You are on page 1of 172

Kelainan Telinga

Oleh: Kelompok F

y Falah Gemilang y Deti Rosalina y Yuyun Mawaddatur Rohmah y Amin KamarilWahyudi y Md Ngr Arya Pradnyantara y I Gst Ngr Agung Darma Putra y Aulia Ratu Pritari y M. Abdul Rozaq y Rizky Imansari y Hendri Prasetiyo y IndiraYuli Harini y Devy AyuWulandari y AdhityaWicaksono y Meilani Y. Debora Br. P y Alfina Hadid Firdiyansyah y Reza Kurniawan

082010101015 082010101018 082010101034 082010101051 082010101079 092010101006 092010101015 092010101030 092010101043 092010101050 092010101053 092010101056 092010101059 092010101066 092010101078

OTITIS EKSTERNA

y Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis

disebabkan oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit y kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local dan alergi lapisan protektif edema epitel skuamosa trauma local bakteri masuk Otitis eksterna

Batasan
y Otitis eksterna adalah radang merata kulit liang telinga yang

disebabkan oleh kuman maupun jamur (otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk kambuhan. y Pengobatan amat sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga.

Etiologi
y usia remaja dan dewasa muda y pemaparan terhadap air, ex : berenang pada air yang tercemar y trauma mekanik y goresan atau benda asing y Idiopatik y Trauma y Iritan y bakteri atau fungal y Alergi (obat tetes telinga >>) y Lingkungan (lembab)

Patofisiologi
y Fisiologis :

sel-sel kulit yang mati dibuang dari gendang telinga melalui saluran telinga. y Patologis : - cotton bud mengganggu mekanisme pembersihan dan mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga kotoran menumpuk + penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang infeksi # Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.

Klasifikasi Otitis Eksterna


A. Penyebab tidak diketahui :
y Malfungsi kulit : dermatitis seboroita, hiperseruminosis,

asteotosis y Eksema infantil : intertigo, dermatitis infantil. y Otitis eksterna membranosa. y Meningitis kronik idiopatik. y Lupus erimatosus, psoriasis.

Cont..
B. Penyebab infeksi
y Bakteri gram (+) : furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima,

sellulitis, erisipelas. y Bakteri gram (-) : Otitis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa, otitis eksterna granulosa, perikondritis. y Bakteri tahan asam : mikrobakteriumTBC. y Jamur dan ragi (otomikosis) : saprofit atau patogen. y Meningitis bullosa, herpes simplek, herpes zoster, moluskum kontangiosum, variola dan varicella. y Protozoa y Parasit

Cont..
C. Erupsi neurogenik : proritus simpek, neurodermatitis D.

E.

F. G. H.

lokalisata/desiminata, ekskoriasi, neurogenik. Dermatitis alergika, dermatitis kontakta (venenat), dermatis atopik, erupsi karena obat, dermatitis eksamatoid infeksiosa, alergi fisik. Lesi traumatika : kontusio dan laserasi, insisi bedah, hemorhagi (hematom vesikel dan bulla), trauma (terbakar, frosbite, radiasi dan kimiawi). Perubahan senilitas. Deskrasia vitamin. Diskrasia endokrin.

Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel/ bisul)


y Infeksi bermula dari folikel rambut di liang telinga yang

disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan furunkel di liang telinga di 1/3 luar y Gejala klinis
y rasa sakit (ringan - berat, sangat mengganggu, rasa nyeri makin

hebat bila mengunyah makanan). y kurang pendengaran (bila furunkel menutup liang telinga). y Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. y Terdapat tanda infiltrat atau abses pada 1/3 luar liang telinga.

Cont..
Penatalaksanaan y Lokal :
y stadium infiltrat berikan tampon yang dibasahi dengan 10% ichthamol

dalam glycerine, diganti setiap hari. y stadium abses lakukan insisi pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%.
y Sistemik :
y Antibiotika (pertimbangan infeksi yang cukup berat). y orang dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid. y anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.

y Analgetik
y Parasetamol 500 mg qid (dewasa). y Antalgin 500 mg qid (dewasa).

# Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaitu adanya penyakit diabetes mellitus.

Otitis Eksterna Difus


y Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat

infeksi bakteri.
y Bakteri penyebab yaitu Pseudomonas >>, Staphylococcus albus,

Escheria coli.
y Tanda klinis
y Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas. y Tidak terdapat furunkel (bisul).

y Manifestasi klinis
y = otitis eksterna sirkumskripta (furunkel = bisul). y Kandang sekret berbau namun tidak bercampur lendir (musin).

Cont..
Pengobatan
y masukkan tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga

supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. y kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.

Otomikosis
y Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban

yang tinggi di daerah tersebut, ex: jamur aspergilus >>, kandida albikans, jamur lain. y Gejalanya
y rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering pula

tanpa keluhan.

Cont..
Pengobatannya :
y Bersihkan liang telinga. y Larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke liang telinga

biasanya dapat menyembuhkan. y Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur (sebagai salep) yang diberikan secara topikal.

Gejala Klinis
Rasa sakit 2. Rasa penuh pada telinga 3. Gatal 4. Kurang pendengaran
1.

Tanda-Tanda Klinis
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi :
y Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan

eksudat, liang telinga menyempit. y Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif y Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak y Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif.

