You are on page 1of 15

ANALISIS PENGARUH VARIASI JARAK PEMASANGAN HORIZONTAL

PADA PEMODELAN SOIL NAILING TERHADAP BEBAN CABUT


(Analysis Of Influence Of The Nail Space of Horizontal Variations In The Modeling Of Soil
Nailing Against Pullout Load)
Febriany Puji Astuti
Jurusan/Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jendral Soedirman
Alamat korespondensi: febrianypujiastuti@gmail.com
ABSTRACT
Landslide or often called movements of the ground is an event geology which occurs because
the movement of the mass of rock or soil with various types of and types of. There are many system
reinforcement of soil that commonly used to prevent landslide one of them is by using soil nailing.
Soil nailing is the type of soil reinforcement by installing steel bars into the land (Lazarte,
2003). Reinforcement that given obtained from the stress strength of the steel and the friction between
the surface of the steel bars with the soil around it that will give additional resistance force for slope
(Fauzi, 2012). In the implementation, there is some failure internal happened on the structure of soil
nailing, one of them is nail-soil pullout failure along the surface of the ground grouting to the ground
because a bond between the grouting to the groundless serves, the failure also of an ordinary called in
failure pullout nail. The nail space of horizontal installation is one of the variables that influence the
pullout load of nail.
The purpose of this research is to know the influence of the nail space of horizontal variations
against nail pullout load by making physical modeling with 1:10 scale. Box test with size 60 x 30 x 40
used as modeling physical slope contains land compact. Box test made 4 pieces with each variation the
installation of the nail space of horizontal nail 10 cm , 15 cm , 20 cm , and 25 cm. The nail pullout test
is done with tie the nail tip with the rope that tied with bridge crane in the other side, and then given
load gradually until the nail drawn from the test box.
Based on the research result obtained that the pullout load to the nail space of horizontal 10
cm produce burden smallest of 31,215 kg and pullout load maximum obtained at a distance horizontal
25 cm with the 66,575 kg. And based on the efficiency of the installation nail , a distance of 10 cm also
has the efficiency of the smallest of 0,9923 and increased to distance 25 cm of 0,994. This proved that
distance the installation of having the effect on pullout load..
Key words : Landslide, soil nailing, burden strip nail, nail space of horizontal
ABSTRAK
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena
pergerakan massa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis. Ada banyak sistem perkuatan lereng
yang biasa digunakan untuk mencegah longsor salah satunya adalah dengan menggunakan soil nailing.
Soil nail adalah jenis perkuatan lereng dengan memasang batangan-batangan baja kedalam
tanah (Lazarte , 2003). Perkuatan yang diberikan diperoleh dari kekuatan tegangan baja dan gesekan
antara permukaan batangan baja dengan tanah disekelilingnya yang akan memberikan gaya perlawanan
tambahan bagi lereng (Fauzi, 2012). Pada pelaksanaannya, terdapat beberapa kegagalan internal yang
terjadi pada struktur soil nailing, salah satunya adalah nail-soil pullout failure yaitu kegagalan
disepanjang permukaan tanah grouting terhadap tanah karena ikatan antara grouting terhadap tanah
kurang berfungsi, kegagalan ini juga biasa disebut dengan kegagalan cabut nail. Jarak pemasangan
horizontal merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap kegagalan beban cabut nail.
1

