Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Coping with climate change people in Indonesia are required to possess the characteristics,
spirits, and habits of entrepreneurs, and yet to obtain such a goal, the participants are not
enough merely taught how to become entrepreneurs. The entrepreneurship training
program is selected to develop the characteristics, spirits and habits of entrepreneurs
within the personality of students. Regarding the matter, this article centers around the
question of how effective this training program to develop characteristics, spirits, and
habits of entrepreneurs. The objective of the entrepreurship training program are to
develop the characteristics, spirits and habits of entrepreneurs within the personality of the
participants. In order to achieve the goal, concept, methods, material learning and
strategies has been developped. In general, the stages of this training program include (a)
survey, namely identifying the entrepreneurship profiles of partisipants and the problems
their face, (b) the findings of the survey are used as the basis for ensuring its validity in
assessing the effectiveness of the training program in developing the characteristics, spirits
and habits of entrepreneurs within the personality of paticipants. This training program
bears both practical and theoretical implications for the development of patisipant’s
entrepreneurship. The practical implication includes the needs for arousing the intention of
the tutors to improve their performances in order to improve the quality of training, and
the needs for taking necessary measures to socialize the entrepreneurship program to
become one of the alternatives. The theoretical implication is that the effectiveness of
training may be achieved if there is a process of developing the characteristics, spirits, and
habits of entrepreneurs within the personality of the participans, and if the program is
implemented, and if it is facilitated with a series of structured measures, and if it is suited
to the needs of the participants.
Indonesia semakin kecil karena pakaian di sungai di depan rumah yang telah
diperebutkan oleh tenaga kerja asing. menggunakan satelit. Negara menghadirkan
Terjadi kesenjangan antara tenaga kerja kasar (blue-collar jobs)
masyarakat miskin dan kaya, yang kaya sementara anak-anak muda di negeri
semakin kaya, sementara yang miskin sulit tersebut mencari pelatihan profesional yang
bergerak dari kemiskinan, tidak mampu tidak ada di masyarakat tersebut. Investasi
mengakses pendidikan yang layak. Ada dalam pendidikan kejuruan sering tidak
sejumlah anggota masyarakat yang realistis, banyak peserta sekolah kejuruan
dimarginalisasi (Avis, 1997; King, 1993). Di drop out atau selesai pendidikan menjadi
beberapa negara, penghasilan pekerja pengganggur alias tidak produktif.
wanita jauh lebih kecil bila dibandingkan Globalisasi ekonomi telah
dengan laki-laki, Itu sebabnya sering menimbulkan perpindahan pembuatan
diekspresikan dalam masyarakat tertentu produk dan pelayanan baru yang dikenal
agar mendapatkan persamaan hak untuk dengan istilah no boundaries (tanpa batas)
bekerja dan persamaan hak dalam yang menimbulkan budaya baru, yang
penghasilan di negara berkembang (Jackson, berbeda dengan budaya tradisional. Tidak
1989). jarang terjadi, perubahan yang muncul
Di beberapa negara, prestise dan dalam masyarakat hanya karena hendak
status masuk perguruan tinggi tetap dicari mengakomodasi pendatang baru dalam
oleh peserta dan orang tua, oleh sebab itu dunia bisnis. Adaptasi terhadap ekonomi
tidak banyak orang yang mau masuk sekolah global menimbulkan perubahan yang
kejuruan, sementara di negara lain seperti signifikan dalam dunia bisnis, yang
Jerman, hal tersebut tidak terjadi (minat berdampak pada masyarakat sekitarnya.
masuk sekolah kejuruan tetap tinggi). Misalnya pertambahan wanita dalam pasar
Sekolah Kejuruan dianggap lebih rendah, kerja menyebabkan perubahan dalam
menjadi pilihan kedua, konsekuensinya interaksi gender dalam dunia kerja terutama
orang yang memiliki kemampuan tinggi peran gender dalam budaya tradisional.
cenderung memilih sekolah umum. Sekarang ini, wanita mampu menghasilkan
Sementara sistem pendidikan diarahkan uang, memiliki kebebasan ekonomi yang
menyiapkan tamatannya menjadi lebih bila dibandingkan sebelumnya, bahkan
mahapeserta akan tetapi tamatan tersebut wanita memiliki kestabilan pekerjaan bila
mayoritas cenderung menginginkan bekeja dibandingkan laki-laki dan ini merubah
setelah tamat (Heinz, Kelle, Witzel & Zinn, hubungan di antara pria dan wanita. Tentu
1998; King, 1993; Morris, 1996). saja ini bisa menimbulkan ketegangan,
Di beberapa negara terjadi paling tidak pada awal-awal
pertentangan budaya tradisional dengan apa perkembangannya di masyarakat tersebut.
yang menjadi prioritas masyarakat dunia
Internasional. Masyarakat masih mencuci
Program Diklat Entrepreneurship 51
“The debate on whether entrepreneurs can • Di dalam usaha untuk mencapai suatu
be taught still rears its head from time to tujuan muncul situasi dan persoalan
time. Not everyone has what it take to be an secara reguler (misalnya harus mengatasi
entrepreneur but, then, our society does not masalah, merealisasikan tujuan pribadi),
need everyone to be an entrepreneur. While seorang individu harus mampu memberi
many of the aspects of entrepreneurship can respon dalam arti kompeten dan
be taught, it also requires a certain flair or terampil.
