You are on page 1of 15

Konstruksi Realitas Sosial dalam Gatekeeping

Redaksi Berita Media Massa


(Studi pada Redaksi Berita Kompas TV, Jakarta Barat)
Fadhilah Rahmatika
4825091410
Program Studi Sosiologi (Konsentrasi Sosiologi Pembangunan)
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta
Abstract
Nowadays, the mass media has become a substantial part of society. Through the
information reported, the mass media can shape public perception about what is
considered important and what is not, by doing a protrusion or even a removal of
certain issues. Based on existing research, this mass media construction process
of reality is known to give a lot of positive and negative effects on society. Even
so, the impact or effect that occurs in the society would not exist without the
construction process that performed by the mass media itself. This study provides
an understanding on how the construction process of mass media reality took
place, especially in a process that plays vital role in the mass media which called
gatekeeping. This study used a qualitative approach through observation,
interviews and literature studies to determine how the gatekeeping mechanism
takes place, who is the gatekeepers, what is the factors that affect the process, and
how the role of these processes take place in the social construction of reality at
the society.
Keywords: Gatekeeping, Newsroom, Mass Media, Social Construction of Reality

Pendahuluan

News is a socially created product, not a


reflection of objective reality.
---Shoemaker & Reese, dalam
Mediating The Message

kehidupan masyarakat sehari-hari. Hal ini


disebabkan karena kebutuhan akan informasi
telah menjadi kebutuhan dasar setiap
individu, dan media massa dipandang
sebagai institusi yang mampu untuk
memenuhi kebutuhan dasar tersebut.
Salah satu konten media massa yang
paling utama adalah informasi berita. Setiap
harinya, beragam realitas sosial dalam
bentuk peristiwa-peristiwa terjadi di dunia.
Informasi mengenai peristiwa-peristiwa
tersebut dapat diketahui secara cepat melalui
berbagai media massa, salah satunya melalui
media televisi. Berita muncul di seluruh
jaringan televisi di dunia. Bahkan, tidak

The media do not simply and transparantly


report events which are naturally
newsworthy in themselves. News is the endproduct of complex process which begins
with a systematic sorting and selecting of
events and topics according to a socially
constructed set of categories.
---Stuart Hall dalam
The Social Production of News

Saat ini media massa telah menjadi


bagian integral dan tidak terpisahkan dari
1

sedikit stasiun televisi yang mengkhususkan


diri menjadi televisi pemberitaan, mulai dari
stasiun televisi internasional seperti CNN,
BBC, Al-Jazeera dan sebagainya, hingga
stasiun TV dalam negeri seperti TV One dan
Metro TV. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, berita adalah cerita atau
keterangan mengenai kejadian atau peristiwa
yang hangat.1 Melalui berita, media memiliki
kekuasaan untuk menentukan apa yang harus
dianggap penting dan apa yang tidak penting
untuk diketahui oleh masyarakat. Masnur
Muslich memaparkan:

hasil laporan adalah hasil konstruksi realitas


atas peristiwa yang dilaporkan.3
Lewat berita-berita yang dibaca,
didengar atau disaksikannya, seseorang
tengah digiring untuk memahami realitas
yang telah dibentuk media massa. Ia bukan
saja belajar mengenai isu-isu masyarakat
dan hal-hal lainnyaia juga belajar
sejauhmana pentingnya suatu isu, melalui
penegasan yang diberikan oleh media massa.
Tak ayal, pemahaman seseorang terhadap
realitas sangatlah tergantung pada realitas
yang diciptakan oleh media massa tersebut.
Konstruksi realitas yang dilakukan
oleh media massa banyak memberi dampak
pada masyarakat. Media massa dapat
mengembangkan
norma-norma
sosial,
membentuk interaksi sosial, melakukan
kontrol sosial, dan juga dapat menciptakan
perubahan sosial di masyarakat. Secara
psikologis pula, media massa berpengaruh
pada pembentukan opini dan sikap individu.
Masalah akan
muncul apabila
kekuasaan tersebut disalahgunakan. Sifat
penyiaran media massa yang cenderung satu
arah tanpa tatap muka menyebabkan
masyarakat tidak dapat memberi respon
terhadap media itu sendiri. Sifat satu arah ini
berpotensi untuk menciptakan opini
masyarakat yang apriori, yaitu opini yang
dikeluarkan sebelum mengetahui keadaan
yang sebenanya. Masalah-masalah lain juga
mungkin saja terjadi di masyarakat,
misalnya seperti terjadinya pembentukan
stereotip terhadap kelompok-kelompok
minoritas, kepanikan moral, bahkan hingga
terjadinya anomi.
Perlu dipahami bahwa dampak atau
efek media massa yang terjadi di masyarakat
tidak akan ada tanpa proses yang terjadi di
dalam media massa itu sendiri. Penelitian
mengenai dampak media massa terhadap
masyarakat memanglah penting, namun
menurut Shoemaker dan Reese penelitian

Media massa menawarkan definisi-definisi


tertentu mengenai kehidupan manusia: siapa
pahlawan dan siapa penjahat; apa yang baik dan
apa yang buruk bagi rakyat; apa yang patut dan
apa yang tidak patut dilakukan seorang elit,
pemimpin, atau penguasa; tindakan apa yang
disebut perjuangan, pemberontakan, terorisme,
pengkhianat; isu apa yang relevan atau tidak;
hingga solusi apa yang harus diambil dan
ditinggalkan.2

Melalui informasi-informasi yang


diberitakan, masyarakat menjadi lebih sadar
dan lebih memahami realitas-realitas sosial
yang ada di sekitarnya. Sayangnya,
masyarakat seringkali tidak menyadari
bahwa realitas yang disampaikan melalui
media massa ini bukanlah realitas yang
sesungguhnya terjadi. Realitas yang
dipahami seseorang melalui media massa,
adalah realitas yang telah mengalami proses
konstruksi sehingga menjadi berbeda dari
realitas aslinya, seperti suatu realitas
pantulan. Hal ini adalah karena pada
prinsipnya, setiap usaha menceritakan
kembali suatu peristiwa, keadaan, atau
benda, adalah usaha yang dilakukan untuk
mengkonstruksi realitas yang ada. Setiap
1

Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan


(http://badanbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/),
diakses
pada tanggal 10 Juni 2013, pukul 13:20.
2
Masnur Muslich, 2008, Kekuasaan Media Massa
Mengkonstruksi Realitas, Jurnal Bahasa dan Seni
Tahun 36 Nomor 2, Malang: Universitas Negeri
Malang, hal 154.