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak horizontal terhadap beban cabut yang
mengakibatkan kegagalan cabut nail yang dilakukan dengan membuat pemodelan fisik dengan skala
laboratorium 1:10. Kotak uji dengan ukuran 60 x 30 x 40 digunakan sebagai pemodelan fisik lereng
berisi tanah yang dipadatkan. Kotak uji dibuat 4 buah dengan masing-masing variasi pemasangan jarak
horizontal nail 10 cm, 15 cm, 20 cm, dan 25 cm. Uji cabut nail dilakukan dengan mengaitkan ujung nail
dengan alat bridge crane, lalu diberi beban secara bertahap sampai nail tercabut dari kotak uji.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa beban cabut dengan jarak horizontal 10 cm
menghasilkan beban terkecil yaitu 31,215 kg , dan beban cabut maksimum diperoleh pada jarak
horizontal 25 cm dengan nilai 66,575 kg. Dan berdasarkan nilai efisiensi pemasangan nail, jarak 10 cm
juga mempunyai nilai efisiensi yang paling kecil yaitu 0,9923 dan meningkat sampai jarak 25 cm yaitu
0,994. Hal ini membuktikan bahwa jarak pemasangan mempunyai pengaruh terhadap beban cabut nail.
Kata kunci : longsor, soil nailing, beban cabut, jarak horizontal
PENDAHULUAN
Perkembangan konstruksi di Indonesia yang semakin meningkat menyebabkan naiknya
kebutuhan lahan yang digunakan untuk tempat pembangunan konstruksi. Hal ini mendorong manusia
untuk memanfaatkan setiap lahan yang ada, salah satunya di kawasan perbukitan atau berlereng yang
topografinya cenderung beragam.
Lereng didefinisikan sebagai permukaan tanah yang tidak horizontal. Pada permukaan lereng,
komponen gravitasi yang bekerja pada tanah cenderung akan menggerakkan tanah ke bawah
(Hardiyatmo, 2007). Penambahan komponen gravitasi dapat terjadi akibat beban luar yang bekerja pada
lereng. Jika komponen gravitasi bekerja pada lereng sangat besar, perlawanan terhadap gaya penggerak
yang dikerahkan oleh tanah dapat terlampaui, maka akan menimbulkan kelongsoran lereng (Fauzi ,
2012).
Sistem perkuatan lereng yang biasa digunakan untuk mencegah longsor adalah dengan
menggunakan dinding penahan tanah, geosintetik, ground anchor dan soil noiling. Diantara beberapa
metode tersebut soil nailing dapat digunakan sebagai alternatif perkuatan lereng, karena soil nailing
dapat digunakan untuk banyak jenis tanah, dan kondisi. Soil nail adalah jenis perkuatan lereng dengan
memasang batangan-batangan baja kedalam tanah (Lazarte , 2003). Perkuatan yang diberikan diperoleh
dari kekuatan tegangan baja dan gesekan antara permukaan batangan baja dengan tanah disekelilingnya
yang akan memberikan gaya perlawanan tambahan bagi lereng. (Fauzi, 2012).
Dalam perencanaan perkuatan lereng dengan soil nailing, perlu diketahui bahwa tedapat
beberapa model kegagalan yang harus diperhatikan agar perencanaan soil nailing tepat dan efektif , yaitu
model kegagalan eksternal dan internal. Pada model kegagalan eksternal yang harus diperhitungkan
ialah stabilitas lereng, merupakan analisa yang diperlukan dalam menentukan faktor aman dari bidang
longsor dari suatu sistem lereng yang telah direncanakan. Metode kegagalan selanjutnya adalah
kegagalan internal yang berkaitan dengan sistem nailing dalam mekanisme beban yang dipikul antara
tanah, nail, dan grouting . Kegagalan yang terjadi bisa berupa kegagalan disepanjang tanah dengan
grouting atau kegagalan batang baja terhadap grouting (kegagalan cabut) dan kegagalan pada baja itu
sendiri (kegagalan putus).
Salah satu variabel yang berpengaruh terhadap beban cabut nail adalah jarak pemasangan,
karena setiap nail mempunyai peran untuk menahan tanah pada luasan pengaruh tertentu. Pada
penelitian ini penulis akan memodelkan secara fisik bagaimana pengaruh jarak pemasangan nail
terhadap beban cabutnya.
LANDASAN TEORI
A. Soil Nailing
Soil nailing adalah teknik kontruksi yang dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk
memperkuat kondisi lereng tanah yang tidak stabil atau sebagai teknik konstruksi yang digunakan untuk
menambah keamanan bagi lereng eksisting yang stabil. Metode ini mengkombinasikan perkuatan pasif
2

