You are on page 1of 5

Deni Arifakhroji 1310610

1. COP ( conference of the parties)


Adalah sebuah konverensi yang dihadiri oleh berbagai negara dan pemerintah di dunia yang
membahas tentang biological diversity, yaitu konverensi yang berupaya untuk mengurangi
hilangnya keanekaragaman hayati yang nyata di tahun 2010, khususnya dalam dukungan
pengurangan kemiskinan sesuai dengan tujuan pembangunan millenium.

Ada 10 kali pertemuan biasa tentang COP dan 1 kali pertemuan luar biasa yang dilangsungkan
di berbagai Negara dalam kurun waktu antara tahun 1994-2010, demikian ini adalah perincianya:

COP 1 - First Ordinary Meeting of the Conference of the Parties to the Convention on
Biological Diversity
Nassau, Bahamas, 28 November - 9 December 1994
Membahas tentang:
Guidance to the financial mechanism;
Medium-term programme of work;

COP 2 - Second Ordinary Meeting of the Conference of the Parties to the Convention on
BiologicalDiversity
Jakarta, Indonesia, 6 - 17 November 1995
Membahas tentang:
Marine and coastal biological diversity;
Access to genetic resources;
Conservation and sustainable use of biological diversity;
Biosafety;

COP 3 - Third Ordinary Meeting of the Conference of the Parties to the Convention on
Biological Diversity
Buenos Aires, Argentina, 4 - 15 November 1996
Membahas tentang:
Agricultural biodiversity;
Financial resources and mechanism;
Identification, monitoring and assessment;
Intellectual property rights;

COP 4 - Fourth Ordinary Meeting of the Conference of the Parties to the Convention on
Biological Diversity
Bratislava, Slovakia, 4 - 15 May 1998
Membahas tentang;
Inland water ecosystems;
Review of the operations of the Convention;
Article 8(j) and related issues (traditional knowledge);
Benefit sharing;

KEBIJAKAN IKLIM
Deni Arifakhroji 1310610
1
ExCOP 1 - First Extraordinary Meeting of the Conference of the Parties to the Convention on
Biological Diversity
Cartagena, Colombia & Montreal, Canada, 22 - 23 February 1999 & 24 - 28 January 2000

COP 5 - Fifth Ordinary Meeting of the Conference of the Parties to the Convention on
Biological Diversity
Nairobi, Kenya, 15 - 26 May 2000
Membahas tentang:
Dryland, mediterranean, arid, semi-arid, grassland and savannah ecosystems;
Sustainable use, including tourism;
Access to genetic resources;

COP 6 - Sixth Ordinary Meeting of the Conference of the Parties to the Convention on
Biological Diversity
The Hague, Netherlands, 7 - 19 April 2002
Membahas taentang:
Forest ecosystems; Alien species;
Benefit-sharing;
Strategic plan 2002-2010;

COP 7 - Seventh Ordinary Meeting of the Conference of the Parties to the Convention on
Biological Diversity
Kuala Lumpur, Malaysia, 9 - 20 February 2004
Membahas tentang:
Mountain ecosystems;
Protected areas;
Transfer of technology and technology cooperation.

COP 8 - Eighth Ordinary Meeting of the Conference of the Parties to the Convention on
Biological Diversity
Curitiba, Brazil, 20 - 31 March 2006
Membahas tentang:
sland biodiversity;
Biological diversity of dry and sub-humid lands;
Global Taxonomy Initiative;
Access and benefit-sharing (Article 15);
Article 8(j) and related provisions;
Communication, education and public awareness (Article 13).

COP 9 - Ninth meeting of the Conference of the Parties to the Convention on Biological
Diversity
Bonn, Germany, 19 - 30 May 2008
Membahas tentang:

KEBIJAKAN IKLIM
Deni Arifakhroji 1310610
1
Agricultural biodiversity;
Global Strategy for Plant Conservation;
Invasive alien species;
Forest biodiversity;
measures;
Ecosystem approach;
Progress int he implementation of the Strategic Plan and progress towards the 2010 traget and
relevant Millennium Development Goals;
Financial resources and the financial mechanism.

COP 10 - Tenth meeting of the Conference of the Parties to the Convention on Biological
Diversity
Nagoya, Aichi Prefecture, Japan, 18 - 29 October 2010

2. Protocol Kyoto dan Penggantinya

Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang
Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global.
Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran
karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi
jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan
pemanasan global.Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-
rata cuaca global antara 0,02 °C dan 0,28 °C pada tahun 2050.

Menurut rilis pers dari Program Lingkungan PBB:

"Protokol Kyoto adalah sebuah persetujuan sah di mana negara-negara perindustrian akan
mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara kolektif sebesar 5,2% dibandingkan dengan
tahun 1990 (namun yang perlu diperhatikan adalah, jika dibandingkan dengan perkiraan
jumlah emisi pada tahun 2010 tanpa Protokol, target ini berarti pengurangan sebesar 29%).
Tujuannya adalah untuk mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah kaca - karbon
dioksida, metan, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC - yang dihitung sebagai
rata-rata selama masa lima tahun antara 2008-12. Target nasional berkisar dari pengurangan
8% untuk Uni Eropa, 7% untuk AS, 6% untuk Jepang, 0% untuk Rusia, dan penambahan yang
diizinkan sebesar 8% untuk Australia dan 10% untuk Islandia." [2]

Proses Pengganti prortokol Kyoto


Para delegasi dan pakar dari 180 negara di dunia bertemu di Barcelona, Spanyol untuk menyusun
draft konvensi baru tentang perubahan iklim. Pertemuan ini merupakan upaya terbaru
masyarakat internasional untuk menciptakan kesepahaman tentang konvensi pengganti Protokol
Kyoto menjelang konferensi internasional perubahan iklim di Kopenhagen, Denmark pada
tanggal 7 hingga 18 Desember 2009.

