You are on page 1of 7

The impact of the goverment progress in the developing of small industries in

Bitung, North Sulawesi


(Dampak program pemerintah dalam pembinaan industria kecil di Bitung,
Sulawesi Utara)

Abstract

Management action for developing a productivity, earning, turn over, and the
organization behavior as well, will be success if the manager pay attention for the
attitude, opinion and a behavior of everyone that involved in the organization.those
Personally attitude, opinion and behavior to be binding in one word “motivation”.
Motivation of the entire staff, play significantly role in the management, especially in
every action management action prepared by the top leader for attacking problems, or
to reach the end result of the management action. A program to be held by the
government for developing small industries in Bitung, North Celebes, have been
started since 1996. Until now, the result of the program doesn’t bring a satisfaction
result yet. Only a few small industries success to sustained their business, and a big
part of those small industries have no business activity anymore. There are two or
three reason about their failure according to the Departement of Industries & Trade,
North Celebes, is :
1. A small part of industries that sustained is they who following the program
seriously by the other is fail to followed the program is not serious and they not
applied material of development in their company.
2. The sustained company following the program by the top leader it self, but they
who failed only sent their staff, whose not in a decision maker position.
This research to be directed to find out the problems and how to solved it
specially for the future, since the small industries very important for the national
economic development.

Keywords : Different leader behavior bring different success

Pendahuluan

Progam pembinaan usaha industri kecil di kota Bitung, Sulawesi Utara, telah
dilakukan pemerintah dalam hal ini Kanwil Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi
Utara, sejak tahun 1996. Hasil pembinaan belum menunjukkan hasil yang memuaskan,
sementara biaya pembinaan yang dianggarkan pemerintah sudah bermilyar-milyar
rupiah. Pertanyaan yang bisa diajukan disini adalah: Dimana letak kesalahan dalam
program pembinaan, apakah materi pembinaan ataukah cara atau metode yang
digunakan ataupun karena kelemahan internal dari para industriawan yang dibina.
Sesuai penjelasan Kanwil Perindutrian dan Perdagangan propinsi Sulawesi Utara,
paket pembinaan terdiri dari :
1. Pemberian modal kerja dan bantuan mesin/peralatan
2. Pelatihan-pelatihan dibidang manajemen, produksi dan pemasaran
3. Latihan khusus bagi pemimpin usaha
Di bidang manajemen, pembinaan dlakukan dalam hal fungsi-fungsi
manajemen dan unsur-unsur manajemen yang merupakan tugas pemimpin usaha,
sedangkan secara teknis, mereka dibina dalam hal produksi, pemasaran dan
keuangan. Mengingat pentingnya peran usaha industri kecil dalam hal pembangunan
ekonomi nasional, antara lain : penyediaan lapangan kerja, pemasukan pajak dan di

1
sektor sosial termasuk upaya mengurangi krisis sosial akibat pengangguran, maka
penelitian ini dilaksanakan.

Metode Penelitian

Pengumpulan data dilakukan melalui daftar kuesioner yang jawaban atas pertanyaan
disusun dalam teknik skala interval atau skala Lickert. Sampel dibagi atas 2 bagian
karena sesuai informasi Kanwil Perindutrian dan Perdagangan Propinsi Sulawesi
Utara, mereka yang dibina terbagi atas 2 kelompok yaitu yang serius mengikuti
program pembinaan dan yang tidak serius dalam program pembinaan dari sejumlah
492 unit usaha yang dibina, 50 unit usaha ditarik sebagai sampel, 25 unit yang serius
dalam pembinaan dan 25 unit yang tidak serius. Pertanyaan dalam daftar kuisioner,
penulis kelompokkan dalam 3 bagian :
1. 10 pertanyaan menyangkut pembinaan manajemen
2. 10 pertanyaan menyangkut pembinaan motivasi
3. 10 pertanyaan menyangkut hasil pembinaan
Sebelum daftar kuesioner dijalankan validitasnya diuji. Setelah itu, reliabilitas dan
normalitas data yang terkumpul juga diuji. Seluruh pengujian dan analisis data
dilakukan dengan program statistik SPSS versi 12
Model penelitian (model statistik) penulis rumuskan dalam persamaan akuntansi :
Y = a + bx1 + cx2
Dimana :
Y = Hasil pembinaan (variabel dependent)
X1 = Bina manajemen (variabel ndependent)
X2 = Bina Motivasi (variabel ndependent)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah :


1. menemukan problem dan kendala program pembinaan yang dilakukan
pemerintah
2. menemukan solusi atas problem dan kendalanya
3. menemukan cara pembinaan yang dapat penulis sarankan kepada pemerintah
bagi program pembinaan kedepan

Landasan Teoritis

Menurut Lickert, setiap tindakan manajemen yang bermaksud mencapai hasil


tertentu dalam hal produksi, pemasaran, laba usaha, kinerja organisasi usaha, dapat
dikategorikan sebagai variabel Causal atau variable penyebab dan hasil tindakan
manajemen, dikelompokkan kedalam “out-put” atau “end result”. Tapi menurut Lickert
selanjutnya sebelum mencapai variabel output, tindakan manajemen harus melalui
satu variabel yakni variabel sela (intervenue). Secara skematis digambarkannya
sebagai berikut :

2
Variabel Causal Variabel Sela Variabel output
(penyebab) (Intervenue) (hasil)

Tindakan manajemen Faktor manusia : Output dari tindakan


dibidang produksi, Motive, persepsi, manajemen : produksi
pemasaran, kinerja harapan, opini, perilaku kinerja membaik, laba,
organisasi, efisisnesi, dsb turn-over, dsb
dll.

Tindakan manajemen tidak akan membawa hasil optimal apabila tidak melalui
variabel sela (intervenue) karena variabel inilah yang berfungsi sebagai pemicu
(trigger) atas keberhasilan tindakan manajemen disemua bidang. Hal ini sejalan
dengan hakikat manajemen dalam definisi manajemen yang diberikan oleh para pakar
ilmu manajemen seperti John Mee, S. P Siagian, Koontz & O’ Donnel, John Terry,
bahwa “management is getting thing done through the effort of other people”
(manajemen adalah mendapatkan hasil tertentu melalui kegiatan orang-orang). Yang
dimaksud dengan kata “people” adalah mereka yang menjadi pelaksana lapangan,
yang menerjemahkan konsep pimpinan usaha melalui pekerjaan nyata masing-masing
staf atau karyawan. Orang-orang atau staf posisinya berada pada variabel sela
(intervenue) sehingga langkah yang bijak dari seorang pemimpin usaha adalah
memperhatikan sungguh-sungguh kondisi variabel sela ini. Bagi pemimpin usaha yang
mengabaikan variabel sela ini berarti menjalankan pola manajemen tradisional yang
dipelopori oleh F. W Taylor (1870). Sementara ilmu manajemen telah berkembang
dengan pendekatan perilaku (behavioral approach) dengan dipublikasikannya hasil
penelitian Elton Moyo dkk “the hawthrone study” pada tahun 1932. Sejak saat itu
pendekatan internasional dalam ilmu manajemen yang menganggap karyawan
sebagai mesin, telah ditinggalkan.
Apakah pola pembinaan usaha industri kecil yang dilakukan pemerintah di kota
Bitung telah cukup efektif memperhatikan intervenue variabel sela yang sangat esential
ini?

Hasil Penelitian

1. Hubungan asosiatif antar variabel


Data kuesioner yang ditabulasikan setelah dianalisa dengan program
komputer SPSS versi 12,0 menghasilkan angka-angka sebagai berikut ini :
Kelompok UIK A (yang serius) Kelompok UIK B (yang tidak serius)
variable hasil bina Bina hasil bina Bina

bina manajemen motive t bina manajemen motive t

Hasil Bina 1,0 0,63 0,564 4,385 1,0 0,23 0,50 4,643
Bina
0,63 1,0 0,579 1,267 0,23 1,0 0,65 1,772
Manajemen
Bina Motive 0,584 0,579 1,0 3,595 0,50 0,65 1,0 1,367

