You are on page 1of 126

TEKNIK BEDAH UMUM

M.E. Foster MChir FRCS


Consultant Surgeon
Royal Glamorgan Hospital,
Ynysmaerdy, Llantrisant, Wales;
External Professor, University of Glamorgan, Wales

G. Morris-Stiff FRCS
Research Fellow,
Welsh Transplantation Research Group,
Department of Surgery,
University of Wales College of Medicine,
Cardiff, Wales

A publication of Churchill Livingstone, reproduced in Indonesian version by

FARMEDIA

TEKNIK BEDAH UMUM


(Basic Surgical Operations)

CHURCHILL LIVINGSTONE
An imprint of Harcourt Publishers Limited
Harcourt Publishers Limited 2000
Farmedia (Indonesian version) 2001
All rights reserved. No part of this publication may be
reproduced, stored in a retrieval system, or transmitted in
any form or by any means, electronic, mechanical,
photocopying, recording or otherwise, without either the
prior permission of the publishers (Harcourt Publishers
Limited, Harcourt Place, 32 Jamestown Road, London
NWI 7BY), or alicence permitting restricted copying in
the United Kingdom issued by the Copyright Licensing
Agency Ltd, 90 Tottenham Court Road, London WIP
OLP.
First published 2000
ISBN 0443 063591 (English version)
British Library of Cataloguing in Publication Data
A catalogue record for this book is available from the
British Library.
Hak Paten M, E, Foster dan G. Morris-Stiff
sebagai pengarang buku ini telah dikukuhkan
dengan Copyright, Designs and Patents Act 1988.
2001 Farmedia
Telp : 021-46825765 ; email: farmedia@centrin.net.id
Perpustakaan Nasional R.I. : data Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Teknik Bedah Umum: Foster M.E.; Morris-Stiff G (authors)
Cet 1,- Jakarta, FARMEDIA 2001
138 hal; 20 x 28 cm
ISBN: 979-95956-5-7

PREFACE
A training in surgery is very much an apprenticeship and requires the trainee to spend long
periods in the operating theatre, observing what
is done and assisting other surgeons to do it.
When it is judged your time to perform the operation you will be assisted by someone more
senior for the first few occasions. After that you
may well be on your own and although you will
be familiar with the basic manoeuvres of the
operation, there will be nobody to remind you
of the order in which they are done and to point
out the tricks which can make the operation
easier to perform. Our book is an attempt to remedy this by serving as an aide memoire to which
you can refer before commencing an operation.
Very few of the procedures are original for they
have been accrued over many years from colleagues, both senior and junior. Nor are these
operations exclusive, for there are many variations that give just as good results. The techniques described here are those that we have
come to prefer and continue to practise.

Unlike other books on operative surgery, this one


is designed to be portable to allow you to carry
it on your person whilst going about your daily
duties.
To achieve this goal, the text has been kept to a
minimum and only the more important aspects
of each operation are discussed. As a consequence the diagnostic features of the condition
and appropriate preoperative investigations, although important, have been omitted.
The scope of the book is aimed to cover the period from the first basic surgical training post up
to the third year of the specialist registrar training. As such it covers many operations .regarded
by the trainee as being mundane but which are
often poorly performed.
We have chosen not to include proprietary
names of sutures or eponymous instruments (unless one is invaluable) as there are many alternatives available.
M. E. Foster
G. Morris-Stiff 2000

iii

DAFTAR ISI
1. MULAI DAN AKHIR OPERASI 1
Persiapan operasi 3
Insisi 4
Laparotomi 6
Penutupan luka 7
Laparoskopi 9
Diatermi 12
2. NODUS, NODULUS DAN LAIN-LAIN 15
Eksisi
Eksisi
Eksisi
Eksisi
Eksisi
3.

lesi kulit 16
lipoma 17
kista sebasea 18
kelenjar getah bening 19
radikal kuku jari kaki Operasi Zadik 20

HERNIA 21

Herniotomi inguinal 22
Herniorafi inguinal 24
Herniorafi femoral 26
Repair hernia umbilikal 28
Repair hernia paraumbilikal 31
Repair hernia insisional 32
4.

5. GASTROINTESTINAL BAWAH 65
Apendektomi 66
Reseksi usus halus 68
Divertikulektomi Meckel 70
Hemikolektomi dekstra 71
Hemikolektomi sinistra 73
Operasi Hartmann 75
Pembentukan end colostomy 77
Pembentukan loop colostomy 78
Penutupan loop colostomy 79
Pembentukan end ileostomy 80
Pembentukan loop ileostomy 82
Penutupan loop ileostomy 84
7. ANAL/ PERIANAL 87
Proktoskopi dan sigmoidoskopi 88
Banding hemoroid 89
Injeksi hemoroid 90
Hemoroidektomi 91
Lateral internal sphincterektomy 92
Eksisi fistula ani 93
Evakuasi hematoma perianal 94
Abses perianal 95
Eksisi sinus pilonidal 96

PAYUDARA 35
8. VASKULAR 97

Eksisi benjolan payudara 36


Biopsi untuk menentukan lokasi 37
Eksisi lebar dan pembersihan aksila 38
Mastektomi Patey modifikasi 40
Mastektomi subkutan 42
Mikrodokektomi 43
Insisi duktus utama Operasi Hadfield 44
Insisi dan drainase abses payudara 45

Vena varikosa (varises) 98


Embolektomi femoral 100
Amputasi ekstremitas bawah 102
9. KEPALA DAN LEHER 105
Tiroidektomi 106
Eksisi kista tiroglosus 109

5. GASTROINTESTINAL ATAS 47
10. UROLOGI 111
Esofago gastro-duodenoskopi 48
Percutaneous endoscopic gastrostomy 50
Gastroenterostomi 52
Operasi untuk perforasi tukak peptik 54
Operasi untuk perdarahan tukak peptik 55
Kolesistektomi laparoskopik 56
Kolesistektomi terbuka 59
Splenektomi 62

Sirkumsisi 112
Vasektomi 114
Hidrokel 116
Varikokel 118
Eksisi kista epididimis 119
Orkidopeksi 120
Eksplorasi testis untuk torsi 122
INDEKS 125

iv

1
MULAI
DAN
AKHIR
OPERASI

PERSIAPAN OPERASI
Sudah disepakati bahwa setiap rambut di daerah
operasi harus dicukur sebelum pembedahan
untuk tujuan estetika maupun mengusahakan
permukaan yang bersih untuk melekatkan
verban. Pencukuran sebaiknya dilakukan pada
pagi hari oleh staf perawat yang terlatih dan
dijaga jangan sampai menyebabkan luka atau
abrasi karena keduanya merupakan predisposisi
terhadap infeksi.
Dua zat paling lazim digunakan untuk persiapan
kulit adalah klorheksidin (0,5%) dan betadin
(povidone iodine 1% dalam alkohol 70%). Kedua
antiseptik ini dioleskan ke daerah operasi dan
agak luas ke sekelilingnya jika perlu lebarkan
atau modifikasi insisi selama operasi.
Daerah yang akan dioperasi harus ditutup
dengan duk. Ini bisa dikerjakan dengan duk
kain steril atau dengan bahan sekali pakai.
Duk sekali pakai (disposable) memiliki
keuntungan tidak permeabel dan kedap air,
sehingga mengurangi risiko kontaminasi oleh
dokter bedah. Namun, harganya jauh lebih
mahal. Duk poliuretan yang bisa disayat
banyak digunakan di bagian ortopedi, bedah
vaskular dan bedah umum. Pemakaiannya
juga terbatas karena alasan biaya

INSISI

MULAI DAN AKHIR

Syarat insisi adalah memberikan akses yang baik


dengan angka kegagalan rendah di samping
tidak berpengaruh buruk terhadap kosmetik.
Pilihan insisi yang benar adalah yang
memberikan paparan terbaik untuk masingmasing operasi. Oleh karena itu banyak cara
untuk memasuki rongga peritoneum, tergantung
pada organ dan jenis operasinya.
Beberapa insisi abdomen untuk pembedahan
elektif diperlihatkan di bawah.

dan angka komplikasi lebih tinggi- hernia


insisional melalui insisi Kocher sukar sembuh.

Insisi median (midline) memungkinkan akses


cepat, dengan kehilangan darah minimum dan
mudah ditutup. Insisi paramediana perlu waktu
lebih lama untuk mengerjakan dan menutup
serta kehilangan darah sedikit lebih banyak
namun angka komplikasi lebih rendah. Insisi
transversal bisa dengan memotong otot (misal
Kocher) atau memisah otot (misal Lanz) tetapi
walaupun memberikan akses yang baik,
memerlukan waktu operasi lebih lama. Di
samping itu, kehilangan darah lebih banyak

Setelah memilih insisi yang sesuai, pisahkan


kulit dan jaringan subkutan, dengan menghindari banyak irisan ke dalam lemak yang
bisa menyebabkan nekrosis. Sering ada
manfaat untuk mengangkat pinggir kulit saat
anda memotong ke aponeurosis.
Dalam hal insisi mediana, linea alba bisa dikenali
dengan adanya serabut-serabut yang terjalin dan
tampak saat lemak dibersihkan. Pisahkan linea
alba sesuai panjang insisi kulit.

Pada laparotomi emergensi di mana diagnosis


belum jelas, insisi median lebih disukai, dengan
pusat pada umbilikus (the incision of indecision
atau registrars incision). Ini mudah dibuka ke
atas dan ke bawah, tergantung pada temuan
selama operasi, sehingga memberikan akses
optimal.

INSISI

Hemostasis diperlukan pada setiap tahap insisi.


Untuk insisi paramedian, sayat kulit kira-kira 4
cm dari garis tengah, dan setelah insisi fasia
rectus anterior, minta asisten untuk menahan
pinggir medial ke arah vertikal dengan tiga atau
empat klip. Dengan bantuan scalpel, pisahkan
fasia dari otot pada titik-titik persilangannya.
Buka rektus ke arah lateral untuk bisa
mengakses fasia rectus posterior. Sayat fasia
posterior sepanjang inisi kulit, kemudian potong
peritoneum.

Gbr 1.2

Dapatkan peritoneum dengan klip dan pastikan


tidak ada usus yang melengket, kemudian buat
sayatan kecil pada peritoneum di antara klip.

MULAI DAN AKHIR

Penting dipastikan tidak ada perlengketan visera.


Di bagian bawah linea alba, hati-hati untuk tidak
mengenai kandung kemih.

Untuk insisi subcostal, sejajar kira-kira 2 cm dari


arcus costa. Potong fasia rectus anterior dan
masukkan forsep panjang di bawah otot sampai
muncul pada garis tengah. Ini memungkinkan
anda menarik swab di bawah otot untuk
melindungi struktur di bawahnya dari cutting
diatermi saat diseksi otot.

Sisipkan sebuah jari di bawah sayatan untuk


memastikan tidak ada perlengketan di
bawahnya, kemudian peritoneum didiseksi
dengan gunting, juga sepanjang insisi kulit.

Gbr 1.4

Gbr 1.3

Kemudian insisi kecil dibuat pada peritoneum,


yang memungkinkan akses satu atau dua jari,
dan memungkinkan visera di bawahnya
terlindung saat otot transversus abdominis
didiseksi.
5

MULAI DAN AKHIR

LAPAROTOMI
Laparotomi eksploratif sebaiknya dikerjakan
sebelum setiap prosedur abdomen. Diperlukan
kecermatan karena patologi yang tidak terduga
sebelumnya sering terungkap. Mulai dari hiatus
esofagus dan telusuri arah berlawanan jarum
jam.

Gbr 1.5

Sirkuit laparotomi

Raba esofagus distal dan lambung. Lihat dan


raba duodenum. Palpasi hati, kandung empedu
dan ginjal kanan. Berjalan ke bawah sepanjang
kolon kanan ke sekum kemudian taruh satu
tangan di rongga panggul. Gerakkan ke atas
kolon sigmoid sampai kolon desenden dan ketika
mencapai fleksura lienalis, raba limpa dan ginjal
kiri. Selesaikan sirkuit sebelah luar dengan
palpasi sepanjang kolon transversum dan jangan
lupa pankreas serta aorta. Kemudian, jalan terus
ke usus halus dan sirkuit dalam. Mulai dari
ligamen Treitz dan dengan seksama palpasi
sepanjang jejunum dan ileum sampai anda
mencapai sekum.

PENUTUPAN LUKA
Jahitan kencang (Tension sutures)

Teknik mass-suture yang menggabung peritoneum dan linea alba sering dilakukan dan lebih
cepat dan sama efektifnya dengan menutup
masing-masing lapisan sepanjang kaidah-kaidah
tertentu dipatuhi.
Benang harus memiliki ukuran 0 atau 1 dan
terbuat dari bahan yang tidak diserap, bisa loop
atau single-stranded (utas tunggal). Jarak antar
jahit adalah 1 cm. Dan mulai jahitan dari 1 cm
ujung luka, dan berjalan vertikal sepanjang
dinding abdomen. Dengan menggunakan teknik
ini panjang benang jahit yang digunakan harus
paling sedikit empat kali panjang luka operasi
(kaidah Jenkin).

Jahitan
klasik semua lapisan dengan
menambahkan rubber atau plastic sleeves
adalah tidak efisien, bahkan bisa merusak kulit
dan efek kosmetiknya buruk. Oleh karena itu
cara ini sebaiknya dihindari. Pasien-pasien yang
lemah dan kurang gizi, mengalami distensi abdomen atau sedang mendapat steroid sering
memerlukan penutupan luka yang lebih kuat
dengan jahitan terputus rangkap dua (jauh dan
dekat) sebagaimana dilukiskan oleh Profesor
L.E. Hughes.

MULAI DAN AKHIR

Median

Gbr 1.7
Rangkap dua

Jahitan ini dibentuk dengan benang ukuran 1/0


atau 2/0 yang tidak diserap, dan ditempatkan di
fasia rectus anterior atau linea alba setiap
beberapa sentimeter di seluruh panjang luka.
Semua jahitan rangkap dekat-dan-jauh harus
dilakukan sebelum penutupan dengan jahitan
kontinyu standar dengan benang yang tidak
diserap. Saat jahitan kontinyu berjalan ke atas,
jahitan dekat-dan-jauh diikat untuk memperkuat.

Gbr 1.6

Tidak perlu simpul

Setelah jahitan selesai, sebaiknya simpul


ditanam untuk mencegah iritasi.
Paramedian
Tutup peritoneum dengan menggunakan benang
ukuran 1 yang bisa diserap. Yang dibutuhkan
hanyalah teknik sederhana over and over. Fasia
rectus anterior kemudian ditutup seperti halnya
untuk insisi median, juga dengan menerapkan
kaidah Jenkin.

Tutup dengan
lengkung
nilon kontinyu dan jahit
rangkap dua jauhdan-dekat

Gbr 1.8
7

MULAI DAN AKHIR

PENUTUPAN LUKA
jahit terputus
sederhana

Penutupan kulit
Banyak cara menutup insisi kulit dan setiap
dokter bedah memiliki teknik yang disukainya.
Untuk kebanyakan luka operasi, penutupan
subkutis mungkin dilakukan dan menghasilkan
efek kosmetik yang baik. Benang ukuran 2/0
yang tidak berwarna dan bisa diserap lebih
disukai karena tidak perlu dilepas dan tidak
mengubah warna kulit. Cara lain mencakup
benang subkutis yang tidak diserap atau staple.

Jahit
matras
vertikal

Gbr 1.9

Jahit
subkutis

Untuk luka-luka operasi yang kecil, bisa


digunakan jahitan terputus (interrupted). Ini
meliputi jahitan terputus sederhana, vertikal
matras dan horisontal matras.
Pokok-pokok penting
1.
2.
3.

4.

5.

6.

Usahakan posisi pasien simetris pada meja


operasi sebelum memulai insisi.
Jika sebelumnya sudah ada bekas insisi, coba
buat insisi di lokasi berbeda.
Manfaatkan seluruh panjang insisi dan jangan
takut menambah panjang insisi jika perlu.
Komplikasi besar bisa terjadi melalui lubang
kecil!
Paparan yang baik adalah rahasia
keberhasilan, sehingga jangan teruskan
operasi sebelum anda mengusahakan hemostasis dan memiliki cukup retraktor untuk
memaparkan medan operasi.
Sebelum menutup kulit, ada manfaatnya untuk
memberikan anestesi infiltrasi fasia rectus dan
kulit dengan bupivicaine 0,25% untuk
mengurangi nyeri pasca operasi.
Jika luka operasi sukar ditutup, check dengan
ahli anestesi apakah pasien relaksasi
sempurna.

