You are on page 1of 5

Respiratory Diphtheria

1. Why can happen swelling of the neck in patients with respiratory diphtheria?
Swelling of the neck was a swollen lymph nodes in the throat. Swelling that often occurs. That's
because bacteria multiply and release many toxins that were produced, causing inflammation.
This inflammation spreads from the throat to the vocal cords. The inflammation that causes
swelling in the neck so that narrows the airways and respiratory distress occurred.

2. How to prevent the respiratory diphtheria disease?
To prevent this disease, carried out routine immunization in childhood with diphtheria vaccine
(DPT). Acquired immunity from the vaccine is only for 10 years, so that the adults should
undergo booster vaccinations (DT) once every 10 years.

3. How to gift the antibiotic and its doses in patients with respiratory diphtheria? Then in
addition to antibiotics that you have explained earlier, is there any other antibiotics for
patients with respiratory diphtheria?
There is two antibiotics for diphtheria. Namely:
Erythromycin (orally or by injection) for 14 days (40 mg/kg weight body per day), or
Procaine penicillin G given intramuscularly for 14 days (50.000 U/kg weight body per day).
In addition, there are also other antibiotics for patients with diphtheria, namely rifampycin and
clindamycin. Antibiotics can be used, if patients with allergies to procaine penicillin G or
erythromycin.
4. Does respiratory diphtheria disease can cause complications to other organs, in addition to
upper respiratory tract? If the disease diphtheria can cause complications to other organs,
please explain!
This disease can cause complications to other organs, namely heart, nervous system and kidney.
Because the toxin released by the Corynebacterium diphtheriae.
At the heart complications can cause damage to the heart muscle (myokarditis) and heart failure,
even death can occur.
On neurological complications can cause weakness in the arms and legs, due to inflammation,
and nerve paralysis can also occur (peripheral neuritis) in case of severe nerve damage.
While in the kidney complications can cause kidney damage or nephritis.

5. What are the risk factors that can increase a person affected by the disease diphtheria?
Risk factors that can increase a person exposed to diphtheria, are:
Children and adults who don't have up-to-date immunizations
People living in crowded or unsanitary conditions
Undernourished people
People who have a compromised immune system




6. What is a pseudomembran? In your explanation about the pathophysiology of the
respiratory diphtheria disease.
Pseudomembran or also called adherent membrane is membrane layer containing or consisting
of dead white blood cells, epithelial cell necrosis, the remains of dead microorganisms (bacteria
and other substances), in the throat. This membrane is not easily torn and gray colored. If the
membrane is removed by force, then the mucus layer below it will bleed. This membrane that
causes narrowing of the airways, so that the child has difficulty breathing.

This is the Corynebacterium diphtheria. This bacteria is bacillus shaped and unique by
having a widening or swelling in one or both its ends, and has granule which is called metakromatic
granules that scattered irregularly in the body of the bacteria and give small spots on the body of
the bacteria. In addition, these bacteria often clustered and each makes an angle with each other,
like the letter V, Y, or L.
This is the data of diphtheria cases that occurred in the world from 2006 until now, based on
data from WHO.
First, the highest cases of respiratory diphtheria are more than 100 cases, there are in
Russia, Kazakhstan, Tukmenistan, Mongolia, Eastern Europe, India, Nepal, Vietnam,
Philippines, several countries in the Middle East, and several islands in Indonesia, including
Sumatra, Kalimantan , Java, and Bali.
Second, between 50 to 99 cases of respiratory diphtheria, there are in China, Pakistan,
Thailand, Malaysia, Laos, Uzbekistan, Tajikistan, Turkey, Brazil, Sudan, Algeria, Niger,
and Ecuador.
Third, between 1 and 49 cases of respiratory diphtheria, there are in Australia, Saudi Arabia,
Afghanistan, Egypt, South Africa, Canada, USA, several countries in Central Europe,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, New Zealand, Columbia, Bolivia, and Suriname.
And last, no cases respiratory diphtheria reported, there are in most countries in Africa,
Northern Europe, Southern Europe, Western Europe, Japan, Korea, Myanmar, Cambodia,
Papua, Papua New Guinea, Oman, Yemen, Madagascar, Alaska, Mexico, Greenland , Peru,
Venezuela, Argentina, Chile, Bolivia, Paraguay and Uruguay.