3
Hasil analisis dengan Pearson Correlation di atas menghasilkan bahwa
pada kelompok UIK A (yang serius), korelasi antara hasil bina (Y) dengan Bina
Manajemen sebesar 0,63 menunjukkan adanya hubungan asosiatif yang cukup
kuat, sementara pada kelompok B, angka korelasinya 0,32 yang menunjukkan hasil
Bina Manajemen tidak ada korelasi atau hubungan asosiatifnya sangat lemah. Tapi
asosiatif antara Hasil Bina dengan Bina Motive pada kedua kelompok menunjukkan
koefisien hubngan yang sama-sama cukup kuat yakni 0,579 untuk kelompok A dan
0,665 untuk kelompok B.
Dalam fungsi-fungsi manajemen, ada fungsi pemimpin usaha untuk
membina pemberian motivasi kepada bawahannya. Ternyata pada kedua
kelompok fungsi ini sudah dilaksanakan secara baik, sehingga menghasilkan
hubungan asosiatif antara Hasil Bina – Bina Motive yang cukup signifikant. Tetapi,
mengapa hubungan asosiatif antara Bina Manajemen dan Hasil Bina pada
kelompok A menunjukkan hasil yang cukup kuat (0,63) sedang pada kelompok B
(0,23) sangat lemah ?
Secara teoritis pembinaan manajemen dibagi dalam 2 bagian penting,
yakni pembinaan fungsi dan pembinaan unsur-unsur manajemen. Dapatlah
dipastikan bahwa dalam pembinaan yang dilakukan pemerintah tidak seluruh
pembinaan manajemen mencakup pembinaan fungsi dan unsur-unsur manajemen.
Bagi kelompok A yang serius mengikuti semua sesi pelatihan, mereka dapat
merekam semua materi latihan (meskipun tidak lengkap) dan mengaplikasikannya
kedalam unit usahanya, sedang kelompok B (yang tidak serius) tidak dapat
mengaplikasikan materi pelatihan karena :
1. Sesi latihan tidak dihadiri oleh pemimpin yang berwenang
2. kelompok ini cenderung tidak mau pihak luar mencampuri urusan internal
usahanya. Hal ini juga dibuktikan dengan jawaban atas pertanyaan dalam
daftar kuesioner: “bagaimana pendapat anda jika bapak angkat hanya
memberikan modal kerja tanpa melakukan pembinaan dibidang manajemen?”
jawaban yang diperoleh 77% menjawab “cukup baik” karena tidak mencampuri
urusan internal manajemen dan 23% menjawab “baik”.
Jadi salah satu faktor yang menghambat pembinaan manajemen pada
kelompok B adalah “keengganan” dicampuri urusan internal usaha. Selanjutnya
dalam membina “perencanaan” sebagai salah satu dari fungsi manajemen,
kelompok B sama sekali tidak dapat menyerap materi pembinaan. Dari pertanyaan
“Bagaimana anda merencanakan usaha anda?” jawaban yang diperoleh dari
kelompok ini :
- 85% menjawab tidak ada perencanaan yang spesifik
- 10% menjawab mengadakan perencanaan seadanya
Hal ini menunjukkan adanya perbedaan antara kedua kelompok dalam
upaya pembinaan manajemen, baik fungsi maupun unsur manajemen. Pada
dasarnya kelompok B (yang tidak serius) menjalankan usahanya secara tertutup,
sementara kelopok A lebih terbuka. Pengujian selanjutnya dilakukan dengan
menguji variansi hubungan kedua variabel independent dengan variabel dependent
untuk mengetahui sejauh mana variabel independent (X1 dan X2) tidak
mengkontribusi variabel Hasil Bina (Y). pengujian dengan statistik F, menghasilkan
nilai F untuk kelompok A (yang serius) F = 6,939 > F tabel 6,234 sehingga hasilnya
sangat signifikan karena F tabel hanya 6,234 sehingga dapat disimpulkan bahwa
bagi keompok A, kedua independent variabel yakni Bina Manajemen dan Bina
Motive, berfungsi secara linear terhadap variabel Hasil Bina artinya bahwa setiap
peningkatan dalam pembinaan manajemen dan motive dari kelompok A, akan
meningkatkan “Hasil Pembinaan” secara proporsional. Berbeda dengan hasil
pengujian kelompok B (yang tidak serius) dimana F 1,602 < F tabel 6,234 sehingga
dapat disimpulkan bahwa pada kelompok ini tidak ada kontribusi terhadap hasil