Jahit
matras
horisontal

Gbr 1.10

LAPAROSKOPI

1. Membuat dan mempertahankan pneumoperitoneum


2. Insersi trokar
3. Inspeksi rongga peritoneum
4. Melepas trokar dan menutup luka.

Gunakan saline drip test untuk menunjukkan


insersi memuaskan, atau tes aspirasi untuk
memastikan tidak ada cairan balik.
Laparoskopi terbuka dengan kanula Hassan
Melalui insisi yang serupa, raih dan insisi fasia
rektus. Tempatkan benang pada kedua sisi linea
alba.

MULAI DAN AKHIR

Komponen-kompenen esensial dari laparoskopi


adalah:

Membuat dan mempertahankan


pneumoperitoneum
Pneumoperitoneum bisa dibuat dengan salah
satu dari dua metode berikut.
Laparoskopi tertutup dengan jarum Veress
Sebelum memulai operasi, tempatkan pasien
dalam posisi Trendelenburg untuk menjauhkan
usus dari panggul. Dengan memakai scalpel
lakukan insisi 1-2 cm di bawah umbilikus (bisa
transversal atau vertikal) dan perdalam sampai
fasia rektus.
Sementara memegang dinding abdomen ke arah
atas, masukkan dengan hati-hati jarum Veress
secara tegak lurus sampai anda merasa tak ada
tahanan. Ini berarti anda telah memasuki rongga
peritoneum dan arah diubah sehingga menunjuk
kira-kira 45o ke arah panggul.

Gbr 1.12

Sayat peritoneum dan akses ke dalam rongga


peritoneum di bawah inspeksi langsung.
Masukkan sebuah jari dan pisahkan setiap
perlengketan di bawah insisi. Masukkan port dan
gunakan benang tadi untuk memegang port di
tempatnya.

45o

Gbr 1.13
Gbr 1.11
9

MULAI DAN AKHIR

LAPAROSKOPI
Teknik ini bisa digunakan rutin tetapi sangat
berguna bila ada operasi abdomen sebelumnya.
Dengan perlahan, lakukan insuflasi dengan CO2
( 1L/menit), perhatikan tekanan intra-abdomen
tidak melebihi 0-5 mmHg. Perkusi abdomen
untuk mengusahakan distensi abdomen simetris.
Tambah aliran jika semua di atas memuaskan,
sehingga mempertahankan tekanan sekitar 1315 mmHg. Volume total gas bervariasi tetapi 4-5
L biasanya sudah cukup.

Periksa posisi yang tepat dengan melepas keran


gas dan mendengar bocornya CO2 dari rongga
peritoneum. Lekatkan laparoskop dan kamera.
Jika tempat trokar terlihat berdarah, cukup
lakukan penekanan lokal. Cara lain adalah
memasukkan benang melalui jarum besar dan
ikat pembuluh darah pada titik perdarahan.
Jika terus berdarah, masukkan kateter Foley, tiup
balon dan tahan dengan traksi.

Insersi Trokar
Insersi port pertama dalam pneumoperitoneum
tertutup merupakan prosedur yang potensial
berbahaya, sehingga risiko ini dihindari dengan
metode terbuka.
Kanula sekali pakai (disposable) ukuran 10 mm
lebih disukai untuk penentuan lokasi awal di
umbilikus. Masukkan kanula dengan
mengunakan teknik prop (corkscrew) sedikit
diarahkan ke pelvis. Tempatkan telunjuk anda
sepanjang trokar sehingga mencegah insersi
terlalu dalam yang bisa merusak visera.

Gbr 1.15

Gbr 1.14

10

LAPAROSKOPI

Setelah membuat pneumoperitoneum, kerjakan


inspeksi rongga peritoneum. Masukkan port
kedua di bawah penglihatan langsung dan dalam
posisi sesuai menurut daerah yang akan diamati.
Biasanya cukup ditempatkan kanula 5 mm di
daerah epigastrik. Melalui kanula ini masukkan
forsep untuk memungkinkan anda memanipulasi
visera dengan lembut sehingga bisa melakukan
laparoskopi lengkap. Jika dibutuhkan biopsi,
forsep bisa dilepas dan sepasang gunting
dengan diatermi dimasukkan untuk memperoleh
sampel jaringan.

Melepas trokar dan menutup luka


Lepas trokar dibawah penglihatan langsung,
sambil memperhatikan hemostasis di tempat
masuk port. Tempat masuk port di daerah
umbilikus dan epigastrik harus ditutup dengan
menggunakan benang jahit yang bisa diserap,
misal benang jahit berbentuk J. Selalu infiltrasi
luka dengan bupivacaine karena ini membantu
mengurangi nyeri pasca operasi.

MULAI DAN AKHIR

Inspeksi rongga peritoneum

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.

Selalu periksa instrumen dengan seksama sebelum memulai laparoskopi


Selalu periksa bahwa pneumoperitoneum telah terjadi sebelum memasukkan trokar.
Awasi setiap kebocoran melalui keran atau insisi umbilikus, khususnya jika digunakan teknik Hassan.
Mungkin anda perlu menjahit umbilikus dengan purse-string untuk mendapat penutupan yang baik.
Insuflasi fasia rektus bisa terjadi tanpa sengaja. Ini dikenali dengan meningkatnya tgekanan inflasi
dan distensi abdomen yang tidak simetris. Jika terjadi, cukup hentikan insuflasi, ubah posisi jarum
Veress dan ulangi kembali insuflasi.
Selalu hangatkan teleskop sebelum memasukkan agar tidak berkabut
Jika anda sedang membantu prosedur laparoskopi sebagai operator kamera, pastikan semua gerakan
anda halus. Jika tidak bisa membuat mabuk laut
Jika lensa kabur karena ada darah, coba menghapus lensa tersebut ke omentum. Jika pandangan
masih kabur juga, lepaskan teleskop, bersihkan lensa dengan lap anti-kabut.

11

MULAI DAN AKHIR

DIATERMI
Diatermi adalah cara menghentikan perdarahan
(hemostasis) yang cepat dan berguna. Kerjanya
berdasarkan prinsip bila arus berjalan melalui
konduktor, sebagian energi listrik berubah
menjadi energi thermal (panas). Jumlah panas
yang dihasilkan berbanding terbalik dengan volume jaringan yang dilalui arus. Jadi, kepentingan
diatermi adalah kontak dengan diatermi pad.
Ada dua jenis diatermi, yakni monopolar dan bipolar.

letusan bervoltase tinggi. Karena arus dimatikan


untuk beberapa waktu bila diatermi disetel untuk
koagulasi, lebih sedikit energi listrik yang
dikenakan ke jaringan. Kombinasi kedua efek
menghasilkan arus campuran.
Diatermi bipolar
Dengan bentuk diatermi ini pemindahan arus
terjadi antara ujung-ujung dua elektroda kecil
sehingga tidak terdispersi melalui pasien.

Diatermi monopolar
Diatermi monopolar adalah bentuk yang paling
dikenal oleh dokter bedah. Diatermi ini terdiri atas
suatu elektroda yang bisa menghasilkan
densitas arus yang tinggi; plate untuk pasien;
dan kabel dispersif.

Kabel aktif/dispersif
Unit diatermi
Dua elektroda
kecil aktif

Kabel aktif
Unit diatermi
Elektroda aktif

Gbr 1.17

Kabel dispersi

Gbr 1.16

Diatermi monopolar

Diatermi monopolar bisa digunakan untuk


memotong ataupun mengkoagulasikan jaringan.
Pemotongan paling efektif bila elektroda
ditempatkan dekat dari jaringan. Dalam skenario
ini, suatu arus kontinyu akan menyebabkan
pelepasan muatan listrik melintasi celah udara,
sehingga menghasilkan percikan bersuhu tinggi
yang menyebabkan air sel meletus. Jika diatermi
monopolar yang berada dalam mode memotong
disentuhkan ke jaringan arus menjadi kurang
deras dan ini justru menyebabkan dehidrasi dan
denaturasi protein. Bila dipilih mode koagulasi,
kerusakan jaringan terjadi akibat proses yang
dikenal dengan nama fulgurasi (to fulgurate =
berkilat seperti petir). Arus koagulasi terdiri atas
12 energi sine-wave yang disuplai dalam letusan-

Diatermi bipolar

Diatermi bipolar lebih aman, karena arus hanya


mengalir antara ujung-ujung kedua elektroda
yang aktif. Oleh karena diatermi bipolar lebih
disukai pada operasi bedah anak. Akan tetapi,
diatermi bipolar hanya bisa untuk koagulasi dan
tidak bisa memotong jaringan dengan efektif.

DIATERMI

1.
2.
3.
4.
5.

6.

7.
8.

9.

Selalu awasi dan usahakan penempatan pad (bantalan) yang benar. Ini adalah tanggung jawab legal
dari dokter bedah dan bukan perawat.
Pastikan bahwa mesin diservis sesuai rekomendasi pabrik. Walaupun dikatakan aman, kebakaran
alat masih bisa terjadi.
Jika pasien memakai alat pacu jantung, coba dan selalu hindari diatermi monopolar. Jika harus
digunakan, letakkan plate sejauh mungkin dari alat pacu jantung dan heart rate dipantau.
Ada potensial untuk sediaan-sediaan pembersih yang mengandung alkohol bisa menyala dan membakar
duk-oleh karena itu jangan terlalu banyak larutan dibiarkan berkumpul pada duk.
Jangan mencoba melakukan diatermi pada titik perdarahan di sesuatu organ dengan tangkai panjang,
misal testis, karena arus akan menyebabkan pemanasan dan ini bisa mengakibatkan trombosis
pembuluh darah.
Jangan aktifkan diatermi sebelum ujung instrumen mencapai posisi yang diinginkan. Pada pembedahan
terbuka, diatermi disimpan dalam insulated quiver ; akan tetapi pada bedah laparoksopi, ujungnya
mungkin masih berada di daerah operasi dan menyebabkan terbakar.
Pada diatermi laparoskopi, selalu periksa insulasi adanya retakan, karena ini bisa memaparkan elektroda
aktif dan menyebabkan terbakar tanpa terlihat di medan operasi
Direct coupling (instrumen dengan instrumen) terjadi pada bedah laparoskopik jika diatermi berkontak
dengan instrumen kedua ketika pedal diaktifkan. Ini bisa mengakibatkan kerusakan jaringan tanpa
diketahui. Capacitance coupling adalah suatu fenomena yang terjadi sekitar tempat trokar bila bahan
trokar diselang-seling antara plastic sleeve dan port logam. Insersi diatermi menghasilkan kapasitor
yang menyimpan muatan listrik sebelum menembak ke kulit sekeliling.
Risiko lebih lanjut dari bedah laparoksopik adalah panas yang tersimpan. Untuk tidak terbakar jangan
biarkan ujung diatermi berkontak terus menerus dengan jaringan dan selalu lepas instrumen bila
sedang tidak digunakan.

MULAI DAN AKHIR

Pokok-pokok penting

13

2
NODUS, NODULUS
DAN LAIN-LAIN

15

NODUS, NODULUS

EKSISI LESI KULIT


Indikasi
1. Setiap lesi yang diduga ganas
2. Diagnostik
3. Kosmetik

Insisi penting dilakukan sesuai arah garis


Langer, khususnya untuk lesi di daerah kepala
sehingga baik efeknya terhadap kosmetik.

Persiapan
1. Anestesi lokal: lignokain 0,5-1% dengan atau
tanpa adrenalin 1:100.000 tergantung pada
lokasi lesi. Adrenalin harus dihindarkan pada
kasus pembedahan pada jari, telinga dan
penis.
Prosedur
Suntikkan anestesi lokal secara intradermal
maupun subkutan di sekitar lesi, sambil menjaga
jarum sangat superfisial ketika memulai,
kemudian secara bertahap lebih dalam. Gunakan
mata pisau (ukuran 10 atau 15) dan sambil
memegang pisau hampir vertikal, kerjakan insisi
berbentuk elipse di sekeliling lesi, dan
selanjutnya insisi di bawah lesi untuk
mengangkatnya.

Gbr 2.2
Tutup kulit dengan menjahit subkutan
menggunakan benang yang bisa diserap dan
tidak berwarna.

Gbr 2.1
Pokok-pokok penting
1.
2.
3.

16

Bila ada kecurigaan karsinoma sel basal dan sel skuamosa, pastikan seluruh lesi dieksisi
Dalam mengirim spesimen, selalu jahit satu ujung dan buat sketsa lesi untuk ahli patologi karena ini
akan membantu dalam komentar tentang kelengkapan eksisi.
Bila ada kecurigaan melanoma, pinggir kulit normal yang diangkat harus sebanding dengan tebal
lesi yang ditaksir: 1 cm margin untuk lesi 1 mm, 2 cm margin untuk lesi 2 mm dan 3 cm margin untuk
lesi 3 mm. Jadi penting untuk mendapatkan konfirmasi histologis dengan biopsis insisi sebelum
mengerjakan eksisi lesi yang diduga melanoma. Di samping itu, melanoma yang lebih besar harus
dieksisi di bawah anestesi umum.

EKSISI LIPOMA
Gunakan sebuah jari untuk mengorek lipoma.

Kosmetik
Persiapan
1. Anestesi lokal atau umum tergantung pada
lokasi dan ukuran lipoma.
2. Posisi tergantung pada posisi lesi.

NODUS, NODULUS

Indikasi

Prosedur
Lakukan insisi di atas lesi sepanjang garis
Langer.
Perdalam insisi dengan menggunakan daun
gunting untuk membuka ruang antara kapsul dan
jaringan lemak sekitarnya.

Gbr 2.4
Hentikan setiap titik perdarahan dengan diatermi
atau benang jahit halus yang bisa diserap.
Hilangkan sisa ruang dengan beberapa jahitan
terputus yang bisa diserap. Kulit ditutup juga
dengan jahitan terputus dengan benang yang
bisa diserap.

Pokok-pokok penting
1.

2.

Untuk meminimalkan panjang insisi, kerjakan


sayatan 2-3 cm, dan insisi ke dalam kapsul.
Kemudian gunakan teknik pencet untuk
mengeluarkan lipoma dengan memijit lipoma
antara telunjuk dan ibu jari.
Jika terjadi perdarahan jangan ragu untuk
memasukkan suction drain kecil.

Gbr 2.3

17

NODUS, NODULUS

EKSISI KISTA SEBASEA


Indikasi
1. Kosmetik
2. Komplikasi- infeksi rekuren , kornifikasi
kelenjar sebasea.

Cengkeram kista dengan menarik potongan kulit


dan dengan seksama diseksi pada kedua sisi
untuk membebaskan kista dari lemak dan
jaringan subkutan sekitarnya.

Persiapan
1. Anestesi lokal: lignokain 1% dengan atau
tanpa adrenalin 1:100.000 (lihat eksisi lesi
kulit, halaman 16)
Prosedur
Suntikkan anestesi lokal di sekeliling lesi.
Buat insisi berbentuk elips di atas kista termasuk
punctum jika terlihat.

Gbr 2.6
Jahit kulit dengan benang non-serap berukuran
2/0 atau 3/0.

Gbr 2.5

Pokok-pokok penting
1.
2.

18

Jika kista pecah, hapus kotoran (debris) dengan hati-hati dan pastikan semua dinding kista diangkat.
Jika dinding kista gagal diangkat seluruhnya, kemungkinan kista bisa kambuh lagi.
Jika kista jelas terinfeksi, lakukan drainase, eksisi dan luka dibiarkan terbuka. Atau operasi bisa
ditunda sampai infeksi telah mereda. Kista yang terinfeksi lebih sukar dieksisi dan cenderung lebih
banyak vaskularisasi dibanding kista yang tak-terinfeksi.

EKSISI KELENJAR GETAH BENING 2

Untuk memastikan penyebab limfadenopati bila


pemeriksaan klinik dan tindakan (termasuk
aspirasi jarum halus) gagal menetapkan diagnosis.

Perdalam insisi dengan membuka daun gunting


diseksi. Identifikasi kelenjar getah bening
(limfonodus) dan dengan hati-hati gunakan
sepasang forsep jaringan. Selesaikan diseksi
dan identifikasi tangkai, yang biasanya
mengandung suatu arteri kecil.

Persiapan

NODUS, NODULUS

Indikasi

1. Anestesi umum atau lokal.


2. Posisi terlentang
Prosedur
Tempat
insisi tergantung pada lokasi
limfadenopati. Insisi biopsi harus demikian rupa
sehingga bisa dicakup oleh insisi radikal
seandainya ini terbukti perlu.

Gbr 2.8
Gunakan diatermi atau ikatan halus untuk
mengendalikan perdarahan. Kelenjar getah
bening dieksisi dan dikirim untuk pemeriksaan
histologis.
Perhatikan hemostasis dan tutup luka dengan
jahitan terputus dengan benang non-serap,
disertai jahitan subkutan untuk kulit.
Pokok-pokok penting
1.

