan DNA yang akan
Transmission HIV perupakan suatu
disisipkan ke dalam DNA sel host dan
program pencegahan penularan vertikal
direkam, menyebabkan lepasnya virus baru
virus HIV dari ibu ke anaknya. Proses
dan penghancuran limfosit CD4. Proses
PMTCT mencakup 3 pokok penting, yaitu
reverse transcription ini mudah tejadi
perawatan antenatal, persalinan, dan
kesalahan, mutasi dapat terjadi dan
perawatan pascanatal. Sembilan puluh
mengarah pada resistensi obat.[20]
persen kasus HIV pada anak berasal dari
Mother-to-Child Transmission yang dapat
MANIFESTASI KLINIS
terjadi selama masa kehamilan, persalinan,
Infeksi HIV dibagi menjadi 4 fase.
atau menyusui.[1] Kedua tipe HIV, baik HIV
Fase awal atau masa inkubasi terjadi 2-4
tipe 1 (HIV-1) dan HIV tipe 2 (HIV-2)
minggu pertama setelah terinfeksi, tidak ada
dapat ditransmisikan dari ibu kepada
gejala yang terjadi. Beberapa minggu
anaknya, namun transmisi HIV-2 lebih
kemudian, pasien masuk ke fase infeksi
jarang dilaporkan, dan kurang pathogen bila
akut yang ditandai oleh gejala mirip flu,
dibandingkan dengan HIV-1.[22,23,24] Hanya
termasuk fatigue, demam, sakit kepala,
sekitar 10% infeksi HIV pada anak-anak
limfadenopati. Karakteristik dari fase ini
terjadi saat transfusi oleh darah yang

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.1, Mei 2017, p-ISSN 2527-4627, e-ISSN 2579-9010
DOI: 10.22225/WMJ.2.1.74.33-43
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2 No.1, Mei 2017, Hal.37

terkontaminasi, peralatan medis yang mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.
terkontaminasi virus HIV, pada saat adanya Dengan terapi ARV yang sekurangnya
lesi kulit atau bahkan kontak seksual.[1,11,25] dimulai pada minggu ke-14 kehamilan,
Perawatan antenatal mencakup usaha persalinan per vaginam merupakan
untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu persalinan yang aman. Apabila tersedia
dan mencegah mortalitas. Pada tahap ini fasilitas pemeriksaan viral load, dengan
dilakukan usaha untuk mengidentifikasi viral load < 1.000 kopi/μL, persalinan per
wanita yang terinfeksi HIV, memastikan vaginam aman untuk dilakukan. Persalinan
bahwa wanita dengan HIV positif bedah sesar hanya boleh didasarkan atas
mengikuti program PMTCT, mencegah indikasi obstetrik atau jika pemberian ARV
transmisi HIV dari ibu kepada anak. W orld baru dimulai pada saat usia kehamilan 36
Health Organization (WHO) mempunyai minggu atau lebih, sehingga diperkirakan
panduan untuk pemberian obat anti retro viral load > 1.000 kopi/μL.[10]
viral (ARV) pada ibu hamil, yaitu Setelah bayi lahir, bayi dikeringkan
pemberian ARV untuk semua wanita dan ditangani dengan standar pencegahan
dengan CD4 ≤350 sel/mm. Pada wanita universal. Bayi tidak diberi ASI, namun
yang tidak memerlukan ARV, dapat diberikan susu formula pengganti ASI
diberikan ARV profilaksis pada awal sesuai dengan kriteria AFASS (acceptable =
trimester ke-2 dan sebagai profilaksis mudah diterima, feasible = mudah
postpartum.[9] Kebijakan WHO tahun 2010 dilakukan, affordable = harga terjangkau,
mengenai PMTCT tersebut kemudian sustainable = berkelanjutan, safe = aman
masuk dalam Pedoman PPIA di Indonesia penggunaannya) dari WHO.[2,3,7] Bila ibu
tahun 2011 dan tertuang dalam tabel dalam keadaan tertentu terpaksa harus
berikut:[10] memberikan ASI, diberikan ARV
profilaksis pada ibu dan bayi selama masa
Tabel 1. Saat yang Tepat Untuk Memulai menyusui.[9]
Pengobatan ARV pada Ibu Hamil[10].
Pada usia 18 bulan dilakukan
pemeriksaan antibodi terhadap HIV
POPULASI PEDOMAN TATALAKSANA DAN
(ELISA) untuk konfirmasi.[11] Pada
Pasien naive HIV+ CD4 ≤350 sel/mm3 perawatan post natal ini juga dilakukan
follow up untuk meningkatkan kualitas
Pasien naive HIV+ Stadium 2 dengan CD4 ≤350 sel/mm3 kesehatan dan mengurangi angka kematian
dengan gejala atau Stadium 3 atau 4 tanpa memandang ibu (termasuk di antaranya adalah konseling
nilai CD4-nya
mengenai perencanaan keluarga, screening
Ibu hamil  ARV diberikan mulai pada umur kanker servix).
kehamilan ≥14 minggu, berapapun
stadium klinis dan nilai CD4-nya DIAGNOSIS HIV PADA IBU HAMIL
 Jika umur kehamilan <14 minggu DAN BAYI
namun ada indikasi, ARV dapat
Diagnosis infeksi HIV dapat
dikonfirmasi melalui kultur virus langsung
dari limfosit dan monosit darah tepi.
Pemilihan persalinan yang aman Diagnosis juga dapat ditentukan oleh
diputuskan oleh ibu setelah mendapatkan deteksi antigen virus dengan polymerase
konseling lengkap tentang pilihan chain reaction (PCR). Terlihat penurunan
persalinan, risiko penularan, dan jumlah CD4, rasio CD4 dan CD8 terbalik
berdasarkan penilaian dari tenaga dan level serum imunoglobulin meningkat
kesehatan. Pilihan persalinan meliputi pada HIV positif. Enzyme-linked
persalinan per vaginam dan per abdominam immunosorbent assay merupakan tes
(bedah sesar atau seksio sesarea). Dalam skrining HIV yang paling sering digunakan
konseling perlu disampaikan mengenai unruk mengidentifikasi antibodi spesifik
manfaat terapi ARV sebagai cara terbaik virus, baik HIV tipe 1 maupun HIV tipe 2.