Cont..
Menurut Senturia HB (1980) :
y Tanda klasik Otitis diffuse acute : Eritema kulit, sekret yang

kehijau-hijauan dan edema kulit liang telinga. y Sekret bau busuk (-) y Otitis eksterna diffusa dapat dibagi atas 3 stadium yaitu :
y Pre Inflammatory y Peradangan akut (ringan/ sedang/ berat) y Radang kronik

Diagnosis Banding
y Otitis eksterna nekrotik y Otitis eksterna bullosa y Otitis eksterna granulose y Perikondritis yang berulang y Kondritis y Furunkulosis dan karbunkulosis y Dermatitis, seperti psoriasis dan dermatitis seboroika. y Squamous sel karsinoma (adanya rasa sakit pada daerah mastoid),

dapat disingkirkan dengan pemeriksaan biopsi

MIRINGITIS

Definisi
y Miringitis Infeksiosa (Infectious Myringitis) adalah suatu

peradangan pada gendang telinga yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri.

Manifestasi klinis
y Pada gendang telinga ditemukan lepuhan-lepuhan berisi

cairan (vesikel). y Nyeri timbul secara tiba-tiba dan berlangsung selama 24-48 jam. y Jika disertai demam dan hilangnya pendengaran kemungkinan penyebabnya adalah infeksi bakteri.

Diagnosis
y Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil

pemeriksaan telinga dengan otoskop.

Terapi
y Infeksi diatasi dengan antibiotik. y Untuk mengurangi nyeri diberikan obat pereda nyeri atau

dilakukan pemecahan vesikel.

MASTOIDITIS

DEFINISI
y MASTOIDITIS : PROSES PERADANGAN PADA

PROSESUS MASTOIDEUS y DAPAT TIMBUL PADA ANAK-ANAK ATAU ORANG DEWASA y AKIBAT OTITIS MEDIA AKUT DENGAN PENGOBATAN YG TIDAK TUNTAS ATAU TERLAMBAT

ETIOLOGI
y S. AUREUS : PALING SERING y S. PNEMONIEAE : PADA ANAK-ANAK

PATOFISIOLOGI
INFEKSI TELINGA TENGAH TERLAMBATNYA ATAU TIDAK ADEKUATNYA PENGOBATAN

FAKTOR PENDERITA

PENURUNAN SISTEM IMUN BENTUK TULANG LETAK TULANG

FAKTOR BAKTERI

DINDING BAKTERI RESISTENSI OBAT KEKUATAN PENETRASI

GEJALA
y KULIT y y y y

YANG MELAPISI PROSESU MASTOIDEUS MENJADI MERAH, BENGKAK,DAN NYERI DAUN TELINGA TERDORONG KE SAMPING DAN BAWAH DEMAM KELUAR CAIRAN KENTAL DARI TELINGA LEBIH DARI 3 MINGGU DAPATTERJADI HILANGNYA PENDENGARAN

DIAGNOSIS
y PEMERIKSAAN FISIK y PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN FISIK
y Kemerahan pada kompleks mastoid y Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir (warna y y y y

bergantung dari bakteri) Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan) Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah) Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lainnya. Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnnya.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
y Pemeriksaan kultur mikrobiologi y Pengukuran sel darah merah dan sel darah putih yang y y y y

menandakan adanya infeksi Pemeriksaan cairan sumsum CT- Scan kepala MRI Kepala Foto Polos Kepala

PENGOBATAN
y ANTI BIOTIK y ANTI NYERI y ANTI INFLAMASI y PEMBEDAHAN : MASTOIDEKTOMI

PENCEGAHAN
PENGOBATAN INFEKSI TELINGA YANG ADEKUAT

OTITIS MEDIA AKUT

DEFINISI
y Peradangan pada sebagian atau seluruh dari selaput

permukaan telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. y Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas : otitis media supuratif otitis media non supuratif

EPIDEMIOLOGI
y Banyak terdapat pada anak-anak sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan. saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal

dan lebih pendek. adenoid pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa.

ETIOLOGI
y Beberapa bakteri tersering penyebab otitis media akut adalah

bakteri-bakteri saluran pernafasan bagian atas seperti streptokokus, stafilokokus, E. coli, pneumokokus, dan hemofilus influenza.

PATOFISIOLOGI
y Normal telinga tengah memiliki penghalang sehingga

biasanya dalam keadaan steril terdapat infeksi bakteri pada nasofaring dan faring mekanisme pencegahan penjalaran penyakit oleh enzim pelindung & bulu halus tuba bila sistem perlindungan ini tidak berfungsi akibat peradangan/sumbatan tuba, terjadilah OMA.

PERJALANAN PENYAKIT
y Stadium penyumbatan tuba eustachius

terdapat gambaran retraksi membran timpani membran timpani berwarna normal atau keruh pucat sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus
y Stadium Hiperemis

pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani mekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga

sukar terlihat
y Stadium Supurasi

membran timpani menonjol ke arah luar sel epitel superfisial hancur terbentuk eksudat purulen di kavum timpani pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telingatambah

hebat.

y Stadium Perforasi

Membran timpani ruptur Keluar nanah dari telinga tengah Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak
y Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal

kembali Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya tahan tubuh baik.
Stadium perforasi dapat menetap dan berubah menjadi Otitis Media

Supuratif Kronik.

DIAGNOSIS
y Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien, pada

usia anak anak umumnya keluhan berupa rasa nyeri di telinga dan demam. y Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya.
y Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan

pendengaran dan telinga terasa penih. y Pada bayi gejala khas Otitis Media akut adalah panas yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga yang sakit.

TERAPI
y Bergantung pada stadiumnya, pada stadium oklusi

untuk melebarkan kembali saluran eustachius, dengan pemberian obat tetes hidung berupa dekongestan HCl efedrin 0,5% untuk <12 tahun, 1% untuk >12 tahun. selain itu sumber infeksi harus segera diobati. diberikan antibiotik, anti peradangan, dan anti nyeri. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB perhari dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kg BB/ hari ,minimal 7 hari.

pada stadium hiperemis

pada stadium supurasi

pemberian antibiotik dan dilakukan

miringotomi pada stadium perforasi obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari, dan antibiotik yang adekuat.