2.

Gbr 2.7
Insisi servikal

3.

4.

5.

Sebelum biopsi dikerjakan, pemeriksaan THT


lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan
tumor primer pada kepala dan leher. Sumber
metastasis seperti payudara dan saluran
cerna juga harus diselidiki.
Hati-hati jangan sampai mengenai saraf yang
berdekatan dengan kelenjar getah bening
terutama nervus accessorius dan nervus
intercostobrachialis.
Sebagian kecil dari kelenjar harus dikirim untuk
biakan kuman jika tbc dipikirkan sebagai diagnosis banding.
Spesimen diperlakukan dengan hati-hati
sehingga tidak merusak struktur kelenjar getah
bening.
Jangan lakukan biopsi kelenjar getah bening
di leher dengan anestesi lokal.

19

EKSISI RADIKAL KUKU JARI KAKI- OPERASI ZADIK

NODUS, NODULUS

Indikasi
1. Kuku jari kaki tumbuh ke dalam dan tidak
memberi respon terhadap tindakan
konservatif.
2. Onychogryphosis.
3. Infeksi kronik di bawah kuku

Kenakan turniket karet pada ibu jari dan gunakan


scalpel dengan mata kecil, insisi nail bed dan
angkat flap.
Sayat dan angkat flap kulit

Persiapan
Ring block anestesi lokal
Prosedur
Lakukan ring block dengan menggunakan 3 ml
lignokain 1% pada kedua sisi. Masukkan jarum
tegak lurus ke arah bawah, suntikkan pada sisi
falang proksimal. Aspirasi semprit setiap
sebelum menyuntikkan, dan jika terlihat darah,
ubah posisi ujung jarum.

Titik
suntikan

Gbr 2.10
Naikkan kuku dari nail bed dengan sepasang
gunting besar dan tarik untuk melepasnya
dengan gerakkan melintir.
Sayat nail bed sampai tulang dan teruskan ke
arah samping sejauh lipatan kuku. Angkat nail
bed dan buat satu jahitan dengan benang serap
pada skin flap di kedua sisi.

Gbr 2.11
Anestesi
ring block

Gbr 2.9

Bungkus ibu jari dengan penutup luka


sederhana.

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.

5.

20

Jangan gunakan adrenalin pada daerah ekstremitas


Jika ada infeksi makroskopik, obati dengan antibiotik dan eksisi kuku ditunda
Coba dan angkat semua matriks germinativum jika tidak kuku bisa tumbuh lagi.
Sebagai alternatif terhadap eksisi adalah ablasi nail bed dengan fenol. Namun, ini tidak dianjurkan
untuk pasien yang mengidap diabetes atau penyakit pembuluh darah tepi atau mereka yang sedang
mendapat steroid.
Jika hanya bagian kuku yang menjadi gangguan, mungkin lebih disukai eksisi parsial.

3
HERNIA

21

HERNIA

HERNIOTOMI INGUINAL
Indikasi
1. Hernia inguinalis
2. Patent processus vaginalis

Lanjutkan diseksi ke bawah sampai cincin


eksternal. Bebaskan spermatic cord ke arah
posterior dan jalankan klip dibawahnya untuk
memungkinkan traksi ke arah distal oleh asisten.

Persiapan
1. Anestesi umum
2. Posisi terlentang
Prosedur
Di bawah anestesi umum, buat insisi garis kulit
sepanjang 2 cm pada sisi hernia.
Jepit pinggir kulit dengan klip arteri dan perdalam
insisi untuk indentifikasi spermatic cord di bawah
otot obliqus external. Diseksi otot sejajar
panjang serabutnya.

Gbr 3.2

Ini akan memungkinkan diseksi kantung hernia


lebih mudah, yang diposisikan pada aspek anterior dan superior dari spermatic cord. Diseksi
bisa sukar. Penting untuk memisahkan kantung
hernia ke arah posterior dari vas dan pembuluh
darah tanpa merusak kantung jika kantung turun.

Insisi kevil di
obliqus externus

Mobilisasi kantung hernia

Gbr 3.1
22

Gbr 3.3

HERNIOTOMI INGUINAL 3
Kantung difiksasi dengan jahitan yang bisa
diserap dan jaringan lebih yang tak berguna
dieksisi.

HERNIA

Perlu Sabar dan hati-hati. Buka kantung untuk


mengurangi isinya. Ini sangat penting pada
wanita di mana bisa terdapat ovarium.

Memotong lintang kantung yang


berdinding tipis

Gbr 3.4

Gbr 3.5

Dekatkan otot dengan beberapa jahitan yang


bisa diserap dan tutup kulit dengan jahitan
subkutan yang bisa diserap.

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Herniotomi memadai bagi anak-anak.


Penting penanganan jaringan untuk mencegah kerusakan neurovaskular.
Harus dipastikan testis berada dalam skrotum pada akhir prosedur.
Eksplorasi inguinal kontralateral tidak perlu. Namun hernia bilateral pada wanita mungkin menimbulkan
kecurigaan kelainan intersex.
Biasanya aman untuk dikerjakan sebagai kasus rawat jalan.
Makin kecil anak, makin besar kecenderungan hernia mengalami obstruksi atau tidak bisa direduksi;
oleh karena itu bayi harus segera dioperasi.

23

HERNIORAFI INGUINAL

HERNIA

Indikasi

Indetifikasi dan retraksi spermatic cord - bisa


digunakan retraktor cincin (ring retractor).

Hernia simtomatik
Persiapan
1. Anestesi umum, lokal atau regional
2. Profilaksis antibiotik jika menggunakan jala
(mesh) sintetik yang tidak diserap.
3. Posisi terlentang
Prosedur
Setelah mengerjakan insisi kulit 1 cm di atas dan
sejajar ligamentum inguinale, insisi otot obliqus
external pada garis serabutnya. Kemudian,
dengan mendorong suatu gunting diseksi
sepanjang garis, buka inguinal canal. Jika
mungkin lindungi nervus ileoinguinalis.

Bebaskan
spermatic cord

Gbr 3.7

Pegang dengan klip


obliqus externus yang
terjerat pada retraktor

Tetapkan apakah ini hernia indirek atau hernia


direk dengan memeriksa dinding posterior dan
diseksi kantung dari cord dengan diseksi tajam
dan tumpul.

Tentukan cincin
eksterna sebelum
menyayat ke arahnya

Gbr 3.6
Gbr 3.8
Diseksi kantung engan satu jari di dalamnya

24

HERNIORAFI INGUINAL 3

Sekarang ada beberapa pilihan untuk prosedur


reparasi. Penulis menyarankan reparasi dengan
jala (mesh) polipropilen untuk menghasilkan repair tanpa tegangan (Liechtenstein)

Tutup pinggir-pinggir lateral disekitar cord dan


jahit pinggir lateral dan superior jala ke otot di
bawahnya dengan menggunakan jahitan
terputus dengan benang non-serap.

HERNIA

Lakukan transfiksi dan ligasi kantung setelah


memeriksa isinya (lihat Gambar 3.5).

Ambil lembar jala 8 x 16 cm dan gunting ujungujungnya sehingga pas dengan ujung medial dari
luka. Fiksasi jala di tempatnya ke ligamentum
inguinale dengan menggunakan jahitan kontinyu
yang non-serap.

Medial

Lateral

Gbr 3.10

Gbr 3.9

Tutup obliqus externus dengan jahitan kontinyu


serap dan kulit ditutup dengan jahitan subkutan
serap.

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.

4.

Sebagian besar kasus bisa dikerjakan sebagai kasus rawat jalan dengan anestesi lokal.
Teknik penting dalam mencegah komplikasi rekurensi hernia
Pada kasus darurat dengan obstruksi, periksa dengan seksama kantung untuk melihat adanya usus.
Jika ada usus harus diinspeksi. Jika usus terlihat gelap, bungkus dengan kasa yang telah dibasuh
dengan NaCl hangat dan biarkan beberapa menit untuk melihat apakah rupanya membaik. Jika usus
tidak membaik atau jika terlihat nekrosis, maka harus direseksi.
Pria harus diingatkan khususnya dengan hernia rekuren akan kemungkinan perlunya pengangkatan
testis (orchidectomy).

25

HERNIORAFI FEMORAL

HERNIA

Indikasi
Hernia femoralis semua hernia femoralis harus
direparasi.
Persiapan

Pisahkan pembungkus fasia dan buka kantung


hernia. Ikat dan eksisi setiap kelebihan omentum dan kembalikan setiap jaringan yang
tertinggal ke rongga abdomen. Jika anda
menemukan usus nekrosis, kerjakan laparotomi.
Transfiksi dan ligasi kantung pada lehernya dan
eksisi setiap kelebihan jaringan kantung.

1. Lebih disukai anestesi umum, khususnya


pada kasus kedaruratan di mana dijumpai
usus nekrotik, namun anestesi lokal juga
bisa digunakan.
2. Kateter urin
3. Posisi terlentang dengan kepala
direndahkan 15o.
Prosedur
Ada tiga teknik untuk reparasi hernia femoralis:
1. Pendekatan rendah atau krural
2. Pendekatan tinggi atau inguinal
3. Pendekatan ekstraperitoneal
Pendekatan inguinal jarang diadopsi belakangan
ini dan tidak akan dibahas lebih lanjut.
Pendekatan rendah
Buat insisi kecil di daerah lipat paha tepat di
atas hernia, sejajar dengan ligamentum inguinale.
Identifikasi dan diseksi fasia superfisial di dalam
lipat paha, sampai ke pembungkus kantung hernia, dan paparkan leher hernia.

Gbr 3.12
Retraksi vena femoralis dengan hati-hati dan
tutup defek dalam femoral canal. Gunakan
jahitan non-serap pada jarum berbentuk J untuk
mendekatkan pinggir bawah ligamentum inguinale dengan fasia di atas m. pectineus.

Ligamentum
inguinale

Gbr 3.11

Vena
femoralis

Gbr 3.13
26

Fasia di atas
pektineus

HERNIORAFI FEMORAL 3
Tutup femoral canal dengan jahitan terputus
non-serap di antara ligamentum pektineus dan
ligamentum inguinale.

HERNIA

Tutup jaringan subkutan dengan jahitan putus


dengan benang serap dan kulit ditutup dengan
jaringan subkutan.
Pendekatan ekstraperitoneal
Hernia bisa ditangani melalui insisi
suprainguinal, Pfannenstiel, median atau
pararektal (McEvedy).
Sekali melalui kulit, lakukan diseksi tumpul pada
jaringan superfisial untuk mendapat akses ke
kantung hernia. Buka fasia rektus dan retraksi
otot rektus dan buka roangga pre-peritoneal
dengan diseksi tumpul. Lanjutkan proses ke
bawah ke arah ligamentum inguinale dan
identifikasi hernia tersebut.

Ligamentum
pektineus

Lemak
menutupi
vena
femoralis

Ligamentum
lakunaris

Penutupan kanal femoral


dari atas
Membebaskan
pinggir lateral
rektus

Gbr 3.15

Tutup fasia rektus dengan jahitan non-serap dan


kulit ditutup dengan jahitan subkutan benang
serap.

Gbr 3.14

Menetapkan kantung hernia

Pokok-pokok penting:
Jika kantung kosong, kembalikan posisinya ke
dalam abdomen dengan mendorong dari bawah
dan perlahan-lahan menarik dari atas. Jika ada
usus, jangan tarik pada usus tetapi sisipkan hemostat dan dengan hati-hati regangkan cincin
femoral. Transfiksi kantung dan eksisi setiap
jaringan yang tidak perlu.
Jika hernia tidak bisa direduksi, buka peritoneum
dari atas dan inspeksi isinya. Jika usus terlihat
tidak pasti apakah masih viabel, sebaiknya
lakukan reseksi.

1.

2.

3.

Jika anda tidak yakin apakah hernia inguinal


atau femoral, gunakan pendekatan
ekstraperitoneal.
jika darah menyembur dari diseksi kantung,
keringkan daerah tersebut dengan suction
drain.
Jika ada keraguan tentang viabilitas usus,
setelah menggunakan pendekatan rendah,
dianjurkan laparotomi formal untuk
memastikan bahwa usus tidak iskemik.

27

HERNIA

REPAIR HERNIA UMBILIKAL


Indikasi

Identifikasi kantung dengan menjalankan klip di


pertengahan cincin.

1. Hernia umbilikal simtomatik (jarang)


2. Hernia menetap setelah usia 4 tahun
Persiapan
1. Anestesi umum
2. Posisi terlentang.
Prosedur
Buat insisi tusukan kecil melintang di bawah
umbilikus dan regangkan ke arah lateral dengan
memasukkan ujung forsep arteri. Dengan
menggunakan teknik ini bisa dicapai insisi
lengkung yang rapih.
Buat bidang dengan menggunakan mosquito
clamp.

Gbr 3.17
Pisahkan kantung dari kulit umbilikus dan buka
kantung di bawah inspeksi langsung sehingga
mencegah kerusakan struktur di bawahnya.
Tutup defek secara transversal dengan
menggunakan benang serap ukuran 0 dan
jahitan terputus. Double breasting tidak
dibutuhkan.

Gbr 3.18
Gbr 3.16

28

REPAIR HERNIA UMBILIKAL 3


Pokok-pokok penting
1.
2.

Merupakan masalah lazim namun sedikit


yang membutuhkan operasi
Umbilikus tidak boleh dibuang.

HERNIA

Penting untuk mengikat kulit di atas pusar ke


fasia untuk membalikkan umbilikus agar terlihat
bagus dengan menggunakan benang serap (absorbable suture)

Gbr 3.19

29

HERNIA

REPAIR HERNIA PARAUMBILIKAL


Indikasi
1. Simtomatik, termasuk kedaruratan
2. Kosmetik
Persiapan

Mungkin banyak perlengketan dari omentum dan


usus ke kantung, dan semua ini perlu dibebaskan
dengan hati-hati. Sekali kantung telah
dikosongkan, kantung dieksisi dan tutup defek
dengan menggunakan teknik Mayo (atau
mengunakan jahitan non-serap terputus dan
berbentuk matras)

1. Anestesi umum atau lokal


2. Antibiotik profilaktik
3. Profilaksis Anti-DVT (deep vein thrombosis)
stockings, heparin
4. Posisi terlentang
Prosedur

Tempatkan semua jahitan tumpang-tindih


sebelum mengikatnya

Buat insisi transversal mengelilingi umbilikus dan


eksisi kulit yang berbentuk elips.

Gbr 3.21

Diseksi lanjut mungkin banyak mengeluarkan


darah. Penting untuk identifikasi dan
membersihkan pinggir-pinggir aponeurosis dari
defek sebelum membuka kantung dan
mengembalikan isi ke dalam abdomen.

Jika defek subkutan besar, perlu dilakukan


drainase suction. Kulit ditutup dengan jahitan
subkutis dengan benang serap.

Pokok-pokok penting
1.

2.
3.
4.

Gbr 3.20

30

Buka kantung sepanjang garis ini

Idealnya, semua hernia direparasi karena


risiko inkarserasi dengan omentum atau usus,
yang bisa terjepit (strangulasi).
Orang gemuk harus dianjurkan untuk
menurunkan berat badan sebelum operasi.
Insiden infeksi relatif tinggi. Berikan antibiotik
profilaktik dan dengan hemostasis seksama.
Pasien kadang-kadang mengalami ileus
pasca bedah jika manipulasi usus berlebihan.

REPAIR HERNIA EPIGASTRIK

Semua hernia epigastrik harus direparasi.

Insisi leher hernia, inspeksi isinya dan


kembalikan ke dalam rongga peritoneum. Isi
hernia biasanya lemak ekstraperitoneal.
Jika ada kantung, lakukan transfiksi lehernya
dengan benang serap dan eksisi kantung yang
tidak berguna. Perbaiki defek di linea alba
dengan jahitan terputus non-serap. Lakukan
semua jahitan sebelum eksisi.

Persiapan
1. Anestesi umum atau lokal.
2. Posisi terlentang.
Prosedur
Jika diagnosis pasti dan suatu defek tunggal ada,
buat insisi kecil transversal di atas hernia. Akan
tetapi, jika ada keraguan terhadap diagnosis atau
jika ada hernia multipel, pilih insisi vertikal.

Tutup kulit dengan jahitan subkutis dengan


benang serap.
Pokok-pokok penting
1.

Hernia didiseksi dari dinding abdomen


sekitarnya. Defek didentifikasi di linea alba dan
defek diperlebar secara transversal.
2.