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.1, Mei 2017, p-ISSN 2527-4627, e-ISSN 2579-9010
DOI: 10.22225/WMJ.2.1.74.33-43
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2 No.1, Mei 2017, Hal.38

Tes ini harus dikonfirmasi dengan W estern menurunkan fertilitas.[20] Namun karena
blot assay atau immunoflourescent antibody kelompok umur yang terinfeksi HIV
assay (IFA), untuk mendeteksi antigen sebagian besar adalah usia subur maka
spesifik virus yaitu p24, gp120/160 dan kehamilan pada wanita HIV positif
gp41.[21] merupakan masalah nyata. Transmisi HIV
American Congress of Obstetrics and dari ibu dengan HIV positif ke bayi disebut
Gynecology (ACOG) merekomendasikan transmisi vertikal dapat terjadi melalui
wanita berumur 19-64 tahun untuk plasenta pada waktu hamil (intrauterin),
melakukan skrining HIV secara rutin, waktu bersalin (intrapartum) dan pasca natal
khususnya wanita yang beresiko tinggi melalui air susu ibu (ASI).[27] Tidak semua
diluar umur tersebut.[20] Pada kunjungan ibu pengidap HIV akan menularkannya
prenatal pertama, ibu hamil harus kepada bayi yang dikandungnya. Transmisi
melakukan skrining untuk infeksi HIV. vertikal terjadi sekitar 15-40%, sebelum
Apabila ibu menolak untuk melakukan tes, penggunaan obat antiretrovirus. Perbedaan
hal tersebut harus dicantumkan ke dalam ini terjadi karena perbedaan insidens
rekam medisnya dan skrining bisa pemberian ASI. Apabila ibu terinfeksi pada
dilakukan lagi sebelum umur kehamilan 28 saat hamil tua atau pada saat menyusui
minggu. Apabila hasil tes negatif tetapi maka risiko tersebut meningkat sampai
dokter memutuskan bahwa ibu adalah 25%.[27]
resiko tinggi terinfeksi HIV, tes bisa Antibodi IgG terhadap HIV
diulang kembali pada trimester ketiga.[20] diturunkan secara pasif kepada hampir
Skrining untuk penyakit seksual semua bayi yang lahir dari ibu dengan HIV,
lainnya, seperti herpes dan sifilis, juga kecuali pada bayi yang lahir sangat preterm
dianjurkan pada kehamilan. Skrining lain atau lahir dari ibu dengan
yang juga dianjurkan adalah rubela, hipogammaglobulinemia. Standar
hepatitis B dan C, varisella zoster, measles, pemeriksaan antibodi IgG yang berasal dari
CMV dan toksoplasmosis. Apabila tes antibodi maternal dapat dideteksi pada bayi
tuberkulin kulit positif, torak foto sebaiknya hingga usia 18 bulan. Kemudian menunggu
dikerjakan setelah umur kehamilan antibodi tersebut menghilang (serokonversi)
>12minggu untuk mengidentifikasi merupakan salah satu cara untuk
penyakit paru aktif. Ibu hamil dengan HIV mengetahui status HIV anak, namun cara
positif harus mendapat vaksin hepatitis A, tersebut tergolong lambat. Namun dengan
hepatitis B, Pneumovax, untuk mencegah menggunakan teknik dalam mendeteksi
infeksi pneumokokal dan virus influenza, proviral HIV DNA dengan polymerase
termasuk vaksin H1N1.[21] chain reaction (PCR) atau teknik
Selama kehamilan, status viral load amplifikasi lainnya, sekitar 93% bayi
(HIV RNA-PCR) harus diperiksa setiap terinfeksi dapat terdiagnosis pada bulan
bulan sampai virus tidak terdeteksi, dan pertama kehidupan, dan hampir seluruhnya
dilanjutkan 3 bulan sekali setelahnya. dapat terdeteksi pada 3 bulan pertama
Pengobatan yang tepat dapat menurunkan kehidupan. Pemeriksaan DNA kuantitatif
viral load sebanyak 1 sampai 2 log dalam kini telah digunakan secara luas, namun
bulan pertama dan menghilang setelah 6 belum memiliki lisensi untuk tujuan
bulan pengobatan. Evaluasi jumlah CD4 diagnosis karena memiliki beberapa
juga sangat diperlukan untuk mengetahui kekurangan, yaitu hasil positif palsu dan
derajat imunodefisiensi, perencanaan terapi variasi dari kemampuan (performance) non-
ARV, terapi antibiotik profilaksis dan B clade viral isolates. Tes ini hanya
metode persalinan yang akan dilakukan.[26] digunakan untuk memastikan dalam
Ibu dengan HIV positif mengalami mendeteksi HIV yang diturunkan dari
penurunan kesuburan. Penelitian di Uganda maternal (tabel 2).[12]
dan beberapa negara maju menunjukkan
bahwa infeksi HIV pada perempuan

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.1, Mei 2017, p-ISSN 2527-4627, e-ISSN 2579-9010
DOI: 10.22225/WMJ.2.1.74.33-43
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2 No.1, Mei 2017, Hal.39