dari batangan baja dan shorcrete (adukan beton yang ditembakkan dengan tekanan tinggi pada suatu
permukaan).Secara umum elemen-elemen yang diperhatikan dalam penggunaan metode perkuatan
dengan soil nailing adalah : nail bars, nail head, grouting (cor beton), centralizers.
B. Metode Keruntuhan Pada Soil Nailing
Model kegagalan keruntuhan pada soil nailing (kegagalan internal) berkaitan dengan
mekanisme beban yang dipikul antara tanah, nailing, dan grouting . Ada beberapa macam macam model
kegagalan internal yang terjadi diantaranya adalah nail soil pullout failure, bar-grout pullout failure
dan dan nail tensile failure.
1. Nail Soil Pullout Failure
Nail Soil Pullout Failure dapat terjadi akibat tidak cukupnya panjang tusukan nail yang
melewati batas bidang gelincir lereng dan gaya gesekan tanah yang bekerja pada permukaan nail.
Untuk meningkatkan kekasaran permukaan nail, biasanya dilakukan grout dengan semen disekitar
nail seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kegagalan nail-soil pullout failure.


2. Bar-Grout Pullout Failure
Bar-Grout Pullout Failure adalah jenis kegagalan baja terhadap grouting . Kegagalan ini
terjadi karena grouting tidak mampu mengikat dengan baik permukaan dari batang baja seperti
pada Gambar 2, dengan permukaan ulir dapat mengatasi permasalahan dari kegagalan ini.

Gambar 2. Kegagalan bar-grout pullout failure.


3. Nail Tensile Failure
Nail Tensile Failure adalah jenis kegagalan dikarenakan mutu baja yang kurang baik untuk
menahan beban penggerak tanah sehingga baja yang digunakan tidak efektif dan dapat berakibat
putus atau patah dalam sistem soil nailing yang direncakan. Kegagalan nail tensile failure dapat
dilihat pada Gambar 3.
3

Gambar 3. Kegagalan nail tensile failure.


C. Perhitungan Beban Cabut
Beban cabut yang terjadi pada nail dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan analitis.
Perhitungan beban cabut pada nail bisa dihitung dengan menggunakan Persamaan 1.
Tcm
= gesekpl e ............................................................................................................ (Persamaan 1)
dimana ,
gesek : tahanan gesek tanah dengan tiang (kN/m2),
Pl e
: selimut grouting (cm)
Sh
: jarak horizontal (m)
Tahanan gesek tiang dan tanah dianalisis dengan menggunakan Persamaan Mohr-Coloumb.
Perhitungan tahanan gesek bisa dilihat pada Persamaan 2.
gesek = c d v. tan d ...................................................................................................(Persamaan 2)
dimana,

cd
v
d

tegangan geser ultimat (kN/m2),


: adesi antara tiang dan tanah (kN/m2)
: tegangan vertikal pada nail (kN/m2), dan
: sudut gesek antara tanah dan tiang ( o).
Adesi merupakan besarnya lekatan antara tiang dan tanah. Nilai adesi ini tentunya sangat

dipengaruhi oleh besarnya kohesi tanahnya.


D. Teori Kelompok Tiang
Pada prinsipnya pemodelan nail dengan menggunakan variasi jarak dapat dikorelasikan dengan
prinsip kerja dari kelompok tiang. Pada umumnya jarang fondasi tiang digunakan sebagai tiang tunggal,
melainkan berupa gabungan dari beberapa tiang (kelompok tiang) yang disatukan oleh pile cap (poer).
Pada tiang tunggal, interaksi yang terjadi hanyalah tiang dengan tanah. Sedangkan pada kelompok tiang
akan ada interaksi antara tiang dengan tanah dan tiang dengan tiang yang lainnya. Interaksi ini akan
lebih besar jika jarak tiang semakin dekat tentunya.