Gbr 3.22

HERNIA

Indikasi

Gbr 3.23

Pasien dengan hernia epigastrik sering


melaporkan nyeri abdomen hebat karena
strangulasi kantung ekstraperitoneal. Ada
juga yang melaporkan nyeri ringan di daerah
epigastrik; dalam kasus ini tukak peptik dan
batu empedu harus disingkirkan.
Pastikan lokasi diberi tanda sebelum
operasi karena hernia epigastrik sukar
dijumpai ketika pasien sedang dibius.

Gbr 3.24
31

REPAIR HERNIA INSISIONAL

HERNIA

Indikasi
1. Simtomatik
2. Kosmetik
Persiapan
1.
2.
3.
4.

Anestesi umum
Antibiotik profilaksis
Profilaksis anti-DVT- stockings, heparin.
Posisi terlentang.

Prosedur
Buat insisi elips yang mencakup parut terdahulu.

Diseksi hernia dari jaringan subkutan


disekitarnya. Lanjut ke lateral sehingga
memaparkan jaringan sehat di sekitar hernia.
Identifikasi kantung dan diseksi ke bawah leher
hernia. Tentukan defek aponeurosis. Buka
kantung hernia dan periksa isinya.
Jika isi masih viabel, pisahkan perlengketan
yang mungkin terjadi dengan kantung hernia
dan kembalikan usus ke dalam rongga peritoneum. Jika hernia mengalami strangulasi,
lakukan reseksi sesuai pada titik ini. Eksisi
kantung yang tidak berguna dan tutup lubang
peritoneum dengan jahitan kontinyu benang
serap.

Eksisi jaringan parut, jangan mengambil terlalu


banyak kulit karena bisa mengakibatkan
tegangan pada saat penutupan kulit.

Gbr 3.26

Gbr 3.25

32

REPAIR HERNIA INSISIONAL 3


Reparasi ini bisa diperkuat dengan dilapis jala
dan fiksasi jala di tempatnya dengan jahitan
terputus non-serap.

Gbr 3.27

Gbr 3.28

HERNIA

Jaringan aponeurosis yang sehat penting


didiseksi pada setiap sisi defek. Masukkan suction drain dan tutup lapisan aponeurosis dengan
jahit rangkap dekat-dan-jauh. Masukkan semua
benang sebelum mengikatnya.

Tutup kulit dengan jahitan serap subkutis.


Pokok-pokok penting
1.

2.
3.

Hernia insisional biasa terjadi sebagai akibat teknik bedah yang buruk pada penutupan luka terdahulu.
Jadi, untuk mencegah hernia insisional pelajaran yang terpenting adalah menutup luka dengan
memuaskan sejak awal.
Jika hernia besar dengan defek kompleks, computed tomography bisa membantu menentukan batas
lesi.
Hernia insisional bisa sulit. Dokter bedah yang berpengalaman merupakan faktor terpenting dalam
mencegah rekurensi!

33

4
PAYUDARA

35

PAYUDARA

EKSISI BENJOLAN PAYUDARA


Indikasi
1. Jinak, misal fibroadenoma
2. Mungkin benjolan ganas, misal ragu dalam
penilaian (klinik/mamografi/sitologi)

Cengkeram benjolan dengan sepasang forsep


jaringan dan tarik benjolan melalui luka saat
jaringan sekitar dipisahkan dengan pisau.

Persiapan
1. Anestesi umum atau lokal
Prosedur
Fiksasi posisi benjolan di antara telunjuk dan ibu
jari sebelum memulai, karena banyak benjolan
menghilang saat kulit diinsisi. Jika anda masih
mengalami kesulitan, celup jari-jari anda dalam
cairan antiseptik kulit (misal Savlon) dan ulang
lagi. Insisi bisa dibuat melingkar jika dekat ke
puting usus, atau secara radial jika letaknya jauh.

Gbr 4.2

Gunakan retraktror Langenbeck untuk


memaparkan bagian dalam rongga dan lakukan
diatermi pada semua titik perdarahan. Rongga
ditutup dengan jahitan serap dan terputus.
Perhatikan jangan terlalu banyak distorsi
terhadap simetri payudara. Luka yang besar
harus didrainase dengan suction drain. Kulit
sebaiknya ditutup dengan jahitan serap subkutis.

Pokok penting
1.

Fiksasi benjolan ketika anda insisi

Gbr 4.1

36

Hematoma bisa menjadi masalah penting


jika hemostasis tidak efektif, karena bisa
menghalangi pencitraan berikutnya daripada
payudara atau mengalami infeksi sekunder.

BIOPSI UNTUK MENENTUKAN LOKASI 4

1. Mikrokalsifikasi yang diidentifikasi secara


radiografis, dan ada kecurigaan karsinoma
duktus
2. Lesi yang tidak teraba dengan kecurigaan
karsinoma

Prosedur
Dengan menggunakan mamogram untuk
meramal perjalanan kawat, tentukan titik yang
paling sesuai untuk insisi dan kulit disayat secara
transversal.
Tentukan lokasi kawat dan tarik ujung distal
melalui kulit ke dalam luka.

PAYUDARA

Indikasi

Proses lokalisasi bisa dikerjakan dengan


ultrasonografi atau sinar X dan biasanya
dilakukan oleh seorang ahli radiologi. Kawat
penuntun dibuat berduri, sehingga posisi dalam
payudara lebih mantap. Mamogram yang
memastikan penempatan yang benar dari kawat
dibawa ke kamar operasi bersama dengan
pasien.
Persiapan
1. Anestesi umum
2. Kawasan seluruh panjang kawat yang
terpapar harus diberikan larutan antiseptik.
Gbr 4.4

Ikuti kawat ke dalam substansi payudara, dan


hati-hati jangan sampai menggeser kawat.
Lakukan eksisi sekitar kawat dengan pinggir
yang rapih. Spesimen diberi tanda dengan
jahitan untuk memungkinkan penentuan orientasi
oleh ahli patologi. Sementara pasien dibius, kirim
spesimen untuk penilaian radiologis. Jika lesi
tidak ada atau tidak dieksisi secara lengkap, bisa
dikerjakan eksisi rongga lebih lanjut.
Jika eksisi telah dipastikan memadai, hemostasis diusahakan seksama. Tutup rongga dengan
jahitan terputus serap dan kulit ditutup dengan
jahitan serap subkutis.
Pokok penting
1.

Gbr 4.3

Jaga posisi kawat untuk tidak terganggu


selama transpor pasien.

37

PAYUDARA

EKSISI LEBAR DAN PEMBERSIHAN AKSILA


Indikasi
Tumor ukuran 4 cm atau kurang dengan tiga
penilaian positif dan mamogram menyingkirkan
penyakit multifokal.
Persiapan
1. Anestesi umum
2. Profilaksis anti-DVT stockings, heparin
3. Posisi terlentang dengan lengan pada
papan. Verban stockinette oklusif dikenakan
untuk memungkinkan perasat terhadap
lengan selama operasi.

Setiap titik perdarahan dikoagulasikan dengan


diatermi. Satu atau dua suction drain mungkin
dibutuhkan, tergantung pada jumlah perdarahan
yang terjadi. Cuci luka dengan larutan antiseptik.
Kemudian untuk mempertahankan alignment
jaringan, jahit subkutan dengan benang serap.
Penutupan kulit bisa dengan benang atau staple.
Diseksi lengkap perlu dilakukan terhadap
kelenjar getah bening aksila agar bisa
menentukan stadium tumor dengan tepat,
sehingga prognosis bisa diperkirakan. Tindakan
ini mencakup eksisi semua kelenjar getah bening
sampai ke pinggir medial pectoralis minor (Level
II).

Prosedur
Beri tanda insisi garis lengkung sebelum operasi,
untguk menjamin penutupan luka tidak terlalu
memperburuk kosmetik. Dalam memutuskan
ukuran insisi, pastikan bahwa anda telah
mencakup lokasi biopsi terdahulu.

Aksila harus diakses melalui insisi yang lateral


terpisah.

Tempat
biopsi

38

Gbr 4.5

Gbr 4.6

Lakukan insisi sekitar segmen yang


bersangkutan dan perdalam insisi, sambil
menjaga jarak dengan tumor (paling sedikit 1
cm). Terbaik ini dilakukan dengan diatermi.
Ketika fasia pectoralis ditemukan, pisahkan
jaringan payudara dari fasia dan angkat tumor.
Perhatikan orientasi tumor. Masukkan benang
silk dengan menggunakan sistem kode yang
dikenal untuk mengidentifikasi pinggir superior,
inferior, medial, lateral, superfisial dan profunda
daripada spesimen.

Naikkan flap kulit ke arah superior dan inferior.


Dengan menggunakan kombinasi diseksi tajam
dan tumpul, tentukan batas anterior dari latissimus dorsi yang membentuk batas anterior dan
posterior untuk diseksi.
Identifikasi dan potong pectoralis minor, untuk
mengakses nodus level II. Identifikasi dan
pertahankan nervus thoracodorsalis dan
thoracicus longus.

EKSISI LEBAR DAN PEMBERSIHAN AKSILA

Nervus intercostobrachialis

Vena aksilaris

Nervus
thoracobrachialis

Nervus thoracalis longus

Gbr 4.7
Batas atas untuk diseksi adalah vena aksilaris.
Diseksi jaringan aksila dari vena dengan
menggunakan swab Lahey, dengan tidak lupa
mengikat muara vena bila ditemukan.

Dengan perlahan-lahan diseksi isi aksila dari


saraf dan arteri penyertanya dengan
menggunakan swab kasa. Isi aksila sekarang
bisa diangkat en bloc. Lakukan drainase aksila
dengan suction drain. Bilas luka dengan betadin
dan kemudian tutup jaringan subkutan dengan
jahitan serap terputus, disusul dengan jahitan
subkutis untuk kulit.

PAYUDARA

Nervus intercostobrachialis sering dijumpai dan


ini harus dipertahankan bilamana mungkin.

Tutup luka dengan kasa tipis dan sedikit plaster


elastis (Elastoplast) untuk memberi tekanan
pada luka. Pressure dressing dilepas setelah
24 jam.

Pokok-pokok penting
1.

2.

3.

4.

Hematoma bisa dihindari seandainya anda


mengikuti langkah-langkah di atas, yakni
diatermi, drain, jahitan dalam dan pressure
dressing.
Informed consent harus menyebutkan rasa
kebas di aksila setelah operasi. Ini
disebabkan trauma /mengorbankan nervus
intercostobrachialis.
Usahakan diseksi aksila dilakukan dengan
benar dan bukan sekedar prosedur sampling karena kombinasi operasi aksila dan
radioterapi memiliki risiko tinggi untuk
terjadinya edema kelenjar getah bening.
Untuk menghasilkan efek kosmetik yang
bagus, payudara harus memiliki ukuran dan
bentuk yang adekuat.

Gbr 4.8
39

PAYUDARA

MASTEKTOMI PATEY MODIFIKASI


Indikasi
Bukti sitologis adanya karsinoma payudara

Diseksi harus dilakukan dengan sasaran


ketebalan 3-4 mm ke arah medial dan tambah
kira-kira 6-8 cm ke arah lateral.

Persiapan
1. Anestesi umum
2. Profilaksis anti-DVT-stockings, heparin.
3. Posisi terlentang dengan lengan pada
papan. Occlusive stockinette dressing
dipakai untuk memungkinkan perasat lengan
selama operasi.
Periksa
ketebalan

Prosedur
Gbr 4.10
Beri tanda batas-batas untuk insisi kulit sebelum
memulai operasi. Batas harus paling sedikit 3
cm dari tumor. Petunjuk anatomis untuk operasi
dibatasi di medial oleh sternum, lateral oleh latissimus dorsi, superior oleh klavikula dan inferior
oleh suatu titik 1-2 cm di bawah lipatan bawah
payudara (inframammary fold).

Saat pinggir bawah klavidula ditemukan, mulai


diseksi lebih dalam sampai terlihat fasia di atas
pectoralis mayor. Diseksi ini bisa dilakukan
dengan pisau ataupun diatermi.
Perdarahan dari pembuluh darah yang tembus
biasa dijumpai saat diseksi mendekati sternum
dan ini harus dikendalikan cepat dengan diatermi
koagulasi atau diikat. Flap inferior diangkat
dengan cara serupa.
Setelah perdarahan di dasar payudara berhenti,
alihkan perhatian anda ke aksila. Kupas
payudara ke arah lateral sampai pinggir anterior latissimus dorsi dicapai. Pectoralis mayor di
retraksi ke arah medial untuk memaparkan pectoralis minor. Selanjutnya pectoralis minor
diretraksi ke arah medial dan anterior. Kemudian
sebuah jari dijalankan di bawah otot dan otot
dipotong dekat dengan titik insersi nya ke processus coracoid dari skapula.

Gbr 4.9
Setelah insisi pisahkan skin flap dari jaringan
payudara di bawahnya. Mulai dengan flap atas.
Tempatkan tiga pasang forsep jaringan pada
jaringan subkutis dari batas kulit dan minta
asisten untuk melakukan traksi. Ke arah kaudal
kenakan traksi jaringan payudara dengan arah
berlawanan.
Gbr 4.11
40

MASTEKTOMI PATEY MODIFIKASI 4


PAYUDARA

Mulai dari bagian kaudal vena aksilaris, diseksi


dikerjakan hanya setelah nervus thoracicus longus dan thoracodorsalis diidentifikasi. Dengan
swab Lahey perlahan-lahan usap isi aksila dari
vena aksila dan ikat semua muara vena.

N. thoracalis longus

M. pectoralis lateralis
M. pectoralis major
M. pectoralis minor

A. subscapularis

M. Subscapularis

Gbr 4.12

M. Serratus anterior

M. Latissimus dorsi

Isi aksila diangkat sekaligus dengan payudara,


setelah menandai kelenjar getah bening paling
proksimal dengan jahitan untuk menentukan
orientasi patologis dari spesimen.
Tempatkan suction drain pada dasar payudara
dan satu pada aksila. Bilas luka dengan larutan

N. Thoracodorsalis

betadin sebelum menutup. Jaringan subkutan


didekatkan dengan jahit terputus dengan
benang serap, dan kulit ditutup dengan benang
subkutis atau staple. Verban tipis harus dipakai
untuk menutup luka dengan plaster untuk
memberi tekanan pada luka.

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.

4.

5.

Hemostasis sangat penting. Lebih baik menunggu beberapa menit selama operasi daripada harus
membawa pasien kembali ke kamar operasi untuk mengatasi hematoma yang terinfeksi.
Jaga jangan sampai diseksi flap kulit terlalu tipis agar tidak berlubang
Identifikasi nervus thoracicus longus sangat penting untuk mencegah terangkatnya skapula; juga
nervus thoracodorsalis harus diidentifikasi dan dipertahankan agar tidak menyebabkan kelumpuhan
latissimus dorsi.
Jika anda mendapatkan tekanan berlebihan ketika menutup kulit, anda harus lebih mengerok flap
kulit, karena tekanan berlebihan bisa menyebabkan nekrosis. Jika kulit penutup kurang, pertimbangkan
split skin graft.
Opsi untuk rekonstruksi dini harus dibicarakan dengan pasien sebelum operasi.

41

PAYUDARA

MASTEKTOMI SUBKUTAN
Indikasi
Ginekomastia
Persiapan

Angkat flap superior dengan diseksi anatara kulit


dan jaringan payudara. Saat puting susu
didekati, buat suatu titik pemotongan dengan
sudut 45 o untuk mencakup sebagian besar
jaringan duktus.

1. Anestesi umum
Prosedur
Lakukan insisi lengkung pada kulit di bagian inferior payudara (submammary)

Gbr 4.14

Setelah eksisi duktus selesai, kembali ke diseksi


jaringan subkutan di atas puting susu. Ketika
semua kulit telah dipisah dari massa payudara,
lakukan diseksi ke arah bawah sampai fasia
yang menutupi pectoralis mayor dijumpai.
Sekarang jaringan payudara bisa diangkat.

Gbr 4.13

Masukkan retraktor Langenbeck untuk


menginspeksi rongga dan memungkinkan
penghentian perdarahan dengan diatermi.
Masukkan suction drain dan tutup kulit. Kenakan
penutup luka dengan tekanan (pressure dressing).

Pokok-pokok penting
1.

2.

3.

4.

42

Jaringan payudara tidak selalu mudah untuk


dibedakan dari lemak subkutan, sehingga
jangan mengangkat terlalu banyak.
Biasanya sedikit jaringan duktus di bawah
puting susu dipertahankan untuk
menghindari distorsi bentuk.
Jangan khawatir dengan rupa awal setelah
operasi karena remodelling akan banyak
terjadi pada bulan-bulan berikutnya.
Untuk ginekomastia yang besar, kombinasi
eksisi dan liposuction mungkin lebih sesuai.

