Professional Documents
Culture Documents
Fitoremediasi Logam CD Menggunakan Kombinasi Eceng Gondok Dan Kayu Apu Dengan Aliran Kontinyu
Fitoremediasi Logam CD Menggunakan Kombinasi Eceng Gondok Dan Kayu Apu Dengan Aliran Kontinyu
berpotensi
menimbulkan
tejadinya
pencemaran. Pencemaran air oleh logamlogam berat seperti timah hitam, kadmium,
raksa, kobalt, seng, arsen, besi dan senyawa
lainnya, semula menyebar dalam konsentrasi
kecil, akan tetapi pada proses selanjutnya
akan mengalami pemekatan, sehingga pada
konsentrasi tertentu dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan
(Darmono, 1995).
Salah satu logam berat yang berpotensi
merusak lingkungan pada beberapa kasus
adalah kadmium (Cd). Logam kadmium
merupakan salah satu jenis logam berat yang
banyak digunakan dalam berbagai kegiatan
industri kimia di Indonesia. Kadmium
dimanfaatkan dalam berbagai bidang
industri kimia tersebut karena sifat kadmium
yang lunak dan tahan korosi (Darmono,
KT0
KT1
Gambar 1.
2.
Kode Contoh
Air awal
Konsentrasi Cd (ppm)
0,001
Konsentrasi
Logam Cd
(ppm)
5
10
5
10
5
10
5
Kombinasi Tanaman
KT0
KT1
KT2
KT3
4,918
9,959
4,840
9,840
4,918
9,198
4,794
4,918
9,918
1,670
4,790
0,630
3,230
1,790
4,959
9,959
1,770
5,020
0,819
4,630
1,914
4,918
9,877
3,120
3,520
0,852
4,136
2,078
10
9,979
3,683
4,794
4,835
B.
1.
Pembahasan
Pengamatan Konsentrasi Logam
Kadmium (Cd) dalam Air Limbah
Kemampuan eceng gondok (Eichornia
crassipes) dan kayu apu (Pistia stratiotes)
dalam menyerap dan mengakumulasi logam
berat dapat dilihat dari besarnya total
konsentrasi Cd yang tertinggal dalam air
limbah.
Berdasarkan data hasil pengujian
konsentrasi (Cd) dalam air limbah (Tabel 2)
terlihat bahwa semua sampel air dari bak
yang berisi tanaman (reaktor proses) sampai
hari ke-9 menunjukkan konsentrasi Cd yang
lebih kecil dibandingkan sampel air dari bak
yang tidak diisi tanaman (bak kontrol),
diperkirakan bahwa tanaman telah menyerap
sebagian Cd dari air limbah artifisial. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa konsentrasi
Cd dalam bak kontrol berbeda nyata dengan
bak berisi tanaman, hal ini menunjukkan
bahwa tanaman telah nyata berpengaruh
dalam menurunkan konsentrasi Cd dalam air
limbah.
Konsentrasi Cd pada bak kontrol dan
reaktor proses menunjukkan adanya
penurunan. Walaupun terjadi fluktuasi nilai
konsentrasi Cd pada bak kontrol tetapi data
pengujian menunjukkan bahwa antara hari
ke-0 dan hari lainnya tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan, sehingga
dapat dikatakan konsentrasi hari ke-0 dan
hari lainnya adalah sama. Untuk bak berisi
tanaman, pengujian menunjukkan bahwa
antara hari ke-0 dan hari lainnya berbeda
secara nyata.
Pada hari ke-3 pengujian, konsentrasi
Cd menunjukkan penunurun untuk semua
kombinasi. Untuk konsentrasi awal 5 ppm
pada kombinasi KT1 menurun hingga 1,670
ppm, kombinasi KT2 menurun hingga 1,770
ppm dan kombinasi KT3 hingga 3,120 ppm.
Untuk konsentrasi awal 10 ppm di hari ke-3,
pada kombinasi KT1 hingga 4,790 ppm,
kombinasi KT2 sebesar 5,020 ppm dan
kombinasi KT3 sebesar 3,520 ppm.
Penurunan konsentrasi Cd diduga
disebabkan karena kemampuan tanaman
pada awal percobaan dalam menyerap logam
berat cenderung cukup tinggi. Penurunan
kandungan
Cd
dalam
air
limbah
mengindikasikan bahwa telah terjadi
permindahan logam dari air ke tanaman.
Selanjutnya, kadar logam berat Cd
pada air limbah cenderung semakin menurun
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
3.
Akumulasi logam
(ppm)
KT1
KT2
KT3
3,34
3,39
4,06
7,40
7,51
6,76
2,82
2,91
2,93
6,62
7,32
7,07
3,40
3,46
3,54
6,84
7,40
7,42
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Waktu
tinggal
(hari)
T0
T1
T2
T3
Konsentrasi 5 ppm
KT1
KT2
KT3
Konsentrasi 5 ppm
KT1
KT2
KT3
T0
T1
T2
T3
Berdasarkan
hasil
pengamatan
terhadap kondisi fisik tanaman pada Tabel 4
dan 5 dapat dilihat adanya perubahan
morfologi tanaman dari awal penelitian
sampai pada hari ke-9, baik pada eceng
gondok (Eichornia crassipes) maupun kayu
apu ( Pistia stratiotes).