METODOLOGI

cm
60

60

cm

40 cm

Perencanaan Pemodelan Fisik


Pemodelan fisik lereng dilakukan dengan membuat kotak uji yang terbuat dari papan kayu yang
sudah dipotong sesuai ukuran. Dimensi kotak yang dibuat berukuran 60 x 30 x 40 cm seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.

40 cm

A.

30 cm

30 cm

KOTAK UJI
UKURAN 60 X 30 X 40 CM

KOTAK UJI BERISI TANAH

Gambar 4. Kotak uji 2 dimensi .


.
Pada pemodelan nail digunakan bahan kawat dengan ukuran 2 mm. Nail pada kotak uji
dipasang sesuai variasi jarak pemasangan horizontal yang telah ditentukan, yaitu 10 cm, 15 cm, 20 cm,
dan 25 cm seperti terlihat pada Gambar 5.

Gambar 4. Detail jarak horizontal pada pemasangan nail (tampak depan).


5

B. Pemodelan Soil Nailing


Pemodelan Soil Nailing terdiri dari beberapa tahapan yaitu pembuatan lubang nail, pemasangan
kawat nail, dan grouting . Kotak uji yang berisi tanah yang telah dipadatkan, dilubangi menggunakan
besi berdiameter 1,5 cm dengan kedalaman 20 cm dengan variasi pemasangan jarak horizontal, yaitu 10
cm, 15 cm, 20 cm, dan 25 cm dengan jumlah seperti terlihat pada Gambar 4.
Tahap selanjutnya yaitu pemasangan nail. Nail dipasang tepat di tengah lubang, sesuai dengan
jarak pemasangan nail yang telah ditentukan.
Setelah nails terpasang, kemudian dilakukan penggroutingan bahan baku semen dengan
perbandingan 3,5 : 2 dimana 3,5 merupakan banyaknya semen dan 2 adalah banyaknya air yang
dibutuhkan.
C. Pengujian Cabut
Alat yang digunakan untuk uji cabut nail adalah bridge crane, alat ini memiliki fungsi
sebagai katrol. Dimana pada bridge crane ini dikaitkan sebuah tali yang dikaitkan dengan nail yang
telah dilengkungkan dan pada uji tali diberi ember yang digunakan sebagai tempat meletakkan
beban seperti terlihat pada gambar 5. Pencabutan tersebut dilakukan apabila benda uji telah siap dan
berumur 7 hari setelah proses penggroutingan.

Gambar 5. Skematis Pengujian Cabut Nail.


HASIL DAN PEMBAHASAN
A.

Hasil Pengujian Pemodelan Laboratorium


Pengujian cabut pada pemodelan soil nailing dilakukan setelah benda uji berumur 7 hari setelah
proses penggroutingan selesai tujuannya agar bahan grouting benar-benar sudah kering dan mengikat
tanah dengan maksimal.
Uji cabut yang dilakukan masih menggunakan alat yang cukup sederhana, dimana pembacaan
beban cabut yang terjadi belum bisa dilihat langsung secara digital. Untuk mengetahui beban cabut yang
terjadi, beban-beban yang dimasukkan ke dalam ember lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan
digital.
Keruntuhan tanah yang terjadi setelah pencabutan nail pada kotak uji cenderung beragam.
Untuk jarak terdekat yaitu 10 cm, keruntuhan bersifat seragam,untuk jarak 15 cm, 20 cm dan 25 cm
keruntuhannya cenderung tidak beraturan. Salah satu contoh keruntuhan yang terjadi setelah pengujian
cabut nail terlihat pada Gambar 6.
6

Gambar 6. Keruntuhan yang terjadi pada tanah.


