You are on page 1of 2

Myth Lawang Sewu

THERE are two things that seemingly can not be separated from the Lawang Sewu; history and
mystical. As an old building, built in 1903, Lawang Sewu a silent witness to a variety of
historical events in Semarang. Once the office of the Fire Department of Ketera the Dutch
colonial era, Lawang Sewu also been a prison by the Japanese occupation army.
Lawang Sewu morphology are designed to follow the rules of architecture that corner building
with gothic model of the twin towers on the right and left of the main gate. Building extends to
the rear impressive solid, big and beautiful.
Lawang Sewu designer was Prof. Jacob F. Klinkhamer and BJ Queendag, two Dutch nationals.
The official name is Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij but more popularly called
Lawang Sewu because it has a door in very much.
18 September 1945, there was heavy fighting between the Young Generation Train Indonesia
who tried to seize the building of the hands of Kido Butai Kempeitai and Japanese. Services to
commemorate those who died in battle 5 days, in front of Lawang Sewu sebuh built memorial.
Lawang Sewu is composed of a main building that forms the letter U with the park open on the
inside. From the main door we were instantly greeted by a large staircase to the floor 2. On the
part of the landing attached an engraved glass that covered the windows with beautiful carvings.
The rest of the "atrocities" Japan still can we trace the basement. At least there is a "facility"
which tells the prison atrocities. sitting there in prison, the prison stands, and the execution
chamber.
By the designer, the basement Lawang Sewu actually prepared as a water reservoir. It was
evident from the large pipes that crisscrossed inside. However, the space was transformed into a
dungeon by the Japanese army to torture indigenous fighters.
Prison sits, which number in the dozens, is a space measuring about 3 x 3 meters high as 1 meter.
The prisoners were forced to sit in that box in a puddle. Surface covered with iron. Prisoners
should continue to sit in order to breathe.
Prison stand is a box measuring 1 1 square meter to two meters tall skeitar. a prison box stands
filled by five prisoners so that prisoners can not sit crammed up. This prison barbed wire.
Not only that. A room in Lawang Sewu connected with the river behind the building is used as an
execution chamber for prisoners who disobey. That said, the head of the prisoners were beheaded
and thrown into the river at the back of the building to the river water turned red.
With a history of "dark" as such, do not be surprised if Lawang Sewu is perceived as a place
haunted. There are various types of spirits who inhabit the building. Two "creatures" is the most
popular noni ghost haunts the Dutch said one of the main room. While the headless ghost
indigenous fighters, reportedly, often roam in the front yard.
In one occasion, a number of paranormal make the event smooth painted creatures who allegedly
live in Lawang Sewu. Dozens figure illustrated by the artists and the paranormal.

Mitos Lawang Sewu


ADA dua hal yang tampaknya tidak bisa lepas dari Lawang Sewu; sejarah dan mistis. Sebagai
bangunan tua, dibuat tahun 1903, Lawang Sewu menjadi saksi bisu beragam peristiwa historis di
Semarang. Pernah menjadi kantor Djawatan Ketera Api pada masa Kolonial Belanda, Lawang
Sewu juga pernah menjadi penjara oleh tentara penjajahan Jepang.
Lawang Sewu didesain mengikuti kaidah arsitektur morfologi bangunan sudut yaitu dengan
menara kembar model gotik di sisi kanan dan kiri pintu gerbang utama. Bangunan gedung
memanjang ke belakang yang mengesankan kokoh, besar dan indah.
Perancang Lawang Sewu adalah Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J Queendag, dua orang
berkebangsaan Belanda. Nama resminya adalah Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij
namun lebih populer disebut Lawang Sewu karena memiliki pintu dalam jumlah yang sangat
banyak.
18 September tahun 1945, terjadi pertempuran hebat antara Angkatan Muda Kereta Api
Indonesia yang berusaha merebut bangunan ini dari tangan Kempetai dan Kido Butai Jepang.
Untuk mengenang jasa-jasa mereka yang gugur dalam pertempuran 5 hari tersebut, di depan
Lawang Sewu dibangun sebuh tugu peringatan.
Lawang Sewu ini terdiri dari sebuah bangunan utama yang membentuk huruf U dengan taman
terbuka di bagian dalam. Dari pintu utama kita langsung disambut sebuah tangga besar menuju
lantai 2. Di bagian bordes tangga terpasang sebuah kaca grafir yang menutupi jendela dengan
ukiran yang indah .
Sisa kekejaman Jepang masih dapat kita telusuri dalam ruang bawah tanah. Setidaknya ada
fasilitas penjara yang mengisahkan kekejaman itu. ada penjara duduk, penjara berdiri, dan
ruang eksekusi.
Oleh perancangnya, ruang bawah tanah Lawang Sewu sebenarnya disiapkan sebagai penampung
air. Itu terlihat dari pipa besar yang malang melintang di dalam. Namun, ruang itu diubah
menjadi penjara bawah tanah oleh tentara Jepang untuk menyiksa pejuang pribumi.
Penjara duduk, yang jumlahnya puluhan, adalah ruang berukuran sekitar 3 x 3 meter setinggi 1
meter. Para tawanan dipaksa duduk di dalam kotak itu dalam genangan air. Permukaan ditutup
dengan besi. Tawanan harus terus duduk supaya bisa bernafas.
Penjara berdiri adalah kotak berukuran 11 meter persegi setinggi skeitar dua meter. satu kotak
penjara berdiri diisi oleh 5 orang tawanan supaya tawanan berdesakan hingga tidak bisa duduk.
Penjara ini diberi kawat berduri.
Tidak hanya itu. Sebuah ruangan di Lawang Sewu yang terhubung dengan sungai di belakang
gedung digunakan sebagai ruang ekskusi bagi para tawanan yang membangkang. Konon, kepala
para tawanan dipenggal dan dibuang ke sungai di belakang gedung hingga air sungai berubah
merah.
Dengan sejarah kelam seperti itu, tidak heran jika Lawang Sewu dipersepsi sebagai tempat
angker. Ada berbagai jenis makhluk halus yang menghuni gedung ini. Dua makhluk paling
populer adalah hantu noni Belanda yang katanya gentayangan di salah satu ruang utama.
Sedangkan hantu pejuang pribumi tanpa kepala, konon, kerap berkeliaran di halaman depan.
Dalam sebuah kesempatan, sejumlah paranormal membuat acara melukis makhluk-makhluk
halus yang ditengarai tinggal di Lawang Sewu. Belasan sosok diilustrasikan oleh para seniman
dan paranormal.

You might also like