Ibnu Hamad, 2004, Konstruksi Realitas Politik dalam


Media Massa, Jakarta: Granit, hal 11.

mengenai
proses
konstruksi
yang
menyebabkannya juga sama pentingnya dan
tidak boleh diremehkan. Meskipun proses
konstruksi realitas yang dibuat oleh media
ini mewujud dalam berbagai bentuk, salah
satu proses yang paling memegang peranan
vital dan strategis adalah proses yang
disebut gatekeeping, yaitu proses dimana
seseorang, suatu organisasi atau institusi
menentukan informasi apa yang akan
dikemukakan pada khalayak, dan mana yang
tidak. Proses ini menentukan apa saja yang
akan ditampilkan oleh media. Proses ini
dijalankan oleh para gatekeeper, yaitu
individu-individu atau kelompok orangorang yang memantau arus informasi dalam
sebuah saluran komunikasi.4 Mereka dapat
membuka dan menutup gerbang berita
yang dapat diakses oleh masyarakat.
Tulisan ini dibuat untuk memaparkan
lebih lengkap mengenai apa itu proses
gatekeeping, siapa saja aktor-aktor yang
berperan, apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi dan bagaimana peran proses
gatekeeping tersebut dalam berlangsungnya
konstruksi realitas sosial yang lebih luas di
masyarakat.

tersebut. Pamela Shoemaker, dalam bukunya


Gatekeeping Theory (1991) mengatakan:
Gatekeeping is the process by which the
billions of messages that are available in the
world get cut down and transformed into the
hundreds of messages that reach a given person
on a given day7

Proses gatekeeping yang dilakukan


oleh para gatekeeper ini sedemikian penting
dalam media massa, karena dari sekian
banyak peristiwa-peristiwa yang terjadi di
seluruh belahan dunia sehari-hari, tidak
mungkin semuanya dapat diberitakan untuk
masyarakatada banyak proses pemilahan
atau penyesuaian yang harus dilakukan
sebelumnya. Kegiatan-kegiatan ini bisa
berupa proses pemilihan, penyeleksian,
pemotongan, penentuan durasi, pengulangan,
dan pembentukan berita yang nantinya akan
disampaikan kepada audiens. Keberadaan
gatekeeper sama pentingnya dengan semua
peralatan mekanis yang dimiliki oleh media
massa. Hal ini berarti komunikasi massa
tidak akan terjadi tanpa adanya gatekeeper
yang berada di balik media.
Bagan 1
Model Gatekeeping White

Gatekeeping: Seleksi Isu dan Peristiwa


dalam Produksi Berita

Proses Penyeleksian Berita

Gatekeeping adalah proses terpenting


dalam media massa. Kurt Lewin seorang ahli
psikologi dari Australia dalam bukunya yang
berjudul Human Relation (1974) adalah yang
mula-mula mengemukakan istilah gatekeeper.5
Sementara itu, John R Bittner mengistilahkan
gatekeeper sebagai individu-individu atau
kelompok orang yang memantau arus
komunikasi dalam sebuah saluran komunikasi
(massa)6. Istilah gatekeeping itu sendiri
menunjuk kepada proses pemantauan

Sumber: Communication Models for the Study of


Mass Communications (Denis McQuail, 1993)

Bagan 1 di atas menggambarkan


bahwa pada awalnya gatekeeper menyeleksi
semua berita yang masuk (N1, N2, N3, N4).

Dalam Stuart N. Soroka, 2012, The Gatekeeping


Function: Distributions of Information in Media and the
Real World, The Journal of Politics, Vol. 74 No. 2,
April 2012, Montreal: McGill University, hal 515.

Burhan M. Bungin, op.cit., hal 72.


Nurudin, 2007, Pengantar Komunikasi Massa,
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, hal 118.
6
Ibid, hal 119.
5

Namun, berita yang lolos dan disampaikan ke


khalayak hanyalah dua berita atau peristiwa
saja (N21, N31). Sedangkan N1 dan N4 tidak
lolos penyeleksian berita yang dilakukan.
Penelitian White ini dilakukan terhadap
wartawan
yang
bertanggungjawab
melakukan seleksi terhadap berita-berita
yang berasal dari kantor berita pada sebuah
surat
kabar.
Dari
penelitian
yang
dilakukannya, White menyimpulkan bahwa
keputusan gatekeeper merupakan keputusan
yang subjektif berdasarkan pengalaman,
sikap, dan harapan si gatekeeper sendiri.
Para gatekeeper atau penjaga palang
pintu informasi di media massa ini memang
memiliki kendali yang sangat besar terhadap
masyarakat, terutama mengenai pengaturan
pesan atau informasi yang akan disampaikan.
Bahkan, gatekeeper dapat memodifikasi
pesan sedemikian rupa, karena kemampuan
mengontrol arus informasi yang dimilikinya,
juga
kemampuan
mengontrol
akses
masyarakat
terhadap
informasi
dari
peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Pada
sisi
positifnya,
proses
gatekeeping dari media ini dapat membantu
menyederhanakan sebuah peristiwa agar bisa
lebih mudah dimengerti masyarakat sebelum
disebarkan secara massal. Proses ini juga
dapat mencegah terjadinya banjir informasi
yang tidak perlu dan tidak relevan, dengan
melakukan penyaringan terlebih dahulu dan
menyesuaikan berita tersebut sesuai dengan
konteks sosial yang berlaku di masyarakat.
Selain itu, akibat proses penyaringan ini,
media dapat melakukan mobilisasi massa,
bahkan menciptakan perubahan sosial di
tengah-tengah masyarakat.
Di sisi lain, proses ini juga dapat
memberi dampak buruk pada masyarakat,
karena di dalamnya rentan terjadi
penyalahgunaan kekuasaan. Sebuah peristiwa
bisa saja lebih ditonjolkan dari peristiwa
lainnya meskipun keduanya terjadi secara
bersamaan.
Media
juga
bisa
saja
menonjolkan satu sudut pandang dan

menghilangkan
yang
lainnya,
serta
menampilkan aktor-aktor tertentu sementara
menyembunyikan aktor lainnya. Begitupun
dalam pemilihan
konten berita untuk
ditayangkanberita yang tidak dipilih, bisa
jadi justru lebih penting bagi masyarakat
dibandingkan yang telah dipilih.
Mengapa Redaksi Berita Kompas TV?
Kompas
TV
merupakan
anak
perusahaan Kelompok Kompas Gramedia
(KKG), sebuah perusahaan media massa
terbesar nasional yang didirikan sejak tahun
1963. Stasiun televisi Kompas TV sendiri
mengudara sejak bulan September tahun 2011.
Penelitian ini dilakukan di dalam redaksi
berita news bulletin Divisi News & Current
Affair yang mengepalai seluruh pelaksanaan
program-program pemberitaan yang ada di
Kompas TV. Istilah news bulletin sendiri
mengacu pada berita harian yang penyajiannya
sangat terikat dengan waktu, dan berita yang
ditayangkan harus secepat dan seaktual
mungkin. Fokus dalam penelitian ini adalah
proses produksi pemberitaan yang merupakan
bagian dari news bulletin atau programprogram berita yang ditayangkan rutin setiap
harinya. Kompas TV sebagai lokasi penelitian,
memiliki porsi enam jam penuh program
berita harian (news bulletin) yang tayang
setiap harinya. Program berita harian tersebut
adalah program Kompas Pagi, Kompas Siang,
Kompas Petang, Kompas Malam. Kompas
Pagi memiliki durasi 90 menit, sementara
Kompas Siang, Kompas Petang dan Kompas
Malam berdurasi masing-masing 60 menit.
Karena itu program berita menjadi salah satu
konten siaran yang paling utama di dalam
Kompas TV, sesuai dengan tujuannya menjadi
News and Lifestyle TV.
Produksi pemberitaan Kompas TV
dilaksanakan
sehari-harinya
di
dalam
newsroom. Untuk menjalankan peliputan
sehari-harinya, Divisi News & Current Affair
memiliki kurang lebih lima puluh kru
peliputan yang terdiri dari Reporter dan Juru
4

