Professional Documents
Culture Documents
Perkuatan Soil Nailing PDF
Perkuatan Soil Nailing PDF
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak horizontal terhadap beban cabut yang
mengakibatkan kegagalan cabut nail yang dilakukan dengan membuat pemodelan fisik dengan skala
laboratorium 1:10. Kotak uji dengan ukuran 60 x 30 x 40 digunakan sebagai pemodelan fisik lereng
berisi tanah yang dipadatkan. Kotak uji dibuat 4 buah dengan masing-masing variasi pemasangan jarak
horizontal nail 10 cm, 15 cm, 20 cm, dan 25 cm. Uji cabut nail dilakukan dengan mengaitkan ujung nail
dengan alat bridge crane, lalu diberi beban secara bertahap sampai nail tercabut dari kotak uji.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa beban cabut dengan jarak horizontal 10 cm
menghasilkan beban terkecil yaitu 31,215 kg , dan beban cabut maksimum diperoleh pada jarak
horizontal 25 cm dengan nilai 66,575 kg. Dan berdasarkan nilai efisiensi pemasangan nail, jarak 10 cm
juga mempunyai nilai efisiensi yang paling kecil yaitu 0,9923 dan meningkat sampai jarak 25 cm yaitu
0,994. Hal ini membuktikan bahwa jarak pemasangan mempunyai pengaruh terhadap beban cabut nail.
Kata kunci : longsor, soil nailing, beban cabut, jarak horizontal
PENDAHULUAN
Perkembangan konstruksi di Indonesia yang semakin meningkat menyebabkan naiknya
kebutuhan lahan yang digunakan untuk tempat pembangunan konstruksi. Hal ini mendorong manusia
untuk memanfaatkan setiap lahan yang ada, salah satunya di kawasan perbukitan atau berlereng yang
topografinya cenderung beragam.
Lereng didefinisikan sebagai permukaan tanah yang tidak horizontal. Pada permukaan lereng,
komponen gravitasi yang bekerja pada tanah cenderung akan menggerakkan tanah ke bawah
(Hardiyatmo, 2007). Penambahan komponen gravitasi dapat terjadi akibat beban luar yang bekerja pada
lereng. Jika komponen gravitasi bekerja pada lereng sangat besar, perlawanan terhadap gaya penggerak
yang dikerahkan oleh tanah dapat terlampaui, maka akan menimbulkan kelongsoran lereng (Fauzi ,
2012).
Sistem perkuatan lereng yang biasa digunakan untuk mencegah longsor adalah dengan
menggunakan dinding penahan tanah, geosintetik, ground anchor dan soil noiling. Diantara beberapa
metode tersebut soil nailing dapat digunakan sebagai alternatif perkuatan lereng, karena soil nailing
dapat digunakan untuk banyak jenis tanah, dan kondisi. Soil nail adalah jenis perkuatan lereng dengan
memasang batangan-batangan baja kedalam tanah (Lazarte , 2003). Perkuatan yang diberikan diperoleh
dari kekuatan tegangan baja dan gesekan antara permukaan batangan baja dengan tanah disekelilingnya
yang akan memberikan gaya perlawanan tambahan bagi lereng. (Fauzi, 2012).
Dalam perencanaan perkuatan lereng dengan soil nailing, perlu diketahui bahwa tedapat
beberapa model kegagalan yang harus diperhatikan agar perencanaan soil nailing tepat dan efektif , yaitu
model kegagalan eksternal dan internal. Pada model kegagalan eksternal yang harus diperhitungkan
ialah stabilitas lereng, merupakan analisa yang diperlukan dalam menentukan faktor aman dari bidang
longsor dari suatu sistem lereng yang telah direncanakan. Metode kegagalan selanjutnya adalah
kegagalan internal yang berkaitan dengan sistem nailing dalam mekanisme beban yang dipikul antara
tanah, nail, dan grouting . Kegagalan yang terjadi bisa berupa kegagalan disepanjang tanah dengan
grouting atau kegagalan batang baja terhadap grouting (kegagalan cabut) dan kegagalan pada baja itu
sendiri (kegagalan putus).