attitude towards taking risk. There is, and • Situasi dan persoalan menimbulkan
always will be, a role for the gut feeling in tuntutan yang berlawanan, misalnya
the entrepreneurship, and indeed that is kebutuhan mengatasi masalah,
what may mark out a successful kebutuhan untuk mengkomunikasikan
entrepreneur from the unsuccessful one. sesuatu, kebutuhan untuk rileks atau
That said, however, there is clearly a major santai, kebutuhan untuk berinterkasi
role and need for entrepreneurship dengan orang lain).
education and diklat.” • Tuntutan yang berlawanan
Lebih lanjut dikemukakan Thomas membutuhkan keterampilan dan
N. Garavan dan Barra O’Cinneide (2000:2) kapasitas yang berbeda (misalnya,
bahwa tujuan dari pendidikan keterampilan berkomunikasi,
entrepreneurship adalah mengembangkan keterampilan hidup bersosial,
sikap. “The major objectives of entreprise keterampilan mengatasi persoalan) untuk
education are to develop entreprising people memberi resolusi. Kehidupan adalah
and inculcate an attitude of attitude of self kurikulum yang tersembunyi (Life is
reliance using appropiate learning process. “hidden curriculum”).
Entrepreneurship education and diklat • Kemampuan individu sangat bervariasi
programmes are aimed directly at dalam menerapkan keterampilan yang
stimulating entrepreneurship which may be berbeda, setiap individu mempunyai
defined as independent small business rentang kemampuan, walaupun itu
ownership or the development of merupakan hasil dari kondisi tertentu,
opportunity-seeking managers within (misalnya genetik, psikologis,
companies.” lingkungan /masalah belajar, individu
Menurut William O’Donohue dan dapat menetapkan tingkat keberhasilan
Leonard Krasner (1995) ada beberapa sesuai dengan potensi yang dimiliki).
keterampilan psikologis yang dapat • Beberapa individu dalam waktu dan
dilatihkan. Meminjam istilah yang situasi tertentu tidak mampu atau tidak
digunakan oleh Goldstein (1982) dan memiliki keterampilan untuk memenuhi
Goldstein bersama Krasner (1987) atau mencapai sesuatu tuntutan.
pengertian diklat keterampilan psikolgis • Ketika situasi menuntut keterampilan
dihubungkan dengan pengertian berikut ini: individu, tetapi terjadi berbagai
Program Diklat Entrepreneurship 53
diklat dapat menanamkan hal tersebut bagi Rasa Percaya Diri Meningkatkan rasa
mereka yang tidak berbakat? Seperti halnya percaya pada kemampuan
yang dimiliki peserta,
diklat pada umumnya, waktu diklat Mengurangi
entrepreneurship relatif singkat, biasanya ketergantungan pada orang
lain dalam mengambil
hanya dua minggu atau 12 hari setara keputusan,
dengan 100 jam pelajaran. Apa yang dapat Menyakinkan bahwa
setiap peserta otonom,
dicapai dalam penanaman sikap, jiwa dan independen dalam
kebiasaan entrepreneurship selama dua bertindak,
Meningkatkan
minggu? Apalagi kalau pembentukan sikap kemampuan mengambil
keputusan sendiri,
dan kebiasaan (habit forming) diprediksi Meningkatkan rasa yakin
membutuhkan waktu yang lama. Dengan untuk berhasil di
kemudian hari (optimis)
berbagai kendala tersebut, yang dapat Kemauan Menanamkan kebiasaan:
dilakukan dalam diklat entrepreneurship Pekerja keras
Pantang menyerah
adalah model-model dan simulasi tindakan Rajin, getol
atau pengalaman nyata yang dikaitkan Bertabiat keras
Senang kepada orang yang
dengan konsep teori yang melandasinya. biasa bekerja keras
Uraian tujuan dan materi diklat dapat dilihat
Orientasi Hasil Menanamkan pola pikir:
pada bagan 1. berorientasi pada prestasi
kerja keras untuk berhasil
semangat, energik dan
3. Materi Diklat inisiatif tinggi dalam
mengerjakan setiap tugas
Materi diklat dikaitkan dengan tujuan yang
Kemampuan Meningkatkan kemampuan
hendak dicapai, yaitu menanamkan sikap, Mengambil peserta dalam:
jiwa dan kebiasaan entrepreneurship bagi Resiko memperhitungkan resiko
menerima kegagalan
peserta. Oleh sebab itu materi diklat tidak suka terhadap tantangan
bersifat teori atau konsep akan tetapi lebih sikap realistis terhadap
resiko
menekankan aksi konkrit, pengalaman
actual. Misalnya setelah mengobservasi Kepemimpinan Meningkatkan Kemampuan
berkomunikasi peserta dalam hal:
kegiatan nyata di pasar tradisional baru keberterimaan oleh orang
diskusi bagaimana meningkatkan rasa lain
ketepatan respons terhadap
percaya diri dan mengambil keputusan serta sugesti dan kritik
mengidentifikasi resiko-resiko yang akan kepedulian pada orang lain
kemampuan
muncul dari setiap alternative. mengembangkan diri
orang lain.
Program Diklat Entrepreneurship 55
Tahap 4 Tahap 5
Kegiatan untuk
mengembangkan self- Akhir dan konsolidasi self-
intrepreneurships intrepreneurships
nveoclockciub.com/articles/1994/08-
94-entrepreneur.htm [28 November
2000]