Kamera yang siap diturunkan untuk meliput


berita di lapangan. Khusus untuk news
bulletin, kru peliputan yang ditugaskan kirakira berjumlah tiga puluh orang.
Setiap komponen dalam produksi
pemberitaan sebuah institusi media massa
tentu memiliki latar belakang, tujuan dan
kepentingan yang berbeda-beda. Interaksi
yang terjadi antara berbagai pihak sangat
mungkin menjadikan produksi pemberitaan
sebagai
sarana
untuk
memasukkan
kepentingan masing-masing. Semua pihak
yang terlibat akan berinteraksi dan berusaha
memastikan bahwa kepentingannya terpenuhi
dalam ruang produksi pemberitaan tersebut.
Sudah bukan rahasia lagi apabila institusi
media massa tidak hanya digunakan untuk
mencari keuntungan ekonomis, tetapi juga
keuntungan politis. Ini terlihat jelas pada
media-media yang kepemilikannya dikuasai
oleh elit-elit partai politik yang berkiprah
secara terbuka di Indonesia, terutama pada
pemberitaan-pemberitaan nya terkait agenda
besar Pemilu 2014.
Terkait dengan hal ini, Kompas TV
memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh
institusi-institusi media massa lainnya.
Kompas TV merupakan bagian dari
perusahaan Kelompok Kompas Gramedia
yang dimiliki oleh Jakob Oetama, seorang
tokoh pers nasional, yang pada saat ini
diketahui tidak memiliki hubungan dengan
partai politik di Indonesia. Pada sejarahnya
koran Kompas memang didirikan atas
inisiatif Partai Katolik, namun hubungan
dengan partai telah dihapuskan pada tahun
1971.8 Oleh karena itu, Kompas TV sebagai
bagian dari perusahaan media massa terbesar
nasional ini memiliki potensi untuk menjadi
saluran pemberitaan yang independen
dibandingkan dengan institusi-institusi media
massa mainstream lainnya di Indonesia.
Menarik untuk melihat apakah potensinya
untuk menjadi media massa yang independen

ini menjadikan Kompas TV terbebas dari


berbagai pengaruh dan kepentingan, terutama
pada proses gatekeeping dalam produksi
pemberitaannya, ataukah justru sebaliknya.
Temuan dan Pembahasan
1. Mekanisme Gatekeeping dalam Redaksi
Berita Kompas TV
Proses produksi pemberitaan di dalam
suatu organisasi media massa termasuk
Kompas TV dapat dilihat melalui tiga tahap,
yaitu tahap pra produksi (perencanaan), tahap
produksi (peliputan berita di lapangan), dan
tahap paska produksi (penyuntingan naskah
dan visual peliputan). Idealnya tentu tahapantahapan tersebut dilalui secara berurutan,
dimana tahap pertama harus dilalui sebelum
melakukan tahapan selanjutnya. Namun,
berbeda dengan proses produksi tayangan
media lainnya, produksi berita di televisi harus
dilakukan dengan cepat karena waktunya yang
cenderung terbatas. Bahkan terkadang,
tahapan-tahapan tersebut dilakukan secara
bersamaan dalam satu waktu. Meskipun begitu
proses gatekeeping dapat dilihat dalam setiap
tahap. Individu yang berperan pun tidak
sedikit, karena pelaksanaan seluruh proses ini
melibatkan banyak individu yang bekerja
secara terorganisir. Meskipun begitu, terdapat
beberapa individu yang berperan secara
signifikan sebagai gatekeeper dibandingkan
yang lainnya.
Tahap Pra Produksi: Rapat Redaksi
sebagai Mekanisme Gatekeeping Utama
Tahap pra produksi menjadi tahap
yang krusial dalam media manapun. Di
Kompas TV, tahap pra produksi berita ini
merupakan tahap yang berkaitan dengan
perencanaan dan persiapan peliputan berita di
lapangan. Sehari-harinya, alur kegiatan dalam
produksi berita dalam newsroom dimulai dari
pertemuan rapat-rapat koordinasi. Rapat
koordinasi
yang
merupakan
jantung
operasional media pemberitaan ini merupakan

Khrisna Sen dan David T.Hill, 2001, Media, Budaya


dan Politik di Indonesia, Jakarta: ISAI, hal 68.

kegiatan rutin, yang amat penting bagi


pengembangan dan peningkatan kualitas berita
yang akan dihasilkan kelak.
Berkaitan dengan tahap pra produksi
pemberitaan di dalam newsroom, setidaknya
terdapat tiga rapat rutin yang dilakukan oleh
tim redaksi berita Kompas TV, yang
berpengaruh
besar
terhadap
proses
gatekeeping di dalamnya. Rapat-rapat tersebut
antara lain adalah rapat agenda setting, rapat
redaksi dan rapat proyeksi program. Rapat
agenda setting adalah rapat yang dilakukan
dalam membuat daftar rancangan liputan
media untuk kurun waktu seminggu ke depan.
Rapat ini wajib dihadiri oleh para Koordinator
Peliputan Bidang, Para Produser Bidang,
Produser Eksekutif dan para Manager.
Sementara itu, rapat redaksi adalah
rapat yang merupakan jantung operasional
produksi pemberitaan Kompas TV. Rapat ini
diadakan di dalam ruang meeting, yang
dihadiri oleh Pemimpin Redaksi, General
Manager dan Wakil-Wakilnya, Produser
Eksekutif, Produser Show Program, para
Manager, Koordinator Peliputan Nasional dan
Daerah,
para
Koordinator
Peliputan,
Sekretariat Redaksi, Tim Multimedia, dan para
Reporter. Rapat ini berfungsi untuk
merancang agenda yang akan diliput dan
ditayangkan di dalam seluruh program berita
Kompas TV keesokan harinya. Rapat redaksi
ini bisa dikatakan sebagai mekanisme
peliputan tertinggi yang ada di dalam
newsroom.
Rapat lainnya adalah rapat proyeksi
program, yang turut memiliki andil penting
dalam tahap pra produksi. Dibandingkan
dengan rapat redaksi yang membahas
keseluruhan agenda peliputan harian, rapat
proyeksi ini relatif lebih kecil dan mendetail
ruang lingkup pembahasannya, karena
membahas seputar koordinasi peliputan dan
rancangan segmen terkait masing-masing
program yang ada. Rapat ini diadakan
sebanyak tiga kali perharinya. Rapat yang
diadakan pada pukul 08.30 diperuntukkan