Salah satu variabel yang berpengaruh terhadap beban cabut nail adalah jarak pemasangan,
karena setiap nail mempunyai peran untuk menahan tanah pada luasan pengaruh tertentu. Pada
penelitian ini penulis akan memodelkan secara fisik bagaimana pengaruh jarak pemasangan nail
terhadap beban cabutnya.
LANDASAN TEORI
A. Soil Nailing
Soil nailing adalah teknik kontruksi yang dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk
memperkuat kondisi lereng tanah yang tidak stabil atau sebagai teknik konstruksi yang digunakan untuk
menambah keamanan bagi lereng eksisting yang stabil. Metode ini mengkombinasikan perkuatan pasif
2
dari batangan baja dan shorcrete (adukan beton yang ditembakkan dengan tekanan tinggi pada suatu
permukaan).Secara umum elemen-elemen yang diperhatikan dalam penggunaan metode perkuatan
dengan soil nailing adalah : nail bars, nail head, grouting (cor beton), centralizers.
B. Metode Keruntuhan Pada Soil Nailing
Model kegagalan keruntuhan pada soil nailing (kegagalan internal) berkaitan dengan
mekanisme beban yang dipikul antara tanah, nailing, dan grouting . Ada beberapa macam macam model
kegagalan internal yang terjadi diantaranya adalah nail soil pullout failure, bar-grout pullout failure
dan dan nail tensile failure.
1. Nail Soil Pullout Failure
Nail Soil Pullout Failure dapat terjadi akibat tidak cukupnya panjang tusukan nail yang
melewati batas bidang gelincir lereng dan gaya gesekan tanah yang bekerja pada permukaan nail.
Untuk meningkatkan kekasaran permukaan nail, biasanya dilakukan grout dengan semen disekitar
nail seperti yang terlihat pada Gambar 1.
cd
v
d
METODOLOGI
cm
60
60
cm
40 cm
40 cm
A.
30 cm
30 cm
KOTAK UJI
UKURAN 60 X 30 X 40 CM
Sampel
ke-
Beban
(kg)
10
10
Rata-rata
(kg)
Jarak
Horizontal
Sampel
ke-
Beban
(kg)
25,6
15
51,45
14,9
15
50,65
10
18,15
15
43,15
10
21,7
15
65,7
10
15,15
15
10
62,45
10
29,25
15
11
24,3
10
37,7
15
12
9,45
10
22,3
20
81,75
10
31,35
20
63,6
10
10
19,1
20
62,25
20
59,35
23,99
10
11
30,4
10
12
24,95
20
70,75
10
13
31,11
20
81,65
10
14
32
20
56,9
10
15
22,35
20
70,8
10
16
25,2
20
80,8
10
17
19,05
25
70,9
10
18
23,7
25
43,1
10
19
25,95
25
41,95
10
20
9,9
25
62,25
15
70,3
25
31,2
15
73,4
25
26,8
15
30,25
25
41,85
15
83,45
25
31,1
15
62,35
25
37,4
Rata-rata
(kg)
52,2417
69,761
42,95
Data - data yang tercantum pada Tabel 1 kemudian diplotkan kedalam grafik rata-rata beban
cabut untuk setiap variasi jarak seperti terlihat pada Gambar 8. Apabila dilihat dari grafik pada gambar
8 , grafik yang terbentuk belum sesuai dengan konsep pengaruh variasi pemasangan jarak terhadap
beban cabut nail. Dimana seharusnya akan ada suatu jarak yang nantinya sudah tidak memberikan
kenaikan beban dan cendurung akan memiliki nilai yang konstan seiring pertambahan jarak pemasangan
8
horizontal. Data-data yang menyimpang bisa diakibatkan oleh beberapa faktor seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya yaitu karena faktor perbedaan bentuk grouting , kerusakan bahan grouting , dan
keruntuhan tanah pada kotak uji. Dari permasalah tersebut perlu dilakukan adanya eliminasi data untuk
mendapatkan grafik yang sesuai.