MIKRODOKEKTOMI

Discharge bercampur darah yang keluar terus


menerus dari satu muara duktus pada puting
susu

PAYUDARA

susu sepanjang garis probe, yang mengitari


muara duktus.

Indikasi

Insisi di atas probe

Persiapan
1. Anestesi umum atau lokal
Prosedur
Pencet payudara dan daerah puting susu sampai
keluar setetes discharge.

Gbr 4.16

Lepaskan kulit areola dari jaringan payudara di


bawahnya kira-kira 1 cm pada masing-masing
sisi probe dan eksisi segmen payudara yang
berisi probe dengan bantuan gunting, mulai dari
belakang muara duktus dan lanjutkan ke dalam
payudara.
Discharge
Insisi di atas probe

Gbr 4.15
Muara duktus dikanulasi dengan menggunakan
probe lakrimal dan biarkan probe di tempatnya
dengan menggunakan jahitan ukuran 3/0 yang
telah dijalankan melalui kulit sepanjang muara
duktus.Buat insisi radial ke dalam kulit puting
susu.

Pokok-pokok penting
1.

2.
3.

Tutup puting susu dengan plaster transparan


selam 24 jam sebelum operasi akan
membantu melokalisir discharge.
Jangan masukkan probe terlalu kuat karena
bisa salah jalan
Pressure dressing akan membantu
mencegah pembentukan hematoma

Diseksi di
belakang
duktus

Gbr 4.17

Hentikan perdarahan dengan diatermi dan


dekatkan jaringan payudara dengan jahit
terputus dengan benang serap. Tutup insisi kulit
dengan jahit subkutis dengan benang serap.

43

PAYUDARA

EKSISI DUKTUS MAYOR-OPERASI HADFIELD


Indikasi

Cengkeram jaringan duktus dan potong di dekat


permukaan bawah puting susu.

1. Discharge berdarah atau bening dari satu


atau lebih duktus pada wanita usia di atas
40 tahun
2. Ektasia duktus dengan discharge yang
cukup untuk menimbulkan rasa malu atau
tidak nyaman bagi pasien.
Persiapan
1. Anestesi umum
Prosedur
Duktus diakses melalui insisi periareolar karena
mudah dan efeknya baik terhadap kosmetik.
Gbr 4.19
Hentikan perdarahan sebelum pembuluh darah
tertarik. Periksa apakah eksisi lengkap dengan
membalikkan puting susu dan menyisir setiap
duktus yang tersisa dengan gunting.

Gbr 4.18
Perdalam insisi melalui jaringan subkutan. Ikat
semua pembuluh darah dengan benang serap.
Bidang yang tepat untuk diseksi terletak antara
lobulus lemak daripada payudara dan areola,
sehingga anyaman pembuluh darah di bawah
kulit terjaga. Naikkan areola dengan kait untuk
memaparkan sistem duktus utama, kemudian
jalankan suatu forsep arteri lengkung di belakang
puting susu. Ini membuat terowongan.

Pokok penting
Gbr 4.20
1. Jangan perluas insisi lebih dari 180o
karena risiko nekrosis nipple tinggi

Tutup kulit dengan jahit terputus benang serap


ukuran 4/0. Suction drain mungkin diperlukan.
44

INSISI DAN DRAINASE ABSES PAYUDARA

Abses payudara

Jika rongga sangat besar, insisi kedua bisa


dibuat untuk drainase pus secara terpisah. Pada
kasus ini drain bisa dimasukkan melalui satu
insisi dan keluar melalui insisi lainnya.

PAYUDARA

Indikasi

Persiapan
1. Anestesi umum
2. Antibiotik intravena pada induksi
3. Posisi terlentang
Prosedur
Tentukan bagian abses yang paling berfluktuasi.
Tentukan pusat insisi radial di atas abses dan
insisi ke dalam rongga abses. Siapkan swab
untuk pus dan ambil dan kirim sampel untuk
pemeriksaan biakan dan sensitivitas.

Gbr 4.22

Tutup luka dengan verban serap (absorbent


dressing) dan beri penyangga dengan kutang
yang pas.

Gbr 4.21
Masukkan sebuah jari ke dalam rongga dan
pastikan semua lokulasi telah dipecah.
Rongga abses bisa diisi dengan alginate dressing atau drain bisa dibiarkan in situ.

Pokok-pokok penting
1.

2.

3.

4.

Jika abses terbukti disertai kerusakan jaringan,


misal iskemia kulit. Lakukan drainase dini
karena jika tidak bisa terjadi cacat menetap.
Sebaiknya dilakukan biopsi pada semua kasus
sehingga suatu karsinoma inflamatorik tidak
akan luput terdeteksi
Jika pasien memperlihatkan tanda-tanda
iskemik dari sepsis atau ada selulitis, antibiotik
harus diteruskan pada masa pasca operasi.
Aspirasi atau drainase perkutan berulang kali
di bawah tuntunan ultrasonografi sekarang
telah berhasil menyembuhkan banyak abses
payudara.

45

5
GASTROINTESTINAL
ATAS

47

ESOFAGO-GASTRODUODENOSKOPI

GASTROINTESTINAL ATAS

Indikasi
Diagnostik
Evaluasi gejala-gejala gastrointestinal atas
Terapeutik
1. Injeksi varises/ulkus yang berdarah
2. Memasukkan pipa makanan, misal PEG
(percutaneous endoscopic gastrostomy)
3. Memasukkan luminal stent
4. Dilatasi struktura esofagus
Persiapan
1. Prosedur biasanya dilakukan dengan sedasi
intravena atau anestesi topikal ke orofaring
2. Pemantauan konstan terhadap saturasi
oksigen
3. Posisi lateral dekubitus kiri, menghadap
dokter bedah

Prosedur
Sebelum mulai, penting untuk membiasakan diri
dengan penanganan alat, termasuk
pengendalian ujung endoskop maupun fasilitas
pencuci dan aspirasi.
Tempatkan mouthguard untuk melindungi
endoskop. Masukan skop dengan pengamatan
langsung untuk tertap berada di tengah. Minta
pasien menelan ketika mereka merasakan
tekanan dari skop.
Esofagus
Majukan endoskop perlahan, sambil
mempertahankan alat di tengah. Insuflasi
dengan udara bila dibutuhkan untuk
mengembangkan esofagus agar jelas terlihat.
Penting untuk memeriksa seluruh keliling
esofagus dengan seksama untuk menyingkirkan
lesi mukosa.
Patokan pertama adalah kompresi ekstraluminal
yang disebabkan bronkus sinistra dan arcus
aorta. Gastro-esophageal junction terletak kirakira 38-40 cm dan ditandai oleh perubahan
warna dan gambaran kasar karena peralihan
mukosa. Batas hiatus esofagus bisa ditentukan
dengan meminta pasien menarik napas dalam,
karena ini menyebabkan hiatus menekan dinding
esofagus.

Gbr 5.1
48

ESOFAGO-GASTRODUODENOSKOPI

Putar ujung endoskop sekeliling aksis saat ujung


masuk ke dalam lambung sehingga
memungkinkan visualisasi dinding anterior dan
posterior serta sebagian besar kurvatura minor
dan mayor.

Pada akhir inspeksi luruskan skop sebelum


menarik ke esofagus. Volume air yang ditiup
untuk visualisasi menyebabkan rasa mual dan
tidak nyaman bagi pasien, sehingga penting
untuk membuang udara sebelum menarik skop
pada akhir prosedur.

GASTROINTESTINAL ATAS

Lambung

Gbr 5.3

Mengambil spesimen jaringan


Gbr 5.2
Jalankan terus endoskop ke arah prepilorus.
Identifikasi pilorus dan posisikan skop tepat di
atas pilorus. Ketika pilorus relaksasi majukan
skop ke dalam duodenum dan lakukan inspeksi
mukosa dengan seksama.
Setelah selesai memeriksa duodenum, tarik skop
melalui pilorus. Lakukan perasat J untuk
memvisualisasi kardia, fundus dan bagian atas
dari kurvatura minor dan mayor. Untuk
melakukan ini, putar skop ke arah kurvatura
mayor dan tekuk (angulasi) ujung endoskop 180o
ke atas.
Perlahan-lahan tarik skop sambil melakukan
rotasi ujungnya sehi ngga memungkinkan
visualisasi struktur proksimal. Anda bisa yakin
bahwa perasat ini selesai ketika anda
memvisualisasi endoskop sedang memasuki
lambung

Lesi mukosa yang diidentifikasi selama


endoskopi bisa dibiopsi dengan menggunakan
forsep cangkir yang dimasukkan melalui port
samping dari skop. Biopsi bisa dikerjakan untuk
pemeriksaan histologis atau ditempatkan pada
media biakan untuk H. pylori.

Pokok-pokok penting
1.
2.

3.

Pemantauan pasien sangat penting,


khususnya bila pasien diberi sedasi
Pemasukan endoskop dengan perlahan dan
teliti dengan inspeksi seksama terhadap
permukaan mukosa esofagus dan lambung
sangat kritis. Penanganan yang kasar bisa
mengakibatkan trauma mukosa dan
perdarahan sehingga menghambat
visualisasi lengkap.
Biopsi dari beberapa tempat perlu dilakukan
pada semua lesi yang mencurigai.

49

GASTROINTESTINAL ATAS

PERCUTANEOUS ENDOSCOPIC GASTROSTOMY


Indikasi
Dukungan nutrisi enteral jangka panjang bila
asupan makanan oral tidak mungkin, misal
setelah Cerebrovascular Accident.

Suatu metode alternatif untuk memastikan posisi


yang sesuai adalah mematikan semua lampu
kamar operasi dan melihat hanya dengan lampu
endoskop.

Persiapan
1. Anestesi lokal ke kulit dan anestesi topikal
ke orofaring.

Hati

Iga

Prosedur
Titik optimal untuk gastrostomi biasanya
ditunjukkan oleh suatu titik sepertiga jarak dari
pinggir iga (pada garis mid-klavikula) ke
umbilikus.

Kolon
Skop

Lambung

Gbr 5.5
Buat sebuah insisi kecil pada kulit dinding abdomen dan masukkan jarum trokar dengan
inspeksi langsung ke dalam lambung. Jalankan
lipatan benang nilon melalui trokar dan ambil
benang dengan snare atau forsep biopsi melalui
gastroskop.

Titik gastrostomi
(2 cm dari arcus costa)

Gbr 5.4
Masukkan gastroskop dan lakukan insuflasi
untuk mengembangkan lambung. Kerjakan
pemeriksan endoskopik lengkap daripada
lambung. Tekan dinding abdomen dengan
sebuah jari di titik untuk gastrostomi. Jika tidak
ada organ di antara lambung dan dinding abdomen, maka akan terjadi indentasi yang dilihat
melalui endoskop. Jika pandangan ini tidak jelas,
kolon transversum mungkin menghambat
rencana prosedur gastrostomi.

50

Gbr 5.6

Snare

Tarik gastroskop dan snare, sambil menarik


benang nilon melalui mulut.

PERCUTANEOUS ENDOSCOPIC GASTROSTOMY

5
GASTROINTESTINAL ATAS

Gbr 5.7

Ikat pipa gastrostomi ke benang nilon, dan tarik


kembali ke dalam lambung, sampai keluar
melalui dinding abdomen. Fiksasi pipa
gastrostomi dengan cakram.

Gbr 5.8
Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.

Jika anda tidak yakin apakah ada organ lain di antara lambung dan dinding abdomen, maka pilih
posisi alternatif untuk gastrostomi.
Cakram difiksasi ketat selama 48 jam untuk mencegah bergesernya gastrostomi
Tinggalkan gastrostomi untuk drainase selama 24 jam. Setelah itu baru pemberian makan dimulai.
Endoskopi ulangan setelah prosedur tidak diperlukan.

51

GASTROINTESTINAL ATAS

GASTROENTEROSTOMI
Indikasi
1. Stenosis pilorus karena jaringan parut atau
tumor
2. Sebagai alternatif daripada piloroplasti
setelah vagotomi

Dengan menggunakan diatermi potong, buat


insisi 5 cm pada jejunum, kemudian lakukan insisi
dengan panjang sama pada lambung.

Persiapan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anestesi umum
Pipa nasogastrik
Profilaksis antibiotik
Profilaksis anti-DVT -stockings, heparin.
Kateter urin
Posisi terlentang
Gbr 5.10

Prosedur
Gastroenterostomi anterior
Melalui insisi median bagian atas, angkat
mesokolon transversum dan identifikasi jejunum
proksimal saat jejunum mulai kelihatan dari
ligamen Treitz. Bawa loop jejunum proksimal di
sekeliling kolon transversum dan omentum
mayus sehingga jejunum terletak sepanjang
dinding anterior lambung. Buat anastomosis sisi
ke sisi, yang dimulai dengan jahitan kontinyu
seromuskular antara lambung dan jejunum
dengan menggunakan benang yang dapat
diserap (benang serap).

Seluruh tebal lambung dan jejunum


dijahit

Dengan menggunakan benang serap berujung


rangkap, tempatkan jahitan (stitch) pertama
melalui seluruh tebal dinding posterior lambung
dan jejunum pada titik tengah anstomosis. Ikat
benang sehingga kedua ujung setara. Kemudian
lanjutkan anastomosis dinding posterior dengan
teknik full-thickness over-and-over sampai anda
mencapai sudut.

Gbr 5.11

Jahitan seromuskular posterior

Gbr 5.9
52

Kerjakan prosedur sama dengan arah


berlawanan sampai dicapai sudut. Untuk sudutsudut, lanjutkan cara yang sama, yaitu dari dalam
keluar dan dari luar ke dalam.
Lanjutkan anastomosis aspek anterior dengan
menggunakan jahitan kontinyu full thickness,
sampai dua pertiga panjang benang bertemu di
gasris tengah. Setelah mengikat benang, anastomosis anterior diselesaikan dengan jahitan
seromuskular. Benang yang sama yang
digunakan untuk jahitan seromuskular posterior
bisa digunakan untuk ini, dan ketika selesai
benang diikat diujungnya.

GASTROENTEROSTOMI

Gastroenterostomi posterior
Bebaskan omentum mayus dari curvatura mayor
lambung sepanjang 10 cm untuk memungkinkan
akses ke bursa omentalis. Angkat kolon
transversum dan buat jendela 7 cm pada dasar
mesokolon ke bagian kiri dari vasa colica media, dan pada tempat di mana tidak ada
persilangan pembuluh darah. Identifikasi
lengkung jejunum seperti halnya untuk
gastroenterostomi anterior dan lewatkan
lengkung usus melalui jendela sehingga terletak
di dalam bursa omentalis. Pakai forsep lunak ke
bagian proksimal jejunum sebagai marker dan
awas jangan sampai jejunum terpuntir selama
manipulasi.
Lakukan anastomosis antara lambung dan jejunum dengan menggunakan teknik yang sama
seperti pada pendekatan anterior.

Setelah anastomosis selesai, kembalikan kolon


transversum ke posisi semula serta tarik sedikit
secara perlahan-lahan lengkung jejunum melalui
jendela mesokolon tadi sehingga anastomosis
terlihat. Tempatkan beberapa jahitan terputus
dengan benang serap antara pinggir mesokolon
dan lambung.
Ikat pinggir mesokolon ke lambung

GASTROINTESTINAL ATAS

Biasanya tidak dibutuhkan drain. Tutup luka


seperti menutup laparotomi median.

Gbr 5.13
Biasanya tidak dibutuhkan drain. Tutup luka
seperti pada laparotomi median.

Gbr 5.12

Gastrojejunostomi posterior

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.

Pendekatan anterior merupakan opsi lebih mudah; akan tetapi tidak begitu fisiologis dibanding
gastroenterostomi posterior dan lebih cenderung terjadi obstruksi.
Periksa dengan seksama segmen usus yang digunakan dan pastikan segmen ini tidak terpuntir.
Gastroenterostomi harus isoperistaltik, artinya peristalsis di puncak lengkung(loop) harus dari
kanan ke kiri.
Usahakan hemostasis yang baik, khususnya pada sisi lambung dari anastomosis.

53

GASTROINTESTINAL ATAS

OPERASI UNTUK PERFORASI TUKAK PEPTIK


Indikasi
Perforasi akut dari duodenum

Dapatkan sehelai omentum yang bisa


digerakkan ke titik perforasi; letakkan omentum
tersebut menutupi perforasi dan ikat longgar
benang jahit ke puncak omentum.

Persiapan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jahitan jangan terlalu kencang

Anestesi umum
Pipa nasogastrik
Profilaksis antibiotik
Profilaksis anti-DVT- stockings, heparin
Kateter urin
Posisi terlentang

Prosedur
Melalui laparotomi median atas, identifikasi
lambung dan telusuri ke distal sampai duodenum.
Perforasi biasanya dijumpai pada permukaan
anterior dari bagian pertama duodenum.
Identifikasi perforasi dan masukkan tiga benang
jahit serap melalui duodenum pada kedua sisi
perforasi.