4
Pembinaan dan variabel independent X1 dan X2. pengujian kesamaan kedua rata-
rata untuk kedua kelompok A (yang serius) dan B (yang tidak serius) dalam
variabel Bina Manajemen diperoleh :
Mean A : 33,48 dengan standar defiasi 1,734
Mean B : 30,32 dengan standar defiasi 1,930
t hitung : 9,163
t tabel : 2,297
Dengan demikin dapat dibuktikan bahwa Ho yang mengatakan antara
kelompk A dan B berbeda secara signifikan dalam hal Bina Manajemen diterima
dan Ha ditolak karena :
t hitung 9,163 > t tabel 2,797
Hal ini berarti bahwa dalam pembinaan Manajemen pada kedua kelompok
berbeda secara signifikan yang menyebabkan kontribusi ke “Hasil Pembinaan” bagi
kelompok B yang tidak serius dalam program pembinaan tidak ada, sedang bagi
kelompok A yang serius mengikuti program pembinaan cukup berarti. Untuk
jelasnya, berikut ini kami sajikan tabel perbandingan hasil penelitian dari kedua
kelompok :

F hitung = 6,939 F hitung = 1,62


1. Analisa Variance (ANOVA)
F tabel = 6,234 (signifikan) F tabel = 6,234

(tidak signifikan)

2. Pearson correlation kekuatan hubungan asosiatif kekuatan hubungan asosiatif


a. hasil bina manajemen 0,584 - cukup kuat 0,665 - cukup kuat
b. hasil bina-bina motive 0,579 - cukup kuat -0,50 - sangat lemah
3. kesamaan dan rata-rata perbedaan sangat
variabel hasil bina :   signifikan   perbedaan sangat
a. mean 33,48 30,32 signifikan pada =
t hitung 9,163 > 0,05
b, standar deviasi 1,734 t tabel 2,797 1,930
c. t hitung 9,163 9,163

Nampaknya bagi kelompok A, motivasi karyawan membaik setelah diberi


pembinaan yang langsung diaplikasikan, sedang pada kelompok B motivasi sangat
lemah malah cenderung negative, sehingga tidak memberikan kontirbusi ke
variabel Hasil Bina, malah dapat dikatakan negative. Hal ini berbahaya bagi UIK
kelompok B, karena ini mencerminkan adanya ketidak puasan karyawan yang jika
terjadi terus menerus dan ketidak puasan terakumulasi, maka hal ini terjadi seperti
bom waktu yang siap meledak. Disarankan agar manajemen UIK kelompok B
segera berubah dari manajmene tradisional ke manajemen dengan behaviouaral
approach dan gaya kepemimpinan usaha berubah dari gaya pendekatan tugas
(task approach) ke gaya kepemimpinan 3-dimensi, kepemimpinan situasional.
Dari tabel indikator berikut ini, dapat dibuktikan bahwa tingkat
keberhasilan usaha setelah diadakan pembinaan :

5
kelompok UIK A (yang serius) kelompok UIK B (yang tidak serius)
Faktor indikator
sebelum sesudah Sebelum sesudah
1. Investasi Rp 19.500.000 Rp 265.000.000 Rp 28.000.000 Rp 34.500.000
2. Nilai produksi Rp 111.000.000 Rp 340.000.000 Rp 42.000.000 Nihil
3. Penyerapan tenaga
kerja 28 orang 68 orang 14 orang -
(data dikumpulkan dari 4 unit UIK kelompok A dan 4 unit UIK kelompok B)

Perbedaan ini disebabkan oleh sistem manajemen terbuka yang


diterapkan kelompok UIK A dan kelompok UIK B menerapkan sistem manajemen
tertutup dengan gaya kepemimpinan usaha yang “task oriented” tanpa
memperhatikan harapan dan pandangan karyawannya yang pada akhirnya
ditinggalkan oleh karyawan.