untuk koordinasi program Kompas Siang,


rapat proyeksi pukul 13.00 untuk program
Kompas Petang, dan rapat proyeksi pukul
15.00 untuk program berita Kompas Malam.
Setelah rapat selesai, Koordinator Peliputan
yang bertugas akan menindaklanjuti hasil
pemilihan agenda liputan hari itu dengan
menyusun jadwal tim yang akan diturunkan ke
lapangan, pembuatan surat izin dan pencarian
akses peliputan.
Pada tahap ini, proses pemilahan
informasi atau gatekeeping paling dominan
berada di dalam rapat-rapat koordinasi harian,
yaitu rapat redaksi pukul 18.30 malam dan
rapat proyeksi masing-masing program. Di
dalam rapat ini berlangsung proses pemilihan
isu yang dianggap penting oleh redaksi,
penentuan sudut pandang atau angle yang
dianggap menarik bagi masyarakat,
penempatan narasumber yang dirasa cocok
dengan angle yang diinginkan, pengaitan isu
terhadap isu lainnya, hingga pembenturan
antara tokoh-tokoh yang sedang bertolak
belakang dalam suatu isu. Sebagai contoh, isu
pencalonan Rhoma Irama sebagai Calon
Presiden dari Partai Kebangkitan Bangsa
didiskusikan dengan hangat, dan memancing
saran-saran dari staf terkait sudut pandang
atau angle. Pemimpin Redaksi Kompas TV
yang hadir pun menyarankan sebuah sudut
pandang yang ia sendiri sebut nakal untuk
pemberitaan isu ini: Apakah pencalonan
Rhoma Irama serius? Ataukah cerminan dari
keputusasaan partai?. Staf lain pun
memberikan saran-saran yang mereka sendiri
sebut nakal, yaitu saran untuk menambahkan
beberapa rekaman pernyataan Rhoma Irama
sebelumnya yang pernah menuai kontroversi
terkait pencalonannya. Hal ini dimaksudkan
agar berita menjadi lebih menarikmenarik
menurut sudut pandang redaksi.
Secara keseluruhan, rapat redaksi
merupakan rapat yang terpenting dalam proses
produksi berita, karena hasil keputusan rapat
akan
menentukan
keseluruhan
fokus
pemberitaan dan gerak peliputan selanjutnya.
6

Hasil rapat yang dikirimkan pada masingmasing staf redaksi akan menjadi panduan
untuk rapat proyeksi program. Jika rapat
redaksi menentukan isu-isu yang akan diliput
dan diberitakan selama satu hari kedepan,
maka, rapat proyeksi program akan
menerapkan hasil pemilihan isu tersebut dalam
tataran operasional.
Meskipun
seluruh
staf
dapat
memberikan opininya terhadap isu yang
sedang dibahas dalam rapat-rapat ini, tidak
semua staf dapat menentukan atau mengetuk
palu secara langsung terhadap pemilihan isu.
Berdasarkan pengamatan, aktor gatekeeper
yang paling berperan dalam tahap ini adalah
Pemimpin Redaksi dan Tim Produser.

dirangkum dalam bentuk naskah. Dalam


pembuatan naskah ini, Reporter akan
menyusun kembali peristiwa yang terjadi ke
dalam bentuk tulisan.
Seluruh hasil perencanaan dari rapat
redaksi akan bergantung pada eksekusi di
lapangan.
Dalam
peliputan,
Reporter
merupakan
gatekeeper
yang
paling
bertanggung jawab langsung terhadap
pencarian informasi. Perannya adalah dalam
mencari informasi dari suatu sumber kepada
penerima, juga dalam menyeleksi dan
menyaring informasi ke dalam bentuk naskah.
Proses gatekeeping pada tahap ini tidaklah
sekadar memilih isu, melainkan juga
mengendalikan bagaimana isu tersebut akan
ditampilkan ke masyarakat, apa informasiinformasi yang boleh diangkat dan yang tidak,
apa yang ditahan dan yang tidak, dan apa yang
dianggap penting dan yang tidak.
Sebelumnya, di dalam rapat memang
telah ditentukan informasi yang harus dicari
oleh reporter terkait dengan peristiwa atau
event tertentu. Reporter akan berusaha
memenuhi ketentuan tersebut sekaligus cermat
dan jeli dalam melihat situasi yang ada di
lapangan. Terkadang ada hal-hal menarik yang
tidak ada dalam perintah penugasan, yang
justru muncul dan menunggu untuk diungkap.
Kecermatan
ini
akan
mempengaruhi
bagaimana suatu isu akan diseleksi,
bagaimana realitas yang ada di lapangan
dibentuk ke dalam teks berita.
Kecermatan tim liputan penting,
karena dapat membuat berita lebih bernilai.
Sebagai contoh, liputan mengenai tinjauan
Menteri Perhubungan EE. Mangindaan di
sarana-sarana transportasi umum di Jakarta
(baik stasiun kereta api, pelabuhan hingga
bandara) akan menjadi berita yang sekadar
bercerita tentang rutinitas Menteri seperti
biasa. Namun, ketika terdapat hal-hal yang
sifatnya di luar dugaan, seperti misalnya
muncul aksi protes mendadak oleh para
penumpang kereta api kepada Menteri yang

Tahap Produksi: Reporter sebagai


Gatekeeper Utama
Selanjutnya adalah tahap produksi atau
tahap peliputan berita di lapangan. Kegiatan
produksi berita dimulai saat tim liputan, baik
Reporter dan Juru Kamera, berangkat ke
lapangan. Setelah agenda-agenda yang harus
diliput sudah terkumpul dari diskusi dalam
rapat, Koordinator Peliputan (Koorlip) yang
bertugas akan menyiapkan tim-tim, dimana
masing-masing tim terdiri dari seorang
Reporter dan seorang Juru Kamera. Dalam
satu hari, terdapat kira-kira sebanyak 16 tim
liputan yang dikirim untuk meliput berita di
tempat yang berbeda-beda. Berbekal lembar
penugasan serta peralatan-peralatan liputan
seperti kamera, mikrofon, tripod dan lain
sebagainya, tim liputan akan bergegas turun ke
lapangan pada jam kerja yang telah
ditentukan.
Sesampainya di lapangan, tim liputan
akan langsung memulai pencarian keterangan
mengenai apa yang akan diliput. Juru Kamera
mulai merekam lokasi peristiwa, mengambil
gambar-gambar yang diperlukan. Sementara
itu, Reporter akan mulai melakukan pencarian
informasi
mengenai
peristiwa
kepada
narasumber-narasumber yang dapat dimintai
keterangannya. seluruh keterangan yang
didapatkan
oleh
Reporter
kemudian
7

berujung ricuh, dapat dijadikan sudut pandang


dalam melihat peristiwa tersebut.
Kejelian reporter dalam melihat situasi
ini pun menjadi penting, karena ia memiliki
kemampuan dalam memilih isu yang akan ia
angkat. Pada tahap produksi ini Reporter
adalah gatekeeper utama yang berperan dalam
mencari informasi dari suatu peristiwa,
menyeleksi dan menyaring informasi yang
didapat ke dalam bentuk naskah, memilih
sudut pandang pemberitaan dan memilih
pernyataan dari narasumber yang akan
dimasukkan ke dalam teks naskah berita.