Pada hari ke-0, tanaman eceng gondok
(Eichornia crassipes) dan kayu apu (Pistia
stratiotes) pada ketiga kombinasi terlihat
berwarna hijau dan masih segar. Hal ini
berlaku untuk semua variasi konsentrasi.
Seiring bertambahnya waktu, dimana
konsentrasi Cd dalam air limbah semakin
menurun (Tabel 2), warna tanaman pun
berubah terutama pada konsentrasi 10 ppm.
Pada hari ke-3, tanaman kayu apu (Pistia
stratiotes) pada masing-masing kombinasi
cenderung menguning dan layu sedangkan
pada tanaman eceng gondok (Eichornia
crassipes) terlihat lebih segar bila
dibandingkan dengan kayu apu (Pistia
stratiotes),
walaupun
ada
beberapa
perubahan warna daun menjadi kuning.
Perubahan warna daun pada tanaman
menunjukkan gejala klorosis yang diduga
10
Saran
Dari
hasil
analisa,
penurunan
konsentrasi Cd dengan system aliran
kontinyu masih kurang optimal maka
disarankan pada penelitian selanjutnya
melakukan uji pendahuluan terlebih dahulu
untuk mengetahui konsentrasi optimum
yang dapat diserap oleh tanaman eceng
gondok (Eichornia crassipes) dan kayu apu
(Pistia
stratiotes).
Untuk mengatasi
kenaikan konsentrasi dalam reaktor proses
sebaiknya dilakukan regenerasi tanaman
pada waktu tinggal optimum tanaman.
Selain itu, factor-faktor eksternal juga
sebaiknya diperhatikan.
Kesimpulan
Dari hasil analisa penelitian yang telah
dilakukan
dapat
diambil
beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Fitoremediasi dengan menggunakan
kombinasi eceng gondok (Eichornia
crassipes) dan kayu apu (Pistia
stratiotes)
cenderung
mampu
menurunkan konsentrasi Cd dalam air
limbah dimana kombinasi KT1
(75EG : 25 KA) merupakan kombinasi
dengan penurunan konsentrasi tertinggi
yaitu konsentrasi Cd yang tertinggal
setelah perlakuan fitoremediasi adalah
sebesar 0,630 ppm (87,40%) untuk
konsentasi awal 5 ppm sedangkan
untuk konsentrasi awal 10 ppm yaitu
sebesar 3,230 ppm (67,70%).
2. Besarnya konsentrasi awal logam yang
ada dalam air limbah berpengaruh
terhadap penyerapan logam Cd dimana
pada konsentrasi tinggi (5 ppm-10
ppm) jumlah logam Cd dalam air
limbah
semakin
besar
dengan
bertambahnya konsentrasi awal logam.
Penurunan konsentrasi logam Cd
dalam air limbah umumnya terjadi
sampai waktu tinggal hari ke-6 yang
disebabkan oleh kemampuan tanaman
uji dalam menyerap logam Cd terbatas.
3. Dengan menggunakan system aliran
kontinyu, waktu tinggal optimum
kombinasi tanaman eceng gondok
(Eichornia crassipes) maupun kayu
apu
(Pistia
stratiotes)
dalam
menyerapa logam Cd adalah 6 hari
untuk semua kombinasi kecuali
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI
6989.16 : 2009, Cara Uji Kadmium
(Cd)
secara
Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA)-nyala. Jakarta
Choudary, I. M, 1998. Phenolic and other
Constituent of fresh water Fern
Salvinia molesta. Phytochemistry,
69: 1018-1023, Karachi Pakistan
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem
Biologi Hidup Makhluk Hidup. UIPress. Jakarta.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan
Pencemaran. UI-Press. Jakarta.
Fontes, R.L.F and Cox, F.R. 1995. Effect of
Sulfur Supply on Soybean Plants
Exposed To Zinc Toxicity, Journal
of Plant Nutrition.18,1893-1906.
Indrasti, Nastiti S. dkk. Penyerapan Logam
Pb dan Cd Oleh Eceng Gondok :
Pengaruh Konsentrasi Logam dan
Lama Waktu Kontak. J. Tek. Ind.
Pert. Vol. 16(1), 44-50.
Kawano, S., Nakagawa, H., Okumura, Y.,
Tsujikawa, K., 1984. A Mortality
Study of Patients with Itai-Itai
Disease. Enviromental Research
40, 98-102 (1986).
Lestari Sri, Slamet Santoso dan Sulastri A.
2011. Efektifitas Eceng Gondok
(Eichornia
Crassipes)
dalam
Penyerapan Kadmium (Cd) pada
Leachete TPA Gunung Tugel. Jurnal
Molekul Vol. 6 No. 1. Fakultas
Biologi,
Universitas
Jendral
Soedirman. Purwokerto.
11
12