Keruntuhan yang terjadi pada tanah setelah pencabutan mempengaruhi pencabutan nail
selanjutnya, pada benda uji dengan variasi 15 cm, 20 cm, dan 25 cm terdapat beberapa nail yang tidak
memungkinkan untuk dicabut karena beberapa faktor yaitu keretakan tanah yang terjadi tepat ditengah
nail seperti terlihat pada gambar 7, serta tercabutnya tanah bersamaan dengan nail yang mengakibatkan
permukaan grouting nail lainnya sudah terlihat sebelum tercabut. Untuk variasi jarak 15 terdapat 4 nail
yang tidak tercabut, sedangkan pada jarak 20 cm dan 25 cm terdapat masing-masing 3 nail yang tidak
bisa dilakukan pencabutan.

Gambar 7. Retakan pada benda uji.


1.

Tabulasi Data Pengujian Beban Cabut Nail


Dari pengujian cabut yang dilakukan diperoleh data beban cabut dari setiap variasi jarak
pemasangan horizontal. Untuk masing-masing variasi jarak jumlah data yang diperoleh berbeda-beda
untuk variasi jarak 10 cm sebanyak 20 data, jarak 15 cm sebanyak 12 data, jarak 20 cm sebanyak 9
data dan jarak 25 cm diperoleh 9 data. Data hasil pengujian tersebut kemudian ditabulasikan seperti
terlihat pada Tabel 1.
7

Tabel 1. Tabulasi beban cabut nail


Jarak
Horizontal

Sampel
ke-

Beban
(kg)

10

10

Rata-rata
(kg)

Jarak
Horizontal

Sampel
ke-

Beban
(kg)

25,6

15

51,45

14,9

15

50,65

10

18,15

15

43,15

10

21,7

15

65,7

10

15,15

15

10

62,45

10

29,25

15

11

24,3

10

37,7

15

12

9,45

10

22,3

20

81,75

10

31,35

20

63,6

10

10

19,1

20

62,25

20

59,35

23,99

10

11

30,4

10

12

24,95

20

70,75

10

13

31,11

20

81,65

10

14

32

20

56,9

10

15

22,35

20

70,8

10

16

25,2

20

80,8

10

17

19,05

25

70,9

10

18

23,7

25

43,1

10

19

25,95

25

41,95

10

20

9,9

25

62,25

15

70,3

25

31,2

15

73,4

25

26,8

15

30,25

25

41,85

15

83,45

25

31,1

15

62,35

25

37,4

Rata-rata
(kg)

52,2417

69,761

42,95

Data - data yang tercantum pada Tabel 1 kemudian diplotkan kedalam grafik rata-rata beban
cabut untuk setiap variasi jarak seperti terlihat pada Gambar 8. Apabila dilihat dari grafik pada gambar
8 , grafik yang terbentuk belum sesuai dengan konsep pengaruh variasi pemasangan jarak terhadap
beban cabut nail. Dimana seharusnya akan ada suatu jarak yang nantinya sudah tidak memberikan
kenaikan beban dan cendurung akan memiliki nilai yang konstan seiring pertambahan jarak pemasangan
8

horizontal. Data-data yang menyimpang bisa diakibatkan oleh beberapa faktor seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya yaitu karena faktor perbedaan bentuk grouting , kerusakan bahan grouting , dan
keruntuhan tanah pada kotak uji. Dari permasalah tersebut perlu dilakukan adanya eliminasi data untuk
mendapatkan grafik yang sesuai.

80

Beban Cabut (kg)

70
60
50
40
30
20
10
10

15

20

25

Jarak Horizontal (cm)


Gambar 8. Gambar grafik hubungan beban cabut dengan variasi jarak pemasangan horizontal
(tanpa eliminasi data).
Data-data dari hasil eliminasi untuk setiap variasi jarak horizontal tersebut kemudian kemudian
disajikan dalam grafik rata-rata seperti terlihat pada Gambar 9. Apabila dilihat dari Gambar 9, dapat
diketahui bahwa pada jarak yang paling dekat yaitu 10 cm menghasilkan nilai beban cabut yang paling
kecil, dimana rata-rata dari beban cabutnya yaitu 31, 215 kg. Hal ini terjadi karena luas daerah yang
dipengaruhi antar nail kemungkinan terlalu dekat sehingga nail yang terpasang tidak bisa mengikat
dengan sempurna tanah yang ada disekitarnya. Namun dengan pertambahan jarak sebesar 5 cm yaitu
pada jarak 15 cm, beban cabut mengalami kenaikan yaitu sebesar 56,725 kg, sedangkan pada jarak 20
cm memiliki beban cabut sebesar 60, 525 kg dan mempunyai nilai maksimum pada jarak 25 cm yaitu
66,575 kg.