Pada tahap ini, tim Produser


merupakan gatekeeper yang paling berperan
signifikan dalam tahap pasca produksi berita
ini karena mereka lah yang bertugas untuk
mengolah dan mengemas naskah serta visual
dari
tim
liputan.
Mereka
akan
mengejawantahkan hasil dari rapat proyeksi
terhadap program berita yang ditanganinya,
sekaligus beradaptasi dengan perkembangan
peristiwa di lapangan.
Sebagai
gatekeeper,
Produser
berwenang untuk menentukan layak atau
tidaknya sebuah topik berita, maupun
kualitas gambar hasil liputan dari tim yang
diturunkan ke lapangan. Naskah yang telah
dikirim oleh Reporter akan melalui proses
pengecekan dan perbaikan agar sesuai
dengan kebijakan umum dalam newsroom
Kompas TV, juga agar sesuai dengan durasi
yang
ditentukan.
Umumnya
proses
pengecekan ini hanya terkait dengan hal-hal
yang bersifat teknis, seperti misalnya terkait
bahasa. Namun jika terdapat hal-hal janggal
di dalam penulisan naskah, seperti misalnya
apabila Reporter membuat kesimpulan yang
tidak relevan dengan peristiwa, atau tidak
sesuainya antara isi naskah dengan
pernyataan tokoh yang digunakan, maka
dalam hal ini Produser berwenang untuk
mengubah atau bahkan menghilangkan halhal tersebut. Sementara itu, hasil liputan
berbentuk visual akan ditinjau mengenai isi
dan kualitasnya, agar Produser dapat
memisahkan mana yang aman dan layak
tayang, dan mana yang tidak.
Terkait dengan pengemasan berita,
Produser akan melengkapi data agar berita
yang dibuat menjadi lebih kaya. Hal ini
dilakukan misalnya dengan mengaitkan
peristiwa tersebut dengan peristiwa serupa
yang terjadi sebelumnya sekaligus dengan
pernyataan
tokoh yang dinilai relevan,
menambahkan info grafis berisi hasil riset
dari Tim Riset Litbang Kompas atau grafis
mengenai kronologi suatu peristiwa, dan lain
sebagainya. Di dalam lembar naskah,

Tahap Pasca Produksi: Dominasi Produser


sebagai Gatekeeper
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan, tahap paska produksi akan
dimulai selepas hasil visual liputan dalam
bentuk memory card diserahkan kepada
Asisten Produksi di dalam newsroom.
Asisten Produksi akan menyalin isi memory
card tersebut ke dalam server newsroom
melalui komputer yang telah disediakan.
Selanjutnya, naskah yang telah dikirim oleh
Reporter akan diperiksa dan disempurnakan
oleh Produser. Naskah yang telah siap
kemudian disesuaikan dengan sumbersumber visual liputan yang terkait, lalu di
dubbing atau sulih suara oleh staf redaksi
yang bertugas. Selanjutnya adalah tahap
penyuntingan gambar yang dilakukan oleh
tim Editor. Apabila penyuntingan gambar
selesai dilakukan, Produser akan melakukan
peninjauan cepat terhadap hasil akhir berita
yang telah berbentuk video. Setelah dirasa
cukup, Asisten Produksi memasukkan dan
menyusun materi-materi berbentuk file-file
video tersebut ke dalam server agar bisa
diakses oleh tim yang berada di ruang
kontrol. Kumpulan materi-materi video ini
harus selalu dicek apakah telah sesuai dengan
rundown program (daftar susunan acara) atau
tidak. Materi berita yang telah diakses di
ruang kontrol kemudian dianggap sudah final
dan siap ditayangkan dalam program.
8

Produser juga akan menambahkan catatancatatan khusus terkait pengemasan tersebut,


biasanya dimaksudkan untuk Asisten
Produksi dan Editor. Misalnya, dalam naskah
berita demonstrasi ricuh, Editor diberikan
catatan khusus untuk tidak menampilkan
gambar massa yang membakar bendera
negara, poster-poster tokoh pemimpin
negara, dan lain-lain.
Apabila proses penyuntingan telah
selesai dilakukan, Produser Eksekutif akan
melakukan screening atau pemutaran
terhadap setiap konten berita. Proses ini
berfungsi untuk memantau apakah hasil
penyuntingan gambar sesuai dengan naskah,
juga apakah telah sesuai dengan kaidah atau
ketentuan-ketentuan yang ada di Kompas
TV. Jika ada kesalahan pada hasil berita,
Produser Eksekutif berwenang untuk
merevisi konten berita tersebut sesuai dengan
keinginannya atau bahkan membatalkan
penayangannya apabila waktunya tidak
mencukupi. Pada tahap paska produksi ini,
tim Produser merupakan gatekeeper yang
paling berkuasa secara penuh dalam proses
konstruksi realitas karena perannya dalam
membentuk, mengemas, dan mengonstruksi
realitas sosial ke dalam bentuk berita yang
ditayangkan pada masyarakat khalayak
media.
Secara
keseluruhan,
produksi
pemberitaan dalam redaksi Kompas TV
mulai dari tahap pra produksi, produksi
hingga paska produksi, melibatkan banyak
individu yang bekerja secara terorganisir.
Proses gatekeeping atau pentapisan informasi
ini dapat dilihat dalam setiap tahap.
Berdasarkan pengamatan, tidak semua
individu memiliki kewenangan untuk
melakukan seleksi isu di dalam proses
tersebut. Peran gatekeeper yang paling
signifikan berada pada posisi Pemimpin
Redaksi, Produser Eksekutif, Produser
Pelaksana, dan Reporter.
Seluruh
proses
penyeleksian,
pembingkaian atau pengkonstruksian ini

tidak terjadi sekali saja, tetapi berlangsung


terus menerus dan berjenjang dalam tahapantahapan yang telah dijelaskan sebelumnya.
Proses ini juga ada kalanya berlangsung
secara tumpang tindih, karena memang
karakteristik program berita yang tidak
memiliki waktu produksi yang panjang.
Pengungkapan realitas dalam paket berita
yang dihasilkan ini tergantung pada sudut
pandang para individu tersebut.
Dari keseluruhan alur produksi yang
ada, setidaknya terdapat lima tahap utama
terkait proses gatekeeping dalam redaksi
berita Kompas TV. Tahapan tersebut dapat
dilihat dalam bagan berikut:
Tabel 3.1
Tahap Gatekeeping dalam Redaksi Berita
Kompas TV
TAHAP

BENTUK

GATEKEEPER

Realitas
sosial dalam
masyarakat

II

Informasi
mentah

Pemimpin
Redaksi,
Produser
Eksekutif dan
Produser
Pelaksana
Reporter dan
Juru Kamera

III

Naskah

Produser
Pelaksana

IV

Gambar
visual
Paket berita

Produser
Pelaksana
Produser
Eksekutif

Paket berita,
tayangan
live

Produser
Eksekutif dan
Produser
Show

KETERANGAN

Penyeleksian isu,
topik peliputan, dan
sudut pandang
(angle) berita dalam
rapat koordinasi.
Pencarian informasi
dan visual peristiwa,
penyaringan
informasi ke dalam
naskah berita.
Pengecekan,
perbaikan atau
modifikasi terhadap
naskah berita.
Penyeleksian gambar
visual.
Penentuan kelayakan
paket berita.
Pemantauan program
berita yang tayang
secara live.