GANGGUAN TUBA EUSTACHIUS

Definisi
y Tuba Eustachius

Merupakan saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa.

Tuba Eustachius terdiri dari: y Cartilago Dua pertiga dalam (ke arah nasofaring) y Tulang Sepertiganya

FUNGSI
Ventilasi

Drainase Sekret

Proteksi

Fungsi ventilasi dapat dibuktikan dengan


Cara: meniupkan dengan keras dari hidung sambil hidung dipencet serta mulut ditutup Tuba Terbuka terasa udara masuk ke dalam rongga telinga tengah yang menekan membrane timpani ke arah lateral KI: ada infeksi pada jalan napas atas

Perasat Valsava

Perasat Toynbee

Cara: menelan ludah sambil hidung dipencet serta mulut ditutup. Hasil: Tuba Terbuka terasa membrane timpani tertarik ke medial

Gangguan Fungsi Tuba


1) Tuba Terbuka Abnormal tuba terus menerus terbuka, sehingga udara masuk ke telinga tengah waktu respirasi. Etiologi y hilangnya jaringan lemak di sekitar mulut tuba y penyakit kronis (rhinitis atrofi dan faryngitis), y gangguan fungsi otot seperti Myastenia Gravis, penggunaan obat anti-hamil pada wanita dan penggunaan esterogen pada laki-laki. Gejala y berupa rasa penuh dalam telinga tengah atau autofoni y Karena mengganggu mengakibatkan stress berat.

Pemeriksaan Klinis membran timpani yang atrofi, tipis, dan bergerak pada respirasi (a telltale diagnostic sign). Terapi cukup dengan obat penenang bila tidak berhasil digunakan pemasangan pipa ventilasi (Grommet)

2) Myoklonus palatal Kontraksi ritmik dari otot-otot palatum yang terjadi secara periodic. Hal ini menimbulkan bunyi klik dalam telinga pasien dan kadang-kadang dapat didengar oleh pemeriksa. 3) Palatoskisis Terjadi gangguan otot tensor veli palatine dalam membuka tuba. dilakukan koreksi sedini mungkin

4) Obstruksi tuba Terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan di nasofaring, peradangan adenoid atau tumor nasofaring Gejala y Gejala klinik awal adalah terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media serosa) setiap pasien dewasa dengan otitis media kronik unilateral harus dipikirkan adanya ca nasofaring. Sumbatan mulut tuba di nasofaring juga bisa disebabkan oleh tampon posterior hidung (Bellocq tempon) atau oleh sikatriks akibat trauma operasi (adenoidektomi)

BAROTRAUMA

y DEFINISI

Gangguan telinga karena perubahan tekanan telinga luar dan telinga tengah
y ETIOLOGI

Penyumbatan pada tuba eustakius - Faktor Resiko * Perubahan ketinggian * Hidung tersumbat akibat alergi, pilek atau infeksi saluran nafas atas.

y GEJALA

- Nyeri telinga - Kehilangan pendengaran - Rasa penuh di telinga


y DIAGNOSA

Dengan otoskop akan tampak ringan atau retraksi

penggembungan

y PENGOBATAN

menguap mengunyah permen karet menghisap permen menelan


y PENCEGAHAN

dekongestan atau antihistamin

BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO (BPPV)

DEFINISI
y BPPV merupakan vertigo yang ditandai

dengan episode berulang singkat yang dipicu oleh perubahan posisi kepala

y Merupakan penyebab tersering dari vertigo yang

berulang
y Disebabkan oleh stimulasi abnormal dari cupula

karena adanya free-floatingotoliths (canalolithiasis) atau otolith yang telah beradhesi dengan cupula (cupulolithiasis) semisirkular dalam satu dari tiga kanal

EPIDEMIOLOGI
y BPPV adalah gangguan keseimbangan perifer yang

sering dijumpai, kira-kira 107 kasus per 100.000 penduduk


y Lebih banyak pada perempuan usia tua (51-57

tahun)
y Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 35

tahun yang tidak memiliki riwayat cedera kepala


y BPPV sangat jarang ditemukan pada anak

ETIOLOGI
y 50% kasus y y y y

idiopatik jejas atau trauma kepala leher infeksi telinga tengah operasi stapedektomi Timbul spontan, disebabkan kelainan di otokonial berupa deposit yang berada di kupula bejana semisirkuler posterior. Deposit ini menyebabkan bejana menjadi sensitif terhadap perubahan gravitasi yang menyertai keadaan posisi kepala yang berubah

PATOFISIOLOGI
y Lepasnya debris otolith dapat menempel pada

cupula (cupulolithiasis) atau dapat mengambang bebas di kanal semisirkular (canalolithiasis)


y Debris otholith menyingkir dari cupula dan

memberikan sensasi berputar melalui efek gravitasi langsung pada cupula atau dengan menginduksi aliran endolymph selama gerakan kepala di arah gravitasi

Terdapat 2 teori besar yang dipercaya sebagai patofisiologi BPPV : 1. Teori cupulolithiasis Deposit cupula (heavy cupula) akan memicu efek gravitasi pada krista. Namun, gerakan debris yang bebas mengambang adalah mekanisme patofisiologi yang saat ini diterima sebagai ciri khas BPPV
2. Teori canalolithiasis

Partikel mengambang bebas bergerak di bawah pengaruh gravitasi ketika merubah posisi kanal dalam bidang datar vertical. Tarikan hidrodinamik partikel menginduksi aliran endolymph, menghasilkan perpindahan cupular dan yang penting mengarah ke respon yang khas diamati

GEJALA
y Vertigo (penderita merasa berputar atau

sekelilingnya berputar)
y Durasi singkat (datang tiba-tiba) y Posisional (hanya timbul saal perubahan

posisi biasanya saat akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala ditengadahkan ke belakang)

y Kadang rasa mual y Cemas y Tidak terjadi gangguan pendengaran atau

tinitus

bedanya dg penyakit Meniere

DIAGNOSIS
1. Anamnesis Penderita biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan

membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual

2. Pemeriksaan fisik  Pendengaran penderita normal, tidak ada nistagmus spontan, dan pada evaluasi neurologis normal
 Pemeriksaan

fisik standar untuk BPPV

adalah a. Perasat Dix-Hallpike b. Tes kalori

a.