80
70
60
50
40
30
20
10
10
15
20
25
90
80
70
60
50
40
30
20
10
10
15
20
25
Gambar 9. Gambar grafik hubungan beban cabut rata-rata dengan jarak horizontal (dengan eliminasi
data).
9
Berdasarkan grafik pada Gambar 9 maka dapat diketahui penggunaan jarak yang paling efektif
dan menghasilkan beban cabut maksimum yaitu jarak 25 cm. Dan dari grafik yang terbentuk
mengindikasikan bahwa semakin bertambahnya jarak nantinya setelah jarak 25 cm misalkan jarak 30
cm, 35 cm dan seterusnya akan memiliki nilai yang sama dengan pemasangan jarak 25 cm karena grafik
setelah jarak 25 cm cenderung lurus (konstan) . Sehingga jarak pemasangan horizontal nail 25 cm dapat
digunakan sebagai acuan pemasangan di lapangan karena memiliki beban cabut yang paling maksimum
dan efisien dengan catatan jenis tanah yang digunakan sama dengan tanah pada pemodelan yang
dilakukan yaitu tanah lempung.
B. Analisis Efisiensi Nail
Analisis efisiensi nail bertujuan untuk menghitung besarnya nilai efisiensi dari jarak nail,
sehingga dapat menjadi acuan dalam menentukan besarnya jarak dan jumlah nail yang digunakan
berdasarkan nilai efisiensinya. Hasil perhitungan nilai efisiensi disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tabulasi nilai efisiensi.
No
1
2
3
4
Jarak Horizontal
(cm)
(s)
10
15
20
25
Jumlah
Baris
(n)
1
1
1
1
Jumlah
Tiang
(m)
5
4
3
3
Diameter
(cm)
(d)
0,15
0,15
0,15
0,15
Nilai
Efisiensi
0,9923
0,9952
0,9968
0,9974
Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bahawa pemasangan nail dengan jarak paling dekat
belum tentu memiliki nilai efisiensi yang besar. Dan pada nail dengan jarak 25 cm dimana sebelumnya
memiliki beban cabut maksmimum memiliki nilai efisiensi maksimum yaitu 0,9974.
C. Perhitungan Analitis Beban Cabut Nail
Perhitungan analitis dilakukan untuk membandingkan hasil pengujian di laboratorium dengan
hasil perhitungan menggunakan rumus empiris yang ada. Untuk dapat menghitung beban cabut untuk
setiap nailnya diperlukan data-data properties baik dari struktur nail ataupun tanah yang digunakan.
Untuk data properties pemodelan soil nailing ditabulasikan seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Properties data
Data
Panjang nail (p)
Diameter grouting (d)
Sudut gesek (d)
Berat kering tanah (d)
Adhesi (Cd)
Nilai
0,2
0,015
19,39
1,32
0,8
38,24
1
Satuan
M
M
g/cm
k/ft
kN/m
M
Setelah data properties pemodelan soil nailing diketahui, dapat dihitung besarnya nilai beban
cabut. Beban cabut secara analitis dihitung menggunakan Persamaan 1 dan 2. Hasil perhitungan analitis
beban cabut kemudian ditabelkan seperti terlihat pada Tabel 4.