Sumber: Diolah dari temuan lapangan (2013)

Gambar 4.1
Faktor Pengaruh dalam Konstruksi Berita

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Proses Gatekeeping (Hierarchy of
Influences)

Faktor Individual

Ada banyak faktor yang menentukan


mengapa sebuah peristiwa dianggap sebagai
berita sementara peristiwa yang lain tidak, dan
mengapa sebuah peristiwa atau seorang tokoh
begitu ditonjolkan sementara peristiwa dan
tokoh yang lain tidak. Sebagai hasil dari
konstruksi sosial, berita selalu melibatkan
pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari media
itu sendiri. Bagaimanapun, konstruksi ini tidak
dapat terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengambilan
keputusan
(gatekeeping)
dalam
produksi
pemberitaannya. Faktor-faktor tersebut selalu
berpengaruh kepada hasil akhir dari bentukan
media-media massa, yaitu berita.
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D.
Reese dalam bukunya Mediating the Message,
mendefinisikan hierarchy of influences, atau
faktor-faktor yang memberi pengaruh pada
proses gatekeeping. Diantaranya adalah; 1)
faktor individual, yang merupakan pengaruh
intrinsik dari pekerja media itu sendiri; 2)
faktor rutinitas media, yaitu pengaruh dari
pola-pola atau rutinitas yang selalu dilakukan
dan diulang-ulang oleh pekerja media dalam
melakukan pekerjaannya; 3) faktor organisasi,
yaitu pengaruh yang muncul dari organisasi
media terkait, seperti karakteristik budaya
organisasi, tatanan nilai dan norma organisasi,
hingga kepemilikan media; 4) faktor ekstra
media, yaitu pengaruh dari pihak-pihak di luar
media seperti sumber berita, masyarakat,
pasar, pengiklan, ataupun media lain; 5) faktor
ideologi, yaitu pengaruh ideologi dari sistem
sosial dimana gatekeeper berada, misalnya
berupa nilai, dan kepercayaan, dan lain
sebagainya yang berperan dalam cara ia
memandang dunianya sendiri.9

Faktor Rutinitas
Media
Faktor Organisasi
Faktor Ekstra Media
Faktor Ideologi

Sumber: Kerangka berpikir peneliti (2013)

Adanya tarik menarik antara berbagai


kepentingan atau pengaruh tidak dapat
dielakkan dari proses produksi berita. Hal ini
bahkan sudah dimulai dari proses pra produksi
berupa penentuan isu, hingga akhirnya berita
tersebut tayang di televisi. Faktor-faktor
tersebut diantaranya adalah:
Faktor Individual (Individual Level)
Ketika melakukan pekerjaannya, para pekerja
media bisa memunculkan bias dalam berita
yang diproduksinya. Setiap individu pekerja
media ini, tidak terkecuali, memang memiliki
hal-hal individual yang dapat mempengaruhi
isi media, seperti karakteristik personal, sikap
atau nilai pribadi, dan kecenderungan
subjektif. Di dalam redaksi berita Kompas TV,
faktor individual yang dimiliki masing-masing
individu cukup berperan dalam mempengaruhi
berita yang diproduksi.
Tabel 4.3
Faktor Individual yang Berpengaruh
dalam Redaksi Berita Kompas TV
Tahap

Gatekeeper
Utama

Pra
Pemimpin
Produk Redaksi
si
Produser
Eksekutif

Bentuk Gatekeeping

Faktor
Individual
yang
ditemukan

Pemilihan isu yang Latar


dianggap penting
belakang
oleh redaksi
profesional
Penentuan sudut
Kecenderu
pandang
ngan
(Signifikan) Pemilihan
subjektif
terhadap
narasumber yang
isu atau
cocok dengan
sudut pandang yang tokoh
tertentu
diinginkan

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D Reese, 1996,


Mediating the Message: Theories of Influences on Mass
Media Content Second Edition, New York: Longman
Publisher, hal 6.

10

disebut berita, bagaimana ciri-ciri berita yang


baik, atau bagaimana kriteria berita yang
layak tayang dan yang tidak. Standar tersebut
mewujud dalam rutinitas yang berlangsung
setiap harinya, termasuk di dalam rapat
redaksi.
Rutinitas media juga menyangkut
pengaturan tim liputan yang turun ke
lapangan. Rutinitas ini dilakukan oleh tim
Koordinator Peliputan. Penempatan tim
liputan di dalam agenda yang telah
ditentukan juga dapat memberi pengaruh
terhadap berita. Setiap reporter pada
dasarnya memiliki minat dan kapasitasnya
masing-masing dalam menyelami suatu isu di
masyarakat. Reporter yang memiliki minat
dan kemampuan lebih terhadap isu-isu
tertentu, seperti isu-isu hukum, politik,
kemasyarakatan dan sebagainya, akan lebih
mampu mendalami isu dan melakukan
analisis, yang tentunya akan berpengaruh
terhadap ketajaman naskah yang dibuatnya.
Selain minat dan kapasitas, penempatan
reporter juga dipengaruhi oleh jam terbang.
Peliputan isu yang membutuhkan ketajaman
analisis biasanya diberikan tim Koordinator
Peliputan kepada wartawan yang lebih
memiliki pengalaman terkait isu tersebut.
Penempatan tim liputan ini pun turut
berpengaruh terhadap berita yang akan
dihasilkan.
Rutinitas lainnya yang berpengaruh
adalah pembuatan dan penyempurnaan
naskah berita. Naskah pertama biasanya
dibuat oleh Reporter yang bertugas meliput
suatu peristiwa. Naskah tidak boleh dibuat
dengan sembarangan. Terdapat ketentuanketentuan yang harus dipatuhi, salah satunya
seperti durasi berita. Setiap konten berita
memiliki durasinya masing-masing yang
rata-rata kurang dari tiga menit. Seluruh
informasi yang didapatkan oleh Reporter
mengenai peristiwa, harus dirangkum ke
dalam berita yang hanya berdurasi beberapa
menit. Produser yang menyempurnakan
naskah tersebut juga pada umumnya akan

Produksi Reporter

Penyaringan
Latar
seluruh hasil
belakang
(Tidak
informasi ke dalam
akademis
signifikan)
bentuk naskah
Lama jam
Penentuan sudut
terbang
pandang berita
sebagai
reporter
Penentuan detail
pernyataan
Kecenderu
narasumber yang
ngan
dapat mendukung
subjektif
sudut pandang
terhadap
tersebut
isu atau
tokoh
tertentu
Paska
Produser
Penentuan layak
Latar
Produksi Eksekutif
atau tidaknya
belakang
kualitas naskah dan
profesional
Produser
gambar dari tim
Jam
Program
liputan
terbang
(Signifikan) Modifikasi naskah Kecenderu
(penyertaan datangan
data penunjang)
subjektif
Quality Control
terhadap
terhadap konten
isu atau
berita yang sudah
tokoh
selesai dibuat
tertentu

Sumber: Diolah dari temuan lapangan (2013)

Faktor Rutintas Media (Media Routine)


Rutinitas media berarti pola atau
praktek berulang yang dibentuk pekerja
media dalam melaksanakan pekerjaan seharihari. Faktor rutinitas media ini berkaitan
dengan mekanisme dan proses penentuan
berita, juga bagaimana sebuah berita
diproduksi secara keseluruhan: dimulai dari
penentuan peristiwa yang akan diliput dalam
rapat, pembagian tugas peliputan, siapa
narasumber yang dipilih untuk wawancara,
bagaimana naskah dibuat, hingga akhirnya
menjadi tayangan berita yang utuh.
Terkait penentuan berita atau
gatekeeping,
rapat
redaksi
yang
dilangsungkan pada setiap malam dan
dihadiri oleh hampir seluruh staf redaksi di
Kompas TV merupakan rutinitas yang paling
berperan dalam menentukan isu-isu apa yang
akan diliput di dalam program berita sehariharinya. Setiap institusi media, termasuk
Kompas TV, umumnya telah memiliki
standar-standar tersendiri tentang apa yang
11

menambahkan data-data yang relevan dengan


peristiwa, namun tetap di dalam durasi yang
ditentukan. Di dalam pembuatan naskah oleh
Reporter atau Produser ini
terjadi
penyortiran informasi sedemikian rupa, agar
berita yang dihasilkan tidak melebihi batas
durasi yang ditentukan.