90
80

Beban Cabut (kg)

70
60
50
40
30
20
10
10

15

20

25

Jarak Horizontal (cm)

Gambar 9. Gambar grafik hubungan beban cabut rata-rata dengan jarak horizontal (dengan eliminasi
data).
9

Berdasarkan grafik pada Gambar 9 maka dapat diketahui penggunaan jarak yang paling efektif
dan menghasilkan beban cabut maksimum yaitu jarak 25 cm. Dan dari grafik yang terbentuk
mengindikasikan bahwa semakin bertambahnya jarak nantinya setelah jarak 25 cm misalkan jarak 30
cm, 35 cm dan seterusnya akan memiliki nilai yang sama dengan pemasangan jarak 25 cm karena grafik
setelah jarak 25 cm cenderung lurus (konstan) . Sehingga jarak pemasangan horizontal nail 25 cm dapat
digunakan sebagai acuan pemasangan di lapangan karena memiliki beban cabut yang paling maksimum
dan efisien dengan catatan jenis tanah yang digunakan sama dengan tanah pada pemodelan yang
dilakukan yaitu tanah lempung.
B. Analisis Efisiensi Nail
Analisis efisiensi nail bertujuan untuk menghitung besarnya nilai efisiensi dari jarak nail,
sehingga dapat menjadi acuan dalam menentukan besarnya jarak dan jumlah nail yang digunakan
berdasarkan nilai efisiensinya. Hasil perhitungan nilai efisiensi disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tabulasi nilai efisiensi.

No
1
2
3
4

Jarak Horizontal
(cm)
(s)
10
15
20
25

Jumlah
Baris
(n)
1
1
1
1

Jumlah
Tiang
(m)
5
4
3
3

Diameter
(cm)
(d)
0,15
0,15
0,15
0,15

Nilai
Efisiensi

0,9923
0,9952
0,9968
0,9974

Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bahawa pemasangan nail dengan jarak paling dekat
belum tentu memiliki nilai efisiensi yang besar. Dan pada nail dengan jarak 25 cm dimana sebelumnya
memiliki beban cabut maksmimum memiliki nilai efisiensi maksimum yaitu 0,9974.
C. Perhitungan Analitis Beban Cabut Nail
Perhitungan analitis dilakukan untuk membandingkan hasil pengujian di laboratorium dengan
hasil perhitungan menggunakan rumus empiris yang ada. Untuk dapat menghitung beban cabut untuk
setiap nailnya diperlukan data-data properties baik dari struktur nail ataupun tanah yang digunakan.
Untuk data properties pemodelan soil nailing ditabulasikan seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Properties data

Data
Panjang nail (p)
Diameter grouting (d)
Sudut gesek (d)
Berat kering tanah (d)
Adhesi (Cd)

Nilai
0,2
0,015
19,39
1,32
0,8
38,24
1

Jarak Horizontal (Sh)

Satuan
M
M

g/cm
k/ft
kN/m
M

Setelah data properties pemodelan soil nailing diketahui, dapat dihitung besarnya nilai beban
cabut. Beban cabut secara analitis dihitung menggunakan Persamaan 1 dan 2. Hasil perhitungan analitis
beban cabut kemudian ditabelkan seperti terlihat pada Tabel 4.
10

Tabel 4. Tabulasi Perhitungan Beban Cabut Analitis


No
1
2
3
4

z (m)

v (kN/m)

tan d

(1)

(2) = (d. z)

(3)

0,1
0,2
0,3
0,4

1,32
2,64
3,96
5,28

gesek (kN/m)
(4)=Cd + (2)*(3))