Gbr 5.15
Bilas rongga peritoneum dengan seksama untuk
membuang sisa makanan dan tutup seperti pada
laparotomi.

Pokok-pokok penting
1.
2.

Gbr 5.14

54

Jangan ikat omentum terlalu kuat, karena bisa


nekrosis.
Jika tidak terbukti ada perforasi di permukaan
anterior, mobilisir permukaan posterior
lambung. Jika didapatkan tukak lambung yang
perforasi, lakukan biopsi karena mungkin saja
ini tukak ganas. Jika perforasi kecil tutup
dengan cara sama seperti pada tukak duodenum. Jika tukak berukuran besar dan rapuh,
dibutuhkan gastrektomi parsial.

OPERASI UNTUK PERDARAHAN TUKAK PEPTIK

Perdarahan dari tukak yang gagal memberi


respon terhadap pengobatan konservatif atau
endoskopik.
Persiapan
1.
2.
3.
4.
5.

Anestesi umum
Pipa nasogastrik.
Profilaksis antibiotik.
Kateter urin.
Posisi terlentang.

Masukkan pipa penyedot ke dalam lumen duodenum untuk mengidentifikasi titik perdarahan,
yang biasanya terlihat di dinding posterior.
Mungkin ada baiknya menyumpal pilorus dengan
swab untuk mencegah darah menyembur dari
lambung sehingga menggangu pandangan.
Masukkan benang ukuran 1 di bawah arteri
gastroduodenalis yang berjalan di belakang
duodenum.

GASTROINTESTINAL ATAS

Indikasi

Prosedur
Setelah abdomen dibuka melalui insisi median,
anda akan menjumpai lambung mengalami
distensi karena darah dan usus halus terlihat
abu-abu karena adanya darah di dalam lumen.
Masukkan dua benang tinggal dalam dinding
duodenum dan buka duodenum secara longitudinal.
Gbr 5.17

Ambil agak dalam

Kait agak dalam agar bisa menjangkau arteri,


tetapi jangan terlalu dalam karena saluran
empedu terletak berdekatan. Ikat benang kuatkuat dan pastikan perdarahan telah berhenti.
Lepas swab kasa dan evakuasi benkuan darah
dari lambung. Bergantung pada derajat parut
duodenum yang ditimbulkan oleh tukak, anda
bisa berlanjut ke piloroplasti atau
gastroenterostomi.
Biasanya tidak diperlukan drain. Tutup luka
seperti pada laparotomi median.

Pokok-pokok penting
Gbr 5.16
Jika anda tidak bisa mengidentifikasi sumber
perdarahan di duodenum, curigai sumber di
lambung. Perlebar insisi ke arah proksimal
untuk mencari patologi yang tak terdiagnosis
sebelumnya, misal tukak lambung, erosi atau
varises.

55

GASTROINTESTINAL ATAS

KOLESISTEKTOMI LAPAROSKOPIK
Prosedur

Indikasi
1. Batu empedu simtomatik yang menyebabkan
kolesistitis, kolik bilier atau pankreatitis.
2. Mukokel atau empiema kandung empedu.
3. Kolesistitis tanpa batu

Tempatkan pasien dalam posisi Trendelenberg


terbalik untuk memindahkan usus halus menjauhi
panggul. Persiapkan seperti untuk laparoskopi
dan masukkan trokar umbilikus.
Tempatkan trokar-trokar yang lain sebagaimana
diperlihatkan

Persiapan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anestesi umum
Pipa nasogastrik
Profilaksis antibiotik
Profilaksis anti-DVT stockings, heparin
Kateter urin atau mikturasi terakhir dicatat
Posisi terlentang pada meja sinar-X yang
dilengkapi dengan penguat citra (image intensifier). Jika fasilitas skrining tidak
tersedia, penting bahwa pasien berada
dalam posisi tepat dengan ujung iga ke 9
berada di atas pertengahan kaset dan krista
iliaka pada pinggir film (Gambar 5.18).
7. Periksa instrumen pastikan instrumen
dalam keadaan baik termasuk, jarum Veress
tajam dengan mesin suction/irigasi yang
berfungsi.
Trendelenburg dengan berputar ke lateral kiri
untuk menggerakan omentum dari kuadran
leteral kanan.

10 mm
5 mm

5 mm
10 mm

Gbr 5.19
Masukkan trokar epigastrik berdiameter 10 mm
di bawah inspeksi langsung, tepat di sebelah
kanan garis tengah berseberangan dengan
pertengahan pinggir iga (costal margin). Sering
ada manfaat daripada menempatkan trokar di
kanan ligamen falsiformis untuk memudahkan
akses instrumen. Tempatkan dua kanula 5 mm
di kanan linea aksilaris anterior kanan dan linea
mid-klavikula. Posisi-posisi ini bisa bervariasi
menurut anatomi pasien. Port ke 5 mungkin
diperlukan pada pasien gemuk atau pada pasien
dengan lobus Riedel. Sekarang ubah posisi
pasien ke posisi

Arcus costa di
pertengahan film

Gbr 5.18
56

Crista iliaca di
pinggir film

Genggam kandung empedu dengan instrumen


lateral 5 mm dan tarik ke arah kranial. Gunakan
pemegang kedua berukuran 5 mm untuk
menahan korpus kandung empedu selama
diseksi.

KOLESISTEKTOMI LAPAROSKOPIK
Setelah menjepit fundus kandung empedu dan
arteri sistikus, masukkan trokar jarum panjang
dengan kanula di bawah inspeksi langsung.
Buat sebuah insisi kecil di duktus sistikus dan
masukkan kanula. Stabilkan kanula dengan
penekanan ringan menggunakan klip. Naikkan
sisi kiri meja 10-15 derajat sehingga saluran
empedu tidak tumpang tindih dengan vertebra

Arteri sistikus

GASTROINTESTINAL ATAS

Dengan menggunakan forseps diseksi 5 mm,


misal Petelin atau Maryland, kupas peritoneum
yang menutupi fundus kandung empedu dan
perlebar diseksi melalui duktus sistikus ke trigonum Calot. Lakukan diseksi duktus sistikus
dengan menggunakan pemegang mid-klavikula
untuk mengungkit kandung empedu ke arah
kranial sehingga membuat jendela untuk diseksi.

Duktus sistikus

Gbr 5.21
Gbr 5.20
Jangan memotong, menjepit atau diatermi setiap
struktur sebelum anatomi jelas terlihat. Jangan
melakukan diseksi pertemuan duktus sistikus
dan duktus koledukus. Diseksi tumpul hampir
selalu memadai dan diatermi harus dihindarkan
jika mungkin pada tahap ini (lihat bagian tentang
diatermi pada Bab 1).

lumbal. Intensifikasi citra lebih disukai karena


port sering tidak jelas dan bisa bergeser oleh
operator.
Jika ada batu, pikirkan alternatif : teruskan
dengan laparoskopi, kolesistektomi, ERCP,
eksplorasi laparsokopik daripada saluran
empedu, atau tukar dengan kolesistektomi
terbuka.

Kolangiografi operatif
Ada silang pendapat tentang pengerjaan rutin
dari kolangiografi. Namun, pada situasi di mana
anatomi tidak jelas, harus tersedia fasilitas,
sehingga dibutuhkan teknik yang aman dan
konsisten.

57

GASTROINTESTINAL ATAS

KOLESISTEKTOMI LAPAROSKOPIK
Setelah kolangiografi selesai, jepit dan potong
duktus sistikus.

Gunakan mesin suction/irigasi


mempertahankan viabilitas.

untuk

Jika anda menusuk kandung empedu dan batu


tumpah, kumpulkan. Mungkin perlu untuk
memasukkan kantung disposable untuk
menampung batu sehingga meminimalkan
tumpahan.

Gbr 5.22

Gunakan irigasi dengan salin yang telah diberi


heparin untuk memudahkan pengangkatan
bekuan. Kandung empedu bisa diangkat melalui
port umbilikal ataupun epigastrik. Pengangkatan
melalui port epigastrik tidak menyebabkan
terhalangnya visualisasi. Drain bisa dimasukkan
melalui port 5 mm dan bisa ditaruh langsung ke
dalam liver bed.

Golden rule adalah diseksi harus sedekat


mungkin dengan kandung empedu untuk
menghindari setiap efek yang disebabkan
kelainan anatomi.
Kandung empedu sekarang bebas untuk
dipisahkan dari hati (liver bed). Ini bisa dikerjakan
dengan diseksi tumpul atau tajam, dengan
diatermi atau diseksi air ultrasonik. Usahakan
selalu dekat dengan kandung empedu untuk
menghindari perdarahan berlebihan dari hati.

Pokok-pokok penting
1.

2.

3.

4.

5.

Gbr 5.23
58

Pasien dengan risiko tinggi batu duktus


koledukus harus diidentifikasi sebelum
kolesistektomi laparoskopik dan menjalani
ERCP terelebih dulu.
Kolesistektomi laparoskopik sebaiknya
dihindarkan pada pasien yang sedang
mendapat antikoagulan.
Kolesistektomi laparoskopik sebaiknya
dihindarkan jika pada ultrasonografi dicurigai
adanya keganasan kandung empedu.
Jika kandung empedu tegang dan distensi,
dekompresi perlu dikerjakan untuk membantu
cengkeraman.
Ada sejumlah variasi anatomis penting
daripada suplai arteri maupun drainase
empedu. Jadi hati-hati dalam mengidentifikasi
semua struktur sebelum memotongnya. Jika
ada keraguan tentang anatomi atau komplikasi
perdarahan, rujuk ke ahli bedah digestif atau
alihkan segera ke prosedur terbuka.

KOLESISTEKTOMI TERBUKA

1. Sama seperti kolesistektomi laparoskopik.


2. Adanya kontraindikasi untuk kolesistektomi
laparoskopik
3. Prosedur laparoskopik gagal.
Persiapan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anestesi umum.
Pipa nasogastrik.
Profilaksis antibotik
Profilaksis anti-DVT stockings, heparin
Kateter urin jika ikterus
Posisi terlentang pada meja sinar-X yang
dilengkapi dengan penguat citra (image intensifier)

Potong dan ikat ligamen falsiformis dan lakukan


laparotomi. Jalankan sebuah tangan di lobus
kanan hati untuk memasukkan udara karena ini
membantu pemaparan. Gunakan handuk abdomen yang hangat dan lembab untuk
membungkus kolon dan lambung dari medan
penglihatan. Hati ditarik perlahan-lahan untuk
mengoptimalkan pemaparan. Tempatkan forsep
spons pada fundus dan forsep kedua pada
Hartmanns pouch. Pegang instrumen pada
tangan anda yang tidak-dominan dan dengan
hati-hati potong peritoneum di atas duktus
sistikus.

GASTROINTESTINAL ATAS

Indikasi

Prosedur
Opsi-opsi untuk insisi mencakup Kocher klasik,
mini-Kocher, paramedian, median atau transversal kanan atas. Penulis menganjurkan yang
terakhir.
Dengan hati-hati sayat peritoneum di atas duktus

Untuk insisi melintang, kerjakan insisi kulit dan


jaringan subkutan. Kemudian potong fasia rectus anterior pada garis insisi kulit. Masukkan
forsep besar di belakang rektus untuk menarik
swab. Swab ini akan melindungi lapisan-lapisan
dalam. Gunakan diatermi untuk memotong otot.
Jaga untuk mengidentifikasi semua pembuluh
darah sebelum pembuluh ini tertarik ke dalam
ujung-ujung otot yang terpotong.

Gbr 5.25
Jauhkan jaringan adventisia dari duktus sistikus
dengan menggunakan pledget dan dengan
lembut jalankan ujung forsep di bawahnya.

Benang jahit

Gbr 5.26
Gbr 5.24

Memotong rektus

59

GASTROINTESTINAL ATAS

KOLESISTEKTOMI TERBUKA
Potong lembar posterior dari peritoneum dan
dengan hati-hati jalankan benang serap di
belakang duktus.

Jika duktus sistikus tidak mungkin dikanulasi, ikat


benang distal dan dengan hati-hati masukkan
jarum 25-G ke dalam duktus koledukus.
Ungkit sisi kiri meja ke atas kira-kira 10 15
derajat, sehingga tidak menonjolkan saluran
empedu di atas vertebra. Periksa pasien sambil
menyuntikkan 10 ml zat warna radiopak.
Identifikasi, ikat dan potong arteri sistikus saat
melintasi trigonum Calot.
Posisi normal dari
arteri sistikus

Gbr 5.27

Sayatan daun
posterior dari
peritoneum

Pertemuan antara duktus sistikus dan duktus


koledukus sekarang terlihat jelas. Setelah anda
bisa melakukan inspeksi dengan jelas, duktus
sistikus boleh diikat. Tempatkan ikatan proksimal
sedekat mungkin ke kandung empedu dan
benang kedua beberapa milimeter sebelah distal dari ini. Jika akan dilakukan kolangiografi,
benang distal harus ditempatkan tetapi tidak
diikat.
Kolangiografi operatif
Masukkan kateter kolangiogram melalui sebuah
insisi kecil di duktus sistikus dan sekali telah
berada dalam posisinya lakukan pengikatan.

Gbr 5.29
Lakukan diseksi kandung empedu menjauhi hati
dengan menggunakan gunting atau diatermi.
Jangan tergoda untuk menggunakan jari untuk
diseksi tumpul karena ini meninggalkan
permukaan yang mudah berdarah. Lebih baik
meninggalkan serosa daripada memotong ke
dalam parenkima hati.

Selalu dekat ke
kandung
empedu

Gbr 5.28
60

Gbr 5.30

KOLESISTEKTOMI TERBUKA

Jika diidentifikasi batu, maka ini harus diangkat.


Tempatkan benang-benang tinggal dalam
dinding duktus koledukus dan buat insisi longitudinal antara benang-benang tersebut tepat di
atas duodenum.

Tes patensi pipa T dengan menyuntikkan sedikit


salin. Setelah selesai, tutup duktus dengan
jahitan terputus dan benang serap.

Gbr 5.33

Test untuk kebocoran

GASTROINTESTINAL ATAS

Eksplorasi duktus koledukus

Perdarahan bisa dihentikan dengan penggunaan


diatermi. Jika sedikit darah masih menyembur
maka sekeping Kaltrostat bisa ditempatkan pada
liver bed. Bila perdarahan berhenti, tempatkan
suction drain dalam fossa kandung empedu dan
tutup luka.
Pokok-pokok penting
Gbr 5.31

1.

Batu kecil bisa disembur keluar dengan bantuan


salin yang dimasukkan melalui kateter kecil.
2.
Membilas batu

3.
4.

5.

Gbr 5.32
Batu yang lebih besar membutuhkan kateter
Fogarty atau forsep Desjardin. Periksa dengan
koledoskop bahwa semua batu telah diekstraksi.
Bila saluran bersih dan ada aliran zat kontras
ke duodenum, masukkan pipa T ke dalam
saluran empedu dan keluarkan melalui dinding
abdomen.

6.

Rahasia untuk memaparkan pertemuan


duktus sistikus dan duktus koledukus adalah
memberi tegangan pada duktus sistikus.
Saat operasi berlangsung, pandangan bisa
diperbaiki dengan mengubah posisi forsep.
Jangan memotong atau mengikat sampai
anda yakin dengan kejelasan struktur
anatomi.
Pemasukan ujung forsep arteri ke dalam
duktus sistikus akan membuat lebih mudah
untuk kanulasi.
Jika sedang dilakukan kolangiogram, hatihati hangan memasukkan udara, karena
gelembung udara sukar dibedakan dari batubatu kecil.
Jika anda tidak bisa mengangkat/
mencongkel batu yang terbenam dalam
duktus koledukus, kerjakan duodenotomi
dan sfingterektomi atau koledokoduodenostomi. Sebagai alternatif, ini bisa
dilakukan pasca operasi dengan ERCP.
Suatu teknik alternatif yang berguna pada
kasus dengan struktur anatomi yang sulit,
adalah diseksi retrograd dari kandung
empedu. Ini membebaskan kandung
empedu sehingga memungkinkan evaluasi
seksama terhadap anatomi dan
meninggalkan ligasi pembuluh darah
sebagai langkah akhir.

61

GASTROINTESTINAL ATAS

SPLENEKTOMI
Indikasi
1. Elektif : 2.