Tabel 2. Pemeriksaan Untuk Bayi yang Lahir dari T-cell subsets dan pemeriksaan
Ibu Dengan HIV. immunoglobulin (Ig) merupakan tes yang
Usia Tindakan Keterangan non-spesifik. Rasio CD4:8 yang terbalik
Lahir s/d Pemberian Biasanya menggunakan dan tingginya Ig (>2 kali batas atas nilai
usia 4-6 antiretroviral zidovudine monoterapi normal) mengarah pada terjadinya infeksi,
minggu profilaksis namun untuk tujuan diagnosis harus
pada bayi
diperkuat dengan adanya minimal satu tes
24-48 Pemeriksaan Jika positif, dicurigai
jam proviral DNA terjadi transmisi lainnya yang mendeteksi virus secara
PCR* intrauterin atau high langsung (direct). Hal ini penting mengingat
intrapartum innoculum: bahwa CD4 counts absolut secara fisiologis
yang dapat berhubungan
dengan tingginya lebih tinggi pada bayi dan anak-anak
progresivitas penyakit. dibandingkan dengan dewasa.[12]
Tidak membantu bila Semua anak yang diduga tidak
hasilnya negatif
3-6 Pemeriksaan Dapat mendeteksi 95%
terinfeksi hendaknya tetap dimonitoring
minggu proviral DNA bayi yang terinfeksi. Hasil hingga terjadi serokonversi. Follow up
PCR positif hendaknya jangka panjang ini untuk memastikan
dikonfirmasi dengan 2 perkembangan anak normal hingga 4-5
sampel darah yang
terbeda tahun dan follow up ini disarankan untuk
4-6 Hentikan Berikan profilaksis PCP anak-anak yang memperoleh ART perinatal.
[18]
minggu profilaksis sesuai rekomendasi Berikut adalah bagan mengenai alur
antiretroviral diagnosis HIV pada bayi dan anak yang
dan mulai
profilaksis digunakan di Indonesia.[10, 28]
PCP**
3-4 bulan Pemeriksaan Bila semua pemeriksaan
proviral DNA negatif dan tidak ada
PCR bukti klinis, bayi
dikatakan tidak terinfeksi,
dan profilaksis PCP dapat
dihentikan
18 bulan Pemeriksaan Lakukan bila telah terjadi
antibodi HIV serokonversi
* Sampel pertama bayi hendaknya diperiksa secara
paralel dengan sampel ibu ketika masa persalinan,
untuk memastikan terdeteksi-nya strain HIV ibu.
** Tidak direkomendasikan untuk bayi dengan
risiko sangat rendah
Bagan 1. Diagnosis HIV pada Bayi dan Anak <18
Bulan dengan Status HIV Ibu Tidak Diketahui[10,28]
Kultur virus merupakan pemeriksaan
khusus yang hanya digunakan dalam Jika pajanan HIV tidak pasti, lakukan
penelitian di laboratorium dan kini pemeriksaan pada ibu terlebih dahulu
peranannya telah banyak digantikan oleh sebelum uji virologi pada anak seperti yang
pemeriksaan dengan teknik amplifikasi. tertera pada bagan 1. Apabila hasil
Immune complex dissociated p24 antigen pemeriksaan HIV pada ibu negatif,
assays (ICD p24) dapat mendeteksi nuklear sebaiknya cari faktor risiko lain untuk
kapsid antigen dari virus dengan transmisi HIV. Uji virologi HIV termasuk
menggunakan pemeriksaan kit ELISA PCR HIV-DNA atau HIV-RNA (viralload)
komersial. Metode ini murah, namun atau deteksi antigen p24 dapat digunakan
kurang sensitif bila digunakan sebagai alat untuk memastikan diagnosis HIV pada usia
diagnostik. Mirip dengan pemeriksaan IgA berapa pun. Anak usia <18 bulan dapat
yang memiliki spesifisitas tinggi, namun membawa antibodi HIV maternal, sehingga