Perasat Dix-Hallpike  Tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki masalah dengan leher dan punggung


Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus

Perasat Dix-Hallpike

b. Tes Kalori Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam air, dingin (30oC) dan panas (44oC). Volume air yang dialirkan kedalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik.

DD
y Vestibular neuritis y Labirintitis y Penyakit Meniere

PENATALAKSANAAN
1. 2.

Terapi medikamentosa Manuver manuver


a.

Canalith Reposisi Prosedur (CRP)/Epley Manuver

b. c. 3.

Latihan Semont Liberatory Latihan Brandt Daroff

Terapi bedah

1. Terapi Medikamentosa - Obat anti vertigo, seperti dimenhydrinate

(Dramamine), belladonna alkaloid scopolamine (Transderm-Scop), dan benzodiazepine (Valium), diindikasikan untuk mengurangi gejala pusing dan mual sebelum melakukan CRM
-

Obat rutin seperti vestibular supresan (misalnya antihistamin dan benzodiazepine) tdk dianjurkan pada pasien BPPV

2. Manuver manuver

a. Canalith Reposisi Prosedur (CRP)/Epley manuver

b. Latihan Semont Liberatory

c. Latihan Brandt Daroff

3. Terapi Bedah - Intervensi bedah diterapkan jika seluruh manuver/latihan telah dicoba dan gagal
-

Pada incratable BPPV dilakukan transeksi nervus ampula posterior yang mempersarafi kanal posterior (singular neurectomy) atau oklusi kanal semisirkular posterior (saluran penutup)

EDUKASI
y Untuk meringankan gejala vertigo dapat dilakukan : - Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi - Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih

dahulu sebelum kita berdiri dari tempat tidur - Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang - Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu benda dari ketinggian - Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar (horisontal) atau bila leher dalam posisi mendongak

MENIERE DISEASE

HISTORI
y Pada 1861, Prosper Mnire Menggambarkan sindrom dari

ketulian, dari Meniere tinnitus dan vertigo yang disebabkan cedera pada labirin.
y Pada tahun 1938, Hallpike dan Cairns menggambarkan

patologi hipertensi (hidrops) endolimfatik

DEFINISI
Definisi yang pasti belumlah jelas
y Pada tahun 1972 The American Academy of Ophthalmology and

Otolaryngologi Committee mendefinisikan Menieres disease adalah Suatu penyakit dengan gangguan membran telinga dalam dengan ciriciri gangguan pendengaran, vertigo dan tinnitus yang secara patologik berhubungan dengan distensi hidrop dari sistem endolimfatik.

EPIDEMIOLOGI
y Terdapat 1.000 kasus dari 100.000 orang y Dengan puncak insiden antara usia 30 sampai 60 tahun y Sindrom Menier biasanya lebih banyak pada perempuan

dibanding laki - laki

PATOFISIOLOGI PATOFISIOLOGI
y Terdapat dua cairan penting yang mengisi telinga dalam yaitu

endolimf dan perilimf Perbedaan tekanan pada kedua cairan ini tekanan kepada jaringan syaraf di membran gangguan pendengaran yaitu tinnitus, vertigo dan rasa penuh ditelinga

PATOFISIOLOGI
y Peningkatan

tekanan

endolimfe

pecahnya

membran

yang

memisahkan perilimf (cairan miskin kalium) dengan endolimf (cairan kaya kalium) Pemeriksaan histopatologi tulang temporal perubahan morfologi pada membran reissner. ditemukan pelebaran dan

PATOFISIOLOGI

FISIOPATOGENIA

ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti Patologi utama dari penyakit ini adalah pengembungan system endolimfatik akibat peningkatan volume endolimfe Beberapa faktor etiologi : 1. Kegagalan penyerapan oleh kantong endolimf, 2. Genetik, 3. Reaksi alergi, 4. Pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang menuju ke labirin, 5. Gangguan elektrolit dalam cairan labirin, 6. Anatomi dan infeksi virus, 7. Gangguan autoimun.

FAKTOR ETIOLOGI SEKUNDER


Gangguan perkembangan
Status endokrin dan metabolik abnormal Sifilis Otitis Media Kronik Keseimbangan cairan yang terganggu Leukaemia

TRIAS MENIERE
TRIAS

BERKURANGNYA

VERTIGO

TINNITUS

PENDENGARAN SECARA PROGRESIF

GEJALA KLINIS
Vertigo episodik
Tuli sensorineural Tinnitus Perasaan penuh atau tekanan pada telinga yang terkena

VERTIGO EPISODIK
Serangan vertigo

onsetnya tiba-tiba, pasien merasa dirinya berputar

atau sekitarnya yg berputar Serangan terjadi dengan periode spontan remisi dalam beberapa minggu, bulan atau tahun Menurut Lermoyez(1919) vertigo episodik didahului meningkatnya

tinnitus dan gangguan pendengaran.

TULI SENSORINEURAL
y Tuli biasanya berfluktuasi dan progresif

Pendengaran yang berkurang yang berfluktuasi merupakan tanda khas penyakit ini Tuli sensorineural pada gangguan kokhlea biasanya terjadi penurunan ketajaman pendengaran Dysacusis dimana suara yang ditangkap penderita tidak normal dan

menyerupai suara kaleng.