KEBIJAKAN IKLIM
Deni Arifakhroji 1310610
1
Sejak dua tahun lalu, penjajakan dalam skala luas dilakukan untuk mewujudkan kesepahaman
antara negara-negara maju dan berkembang guna menyusun perjanjian di bidang pengurangan
produksi gas karbondioksida. Sepanjang dua tahun lalu, diambil langkah-langkah penting untuk
mendekatkan pandangan bagi penandatanganan konvensi baru perubahan iklim, namun hingga
kini pertentangan dan hambatan masih membayangi keberhasilan konferensi dunia perubahan
iklim di Kopenhagen, Denmark. Salah satu bagian hambatan itu kembali pada kebijakan
pemerintah AS.

AS sebagai negara konsumen terbesar bahan bakar fosil merupakan produsen terbesar gas
karbondioksida di dunia. Berbeda dengan pemerintah George W. Bush, pemerintah Presiden
Barack Obama menempuh langkah-langkah positif untuk mengiringi upaya masyarakat
internasional guna mengatasi pemanasan global. Pemerintahan Bush dengan alasan dampak
negatif Protokol Kyoto bagi industri AS, memutuskan keluar dari konvensi itu. Pada praktiknya,
keputusan AS ini telah memarginalkan peran protokol itu dalam mengurangi emisi gas rumah
kaca. Gedung Putih meski berjanji mengurangi emisi gas rumah kaca, namun Kongres AS
hingga kini belum membahas draft undang-undang untuk mengurangi produksi karbondioksida
yang menyebabkan efek rumah kaca.

3. Driving Force of Climate Chanche

Maksud dari driving force of climate chanche dalah faktor-faktor yang mempengaruhi
taerjadinya perubahan iklim, banyak sekali factor-faktor yang mampengaruhi perubahan iklim,
ada dua factor yang mempengaruhi perubahan iklim, yaitu factor alami dan factor antrophogenik

a. Factor alami adalah factor yang disebabkan oleh aktifitas alam seperti
- Tarjadinya aktifitas tektonik
- Adanya perubahan orbit bumi terhadap matahari
- Adanya radiasi matahari
b. Factor antrophogenik yaitu factor yang disebabkan oleh aktifitas manusia yang
menghasilkan gas rumah kaca

4. Negara G77

Kelompok G77 merupakan koalisi dari Negara-negara berkembang yang ada di PBB yang
bertujuan untuk meningkatkan kerjasma di bidang ekonomi antara Negara-negara berkembang
dan untuk meningkatkan kapasitas negosiasi di PBB, termasuk dalm isu perubahan iklim.
Semula beranggotakan 77 negara, dan sekarang berkembang menjadi 10 negara.

Seluruh anggota G77

1. Afghanistan 26. Guinea 51. Pakistan (1976–1977,


2. Aljazair(1981-1982, 27. Haiti 1992, 2009)
2009) 28. Honduras 52. Panama

KEBIJAKAN IKLIM
Deni Arifakhroji 1310610
1
3. Argentina 29. India (1970–1971, 53. Paraguay
4. Bolivia(1990) 1979–1980) 54. Peru (1971–1972)
5. Brazil 30. Indonesia (1998) 55. Filipina (1995)
6. Burkina Faso 31. Iran (2001) 56. Rwanda
7. Kamboja 32. Irak 57. Saudi Arabia
8. Kamerun 33. Jamaika (1977-1978, 58. Senegal
9. Republik Afrika 2005) 59. Sierra Leone
Tengah 34. Jordan 60. Somalia
10. Chad 35. Kenya 61. Sri Lanka
11. Chile 36. Kuwait 62. Sudan (2009)
12. Kolombia (1992) 37. Laos 63. Suriah
13. Republik 38. Libanon 64. Tanzania (1997)
Demokratik Kongo 39. Liberia 65. Thailand
14. Kongo 40. Libya 66. Togo
15. Kosta Rika (1996) 41. Madagaskar (1975- 67. Trinidad and Tobago
16. Kuba 1976) 68. Tunisia (1978–1979,
17. Republik Dominika 42. Malaysia (1989) 1988)
18. Ekuador 43. Mali 69. Uganda
19. Mesir (1972-1973, 44. Mauritania 70. Uruguay
1984-1985) 45. Maroko (2003) 71. Venezuela (1980–
20. El Salvador 46. Myanmar 1981, 2002)
21. Ethiopia 47. Nepal 72. Vietnam
22. Gabon 48. Nikaragua 73. Yaman
23. Ghana (1991) 49. Niger
24. Guatemala (1987) 50. Nigeria (2000) 74. Angola

75. Antigua and Barbuda


(2008)

76. Bahama

77. Bahrain

KEBIJAKAN IKLIM

You might also like