lebih terlihat sebagai seorang figur yang


dijadikan panutan bagi pekerja media, namun
tidak terlibat secara langsung dalam
pelaksanaan kerja jurnalistik sehari-hari.
Faktor Ekstra Media (Extra Media Level)
Faktor keempat ini berhubungan
dengan hal-hal di luar lingkungan media,
seperti sumber berita, sumber penghasilan
media, dan pihak-pihak eksternal. Sumber
berita atau bisa juga disebut sebagai
narasumber, bukanlah pihak yang netral yang
memberikan informasi. Sebagai narasumber ia
juga mempunyai kepentingannya sendiri untuk
mempengaruhi media dengan berbagai alasan.
Sumber berita, terutama apabila berkaitan
dengan penguasa, rentan untuk melakukan
politik pemberitaan. Sementara itu, sumber
penghasilan media berupa pengiklan juga
dapat mempengaruhi proses gatekeeping
redaksi. Ada kalanya institusi media
melakukan kompromi dengan sumber daya
yang menghidupi mereka. Sama halnya
dengan sumber berita, pihak pengiklan pun
bisa mempengaruhi pemberitaan dengan cara
menetapkan
batasan-batasan
terhadap
penyampaian informasi tertentu, terutama
apabila terkait dengan citra mereka.
Kemudian,
faktor yang tidak kalah
berpengaruh lainnya adalah pihak eksternal
seperti
pemerintah,
lembaga-lembaga
independen dan juga kompetitor.
Berdasarkan seluruh faktor ekstra
media yang ada, secara umum yang paling
berpengaruh terhadap gatekeeping atau
penyeleksian berita ini adalah pemerintah dan
kompetitor. Pemerintah melalui pengawasan
KPI dan P3SPS, serta KEWI dari Dewan Pers
menjadi landasan untuk detail pelaksanaan
produksi. Sementara, kompetitor seperti TV
One dan Metro TV berpengaruh terhadap isu
atau wacana yang diberitakan. Isu atau wacana
yang diangkat oleh kedua stasiun televisi
tersebut seringkali dibicarakan di dalam rapat
redaksi dan dijadikan salah satu pertimbangan
dalam penentuan isu. Ketika kompetitor
terlihat memberitakan peristiwa atau tokoh

Faktor Organisasi (Organizational Level)


Meskipun setiap pekerja media berasal
dari latar belakang yang berbeda-beda, mereka
disatukan dalam kesamaan rutinitas kerja.
Kemudian, meskipun mereka melakukan
rutinitas kerja dengan cara yang berbeda-beda,
mereka tetap disatukan dalam kesamaan
organisasi
tempat
mereka
bernaung.
Keterlibatan organisasi ini kemudian menjadi
salah satu penentu utama dalam proses
gatekeeping yang ada di dalam redaksi berita
Kompas TV. Faktor organisasi melihat adanya
pengaruh yang ditimbulkan oleh kepemilikan
media serta kebijakan dari organisasi media
itu terhadap proses kerja jurnalistik yang ada
di dalamnya. Selain itu, faktor ini juga
berhubungan dengan struktur organisasi dan
visi perusahaan.
Faktor kepemilikan media seringkali
dianggap sebagai pengaruh yang paling utama
dalam pemberitaan. Ada berbagai hasil
penelitian di beberapa institusi media lain
yang mengemukakan hal senada, terutama
pada perusahaan-perusahaan media massa
mainstream di Indonesia. Keterlibatan aktif
para pemilik media didalam partai politik
dapat menjadikan media massa miliknya
sebagai tunggangan untuk mencapai tujuantujuan politis. Di redaksi berita Kompas TV
sendiri, faktor kepemilikan ini tampaknya
tidak berpengaruh besar apabila dibandingkan
dengan media massa mainstream lainnya. Hal
ini dikarenakan pemilik perusahaan Kompas
Gramedia, Jakob Oetama, merupakan tokoh
pers nasional yang diketahui tidak memiliki
hubungan dengan partai politik manapun di
Indonesia. Di Kompas TVterutama di dalam
Divisi News & Current AffairJakob Oetama
12

penting yang belum diberitakan oleh Kompas


TV, tim redaksi akan segera mengirim tim
liputan
untuk
meliputnya.
Dinamika
kompetitif tersebut selalu terjadi setiap
harinya.

ideologinya sendiri yang terwujud dalam


kebijakan-kebijakan redaksional seperti sikap
redaksi, news value, keberpihakan pada publik
dan lain sebagainya. Seluruh himpitanhimpitan ini kemudian berpengaruh dalam
proses kerja jurnalistik sehari-hari. Dalam
mengevaluasi faktor pengaruh ideologi ini,
yang harus ditekankan adalah
ideologi
manakah yang paling dominanapakah
ideologi yang menunjang kepentingan pasar,
kepentingan penguasa ataukah kepentingan
publik.
Proses gatekeeping yang berlangsung
di redaksi berita Kompas TV tampaknya tidak
banyak terpengaruh ideologi yang berasal dari
penguasa
atau
pemilik
modal.
Ciri
konglomerasi berupa keberpihakan pada
pemilik media tidak banyak berpengaruh. Hal
ini karena pemilik Kompas TV sendiri, yaitu
Jakob Oetama, merupakan tokoh pers nasional
yang diketahui tidak memiliki hubungan
dengan partai politik manapun di Indonesia.
Jakob Oetama lebih terlihat sebagai seorang
figur yang dijadikan panutan bagi awak media,
namun tidak terlibat secara langsung dalam
pelaksanaan kerja jurnalistik sehari-hari.
Keterlibatannya hanya terlihat ketika ia
membuat townhall atau pidato umum dalam
suatu acara yang diadakan oleh Kompas
Gramedia. Pidato umumnya menjadi panduan
sebagai kebijakan editorial yang dipatuhi oleh
seluruh unit-unit media termasuk Kompas TV.
Sebagaimana institusi media pada
umumnya, Kompas TV juga terkait dengan
pasar karena ketergantungannya pada imbalan
kerja karyawan dan kebutuhan pembiayaan
seluruh produksi berita. Keterkaitan ini
muncul dalam bentuk hubungan dengan
pengiklan, dimana pengiklan menjadi salah
satu sumber pemasukan utama. Ini
mengimplikasikan bahwa konten-konten berita
merupakan barang komoditas stasiun televisi,
yang dengan sendirinya membuat stasiun
televisi ini berorientasi pada keuntungan.
Meskipun begitu, karena regulasi mengenai
pengiklan sepenuhnya diatur oleh Divisi

Faktor Ideologi (Ideological Level)