TINITUS
y Biasanya ini merupakan gejala awal dari suatu meniere disease

Tinnitus dapat terjadi terus menerus atau pun hilang timbul dan biasanya berupa tinnitus nada rendah dengan suara bergemuruh Pada awal tinnitus terdengar keras ketika pendengaran berkurang dan tinnitus akan lebih ringan pada saat pendengaran membaik

Perasaan Penuh atau Tekanan Pada Telinga Yang Terkena


y Gejala penuh pada telinga juga berfluktuasi

Bisa bersamaan dengan vertigo

DIAGNOSA
y Diagnosa di permudah dengan adanya kriteria menieres disease ini

berupa vertigo episodik, tinnitus dan tuli sensorineural


y Untuk mendukung diagnosa diperlukan:

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan THT Rutin Pemeriksaan Penunjang

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Full blood count
Laju endap darah Urea dan Elektrolit VDRL(Venereal disease research laboratory test ) TPHA(Treponema pallidum haemagglutination antibody) Glukosa ad Random dan GTT Cholesterol dan Trygliserida Tyroid fungtion test

DIAGNOSIS BANDING
Menurut Stahle dan Klockhoff (1986) membagi diagnosa banding menieres disease Kondisi dengan vertigo tanpa gejala auditori ~ Vestibular neuronitis dan BPPV Kondisi tanpa vertigo tapi dengan gejala auditori ~ Tuli mendadak, Vestibular Schwannomas Kondisi dengan kombinasi gejala auditori dan vertigo ~ Cogans Syndrom, Craniovertebral Junction Abnormalities, Migrain, Non Spesifik Cochleovestibulopathies.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien dengan menieres disease terbagi atas penanganan secara umum, pada seragan akut dan fase kronik
A. Penanganan secara umum

Penenangan kecemasan pasien dan mengatur pola hidup sehat B. Penanganan pada serangan akut Tirah baring Obat-obatan sedatif vestibular untuk mengurangi vertigo diantaranya

Dimenhydrinate (Dramamine),Promethazinet heoclate (Avomine),Prochlorperazine (stemetil).

PENATALAKSANAAN
y Diazepam (Valium atau Calmpose) 5-10 mg(IV) Obat ini memiliki

efek sedatif dan juga penekanan dari nukleus vestibular medial Vasodilator: Inhalasi dari Carbogen ( 5% CO2 dengan 95 % O2) Histamin Drip. Histamin diphosphate 2,75 mg dicampur kedalam 500 ml glukosa (IV) tetesan lambat.

PENATALAKSANAAN
Penanganan pada fase kronis Obat sedatif vestibular. Prochlorperazine(stemetil) 10 mg , 3 X sehari, ( 2 Bln) kemudian diturunkan menjadi 5 mg , 3 X sehari pada bulan berikutnya Vasodilator. Asam Nikotinik , 50 mg satu jam sebelum makan 3 X

sehari . Dosisnya dapat ditingkatkan secara perlahan untuk mendapatkan flushing pada kulit. Betahistine(vertin) 8-16 mg, 3 X sehari

y Diuretik. Kadang kadang pemakaian diuretik furosemid tablet 40 mg,

dikosumsi pada hari yang lain dengan suplemen potassium membantu untuk mengontrol serangan ulang. Propantheline bromide (Probanthine) 15 mg, 3 X Sehari dapat diberikan secara tunggal atau pun kombinasi dengan vasodilator dan cukup efektif.

y Hormon. Penanganan harus diarahkan untuk menemukan gangguan

endokrin dan pemberian terapi yang cocok dan sesuai dengan gangguan metabolik yang ada. Steroid dapat membantu karena efek anti radang dan efek pada sistem imun. Steroid dapat mengurangi vertigo, tinnitus dan tuli,

Kemungkinan efek menurunkan tekanan yang ada.

TERAPI BEDAH
y Terapi bedah dilakukan

medikamentosa gagal memberikan hasil

yang maksimal setelah 3-6 bulan.


y

Terapi bedah dapat dibagi menjadi non destruktif (Konservatif) dan destruktif.

y Prosuder nondestruktif diindikasikan pada pendengaran yang masih

serviceable sedangkan prosuder destruktif menghilangkan kemampuan sensori telinga dalam dan mengorbankan sisa pendengaran.

MOTION SICKNESS

Kejadian
y Sekitar 33% dari orang yang rentan terhadap mabuk bahkan

dalam keadaan ringan seperti berada di sebuah perahu di air tenang, meskipun hampir 66% dari orang yang rentan dalam kondisi yang lebih berat.

DEFINISI
y suatu kondisi di mana ada perselisihan antara gerakan visual

dirasakan dan rasa sistem vestibular dari gerakan

ETIOLOGI
y Hipotesis yang paling umum untuk penyebab penyakit

gerakan adalah bahwa ia berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap neurotoksin

JENIS
y y y y y y y y y y y y y

3.1 Gerak dirasakan tetapi tidak terlihat 3.1.1 Carsickness atau sakit Mobil 3.1.2 mabuk udara 3.1.3 Laut mabuk 3.1.4 sentrifugal 3.1.5 karena berputar Pusing 3.2 Gerak yang terlihat tapi tidak merasa 3.2.1 penyakit Gerak karena film dan video lainnya 3.2.2 Simulasi penyakit 3.2.3 penyakit Gerak karena Virtual Reality 3.2.4 Ruang sakit 3.3 Gerakan yang dilihat dan dirasakan tapi tidak sesuai 3.3.1 Efek Coriolis

PENGOBATAN
y 4.Pengobatan y 4.1 Kegiatan y 4.2 Obat y 4.3 Elektronik y 5 Lihat juga y 6 Referensi y 7 Pranala luar