Darurat: -

Kelainan hematologis
Bagian dari bedah radikal dari
abdomen atas
Kista/tumor limpa
Penentuan stadium limfoma
(jarang dikerjakan)
Trauma

Pendekatan terhadap limpa yang ruptur berbeda


dari suatu splenektomi elektif. Pasien yang
mengalami trauma limpa harus ditangani
pertama kali dengan protokol ATLS (advanced
trauma life support) dengan kontrol jalan napas,
pernapasan dan sirkulasi. Bilas peritoneum atau
pemeriksaan radiologis harus digunakan untuk
menilai cedera abdomen sebelum operasi.
Persiapan
1.
2.
3.
4.
5.

Anestesi umum.
Pipa nasogastrik.
Profilaksis antibiotik.
Profilaksis anti-DVT- stockings, heparin.
Posisi terlentang

Prosedur
Bisa digunakan insisi paramedian kiri atas, median, transversal atau subkostal kiri. Pada kasus
trauma, insisi mediana memungkinkan akses
yang lebih baik ke alat dalam lainnya.

Gbr 5.34
Sekarang geser limpa ke atas dengan tangan
kiri dan perlahan-lahan dorong peritoneum
dengan swab pada stick.. Jaringan terus disapu
dari belakang limpa, saat limpa dibawa ke arah
luar. Kemudian omentum bisa dilepas dari kutup
bawah dengan memotong vasa gastroepiploica
sinsitra antara forsep arteri dan ligasi dengan
benang serap. Pada tahap ini, vasa brevia yang
berjalan dari kutup atas limpa ke lambung melalui
ligamen gastro-lienalis harus diikat dan dipotong
sendiri-sendiri. Jaga untuk tidak merusak
lambung.
Kemudian perhatian dialihkan ke pembuluh
limpa. Jalankan beberapa jari kiri ke sekeliling
hilus dan palpasi cabang-cabang arteri lienalis
saat arteri tersebut memasuki limpa. Dengan ibu
jari pada kauda pankreas untuk melindunginya,
klip dan pisahkan cabang-cabang ini beserta
vena-venanya.

Splenektomi elektif
Langkah pertama dan terpenting adalah
memotong ligamen lieno-renalis. Dengan berdiri
di sebelah kanan pasien, dan dengan asisten
menarik perlahan pinggir kiri dari luka operasi,
jalankan satu tangan pada limpa ke bawah
sampai ligamen lieno-renalis. Dengan lembut,
tarik limpa dan potong ligamen lieno-renalis,
mulai dari bagian bawah dan bergerak ke atas
kutup atas dengan menggunakan gunting
dengan gagang panjang.
62

Gbr 5.35

SPLENEKTOMI

Splenektomi darurat
Pada kasus ruptur limpa, perdarahan massif bisa
mengaburkan inspeksi. Prosedur pertama
adalah mengevakuasi bekuan secara manual
dan dengan bantuan suction. Jalankan tangan
anda ke hilus untuk mengendalikan perdarahan
dengan menekan arteri dan vena lienalis di
antara telunjuk dan ibu jari. Jika perdarahan tidak
berhenti, gunakan klem non-crushing untuk
menjepit hilus. Ini memungkinkan penilaian
terhadap tingkat kerusakan limpa. Jika
tatalaksana konservatif tidak berhasil, maka
harus dilakukan splenektomi formal.

Jika pada laparoskopi perdarahan terlihat


berasal dari laserasi tunggal ini bisa dijahit
(splenorafi). Sebagai alternatif, jika ada avulsi
lengkap atau parsial dari fragmen limpa,
splenektomi parsial bisa dikerjakan dengan
memotong arteri dan vena lienalis yang
memasok kutup bersangkutan. Kemudian
fragmen direseksi dan pinggir dijahit dengan
jahitan matras benang serap. Kecelakaan yang
melepas kapsul, seperti ruptur dari hematoma
subkapsular bisa ditangani dengan aplikasi zat
hemostatik topikal dan membungkus limpa
dengan jala serap (absorbable mesh).

GASTROINTESTINAL ATAS

Selanjutnya sisa ligamen gastro-lienalis bisa


dipotong. Limpa bisa diangkat dan pembuluhpembuluh utama diikat rangkap dua, arteri
sebelum vena. Suction drain ditempatkan pada
rongga subfrenik dan dinding abdomen ditutup
lapis demi lapis.

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.
5.

6.

7.

8.

Limpa harus selalu ditangani dengan


perhatian seksama.
Hemostasis adalah vital apapun indikasinya
dari splenektomi
Hati-hati untuk tidak merusak pankreas
selama diseksi hilus lienalis
Splenunculi tidak jarang dan harus selalu
diangkat kecuali pada kasus trauma.
Vaksinasi terhadap Streptococus pneumoniae
dan Hemophilus influenzae B harus
dilaksanakan 6 minggu sebelum operasi untuk
kasus elektif dan sesegera mungkin pada
periode pasca bedah pada splenektomi
darurat.
Pasien-pasien splenektomi harus selalu
diberikan profilaksis jangka panjang terhadap
sepsis
pneumococcus
dengan
fenoksimetilpenilisin (250 mg bd)
Karena risiko sepsis pasca seplenektomi,
jaringan limpa harus di sebaiknya
dipertahankan bilamana mungkin pada kasus
trauma.
Bila limpa besar, operasi dipermudah dengan
ligasi pendahuluan dari arteri lienalis saat
arteri ini berjalan sepanjang pinggir atas
pankreas. Ini cepat mengempeskan limpa.

Gbr 5.36

63

6
GASTROINTESTINAL
BAWAH

65

GASTROINTESTINAL BAWAH

APENDEKTOMI
Indikasi
1. Darurat apendisitis akut
2. Elektif apendektomi interval setelah terapi
konservatif suatu massa apendiks.

dengan gunting dan selesaikan pembelahan


dengan menggunakan jari atau sepasang
retraktor untuk memperbesar defek.
Transversus
Abdominis

Persiapan
1. Anestesi umum
2. Antibiotik profilaksis
3. Posisi terlentang
Prosedur
Insisi lazim untuk apendektomi diperlihatkan
pada Gambar 1.1. Insisi klasik dibuat pada titik
McBurney titik yang diproyeksikan pada dua
pertiga garis antara spina iliaca anterior superior dengan umbilikus. Insisi dibuat tegak lurus
(90o) terhadap garis imajiner ini.
Insisi Lanz 4 memiliki efek lebih baik terhadap
kosmetik, dan dengan menarik kulit ke atas ke
arah pinggir iga sebelum insisi, akan
menghasilkan parut agak ke bawah. Pada pasien
usia setengah baya atau pasien usia lanjut, insisi
transversal rendah atau insisi median harus
dipertimbangkan jika ada keraguan diagnosis.

Obliqus
externus

Gbr 6.1
Tarik peritoneum ke atas dengan dua klip kecil
dan lakukan sayatan dengan scalpel. Semburan
cairan keruh menunjukkan apendisitis.

Peritoneum

Sayat aponeurosis obliqus externus sejajar


dengan serabutnya; ini memaparkan obliqus
internus. Jika anda melakukan insisi terlalu ke
tengah, anda akan melihat fasia rektus. Potong
serabut obliqus internus dengan arah melintang

Gbr 6.2
Omentum juga bisa segera terlihat pada
apendisitis akut. Ambil sampel nanah untuk
kultur dan tes kepekaan kuman.

66

Identifikasi sekum dari taenia dan bawa keluar


luka insisi bersama-sama apendik. Jika
apendik terletak retrosekal atau di dalam
panggul,

APENDEKTOMI

Setelah apendik di bawa ke permukaan, pegang


dengan dua forsep jaringan. Potong mesoapendik di antara klip arteri, sambil mengikat
pedikel dengan benang serap.

Gunakan jahitan purse string atau Z pada dasar


apendik dengan benang serap ukuran 2/0.
Gencet dasar apendik dengan forsep berat dan
ikat ke arah proksimal dengan benang serap
ukuran 0.
Angkat apendik dan tanam puntungnya dengan
mengencangkan jahitan purse string. Dianjurkan
memegang dasar yang telah diikat di bawah
purse string dan dorong ke bawah saat purse
string dikencangkan.

Dorong

GASTROINTESTINAL BAWAH

congkel keluar dengan telunjuk kanan. Jika


masih tidak mungkin membawa apendik ke arah
luar, perbesar insisi. Ini terbaik dilakukan dengan
memisahkan serat-serat obliqus internus ke arah
lateral dan medial. Pada pasien gemuk fasia
rektus juga bisa diinsisi untuk memungkinkan
paparan yang cukup.

Mesoapendik

Gbr 6.4

Gbr 6.3

Sedot setiap cairan bebas yang tersisa dan bilas


rongga peritoneum. Tutup dinding abdomen lapis demi lapis dengan jahitan serap. Gunakan
jahitan kontinyu untuk peritoneum dan dekatkan
obliqus internus dengan jahitan terputus. Tutup
defek di obliqus internus dengan jahitan kontinyu
dan kulit dengan jahitan subkutis.

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.
5.

Jika ada abses dan apendik tak bisa ditemukan, tempatkan suatu drain ke abses dan tutup abdomen.
Jika anda dapatkan karsinoma sekum, lakukan hemikolektomi dekstra (lihat halaman 71).
Jika apendik normal cari divertikulum Meckel, patologi ginekologi (pada wanita) atau divertikulitis
sigmoid. Jika anda dapatkan masalah ginekologi, konsul ahli kebidanan.
Pada anak, perhatikan dengan seksama mesenterium ileal untuk limfadenopatiadenitis mesenterium.
Jika benar apendik terletak retrosekal, sekum bisa dimobilisir dengan memisahkannya dari perlekatan
peritoneum lateral seperti untuk hemikolektomi dekstra.

67

GASTROINTESTINAL BAWAH

RESEKSI USUS HALUS


Indikasi

Persiapan

1. Iskemia, infark mesenterium, nekrosis


setelah strangulasi suatu pita usus atau hernia.
2. Divertikulitis Meckel
3. Trauma usus halus.
4. Obstruksi usus halus, misal tumor sekunder
atau intususepsi.

1.
2.
3.
4.

Anestesi umum
Pipa nasogastrik
Antibiotik profilaktik
Posisi terlentang.

Prosedur
Melalui insisi median, bawa segmen usus yang
sakit ke arah luka. Lindungi pinggir luka dengan
swab untuk meminimalkan sepsis. Gunakan dua
klem non-crushing untuk menyumbat usus pada
kedua sisi segmen yang sakit.

Garis insisi

Gbr 6.5
Dengan hati-hati insisi peritoneum mesenterium
sepanjang garis yang dipilih untuk memotong
pembuluh darah. Cari vasa mesenteri yang
terbungkus dengan transiluminasi mesenterium
dan potong di antara dua forsep arteri, ikat
dengan benang serap.
Tempatkan klem crushing pada sudut 30o ke usus
dan potong di dekat klem. Ini memungkinkan
perfusi lebih baik dari pinggir anti-mesenterik.
Potong usus dengan pisau dan setelah
mengangkat bagian usus yang sakit, tutup kedua
usus ujung yang telah terpotong dengan swab
yang telah dicelup dengan antiseptik.
68

RESEKSI USUS HALUS

jahit seromuskular
posterior

Setelah ini, mulai dari garis tengah jahit seluruh


tebal dinding usus dengan benang serap
berunjung rangkap, jahit ke arah pinggir
mesenterium, kemudian sekeliling sudut
dengan jahitan satu ujung. Kemudian beralih ke
lapisan kedua dan sempurnakan anastomosis
dengan mengikat kedua ujung jahitan di bagian
tengah depan.

Jahit Connel

GASTROINTESTINAL BAWAH

Mulai bagian posterior dari anastomosis dengan


memasukkan jahitan kontinyu seromuskular
dengan benang serap.

Gbr 6.7
Gbr 6.6

Selesaikan anastomosis dengan jahitan


seromuskular anterior.
Tutup defek di mesenteri dengan jahitan terputus
benang serap, hati-hati jangan sampai mengenai
arteri mesenterika.
Tutup dinding abdomen seperti pada laparotomi.

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.

Jika kedua ujung usus tidak mudah berdarah, reseksi terus sampai dicapai usus yang sehat.
Jika anastomosis yang telah selesai dikerjakan terlihat buram dan tidak membaik setelah beberapa
menit, eksisi lagi dan ulang anastomosis.
Jangan tempatkan klem oklusif pada mesenterium.

69

GASTROINTESTINAL BAWAH

DIVERTIKULEKTOMI MECKEL
Indikasi
1.
2.
3.
4.

Prosedur

Peradangan akut
Perdarahan
Obstruksi internal karena band
Intususepsi

Persiapan
1.
2.
3.
4.

Anestesi umum
Posisi terlentang
Pipa nasogastrik
Antibiotik profilaktik

Melalui insisi mediana bawa segmen usus yang


berisi divertikulum ke luka insisi dan isolasikan
dari sisa usus lainnya dengan handuk kasa.
Divertikulum sering memiliki pasokan darah yang
menonjol dan harus iidentifikasi dengan
seksama, diikat dan dipotong.
Gunakan dua klem crushing menjepit
divertikulum dan dua klem non crushing menjepit
usus.

Gbr 6.8
Eksisi divertikulun dan tutup defek yang terjadi
dengan menggunakan jahitan serap ukuran 2/0
dengan arah transversal.
Pokok penting
1.

70

Divertikulum yang besar mungkin


memerlukan reseksi usus halus, terutama
jika dasarnya tebal atau abnormal.

HEMIKOLEKTOMI DEKSTRA
Prosedur

1. Karsinoma sekum atau kolon asenden atau


kolon transversum
2. Penyakit Crohn, divertikulum soliter,
intususepsi
3. Angiodisplasia kolon

Biasanya dibuat insisi median tetapi insisi transversal dengan memotong otot pada fossa iliaca
dextra lebih sedikit menimbulkan rasa nyeri dan
sesuai untuk pasien kurus yang menjalani
reseksi lokal.

Persiapan

Sekum dan ileum terminal dimobilisasi dengan


memotong peritoneum lateral dan lanjutkan
mobilisasi searah jarum jam ke atas dan meliputi
omentum gastrokolika dan fleksura hepatika.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anestesi umum.
Pipa nasogastrik.
Profilaksis antibiotik.
Profilaksis anti-DVT stockings, heparin
Kateter urin.
Posisi terlentang.

GASTROINTESTINAL BAWAH

Indikasi

Naikkan kolon kanan ke arah luka insisi dan


hapus setiap perlengketan di bagian
posteriornya dengan diseksi tumpul
menggunakan swab bertangkai . Awas pembuluh
gonad, ureter kanan dan duodenum selama
perasat ini.
Hati

Duodenum

Ureter
Vasa gonadal

Gbr 6.9

Lakukan transiluminasi dan ikat vasa


mesenterika di dekat pangkalnya di vasa
mesenterika superior, jika operasi ditujukan untuk
tumor. Bawa pembuluh darah yang telah
dipotong ke dinding usus.
71

HEMIKOLEKTOMI DEKSTRA

GASTROINTESTINAL BAWAH

Tempatkan klem non-crushing pada kolon


transversum dan ileum dan potong usus di antara
kedua klem ini.

Buka kolon sepanjang taenia dan masukkan


jarum serap seluruh tebal dinding untuk menjahit
dinding posterior daripada anastomosis dengan
jahitan berujung dua. Mulai ke satu arah dan
diteruskan dengan arah lain.

Gbr 6.12
Teruskan ke bagian depan garis tengah dan ikat
jahitan di depan dan selesaikan dinding anterior
dengan jahitan seromuskular.

Gbr 6.10
Tutup kolon distal dengan tangan atau
menggunakan mesin staple mekanik dan jahit
melewati garis staple. Dekatkan ileum dan kolon
dan mulai dari dinding posterior dengan
memasukkan jahitan seromuskular.

Tutup defek mesenterium dan bilas rongga peritoneum. Tutup luka dengan cara biasa.

Pokok-pokok penting
1.

Jahit dibiarkan longgar

2.
3.
4.
5.

Gbr 6.11
72

6.

Jangan lakukan anastomosis usus jika


viabilitasnya diragukan
Anastomosis tidak boleh tegang
Pastikan adanya ureter dengan memencet
lembut di antara forsep dan amati ureter
menggeliat
Prosedur mudah diperluar ke kolon distal jika
perlu seandainya ditemukan patologi pada
saat laparotomi.
Metode alternatif untuk anastomosis
mencakup ujung-dengan-ujung (berguna jika
diameter usus sebanding) dan sampingdengan-samping (paling aman jika viabilitas
usus diragukan). Di samping itu prosedur bisa
diselesaikan sama sekali dengan
menggunakan stapler.
Awas jangan sampai mengikat vasa
mesenterika superior.