Kesimpulan

1. Dalam penelitian ini, ditemukan kekurangan dari program pemerintah yang


kurang dalam pembinaan motivasi. Pelatihan-pelatihan yang diberikan antara
lain, dalam hal kepemimpinan manajemen kurang menekankan fungsi motivasi
dari pemimpin dan tidak selektif dalam menentukan peserta latihan.
Seharusnya dalam sesi kepemimpinan manajemen, pesertanya haruslah
benar-benar pemimpin usaha yang berfungsi sebagai “decision making”
sementara UIK kelompok B dalam penelitian absensi, ternyata tidak
mengirimkan pemimpin usaha dan hanya diwakili oleh staf yang bukan
pengambil keputusan.
2. Untuk program pembinaan mendatang, pemerintah haruslah lebih selektif
dalam menentukan peserta latihan, dimana keikut sertaan pemimpin usaha
adalah mutlak.
3. Materi pembinaan perlu diperkaya dengan contoh-contoh kasus dari usaha
industri yang berhasil.
4. Dibidang Bina Manajemen, materi program perlu diperkaya dengan contoh
kasus pemimpin usaha yang berhasil karena :
a. Berhasil memotivasi karyawan
b. Berhasil menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan situasi yang
sedang dihadapi
c. Mampu melaksanakan fungsi manajemen secara baik dan efektif serta
mampu membina unsur-unsur manajemen: Finance, Marketing, Raw-
material dan membina karyawan, awalnya dengan menambahkan
materi MBO (Management By Objective)
5. Menggunakan konsultan sebagai instruktur, sebab konsultan terdiri dari tenaga-
tenaga profesional dengan keahlian yang rasional dalam pelatihan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1996, Upaya Pembinaan dan Pengembangan Industri Kecil di Sulawesi


Utara, Kantor Wilayah Departemen Perindustrian, Manado

Anwar A, 1992, Pemikiran Pelaksanaan dan Perintisan Pembangunan Ekonomi,


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Arsyad L, 1994, Prospek Pengembangan Industri Kecil di Indonesia, Tinjauan Teoritik
dan Kebijakan, dalam Majalah Manajemen & Usahawan Indonesia, Oktober
1995, Jakarta
Bryant C, White LG, 1987, Manajemen Pembangunan untuk Negara Berkembang,
penerjemah Dorodjatun Kuntjorojakti, LP3ES, Jakarta
Hasibuan N, 1987, Ekonomi Industi, Persaingan, Monopoli dan Regulasi, LP3ES,
Jakarta
Hersey P.K, Blanchard, 1974, Management of Organizational Behavior, Bandung
Irsan S, 1986, Industri Kecil, Sebuah Tinjauan dan Perbandingan, LP3ES, Jakarta
Martini H, 1994, Pola Kerjasama Anak Angkat pada Perusahaan di Perkotaan, JIIS,
Jakarta
Nigel F. P, Lioyd C. H, 1997, Journal of Strategic Marketing, Chapmon & Hall
Parker S. R, 1990, Sosiologi Industri, Rineke Cipta, Jakarta
Rahayu S, 2003, SPSS versi 12.0 dalam Riset Pemasaran, CV Alfa Beta, Bandung
Swastha B, Sukotjo I. W, 1993, Pengantar Bisnis Modern, Liberty, Yogyakarta
Wagiu M, 2007, Hubungan Usaha Pembinaan Bina Motive, Bina Manajemen dan Hasil
Bina pada Usaha Industri Kecil di Kota Bitung (Tesis Pasca Sarjana Universitas
Sam Ratulangi)

You might also like