dengan sensitivitas rendah, terutama selama sulit untuk menginterpretasikan hasil uji
tiga bulan pertama bayi.[12] antibodi HIV. Oleh karena itu, untuk

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.1, Mei 2017, p-ISSN 2527-4627, e-ISSN 2579-9010
DOI: 10.22225/WMJ.2.1.74.33-43
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2 No.1, Mei 2017, Hal.40

memastikan diagnosis hanya uji virologi Anak <18 bulan dengan uji antibodi
HIV yang direkomendasikan. Idealnya HIV positif dan berada dalam kondisi klinis
dilakukan pengulangan uji virologi HIV yang berat dan tes PCR tidak tersedia harus
pada spesimen yang berbeda untuk
konfirmasi hasil positif yang pertama. Pada segera mendapat terapi ARV setelah kondisi
keadaan yang terbatas, uji antibodi HIV klinisnya stabil. Tes antibodi harus diulang
dapat dilakukan setelah usia 18 bulan untuk pada usia 18 bulan. Anak usia <18 bulan
konfirmasi infeksi HIV. dengan tes PCR positif dan kondisi klinis
yang berat atau tanpa gejala namun dengan
persentase CD4+ <25% harus mendapat
ART secepatnya. Tes antibodi harus
dilakukan pada usia 18 bulan. Anak >18
bulan dengan hasil tes antibodi positif dan
sedang dalam kondisi klinis yang berat atau
CD4 <25% sebaiknya juga mendapat ART.
Untuk menegakkan diagnosis presumtif
HIV pada bayi dan anak <18 bulan dan
terdapat tanda/gejala HIV yang berat adalah
Bagan 2. Diagnosis HIV pada Bayi dan Anak <18 bila memenuhi kriteria berikut:
bulan dan Mendapat ASI[10,28]
Berdasarkan Bagan 2, bila anak tidak Bila ada 1 kriteria Minimal 2 gejala
pernah diperiksa uji virologi sebelumnya, berikut: berikut:
masih mendapatkan ASI dan status ibu HIV  PCP, meningitis  Oral thrush
positif, sebaiknya segera lakukan uji kriptokokus,  Pneumonia berat
virologi pada usia berapa pun. Uji antibodi kandidiasis  Sepsis berat
HIV dapat digunakan untuk menyingkirkan esofagus  Kematian ibu
infeksi HIV pada anak usia 9-12 bulan.  Toksoplasmosis Atau yang berkaitan
Anak yang tidak terinfeksi HIV akan  Malnutrisi berat dengan HIV atau
memberikan hasil antibodi negatif sebanyak yang tidak penyakit HIV
74% bila diperiksa pada usia 9 bulan, dan membaik dengan yang lanjut pada
pengobatan ibu
96% bila anak diperiksa saat 12 bulan.
standar  CD4+ <20%
Anak yang mendapat ASI akan terus
berisiko tennfeksi HIV, sehingga infeksi
HIV baru dapat disingkirkan bila ASI sudah
dihentikan >6 minggu. Pemeriksaan virologis, seperti HIV
DNA (PCR), saat ini sudah ada di Indonesia
dan dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis HIV pada anak usia di bawah 18
bulan seperti yang ada pada bagan 4
berikut. Pemeriksaan tersebut harus
dilakukan minimal 2 kali dan dapat dimulai
ketika bayi berusia 4-6 minggu dan perlu
diulang 4 minggu kemudian. Pemeriksaan
HIV DNA (PCR) adalah pemeriksaan yang
dapat menemukan virus atau partikel virus
dalam tubuh bayi dan saat ini sedang
Bagan 3. Pemberian ART pada Anak <18 Bulan
Tanpa Konfirmasi Infeksi HIV dengan Tanda dan dikembangkan di Indonesia untuk diagnosis
Gejala Penyakit HIV yang Berat[10,28]