TRAUMA TELINGA

Trauma Telinga Luar


Laserasi y Sering mengorek2 telinga dengan jari atau suatu jepit rambut atau klip kertas laserasi dinding kanalis perdarahan sementara pasien cemas hubungi dokter y Tidak memerlukan pengobatan tapi hentikan perdarahan y Kalau ada laserasi hebat pada aurikula eksplorasi dulu apakah ada kerusakan tulang rawan atau tidak. Tulang rawan perlu diperiksa sebelum reparasi plastik pada kulit. Kalau ada luka infeksi pada perikondrium beri antibiotik profilaktik

y Frosbite y Frosbite

pada aurikula timbul cepat pada suhu rendah+angin dingin yang kuat. Terjadi perubahan yang perlahan-lahan tidak terasa nyeri sampai telinga (tergantung pada dalamnya cedera dan lamanya paparan). Cedera dianggap sebagai kerusakan selular dan gangguan mikrovaskular. Yang mengarah pada iskemia lokal. y Terapi: y Pemanasan cepat dengan air hangat bersuhu anatar 100108 derajat sampai terlihat tanda-tanda pencairan. y Beri analgesik y Kalau ada infeksi beri antibiotik

yHematoma y Sering ditemukan pada pegulat atau petinju. y Kalau tidak diobati terbentuknya telinga bunga kol y Terapi: insisi dan drainase kumpulan darah dalam kondisi steril pemasangan balut tekan pada konka y Terapi paling baik dilakukan segera setelah cedera, sebelum terjadi organisasi hematoma y *Para pegulat diingatkan untuk memakai pelindung kepala pada saat berlatih

Trauma Telinga Tengah


y Perforasi

membran timpani : karena adanya tekanan mendadak (trauma ledakan) atau adanya benda asing dalam liang telinga y Gejala :
y nyeri, sekret berdarah, gangguan pendengaran

y Perawatan : y Perforasi bersih tanpa komplikasi : melindungi telinga dari air dan pemberian antibiotik sistemik y Perforasi terkontaminasi : tetes telinga antibiotik. Jangan menutup perforasi sampai infeksi teratasi.

Trauma Telinga Dalam


y Energi akustik y Energi mekanis y Pada cedera yang mengakibatkan trauma mekanis

terhadap tulang temporal, maka dapat terjadi fraktur pada tulang tersebut, yang biasanya disertai dengan gangguan lainnya berupa gangguan kesadaran, hematoma subdural atau epidural. y Fraktur temporal :
y Fraktur longitudinal : berawal dari foramen magnum dan berjalan

ke luar menuju ke liang telinga. Telinga biasanya berdarah dan terjadi gangguan pendengaran yang konduktif. y Fraktur tranversal : sering menyebabkan cedera labirin dan saraf fasialis karena garis frakturnya melintasi labirin.

GANGGUAN PENDENGARAN PADA GERIATRI

Proses Degenerasi Organ Pendengaran


Telinga luar y Berkurangnya elastisitas jaringan daun telinga dan liang telinga. y Kelenjar-kelenjar sebasea dan seruminosa produksinya berkurang y Penyusutan jaringan lemak y Kulit daun telinga/liang telinga kering trauma y Serumen mengumpul, mengeras, dan menempel dengan jaringan kulit liang telinga.

y Serumen cenderung menumpuk karena terjadi peningkatan

produksi serumen dari bagian 1/3 liang telinga, bertambah banyaknya rambut liang telinga, yang tampak lebih tebal dan panjang. y Membran timpani, tulang-tulang pendengaran, otot-otot di telinga tengah

Telinga dalam y sensorik, saraf, pembuluh darah, jaringan penunjang, maupun sinaps saraf, rentan terhadapat proses degeneratif. y Organ corti paling y Perubahan pada sel-sel rambut luar di bagian basal koklea sangat berpengaruhnya dalam penurunan ambang

Perubahan Scr Mikroskopik


y Membran timpani menipis dan lebih kaku y Arthritis sendi sering terjadi pada antar tulang-tulang

pendengaran y Atrofi dan degenerasi serabut-serabut otot pendengaran di telinga tengah y Proses penulangan dan perkapuran pada tulang rawan di sekitarTuba Eustachius.

TULI KONDUKTIF
y Berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya ukuran y y y y

pinna daun telinga Atrofi dan bertambah kakunya liang telinga Penumpukan serumen Membran timpani bertambah tebal dan kaku Kekauan sendi tulang-tulang pendengaran

y Kelenjar serumen atrofi, produksi berkurang serumen

menjadi lebih kering, serumen prop y Membran timapani kaku dan tebal y Kekakuan persendian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduksi

TULI SARAF
Etiologi y Presbikusis akibat proses degenerasi dgn faktor pendukung: herediter, pola makanan, arterioskerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. y Progresifitas penurunan pendengaran dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, laki-laki lebih cepat dibandingkan perempuan.

Patologi y Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan N.VIII. y Koklea atrofi dan degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ Corti. y Perubahan vaskular terjadi pada stria vaskularis. y Ukuran sel-sel ganglion, saraf, dan myelin akson saraf penurunan jumlah.

Klasifikasi

Gejala Klinik y Keluhan utama, berkurangnya pendengaran secara perlahanlahan dan progresif, simetris pada kedua telinga y Telinga berdenging (tinitus nada tinggi). Pasien dapat mendengar suara percakapan, tapi sulit untuk memahaminya, bila diucapkan dengan cepat di tempat bising (cocktail party deafness). y Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, disebabkan oleh faktor kelelahan saraf (recruitment).