Pl e (m)

Tcm (kg)

(5)=*d*p

(6)=(5)*(4)*100

0,3519
38,704
0,0094248
36,478
0,3519
39,169
0,0094248
36,916
0,3519
39,633
0,0094248
37,354
0,3519
30,098
0,0094248
37,792
Rata rata
37,135
Setelah mendapatkan beban cabut (Tcm), maka nilai tersebut kemudian dikalikan dengan nilai
efisiensi yang telah dihitung sebelumnya dan ditabelkan pada Tabel 5. Nilai efisiensi ini dipengaruhi
oleh variasi jarak pemasangan horizontal.
Tabel 5. Hasil perhitungan beban cabut dengan pengaruh efisiensi
Jarak Horizontal
T cm Rerata
T Cabut
Nilai Efisiensi
(cm)
(kg)
(kg)
10
0,9923
37,135
36,85
15
0,9952
37,135
36,96
20
0,9968
37,135
37,02
25
0,9974
37,135
37,04
Dari hasil perhitungan secara analitis tersebut kemudian hasil tadi dibandingkan dengan data
yang diperoleh dari hasil pengujian laboratorium dan didapat diketahui selisih beban cabut nail hasil
perhitungan empiris dengan pengujian pemodelan laboratorium. Data tersebut tersaji pada tabel 6
Tabel 6. Tabulasi hasil perbandingan data analitis dengan data pengujian laboratorium
Jarak Horizontal
T Cabut Empiris
T Cabut Laboratorium
Selisih
Nail
(kg)
(kg)
(%)
10
36,85
31,22
18,04
15
36,96
56,73
34,85
20
37,02
60,58
38,84
25
37,04
66,58
44,36
Dari hasil yang tercantum pada Tabel 6, dapat diketahui bahwa nilai beban cabut dengan
perhitungan secara analitis dengan hasil pengujian pemodelan di laboratorium memiliki nilai selisih
yang kemudian dinyatakan dalam prosentase. Prosentase selisih nilai terbesar antara pemodelan di
laboratorium dengan hasil perhitungan analitis adalah pada variasi jarak 25 cm, dimana nilai selisihnya
44,46 %.
Perbedaan nilai yang cukup signifikan pada hasil pemodelan di laboratorium dengan hasil
perhitungan analitis bisa diakibatkan oleh beberapa faktor, karena pada pemodelan benda uji di
laboratorium banyak variabel yang belum diperhitungkan pada perhitungan secara analitis. Faktorfaktor tersebut contohnya adalah adalah perbedaan permukaan selimut grouting nail, dan faktor
pengaruh jarak pemasangan.
Pada rumus selimut grouting dihitung menggunakan pendekatan luas selimut tabung.
Sedangkan pada pemodelan di laboratorium luas permukaan grouting yang dihasilkan cenderung
berbentuk ulir, sehingga dengan bentuk ulir tersebut mengakibatkan ikatan yang lebih besar antara nail
11