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.1, Mei 2017, p-ISSN 2527-4627, e-ISSN 2579-9010
DOI: 10.22225/WMJ.2.1.74.33-43
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2 No.1, Mei 2017, Hal.41

dini HIV pada bayi (early infant diagnosis, antibodi HIV, sesuai algoritme pada dewasa
EID). seperti yang tercantum dalam Bagan 6.

Bagan 4. Diagnosis HIV pada Bayi dan Anak <18


Bulan, Status Ibu HIV Positif, dengan Hasil Negatif
Uji Virologi Awal dan Terdapat Tanda/Gejala HIV
pada Kunjungan Berikutnya10,28
Bagan 6. Strategi III Untuk Diagnosis pada Anak
Usia >18 Bulan[10,28]

MARKER PROGNOSIS
CD4 dan viral load telah digunakan
secara luas untuk memprediksikan
progresivitas HIV baik pada anak-anak
maupun dewasa. V iral load yang sangat
tinggi dapat dijumpai pada anak-anak yang
terinfeksi, terutama pada transmisi
perinatal. CD4 counts absolut secara
fisiologis lebih tinggi pada anak-anak
dibandingkan dewasa. CD4 persentase lebih
sedikit, dan menurut klasifikasi CDC, dapat
digunakan pada seluruh rentang usia. Nilai
Bagan 5. Diagnosis HIV pada Bayi dan Anak ≥18 CD4 persentase yang lebih dari 25%
bulan10,28
menunjukkan tidak adanya immunosupresi,
Dari bagan 5 dapat kita lihat bahwa 15-25% moderat, dan <15% severe
hasil positif uji antibodi HIV awal (rapid immunosuppression.[12]
atau ELISA) harus dikonfirmasi oleh uji
kcdua (ELISA) menggunakan reagen PEMERIKSAAN PROFILAKSIS
berbeda. Pada pemilihan uji antibodi HIV Pneumocystis carinii pneumonia
untuk diagnosis, uji pertarna harus memiliki (PCP) onset awal merupakan penyakit yang
sensitivitas tertinggi, sedangkan uji kedua dapat dicegah. Bayi yang berisiko tinggi
dan ketiga spesifisitas yang sama atau lebih terinfeksi HIV, dengan ibu yang terinfeksi
tinggi daripada uji pertama. Umumnya, selama kehamilan dapat diberikan
WHO menganjurkan uji yang mempunyai profilaksis PCP sejak usia 4-6 minggu.
sensitivitas dan spesifisitas yang sama atau Profilaksis dapat dihentikan apabila terbukti
lebih tinggi. Di negara dengan estimasi bahwa bayi tersebut tidak terinfeksi HIV.
prevalensi HIV rendah, uji konfirmasi (uji Bayi yang terinfeksi HIV diharapkan
antibodi HIV ketiga) diperlukan pada bayi melanjutkan profilaksis hingga usia 1 tahun,
dan anak yang asimtomatik tanpa pajanan dalam hal ini angka CD4 tidak reliabel
terhadap HIV. Diagnosis definitif HIV pada digunakan sebagai indikator risiko. Angka
anak ≥18 bulan (riwayat pajanan diketahui CD4 >15% bukanlah hal yang reliabel
atau tidak) dapat dilakukan dengan uji untuk menghentikan profilaksis anak
sehingga diharapkan keluarga secara rutin