Diagnosis y pemeriksaan otoskopik, membran timpani suram, mobilitasnya berkurang. y Tes penala didapatkan tuli sensorineural. y Pemeriksaan audiometrik nada murni menunjukkan suatu tuli saraf nada tinggi, bilateral, dan simetris. y Pemeriksaan audiometrik tutur menunjukkan adanya gangguan diskriminasi wicara (speech discrimination).

Penatalaksanaan y Rehabilitasi ,pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). y Kombinasikan dengan latihan membaca ujaran (speech reading) dan latihan mendengar (audiotory training).

MOTION SICKNESS MOTION SICKNESS TULI PADA ANAK

Klasifikasi
y Tuli sebagian

fungsi pendengaran berkurang, masih bisa berkomunikasi dg atau tanpa alat bantu dengar.

y Tuli total

fungsi pendengaran sangat terganggu sehingga tidak dapat berkomunikasi sekalipun mendapat perkerasan (amplified)

Etiologi
y Prenatal (herediter, trimester pertama

infeksi, malnutrisi,

gangguan metabolik, obat ototoksik)


y Perinatal (prematuritas, BBLR, tindakan dg alat,

hiperbilirubinemia, asfiksia, anoksia otak)


y Postnatal (infeksi bakterial, infeksi viral, perdarahan telinga

tengah, trauma temporal)

Faktor Resiko (menurut Joint Committee on Infant Hearing)


y Riwayat keluarga dg gangguan pendengaran bawaan y Riwayat infeksi prenatal (TORCHS) y Kelainan anatomi telinga y Lahir Prematur y BBLR y Persalinan dg tindakan y Hiperbilirubinemia y Asfiksi berat, APGAR rendah

Pemeriksaan
y Free Field Test y Behavioral Observation y Conditioned Test y Audiometri nada murni y Brain Evoked Response Audiometri

Rehabilitasi
y Secepat mungkin, saat px berusia 2-3 tahun y Bisa menggunakan alat bantu dengar y Implan koklea (indikasi: tuli saraf berat bilateral atau tuli total

bilateral)

Kelainan Telinga Akibat Ototoksik


y Merupakan kelainan telinga akibat efek kerusakan karena efek

toksik obat di telinga dalam, kokleal, dan atau vestibuler.

Agen Ototoksik
y Antibiotik
y y y y

y Lain-lain
y y y y y y y y y y y y

Aminoglikosida Streptomisin Dihidrostreptomisin Neomisin

pentobarbital heksadin mandelamin praktolol karbon monoksida nikotin alcohol kalium bromat Air raksa Emas Timbale arsen

y Diuretik
y Furosemid y Bumetamid y Manitol

y Zat kimia

y Analgetik dan antipiretik


y Salisilat y Kinin y klorokuin

y Logam Berat

y Antineoplastik
y bleomisin y nitrogen mustard y cis-platinum

Efek Ototoksik
y Dari semua jenis antibiotik, neomisin memiliki efek yang

paling berbahaya terhadap pendengaran, diikuti oleh kanamisin dan amikasin. Viomisin, gentamisin dan tobramisin bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. y Antibiotik streptomisin lebih banyak mempengaruhi keseimbangan. ertigo (perasaan berputar) dan gangguan keseimbangan akibat streptomisin cenderung bersifat sementara. Tetapi kadang bisa terjadi sindroma Dandy, dimana gangguan keseimbangan bersifat menetap dan berat sehingga penderita mengalami kesulitan jika berjalan dalam ruangan yang gelap.

y Antibiotik streptomisin lebih banyak mempengaruhi

keseimbangan. ertigo (perasaan berputar) dan gangguan keseimbangan akibat streptomisin cenderung bersifat sementara. Tetapi kadang bisa terjadi sindroma Dandy, dimana gangguan keseimbangan bersifat menetap dan berat sehingga penderita mengalami kesulitan jika berjalan dalam ruangan yang gelap.

y Jika diberikan suntikan asam etakrinat dan furosemid kepada

penderita gagal ginjal yang juga menjalani pengobatan dengan antibiotik, akan terjadi tuli permanen atau tuli sementara. y Aspirin dalam dosis yang sangat tinggi yang digunakan dalam jangka panjang bisa menyebabkan tuli dan tinnitus (telinga berdenging), yang biasanya bersifat sementara. Kuinin bisa menyebabkan tuli permanen.

y Jika terjadi perforasi gendang telinga, obat-obat yang bisa

menyebabkan kerusakan telinga tidak dioleskan/diteteskan langsung ke dalam telinga karena bisa diserap ke dalam cairan di telinga dalam.

Penatalaksanaan
y Obat obat ototoksik harus segera dihentikan. y Alat bantu dengar (ABD) y Psikoterapi y Pemasangan implan koklea (Cochlear implant).

PROGNOSIS
y Pada umumnya kurang baik tetapi tergantung pada :
y Jenis obat y Jumlah y Lamanya pengobatan y Kerentanan pasien.

TULI MENDADAK

Tuli mendadak
yDefinisi:
yTuli yang terjadi secara tiba-tiba. yJenis ketulian

sensorineural.

yPenurunan pendengaran sensorineural 30dB atau lebih, paling sedikit tiga

frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan audiometric dan berlangsung kurang dari 3 hari.

Etiologi:


Iskemia koklea Dapat disebabkan oleh spasme, thrombosis atau perdarahan arteri auditiva interna. Iskemia mengakibatkan degenerasi luas pada sel-sel ganglion stria vaskularis dan ligaen spiralis pembentukan jaringan ikat dan penulangan.

Infeksi virus

Ex: virus parotis, virus campak, virus influenza B, dan mononucleosis menyebabakn kerusakan pada organ corti, membrane tektoria, dan selubung myelin saraf akustikus.