dengan tanah dibanding dengan permukaan grouting yang dianggap berbentuk lurus seperti selimut
tabung.
Kemudian, terkait dengan pengaruh jarak pemasangan, saat pengujian cabut dilakukan sangat
terlihat adanya perbedaan keruntuhan tanah dan beban yang terjadi saat jarak 10 cm dan 15 cm seperti
telihat pada Tabel 7. Ketika jarak pemasangan nail terlalu dekat, maka nail kurang berfungsi secara
maksimal dalam mengikat tanah disekitarnya dan cenderung mudah dicabut saat pengujian cabut
dilakukan sehingga menghasilkan beban yang relatif kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap
nail memiliki daerah cakupan tertentu dalam mengikat tanah disekitarnya agar bisa berfungsi secara
maksimal dalam menahan beban yang terjadi. Dan pada perhitungan secara empiris faktor tersebut juga
belum diperhitungkan.
Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terkait hasil pengujian pemodelan di
laboratorium dengan hasil perhitungan secara analitis terkait dengan faktor-faktor yang sebelumnya
belum diperhitungkan. Sehingga dapat memberikan gambaran beban cabut yang benar-benar sesuai
dengan kondisi di lapangannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penilitian data dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Variasi jarak horizontal pada pemodelan lereng dengan menggunakan soil nailing berpengauh
terhadap beban cabut, hal ini terlihat dari hasil pengujian pemodelan yang menunjukkan bahwa
beban cabut maksimum terjadi pada jarak 25 cm dengan nilai rata-rata beban cabut 65,575 kg
dan minimum pada jarak 10 cm dengan nilai rata-rata beban cabur 31,215 kg.
2. Jarak horizontal yang paling efektif dengan beban cabut maksimum adalah 25 cm.
3. Variasi jarak horizontal berpengaruh terhadap nilai efisiensi pemasangan nail.
4. Pada jarak horizontal dengan beban maksimum yaitu jarak 25 cm, memiliki nilai efisiensi
terbesar dibanding variasi jarak lainnya yaitu sebesar 0,9974.
SARAN
Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih ditemukan beberapa kekurangan yang
perlu disempurnakan lagi dan beberapa temuan yang masih perlu ditundaklanjuti. Untuk itu
dikemukakan saran-saran untuk penelitian-penelitian lain dikemudian hari :
1. Variasi jarak horizontal pada pemodelan lereng dengan menggunakan soil nailing hendaknya
dapat diperbanyak lagi, dengan maksud supaya hasil yang didapatkan lebih kompleks sehingga
perilaku jarak terhadap beban cabut nail dapat diketahui secara akurat.
2. Perlu adanya penggunaan alat cabut nail dimana alat pembaca bebannya memiliki ketelitian
yang lebih akurat , misal pembacaan beban dengan menggunakan load dial.
3. Untuk menjaga supaya sampel tanah pada benda uji pada kondisi yang sama, sebaiknya
pemadatan untuk semua variasi jarak dilakukan pada waktu yang sama.
4. Perlu dilakukan evaluasi atau penelitian lebih lanjut terkait perbandingan hasil dari pengujian
pemodelan di laboratorium dengan hasil perhitungan secara rumus empiris.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyono, A., Sumiyanto. 2014. Buku Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah. Purbalingga: Laboratorium
Mekanika Tanah, Teknik Sipil Universitas Jenderal Soedirman.
Apriyono, A., Sumiyanto. 2014. Buku Rekayasa Fondasi II. Fakultas Teknik Universitas Jenderal
Soedirman.

12

Fauzi, Aza Nur. 2012.Analisis Tegangan Perpindahan dan Faktor Keamanan (SF) pada Lereng
Miring Dengan Perkuatan Soil Nailing Menggunkan Program Plaxis 8.2, Skripsi, Jurusan
Teknik Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
Hardiyatmo, H.C. 2012. Mekanika Tanah 1 Edisi keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hardiyatmo, H.C. 2010. Mekanika Tanah 2 Edisi kelima. Yogyakarta:
Kumalasari, Vitriana. 2012. Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Soil Naling Menggunakan
Program Geoslope, Skripsi, Jurusan Teknik Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.Gadjah
Mada University Press.
Ortigao and Sayao. 2004. Handbook of Slope Stabilization. Springer
Rahmah, Eka Rahayu. 2015. Pengaruh Variasi Panjang Angkur dan Kedalaman Diaphragm Wall
terhadap Stabilitas Tanah Galian Basement, Skripsi, Fakultas Teknik Universitas Jenderal
Soedirman
Rus, Tatag Yufitra dkk. Analisis Stabilitas Lereng Memakai Perkuatan Soil Nailing dengan Bantuan
Perangkat Lunak Slope/w (Studi Kasus Pada Sungai Parit Raya). Jurnal. Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang.
Sumiyanto .2014.Materi Kuliah Perkuatan Tanah.Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman.

13

14

15

You might also like