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.1, Mei 2017, p-ISSN 2527-4627, e-ISSN 2579-9010
DOI: 10.22225/WMJ.2.1.74.33-43
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2 No.1, Mei 2017, Hal.42

memeriksakan status klinis dan imun anak. Plan. Geneva: Joint United Nations
Anak dengan angka CD4 yang menurun Programme on HIV/AIDS (UNAIDS);
dengan cepat atau angka CD4-nya konsisten 2015
<15% sebaiknya juga dalam profilaksis. 3. How AIDS changed everything—MDG
Kotrimoksazol merupakan obat pilihan 6: 15 years, 15 lessons of hope from the
sebagai profilaksis. AIDS response. Geneva: UNAIDS;
2015.
KESIMPULAN 4. Pedoman Nasional Pencegahan
Infeksi HIV dapat ditularkan secara Penularan HIV dari Ibu ke Bayi. Jakarta:
vertikal oleh ibu kepada bayinya. Transmisi Kementerian Kesehatan Republik
vertikal tersebut dapat terjadi ketika masa Indonesia; 2011
antenatal, masa persalinan, dan post natal. 5. Havens PL, Mofenson LM. Evaluation
Untuk mengurangi risiko transmisi vertikal and management of the infant exposed
tersebut, maka pemerintah menggiatkan to HIV-1 in the United States.
program Prevention of Mother to Child Pediatrics. 2009;123:175-87
Transmission (PMTCT). Laboratorium 6. Kilewo C, Karlsson K, Massawe A,
memegang peranan yang cukup penting Lyamuya E, Swai A, Mhalu F, dkk.
dalam program ini mengingat titik awal Prevention of mother-to-child
PMTCT adalah deteksi dini wanita dengan transmission of HIV-1 through breast-
HIV. Sehingga bila wanita tersebut hamil, feeding by treating infants
maka dapat disiapkan semaksimal mungkin prophylactically with lamivudine in
untuk mencegah terjadinya transmisi HIV Tanzania. J Acquir Immune Defic
dari ibu ke bayi melalui pemberian obat Syndr. 2008;48:315-23
antiretroviral pada ibu dan pemilihan jenis 7. Yayasan spiritia. Pencegahan penularan
persalinan sesuai viral load. Point penting dari ibu-ke-bayi (PMTCT). Yayasan
berikutnya adalah mendeteksi status HIV spiritia, Jakarta; 2008. Diakses tanggal 5
bayi. Selain itu dilakukan pula pemantauan Januari 2014 Diunduh dari URL: http://
terhadap pertumbuhan dan perkembangan spiritia.or.id/cst/bacacst.php
anak, serta pemeriksaan darah (hemoglobin, 8. De Cock KM, Fowler MG, Mercier E,
leukosit, CD4, trombosit dan sebagainya). de Vincenzi I, Saba J, Hoff E, dkk.
Melalui deteksi dini, penanganan yang Prevention of mother-to child HIV
tepat, dan pemantauan yang transmission in resource-poor countries
berkesinambungan diharapkan dapat translating research into policy and
mengurangi risiko penularan HIV dan practice. JAMA 2000;283:1175-81
meningkatkan kualitas hidup Orang dengan 9. WHO. PMTCT strategic vision 2010–
HIV/AIDS (ODHA). 2015: preventing mother-to-child
transmission of HIV to reach the
UCAPAN TERIMA KASIH UNGASS and millennium development
Terima kasih disampaikan kepada goals: moving owards the elimination of
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pediatric HIV. December 2009. WHO,
Universitas Warmadewa yang telah Geneva; 2010
mendanai penyusunan artikel ini. 10. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Pedoman Nasional
DAFTAR PUSTAKA Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
1. Global AIDS Up Date 2016. Diakses Anak (PPIA) Departemen Kesehatan RI,
tanggal 1 Agustus 2017. Diunduh dari Jakarta; 2012
URL: http://www.unaids.org/sites/ 11. Adjorlolo-Johnson G, De Cock KM,
default/files/media_asset/global-AIDS- Ekpini E, et al. Prospective comparison
update-2016_en.pdf of mother-to-child transmission of HIV-
2. 2015 Progress Report on The Global 1 and HIV-2 in Abidjan, Ivory Coast.
JAMA 1994;272:462-466