The diagnosis of respiratory diphtheria disease is established by way of examination
showing the Characteristic of the membrane in the throat, if in the someones throat there is
pseudomembran which is the result of inflammation or sign of the presence of diphtheria bacteria,
so that person testing positive for the disease diphtheria. It could also by the throat culture is by
examination of the mucus in the throat and made cultured in the laboratory, to see if there
diphtheria bacteria which breed or grow in these culture media.
Toxin which released by Corynebacterium diphtheria, into the throat cells, penetrate the
cell membrane, and inhibit the process of protein synthesis by inactivates elongation factor 2, so
that the formation of proteins in the cell is disturbed, and finally cell death.
Diphtheria is an infectious disease caused by toxins produced by bacteria. Transmission of
this disease could be through the air (sneezing and coughing) or direct contact with saliva. This
disease mostly attacks on children and adolescents, and can cause death if the disease was very
heavy. Therefore, we have to prevent it by way of routine immunization in children with diphtheria
vaccine and for adults should be done booster vaccination once every 10 years.
Toxin yang dikeluarkan oleh bakteri masuk ke dalam sel tenggorokan, menembus membran sel, kemudian
menghambat proses sintesis protein dengan menginaktifkan faktor 2 elongasi sehingga pembentukan
protein di dalam sel terganggu, dan akibatnya sel mengalami kematian.

Difteri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh racun yang diproduksi oleh bakteri. Penularan
penyakit ini bisa melalui udara (bersin dan batuk) atau kontak langsung dengan saliva. Penyakit ini
kebanyakan menyerang pada anak-anak dan remaja, serta bisa menyebabkan kematian apabila
penyakitnya sudah sangat berat. Oleh karena itu, kita harus mencegahnya dengan cara imunisasi rutin
pada anak-anak dengan vaksin difteri dan untuk orang dewasa dilakukan vaksinasi booster selama 10
tahun sekali.

Mengapa bisa terjadi pembengkakan leher pada penderita difteri?
Pembengkakan kelenjar getah bening di leher sering terjadi. Itu disebabkan karena bakteri
berkembangbiak di sekitar permukaan selaput lendir tenggorokan dan menyebabkan peradangan.
Peradangan ini menyebar dari tenggorokan ke pita suara (laring). Peradangan ini yang
menyebabkan terjadi pembengkakan pada leher sehingga saluran udara menyempit dan terjadi
gangguan pernafasan.
Bagaimana cara pemberian antibiotik dan dosisnya pada penderita diphtheria? Kemudian
selain antibiotik yang telah anda jelaskan apakah masih ada antibiotik yang lain untuk
penderita diphtheria?
There is two antibiotics for diphtheria. Theyre:
Erythromycin (orally or by injection) for 14 days (40 mg/kg per day with a maximum of 2
g/d), or
Procaine penicillin G given intramuscularly for 14 days (300,000 U/d for patients weighing
<10 kg and 600,000 U/d for those weighing >10 kg).
Selain itu, ada juga antibiotic yang lain untuk penderita difteri, yaitu rifampisin dan klindamisin.
Antibiotik itu bisa digunakan, if patients with allergies to procaine penicillin G or erythromycin.
Bagaimana cara mencegah penyakit difteri?
Untuk mencegah penyakit ini, dilakukan imunisasi rutin pada masa kanak-kanak dengan vaksin
difteri (DPT). Kekebalan yang diperoleh dari vaksin ini hanya selama 10 tahun, sehingga pada
orang dewasa sebaiknya menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10 tahun sekali.
Apakah penyakit difteri bisa mengalami komplikasi ke organ-organ yang lain, selain upper
respiratory tract?
Toxin yang dikeluarkan oleh bakteri difteri bisa menyebabkan komplikasi ke organ-organ yang
lain, yaitu jantung, sistem saraf, dan ginjal.
Pada komplikasi jantung bisa menyebabkan kerusakan otot jantung (myokarditis) dan gagal
jantung, bahkan bisa terjadi kematian.
Pada komplikasi saraf bisa menyebabkan kelemahan pada lengan dan tungkai, karena peradangan,
dan juga bisa terjadi kelumpuhan saraf (neuritis perifer) apabila terjadi kerusakan saraf yang berat.
Sedangkan pada ginjal bisa terjadi kerusakan ginjal atau nefritis.