Berbeda dengan faktor lainnya yang
terlihat konkret, faktor ideologi di sini
cenderung abstrak. Ideologi diartikan sebagai
kerangka berfikir yang digunakan individu
dalam melihat dan menafsirkan realitas serta
bagaimana mereka akan menyikapinya. Faktor
ideologi terkait dengan kekuatan dominan
yang berkuasa di dalam masyarakat serta
kekuatan yang ada di dalam media, hingga
akhirnya
mampu
mencampuri
urusan
penentuan agenda, penyeleksian informasi
atau gatekeeping dari media tersebut.
Institusi media massa sebagai bagian
dari tatanan sosial tentu harus beradaptasi
dengan ideologi-ideologi yang telah ada
sebelumnya,
seperti
dari
penguasa
(pemerintah) dan juga ideologi masyarakat.
Hal ini menyebabkan adanya berbagai
ideologi yang menghimpit redaksi media
massa secara sekaligus. Pada bagian
sebelumnya, telah dijelaskan bagaimana media
massa menjelma menjadi industri baru yang
berkaitan erat dengan pasar, bercirikan
konglomerasi dan keberpihakan pada pemilik
media. Dengan menjadi bagian dari sistem
yang dikontrol oleh pemilik ini, media massa
rentan dipengaruhi ideologi yang berfungsi
untuk mempertahankan status quo dari pemilik
tersebut.
Tujuan
organisasi
untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya pun mau tidak mau menjadikan
kekuatan ekonomi sebagai prioritas utama.
Institusi media massa termasuk
Kompas TV dihimpit berbagai ideologi dan
kepentingan. Di satu sisi, media massa diatur
dan diawasi oleh negara. Sementara di sisi
lain, media massa juga digunakan sebagai alat
mencari keuntungan ekonomi dan politik dari
penguasa atau pemilik modalnya. Namun,
media itu sendiri juga memiliki nilai-nilai dan
13

Marketing, redaksi tidak berhubungan


langsung
dengan
pihak
pengiklan.
Kepentingan terkait bisnis ini tidak
berpengaruh banyak terhadap proses kerja
jurnalistik, sikap redaksi maupun konten.

pemberitaan media massa. Realitas simbolik,


seperti yang telah didefinisikan, merupakan
realitas baru yang berisi penafsiran atau
interpretasi atas realitas objektif. Dalam
proses pembentukannya, realitas objektif
yang ada di luar sana, diubah dan dibentuk
ke dalam kodifikasi dan simbol-simbol baru.
Realitas simbolik dalam bentuk berita ini
tidak akan sama dengan realitas objektif yang
sebenarnya,
karena
telah
melewati
mekanisme produksi yang kompleks di balik
redaksi, dimana banyak faktor dan
kepentingan yang mempengaruhi.
Realitas simbolik apapun yang
ditampilkan dalam berita tetap menjadi
bagian penting dan tidak terpisahkan dari
proses konstruksi sosial realitas di
masyarakat luas meskipun hasilnya tidak
sama dengan realitas aslinya. Hal ini, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, adalah
karena posisi media massa itu sendiri yang
begitu berpengaruh. Kemampuannya dalam
menyiarkan informasi secara cepat dan
meluas dapat mempercepat terjadinya proses
konstruksi realitas sosial dalam masyarakat.
Berita yang telah dikonstruksi kemudian
akan dianggap sebagai realitas objektif oleh
publik, karena ia menjadi sesuatu yang ada di
luar kesadaran individu dan ada di sana
bagi setiap orang. Selanjutnya, realitas
tersebut pun dapat diserap sebagai kenyataan
bagi individu dan kemudian menjadi realitas
subjektifnya sendiri. Bagaimana individu
memahami dan menanggapi suatu peristiwa
akan sangat bergantung pada bagaimana
media massa mengkonstruksi peristiwa
tersebut ke dalam realitas simbolik.

3. Peran Gatekeeping Media Massa dalam


Proses Konstruksi Sosial Masyarakat
Dunia sosial dapat tercipta, bertahan dan
senantiasa bergerak dinamis adalah akibat
berlangsungnya proses konstruksi realitas para
individu dalam masyarakat. Sebagai elemen
yang substantif, media massa juga turut
mengambil andil besar dalam terjadinya
konstruksi realitas sosial hingga membentuk
dunia sosial seperti yang saat ini ada.
Istilah
konstruksi
realitas
sendiri
mengemuka sejak diperkenalkan oleh Peter
L. Berger dan Thomas Luckmann dalam
buku The Social Construction of Reality.
Menurut Berger, realitas tidaklah terbentuk
secara alamiah, dan bukan juga sesuatu yang
diturunkan langsung oleh Tuhan, melainkan
terbentuk melalui proses konstruksi dalam
tindakan dan interaksi sosial yang dilakukan
antar individu di masyarakat.
Realitas sosial sendiri menurut Berger dan
Luckmann terdiri dari realitas objektif,
realitas simbolik, dan realitas subjektif.
Realitas objektif merupakan realitas yang
dipahami keberadaannya sebagai sesuatu
yang objektif bersama-sama oleh tiap
individu, yang diterima oleh akal sehat
sebagai fakta tanpa perlu dipertanyakan lagi
kebenarannya. Sementara, realitas simbolik
dapat diartikan sebagai
penafsiran atau
pembentukan realitas objektif ke dalam suatu
realitas yang baru, seperti contohnya karya
seni, karya sastra, dan sebagainya. Terakhir,
realitas subjektif adalah realitas di dalam
benak dan kesadaran individu, yang berasal
dari penafsiran individu tersebut atas realitas
objektif dan simbolik dari luar dirinya.
Berita-berita yang telah diproduksi
dan ditayangkan kepada publik adalah contoh
nyata dari realitas simbolik dalam konteks

Penutup
Uraian di atas berusaha memahami betapa
kompleks proses konstruksi realitas yang ada di
dalam media massa berlangsung setiap saatnya,
terutama dalam proses vital dan strategis yaitu
gatekeeping. Pada akhir proses yang kompleks
tersebut, realitas yang dihasilkan oleh redaksi
media massa dalam bentuk berita ini tidak
14

akan sama dengan realitas yang sebenarnya,


karena telah melewati serangkaian mekanisme
produksi yang kompleks di mana banyak
faktor-faktor
dan
kepentingan
yang
mempengaruhi. Meskipun hasilnya tidak sama
dengan realitas aslinya, realitas simbolik
apapun yang ditampilkan dalam berita tetap
menjadi bagian penting dan tidak terpisahkan
dari proses konstruksi sosial realitas di
masyarakat luas.
Daftar Rujukan
Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas
Politik dalam Media Massa, Jakarta:
Granit
Muslich, Masnur. 2008. Kekuasaan Media
Massa Mengkonstruksi Realitas,
Jurnal Bahasa dan Seni Tahun 36
Nomor 2, Malang: Universitas Negeri
Malang
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa,
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Sen, Khrisna dan David T.Hill. 2001. Media,
Budaya dan Politik di Indonesia.
Jakarta: ISAI
Shoemaker, Pamela J. dan Stephen D Reese.
1996. Mediating the Message:
Theories of Influences on Mass Media
Content, Second Edition. New York:
Longman Publisher
Soroka, Stuart N. 2012. The Gatekeeping
Function: Distributions of Information
in Media and the Real World. The
Journal of Politics, Vol. 74 No. 2,
April
2012,
Montreal:
McGill
University
Zen, Fathurin. 2004. NU Politik: Analisis
Wacana Media. Yogyakarta: LKS
Yogyakarta

15

You might also like