Trauma kepala Trauma bising yang keras Perubahan tekanan atmosfer Autoimun Obat ototoksin Penyakit Meniere Neuroma akustik

Gejala:
Timbul mendadak atau menahun secara tidak jelas. Dapat unilateral atau bilateral Disertai tinitus dan vertigo

Diagnosis:
Anamnesis

Bagaimana proses terjadinya tuli, gejala yang menyertai serta factor predisposisi.


Pemeriksaan fisik dan THT Audiologi

Tes penala: rinne positif, weber lateralisasi ke telinga yang sehat, Schwabach memendek. (tuli sensorineural)


Laboratorium

Untuk memeriksa kemungkinana infeksi virus, bakteri, hiperlipidemia, hiperfibrinogen, hipotiroid, penyakit autoimun, faal hemostatis.


Pemeriksaan penunjang lainnya.

Penatalaksanaan:


Total bed rest selama dua minggu Vasodialtasi : complamin injeksi Prednisone (kortikosteroid) Vitamin C 500 mg 1x1 tablet/hari Neurobion (neurotonik) 3x1 tablet/hari Diet rendah garam dan rendah kolesterol Inhalasi oksigen 4x15 menit (2liter/menit) Obat anti virus sesuai penyebabnya Hipertonik oksigen terapi (HB) Pemasangan alat bantu dengar Psikoterapi

Evaluasi pendengaran dilakukan setiap minggu dalam satu bulan (kallinen et al,1997):


Sangat baik : perbaikan lebih dari 30dB pada 5 frekuensi Sembuh : perbaikan ambang pendengaran kurang dari 30dB pada frekuensi 250Hz, 500Hz, 1000Hz, 2000Hz, dan di bawah 25dB pada frekuensi 4000Hz

Baik : bila rerata perbaiakn 10-30 dB pada 5 frekuensi Tidak ada perbaikan : terdapat perbaikan kurang dari 10 dB pada 5 frekuensi.

NOICE INDUCED HEARING LOSS

PENDAHULUAN
y Indonesia termasuk negara dg prevalensi ketulian cukup

tinggi. y Kemajuan peradaban penggunaan mesin dan transportasi berat bising. y Bising menyebabkan kerugian milyaran rupiah.

Contd
y Industri yang sering menyebabkan kebisingan: pertambangan,

pembuatan terowongan, penggalian (peledakan, pengeboran), mesin-mesin berat, mesin dg pembakaran kuat (pesawat terbang, bajaj, truk), mesin tekstil, dan uji coba mesin jet.

BISING
y Kebisingan: suara yang tidak dikehendaki. y Bising: bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan

dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan manusia.

Nilai Ambang Batas Kebisingan


Peruntukan kawasan / lingkungan kegiatan
Peruntukan Kawasan 1. Perumahan dan pemukiman 2. Perdagangan dan jasa 3. Perkantoran dan perdagangan 4. Ruang terbuka hijau 5. Industri 6. Pemerintahan dan fasilitas umum 7. Rekreasi 8. Khusus :- Bandar udara- Stasiun Kereta Api Pelabuhan Laut- Cagar Budaya Lingkungan Kegiatan 1. Rumah Sakit atau sejenisnya 2. Sekolah dan sejenisnya 3. Tempat ibadah dan sejenisnya 55 55 55 55 70 65 50 70 60 70 70

Tingkat kebisingan (dB)

TULI AKIBAT BISING


y T.A.B adalah tuli sensorineural yang terjadi akibat terpapar

oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Faktor yang Berpengaruh


y Intensitas kebisingan y Frekuensi kebisingan y Lamanya waktu pemaparan y Kerentanan individu y Jenis Kelamin y Usia y Kelainan di telinga tengah

Patogenesis
y Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di Koklea,

terutama sel-sel rambut. y Sel-sel rambut luar menunjukkan degenerasi kurang kaku mengurangi respon thd stimulasi. y Stereosilia hilang sel-sel rambut mati jar.parut timbul

Contd
y Sel-sel rambut dalam dan sel penunjang rusak akibat

tingginya intensitas bising. y Kerusakan pada sel rambut luas timbul degenerasi saraf.

Gambaran Klinis
y Kesulitan dalam menerima & membedakan bunyi konsonan. y Tidak dapat mendengar bunyi dg nada tinggi. y Tuli sensorineural, bilateral. y Tinitus. y Terjadi peningkatan ambang dengar sementara dan menetap.

Gangguan Non-auditory
y Gangguan komunikasi wicara. y Gangguan konsentrasi. y Gangguan tidur. y Stress.

Anamnesis
y Pada awalnya sulit bicara di lingkungan bising. y Jika bicara, mendekatkan telinga ke arah orang yang

berbicara. y Bicara dengan suara menggumam. y Marah jika orang berbicara tidak jelas. y Sering timbul tinitus.

Pemeriksaan Fisik
y Tidak ada kelainan anatomis telinga luar sampai gendang

telinga. y PemeriksaanTHT dilakukan seksama untuk menyingkirkan DD infeksi telinga, trauma telinga, dan gangguan telinga akibat toksik dan alergi.

Penatalaksanaan
y Memindahkan kerja dari tempat bising. y Menggunakan alat pelindung telinga: ear plug, ear muff, dan

helmet. y Pemasangan alat bantu dengar (jika tuli sudah menyebabkan kesulitan komunikasi). y Latihan pendengaran, lip reading, membaca gerak anggota badan dan mimik.

Contd
y Rehabilitasi suara, agar dapat mengendalikan volume, tinggi

rendah, dan irama percakapan. y Jika telah mengalami tuli total bilateral dapat dipasang implan koklea.

Prognosis
y T.A.B adalah tuli sensorineural menetap. y Tidak dapat diobati dg obat atau pembedahan. y Alat bantu dengar hanya sedikit manfaatnya bagi pasien. y Dianjurkan pemasangan implan koklea.

TERIMA KASIH

You might also like