Apa saja faktor-faktor resiko yang bisa meningkatkan seseorang terkena difteri?
People who are at increased risk of diphtheria include:
Children and adults who don't have up-to-date immunizations
People living in crowded or unsanitary conditions
Undernourished people
People who have a compromised immune system
Apa yang dimaksud dengan pseudomembran pada penjelasan anda mengenai patofisiologi
dari difteri?
Pseudomembran atau disebut juga adherent membrane adalah lapisan selaput atau membran yang
berisi atau terdiri dari sel darah putih yang mati, nekrosis sel epitel, sisa-sisa mikroorganisme yang
mati (bakteri dan bahan lainnya), di bagian tenggorokan. Membran ini tidak mudah robek dan
berwarna abu-abu. Jika membran ini dilepaskan secara paksa, maka lapisan lendir di bawahnya
akan berdarah. Membran inilah yang menyebabkan penyempitan saluran udara sehingga anak
mengalami kesulitan bernafas.

Ini adalah bakteri Corynebacterium diphtheria. Bakteri ini berbentuk basil dan bersifat khas
dengan memiliki pelebaran atau pembengkakan pada salah satu atau kedua ujungnya, serta
memiliki granula yang disebut granula metakromatik yang tersebar secara tidak teratur di dalam
badan bakteri dan memberikan gambaran bintik-bintik kecil pada badan bakteri. Selain itu,
bakteri ini sering berkelompok dan saling membentuk sudut satu dengan yang lainnya, seperti
huruf V, Y, atau L.
Diagnosis dari penyakit difteri ditegakkan dengan cara examination showing the characteristic
membrane in the throat, apabila pada tenggorakan seseorang terdapat pseudomembran yang
merupakan hasil inflamasi atau tanda dari adanya bakteri difteri, maka orang tersebut positif
terkena penyakit difteri. Bisa juga dengan cara throat culture yaitu dengan dilakukan
pemeriksaan terhadap lendir di tenggorokan dan dibuat biakan di laboratorium, untuk melihat
apakah ada bakteri difteri yang berkembang biak atau tumbuh di media biakan tersebut.

Ini adalah data-data kasus difteri yang terjadi di belahan dunia dari tahun 2006 sampai sekarang,
berdasarkan data WHO.
Pertama, kasus difteri yang tertinggi yaitu lebih dari 100 kasus, terdapat di negara Rusia,
Kazakhstan, Tukmenistan, Mongolia, Eropa Timur, India, Nepal, Vietnam, Filipin, beberapa
negara di Timur Tengah, dan beberapa pulau di Indonesia, yaitu Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan
Bali.
Kedua, antara 50 sampai 99 kasus difteri, terdapat di negara Cina, Pakistan, Thailand, Malaysia,
Laos, Uzbekistan, Tajikistan, Turki, Brazil, Sudan, Algeria, Niger, dan Ekuador.
Ketiga , antara 1 sampai 49 kasus difteri, terdapat di Australia, Arab Saudi, Afganistan, Mesir,
Afrika Selatan, Kanada, USA, beberapa negara di Eropa Tengah, Sulawesi, Nusa tenggara,
Maluku, New Zealand, Columbia, Bolivia, dan Suriname
Dan yang terakhir, tidak ada kasus difteri, terdapat di sebagian besar negara di Afrika, Eropa
Utara, Eropa Selatan, Eropa Barat, Jepang, Korea, Myanmar, Kamboja, Papua, Papua Nugini,
Oman, Yemen, Madagaskar, Alaska, Meksiko, Greenland, Peru, Venezuela, Argentina, Chili,
Bolivia, Paraguay, dan Uruguay.

You might also like