10
z (m)
v (kN/m)
tan d
(1)
(2) = (d. z)
(3)
0,1
0,2
0,3
0,4
1,32
2,64
3,96
5,28
gesek (kN/m)
(4)=Cd + (2)*(3))
Pl e (m)
Tcm (kg)
(5)=*d*p
(6)=(5)*(4)*100
0,3519
38,704
0,0094248
36,478
0,3519
39,169
0,0094248
36,916
0,3519
39,633
0,0094248
37,354
0,3519
30,098
0,0094248
37,792
Rata rata
37,135
Setelah mendapatkan beban cabut (Tcm), maka nilai tersebut kemudian dikalikan dengan nilai
efisiensi yang telah dihitung sebelumnya dan ditabelkan pada Tabel 5. Nilai efisiensi ini dipengaruhi
oleh variasi jarak pemasangan horizontal.
Tabel 5. Hasil perhitungan beban cabut dengan pengaruh efisiensi
Jarak Horizontal
T cm Rerata
T Cabut
Nilai Efisiensi
(cm)
(kg)
(kg)
10
0,9923
37,135
36,85
15
0,9952
37,135
36,96
20
0,9968
37,135
37,02
25
0,9974
37,135
37,04
Dari hasil perhitungan secara analitis tersebut kemudian hasil tadi dibandingkan dengan data
yang diperoleh dari hasil pengujian laboratorium dan didapat diketahui selisih beban cabut nail hasil
perhitungan empiris dengan pengujian pemodelan laboratorium. Data tersebut tersaji pada tabel 6
Tabel 6. Tabulasi hasil perbandingan data analitis dengan data pengujian laboratorium
Jarak Horizontal
T Cabut Empiris
T Cabut Laboratorium
Selisih
Nail
(kg)
(kg)
(%)
10
36,85
31,22
18,04
15
36,96
56,73
34,85
20
37,02
60,58
38,84
25
37,04
66,58
44,36
Dari hasil yang tercantum pada Tabel 6, dapat diketahui bahwa nilai beban cabut dengan
perhitungan secara analitis dengan hasil pengujian pemodelan di laboratorium memiliki nilai selisih
yang kemudian dinyatakan dalam prosentase. Prosentase selisih nilai terbesar antara pemodelan di
laboratorium dengan hasil perhitungan analitis adalah pada variasi jarak 25 cm, dimana nilai selisihnya
44,46 %.
Perbedaan nilai yang cukup signifikan pada hasil pemodelan di laboratorium dengan hasil
perhitungan analitis bisa diakibatkan oleh beberapa faktor, karena pada pemodelan benda uji di
laboratorium banyak variabel yang belum diperhitungkan pada perhitungan secara analitis. Faktorfaktor tersebut contohnya adalah adalah perbedaan permukaan selimut grouting nail, dan faktor
pengaruh jarak pemasangan.
Pada rumus selimut grouting dihitung menggunakan pendekatan luas selimut tabung.
Sedangkan pada pemodelan di laboratorium luas permukaan grouting yang dihasilkan cenderung
berbentuk ulir, sehingga dengan bentuk ulir tersebut mengakibatkan ikatan yang lebih besar antara nail
11
dengan tanah dibanding dengan permukaan grouting yang dianggap berbentuk lurus seperti selimut
tabung.
Kemudian, terkait dengan pengaruh jarak pemasangan, saat pengujian cabut dilakukan sangat
terlihat adanya perbedaan keruntuhan tanah dan beban yang terjadi saat jarak 10 cm dan 15 cm seperti
telihat pada Tabel 7. Ketika jarak pemasangan nail terlalu dekat, maka nail kurang berfungsi secara
maksimal dalam mengikat tanah disekitarnya dan cenderung mudah dicabut saat pengujian cabut
dilakukan sehingga menghasilkan beban yang relatif kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap
nail memiliki daerah cakupan tertentu dalam mengikat tanah disekitarnya agar bisa berfungsi secara
maksimal dalam menahan beban yang terjadi. Dan pada perhitungan secara empiris faktor tersebut juga
belum diperhitungkan.
Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terkait hasil pengujian pemodelan di
laboratorium dengan hasil perhitungan secara analitis terkait dengan faktor-faktor yang sebelumnya
belum diperhitungkan. Sehingga dapat memberikan gambaran beban cabut yang benar-benar sesuai
dengan kondisi di lapangannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penilitian data dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Variasi jarak horizontal pada pemodelan lereng dengan menggunakan soil nailing berpengauh
terhadap beban cabut, hal ini terlihat dari hasil pengujian pemodelan yang menunjukkan bahwa
beban cabut maksimum terjadi pada jarak 25 cm dengan nilai rata-rata beban cabut 65,575 kg
dan minimum pada jarak 10 cm dengan nilai rata-rata beban cabur 31,215 kg.
2. Jarak horizontal yang paling efektif dengan beban cabut maksimum adalah 25 cm.
3. Variasi jarak horizontal berpengaruh terhadap nilai efisiensi pemasangan nail.
4. Pada jarak horizontal dengan beban maksimum yaitu jarak 25 cm, memiliki nilai efisiensi
terbesar dibanding variasi jarak lainnya yaitu sebesar 0,9974.
SARAN
Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih ditemukan beberapa kekurangan yang
perlu disempurnakan lagi dan beberapa temuan yang masih perlu ditundaklanjuti. Untuk itu
dikemukakan saran-saran untuk penelitian-penelitian lain dikemudian hari :
1. Variasi jarak horizontal pada pemodelan lereng dengan menggunakan soil nailing hendaknya
dapat diperbanyak lagi, dengan maksud supaya hasil yang didapatkan lebih kompleks sehingga
perilaku jarak terhadap beban cabut nail dapat diketahui secara akurat.
2. Perlu adanya penggunaan alat cabut nail dimana alat pembaca bebannya memiliki ketelitian
yang lebih akurat , misal pembacaan beban dengan menggunakan load dial.
3. Untuk menjaga supaya sampel tanah pada benda uji pada kondisi yang sama, sebaiknya
pemadatan untuk semua variasi jarak dilakukan pada waktu yang sama.
4. Perlu dilakukan evaluasi atau penelitian lebih lanjut terkait perbandingan hasil dari pengujian
pemodelan di laboratorium dengan hasil perhitungan secara rumus empiris.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyono, A., Sumiyanto. 2014. Buku Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah. Purbalingga: Laboratorium
Mekanika Tanah, Teknik Sipil Universitas Jenderal Soedirman.
Apriyono, A., Sumiyanto. 2014. Buku Rekayasa Fondasi II. Fakultas Teknik Universitas Jenderal
Soedirman.
12
Fauzi, Aza Nur. 2012.Analisis Tegangan Perpindahan dan Faktor Keamanan (SF) pada Lereng
Miring Dengan Perkuatan Soil Nailing Menggunkan Program Plaxis 8.2, Skripsi, Jurusan
Teknik Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
Hardiyatmo, H.C. 2012. Mekanika Tanah 1 Edisi keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hardiyatmo, H.C. 2010. Mekanika Tanah 2 Edisi kelima. Yogyakarta:
Kumalasari, Vitriana. 2012. Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Soil Naling Menggunakan
Program Geoslope, Skripsi, Jurusan Teknik Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.Gadjah
Mada University Press.
Ortigao and Sayao. 2004. Handbook of Slope Stabilization. Springer
Rahmah, Eka Rahayu. 2015. Pengaruh Variasi Panjang Angkur dan Kedalaman Diaphragm Wall
terhadap Stabilitas Tanah Galian Basement, Skripsi, Fakultas Teknik Universitas Jenderal
Soedirman
Rus, Tatag Yufitra dkk. Analisis Stabilitas Lereng Memakai Perkuatan Soil Nailing dengan Bantuan
Perangkat Lunak Slope/w (Studi Kasus Pada Sungai Parit Raya). Jurnal. Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang.
Sumiyanto .2014.Materi Kuliah Perkuatan Tanah.Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman.
13
14
15