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.1, Mei 2017, p-ISSN 2527-4627, e-ISSN 2579-9010
DOI: 10.22225/WMJ.2.1.74.33-43
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2 No.1, Mei 2017, Hal.43

12. Tovo PA, De Martino M, Caramia G, et Options for The Management of HIV
al. Epidemiology, clinical features, and Infection During Pregnancy. HIV/AIDS
prognostic factors of paediatric HIV Research and Palliative Care in Review.
infection. Lancet 1988; ii:1043 -1046 2009;1:41-53.
13. Msellati P., Newell M-L., Dabis F., 21. James DK, Steer PJ, Weiner CP, Gonik
Rates of mother-to-child transmission of B. Human Immunodeficiency Virus.
HIV-1 in Africa, America and Europe: Dalam: High Risk Pregnancy:
Results from 13 perinatal studies Journal Management Options. Edisi ke-1.
of Acquired Immune Deficiency London: W. B. Saunders Company Ltd,
Syndromes 1995;8:506-510 1994; h. 498-502
14. Kind C, Rudin C, Siegrist CA, et al. 22. Gareth TW, Diana G. HIV infection in
Prevention of vertical HIV transmission: children. Dalam: ABC of AIDS. Edisi
additive protective effect of elective ke-5. London: BMJ Publishing Group,
caesarean section and zidovudine 2001; h. 73-81
prophylaxis. AIDS 1998;12:205-210 23. Andreasson PA, Dias F, Naucler A,
15. Maguire A, Sanchez E, Fortuny C, et al. Andersson S, Biberfeld G. A
Potential risk factors for vertical HIV-1 prospective study of vertical
transmission in Catalonia, Spain: the transmission of HIV-2 in Bissau, Guinea
protective role of caesarean section. -Bissau. AIDS 1993;7:989-993
AIDS 1997;11:1852-7 24. Morgan G, Wilkins HA, Pepin J,
16. The Working Group on Mother-to-Child Ousman J, Brewster D, Whittle H, et al.
Transmission of HIV. Rates of mother- AIDS following mother-to-child
to-child transmission of HIV-1 in transmission of HIV-2. AIDS
Africa, America and Europe: Results 1990;4:879-882
from 13 perinatal studies. J Acquir 25. MAP. Monitoring the AIDS epidemic
Immune Defic Syndr Human Retrovirol (MAP) network. The status and trends
1995;8:506-510 of the HIV/AIDS/STD epidemics in the
17. Bryson YJ, Luzuriaga K, Wara DW. world. Provisional report, June 1998
Proposed definitions for in utero versus 26. Marino T. HIV in Pregnancy.
intrapartum transmission of HIV-1. N Emedicine, 2010
Engl J Med 1992;327:1246-1247 27. Green-top Guideline No.39.
18. Rouzioux C, Costalgliola D, Burgand Management of HIV in Pregnancy.
M, et al. Estimated timing of mother-to- Royal College of Obstetricians and
child human immunodeficiency virus Gynecologists. 2010; h. 1-28
type 1 (HIV-1) transmission by use of a 28. Direktorat Jenderal Pengendalian
Markov model. Am J Epidemiol Penyakit menular dan Penyehatan
1995;142:1330-1337 Lingkungan Departemen Kesehatan RI,
19. Newell ML. Mechanisms and timing of Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV dan
mother-to-child transmission of HIV-1. Terapi Antiretroviral Pada Anak
AIDS 1998;12:831-837 Indonesia.Jakarta, 2008, 1-20
20. Zorilla CD, Tamayo-Agrait V.
Pharmacologic and Non-Pharmacologic

WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.2, No.1, Mei 2017, p-ISSN 2527-4627, e-ISSN 2579-9010
DOI: 10.22225/WMJ.2.1.74.33-43

You might also like