HEMIKOLEKTOMI SINISTRA

1. Karsinoma
2. Penyakit divertikulum
3. Kolitis
Persiapan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Dorong mesenterium sigmoid ke arah medial dan


identifikasi vasa gonadal dan ureter kiri saat
menyeberangi pelvic brim. Gunakan swab
bertangkai untuk membebaskan setiap
perlekatan posterior yang mungkin ada.
Lanjutkan dengan arah berlawanan jarum jam
ke kolon transversum.
Kolon sigmoid

Anestesi umum.
Pipa nasogastrik.
Profilaksis antibiotik.
Profilaksi anti-DVT stockings, heparin.
Kateter urin.
Posisi terlentang.
Irigasi di meja jika persiapan mekanik pra
bedah tidak mungkin dilakukan.

GASTROINTESTINAL BAWAH

Indikasi

Ureter
A. iliaca
externa

Prosedur
Masuki rongga peritoneum melalui insisi
mediana. Kepala pasien direndahkan dan isolasi
usus halus dengan menggunakan retraktor.
Mobilisasi kolon dengan memotong sepanjang
garis putih Toldt dengan diatermi.
Vasa mesenterica inferior
dipotong dekat pangkal

Gbr 6.14
Lakukan transiluminasi mesenterium dan
identifikasi serta ligasi pembuluh darah di dekat
pangkalnya. Ke arah distal ikat pembuluh darah
pada dinding usus
Tempatkan klem non-crushing menjepit rektum
dan usus proksimal dan klem crushing pada titiktitik reseksi. Lindungi pinggir luka dari
kontaminasi dengan menggunakan swab abdomen dan taruh swab yang telah dicelup antiseptik
di belakang titik-titik transeksi yang dikehendaki.
Dengan pisau, eksisi segmen kolon yang sakit
dan tutup kedua ujungnya dengan swab
antiseptik.
Distal

Rektum atas

Gbr 6.15

Gbr 6.13

Kolon

Proksimal

73

HEMIKOLEKTOMI SINISTRA

GASTROINTESTINAL BAWAH

Anastomosis paling baik diselesaikan dengan


teknik lapis-tunggal. Masukkan beberapa jarum
putus dengan benang serap di dinding posterior dan ketika sudah lengkap ikat berurutan
dengan simpul pada bagian dalam.

Tutup defek mesenterium dan bilas rongga peritoneum. Pasang suction drain dalam panggul jika
ada sepsis atau jika perdarahan banyak. Tutup
luka seperti untuk laparotomi.

Distal

Rektum
atas

Kolon

Pokok-pokok penting
1.

Gbr 6.16

Proksimal

Selesaikan dinding anterior dengan cara sama,


kali ini simpul di sebelah luar.

2.
3.

4.
5.

6.

Gbr 6.17
74

Anastomosis harus bebas tegangan.


Mobilisasi bagian proksimal kolon jika ada
masalah.
Jika tumor sigmoid melekat ke dinding
panggul, tumor harus dieksisi radikal dengan
mengangkat jaringan sekitar.
Anastomosis primer tidak boleh dikerjakan
jika ada obstruksi usus atau sepsis berat
kecuali telah dilakukan irigasi di meja
operasi. Jika belum ada pengalaman
dengan ini, kerjakan prosedur Hartmann.
Jangan tarik ke bawah ketika memobilisasi
kolon transversum, karena bisa merobek
limpa.
Sebaiknya bicarakan kemungkinan
pemasangan stoma dengan pasien sebelum
melakukan operasi, terutama jika ada
keraguan tentang patologi kolon yang tepat.
Teknik terputus (interupsi) yang tidak
melibatkan mukosa (serosubmukosa) juga
bisa digunakan. Teknik alternatif untuk anastomosis adalah pendekatan dua lapis yang
mencakup seluruh tebal usus dan lapisanlapisan seromuskular.

OPERASI HARTMANN

1. Lesi kolon sigmoid yang mengakibatkan


obstruksi.
2. Lesi kolong sigmoid dengan perforasi.
3. Volvulus kolon sigmoid.
Persiapan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Anestesi umum.
Pipa nasogastrik.
Profilaksis antibiotik.
Profilaksis anti-DVT stockings, heparin.
Kateter urin
Posisi terlentang.
Irigasi di meja operasi jika persiapan pra
bedah tidak mungkin dikerjakan.

Gunakan lampu teater untuk transiluminasi


mesenterium. Identifikasi, klip dan ligasi vasa
mesenterika.
Jepit usus distal dan proksimal dengan klem noncrushing pada batas-batas reseksi. Lindungi
pinggir luka dari kontaminasi dengan swab abdomen dan taruh swab antiseptik di belakang
titik-titik transeksi yang dikehendaki. Dengan
pisau eksisi segmen kolon yang sakit dan tutup
kedua ujung dengan swab antiseptik.

GASTROINTESTINAL BAWAH

Indikasi

Prosedur
Melalui insisi mediana mobilisasi kolon sigmoid
seperti untuk hemikolektomi sinistra. Mulai
dengan memotong peritoneum lateral sepanjang
garis putih nya, yang harus merupakan bidang
avaskular. Apus mesenterium sigmoid ke arah
medial menggunakan swab bertangkai dan
identifikasi vasa gonadal dan ureter sinistra.

Gbr 6.19
Tutup kolon distal dengan dua lapis jahitan
kontinyu. Sebagai alternatif, mesin potong lurus/
staple bisa digunakan untuk transeksi maupun
menutup usus distal.
Kaitkan jahitan ke
fasia presakral

Vasa gonad

Gbr 6.18

Ureter

Gbr 6.20

75

GASTROINTESTINAL BAWAH

OPERASI HARTMANN
Bawa keluar kolon yang terletak proksimal dari
lesi sebagai suatu ujung stoma. Buat insisi
melingkar pada kulit, kira-kira berdiameter 2 cm,
dan perdalam sampai fasia rektus. Palpasi vasa
epigastrika inferior untuk menghindari kerusakan
pada tahap ini.

Bilas rongga peritoneum, pasang suction drain


ke dalam panggul dan tutup dinding abdomen
sebelum menyelesaikan stoma. Taruh handuk
bersih di sekeliling lokasi luka.
Dekatkan kulit dan pingir dinding usus dengan
jahitan putus benang serap. Tempatkan jahitan
pada pinggir lingkaran dengan interval teratur.

Gbr 6.23
Gbr 6.21

Ketika selesai, bilas luka dengan seksama dan


pasang kantong kolostomi.
Pokok-pokok penting

Buat insisi berbentuk salip di fasia rektus dan


lakukan diseksi tumpul melalui otot ke dalam
rongga peritoneum.

1.

2.
3.
4.
5.

Gbr 6.22
Tempatkan klem melalui titik stoma dan tangkap
kolon proksimal. Dengan lembut manipulasi usus
76 melalui dinding abdomen.

Jika puntung rektum panjang dan diantisipasi


perlunya re-anastomosis, fiksasi puntung itu
ke dinding abdomen untuk memudahkan
pada operasi kedua.
Posisi stoma harus selalu dioptimalkan
sebelum operasi dengan bantuan
stomatherapist.
Usus jangan sampai terpuntir atau tegang
ketika mengkonstruksi stoma, karena ini bisa
mengganggu vaskularisasi.
Volvulus sigmoid sering berlanjut sebagai
megarektum, sehingga menyulitkan
penutupan puntung rektum.
Operasi ini diikuti dengan angka infeksi tinggi.
Bilasan berulang dengan tetrasiklin (1 gr/L)
sepanjang prosedur di samping antibiotik
intravena meminimalkan komplikasi.

PEMBENTUKAN END-COLOSTOMY

Kolostomi permanen setelah reseksi abdominoperineal daripada rektum.

lateral dari lokasi stoma, karena ini menghasilkan


terowongan yang mengurangi insiden herniasi
stoma.
Diseksi dari titik kolostomi sampai kolon

Persiapan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anestesi umum.
Pipa nasogastrik.
Profilaksis antibiotik.
Profilaksis anti-DVT stockings, heparin.
Kateter urin.
Posisi terlentang.

GASTROINTESTINAL BAWAH

Indikasi

Prosedur
End colostomy selalu dibentuk sebagai bagian
prosedur abdomen mayor. Konstruksi stoma
tidak dimulai sebelum prosedur primer telah
lengkap. End colostomy biasanya dibentuk pada
kuadran kiri bawah. Sebelum membuat insisi
kulit, letakkan beberapa forsep pada pinggir luka
abdomen dan tarik ke arah garis tengah ini
membantu penempatan yang benar dari luka
kulit.
Cabut kulit dan eksisi suatu diskus diameter 2
cm, lakukan eksisi jaringan berbentuk silinder
sampai ke fasia rektus (Gambar 6.21). Belah
fasia dengan sayatan salip dan dengan diseksi
tumpul melalui otot sejauh peritoneum (Gambar
6.22).
Perbesar defek seperlunya dengan traksi manual
dengan jari. Palpasi vasa epigastrica inferior
untuk menghindari kerusakan atau hematoma.
Praktek yang baik dalam membuat kolostomi
permanen adalah dengan menjalankan kolon
melalui peritoneum pada sebuah titik di bagian

Gbr 6.24
Raih kolon melalui insisi, hati-hati jangan sampai
terpuntir. Pasang enam sampai delapan jahitan
di antara aponeurosis obliqus externus dan kolon
untuk mencegah retraksi atau prolapsus stoma.
Dekatkan kulit dan pinggir dinding usus dengan
jahitan putus benang serap yang ditempatkan
pada posisi jam 3, 6, 9 dan 12. Masukkan jahitanjahitan lebih lanjut dengan interval teratur.

Gbr 6.25

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.

Nekrosis dan retraksi bisa dihindarkan dengan meniadakan tegangan, dan suplai darah yang baik
ke ujung kolon.
Penentuan lokasi stoma yang baik perlu pada kasus-kasus elektif. Jangan cuci tanda ini sebelum
insisi.
Tutup abdomen dan tutup luka sebelum

77

GASTROINTESTINAL BAWAH

PEMBENTUKAN LOOP COLOSTOMY


Indikasi
1. Mengistirahatkan (defunctioning) kolon yang
obstruksi.
2. Sebagai pintasan sementara setelah anastomosis usus distal.

kateter Foley melalui jendela tersebut. Dengan


traksi lembut pada selang karet, bawa kolon
keluar dari dinding abdomen.

Persiapan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anestesi umum.
Pipa nasogastrik.
Profilaksis antibiotik.
Profilaksis anti-DVT-stockings, heparin
Katater urin.
Posisi terlentang.
Gbr 6.26

Prosedur
Blind loop colostomy tidak lazim dilaksanakan
tanpa laparotomi sekaligus. Namun, keduanya
bisa dikerjakan melalui insisi kecil pada masingmasing tempat.
Ada dua lokasi utama untuk loop colostomy.
Pertama pada kolon transversum kanan melalui
daerah abdomen kanan atas. Kedua pada kolon
sigmoid di fossa iliaca sinistra.
Cubit kulit yang telah ditandai sebelum operasi
dan eksisi lingkaran berdiameter 2 cm ke bawah
sampai fasia rektus (Gambar 6.21).
Buat insisi berbentuk salip pada fasia dan diseksi
otot secara tumpul sampai peritoneum (Gambar
6.22). Gunakan traksi dua-jari untuk
memperbesar defek jika perlu.
Untuk kolostomi transversum, diseksi sebagian
dari omentum mayus menjauhi kolon
transversum dan buka sebuah jendela pada
mesenterium. Jalankan pipa karet lunak, misal

Ketika kolon sudah berada pada posisinya, tukar


karet dengan colostomy bridge.

Gbr 6.27
Buka usus secara longitudinal sepanjang taenia dengan pisau untuk mengeluarkan gas,
kemudian buka insisi dengan diatermi. Jahit
pinggir stoma ke pinggir kulit dengan
menggunakan jahitan putus benang serap.

Pokok-pokok penting
1.
2.

78

3.

Sangat penting untuk memberi tanda untuk


lokasi stoma sebelum operasi.
Jangan pilih lokasi stoma pada kuadran kiri
atas karena kolon transversum kiri /fleksura
lienalis adalah tempat yang banyak
mengandung suplai arteri.
Lepaskan colostomy bridge setelah 7-10 hari.

Gbr 6.28
Bersihkan kulit dan pasang perlengkapan
kolostomi yang sesuai.

PENUTUPAN LOOP COLOSTOMY

1. Memulihkan kontinuitas usus setelah


pengalihan sementara dari jalan keluar
feses.
2. Sebelum operasi penting untuk memeriksa
secara radiologis integritas anastomosis distal untuk menjamin tidak ada kebocoran atau
stenosis.

Perdalam insisi dan miring kedalam kearah


kolon, sambil memperhatikan untuk tidak
melanggar dinding usus.
Lanjutkan proses ini sampai kolon bebas.
Eksisi stoma lama dan tutup kolon dengan jahitan
putus seluruh tebal dinding dengan benang
serap 2/0.

Persiapan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anestesi umum.
Pipa nasigastrik.
Profilaksis antibiotik.
Profilaksis anti-DVT-stockings, heparin.
Kateter urin.
Posisi terlentang.

GASTROINTESTINAL BAWAH

Indikasi

Prosedur
Buat insisi sekeliling stoma kira-kira 0,5 cm dari
pinggir mukokutan. Tempatkan forsep pada
pinggir ini dan tarik ke atas.

Gbr 6.30
Tutup lapisan otot dinding abdomen dengan
jahitan terputus non-serap dan jahitan terputus
untuk kulit.
Pokok-pokok penting
1.
2.

3.

Gbr 6.28

Mobilisasi adekuat sangat penting; jika perlu


perlebar insisi kulit untuk membebaskan lebih
banyak kolon.
Penutupan end colostomy tidak lazim kecuali
dibentuk sebagai bagian dari prosedur
Hartmann; dalam hal ini pembalikan dari
prosedur Hartmann perlu dilakukan oleh
konsultan bedah digestif.
Mutlak perlu bahwa jaringan dinding kolon yang
digunakan untuk penutupan adalah lunak dan
elastis untuk menghindari kebocoran. Eksisi
semua jaringan yang berbenjol dan edema.

79

GASTROINTESTINAL BAWAH

PEMBENTUKAN END ILEOSTOMY


Indikasi
Sebagai stoma permanen setelah kolektomi total.
Persiapan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anestesi umum.
Pipa nasogastrik.
Profilaksis antibiotik.
Profilaksis anti-DVT-stockings, heparin.
Kateter urin
Posisi terlentang.

Prosedur
End ileostomy selalu dikonstukruksi berbarengan
dengan panproktokolektomi dan biasanya
dibentuk pada fossa iliaca dekstra.

Gbr 6.31

80

Setelah mengeksisi kolon, pastikan ileum


dibersihkan dari mesenteriumnya untuk
beberapa sentimeter dan ileum sendiri viabel.
Buat insisi kulit berbentuk lingkaran berdiameter
2 cm pada lokasi yang sesuai, di atas
pertengahan luar otot rektus, dan teruskan insisi
ke bawah sampai fasia rektus (Gambar 6.21)
Hindari vasa epigastrica inferior.
Buat insisi berbentuk salip pada fasia dan
gunakan diseksi tumpul untuk memotong serabut
otot sampai ke peritoneum (Gambar 6.22).
Tempatkan forsep jaringan melalui lubang stoma
dan cengkeram ileum. Sambil berhati-hati agar
tidak memuntir usus, perlahan-lahan manipulasi
keluar melalui dinding abdomen.

PEMBENTUKAN END ILEOSTOMY

GASTROINTESTINAL BAWAH

Jahit serosa dan mesenterium ileum ke dinding


abdomen anterior untuk menutup defek
mesenterium dan mencegah herniasi internal.
Bilas rongga peritoneum, pasang suction drain
dan tutup dinding abdomen. Letakkan handuk
bersih di sekitar luka.
Penting untuk memastikan bahwa anda telah
mendapat 6-8 cm ileum menonjol dari permukaan
kulit sehingga memungkinkan pembuatan spout.
Masukkan delapan benang (anchoring sutures)
antara ileum dan aponeurosis obliqus externus
untuk mencegah prolapsus stoma ; kemudian
dekatkan kulit dan pinggir dinding usus dengan
jahitan terputus benang serap.

Gbr 6.32

Everting suture (Jahitan terbalik)

Gbr 6.33

Anchoring suture

Setelah selesai, kenakan peralatan ileostomi


Pokok-pokok penting
1.
2.
3.

Panjang ideal dari spout adalah 2-3 cm. Jika ileum yang telah dibalik (everted) jelas lebih panjang
dari ini, gunting sedikit ileum dan bentuk ulang spout ini.
Komplikasi pembuatan stoma meliputi herniasi, prolapsus dan retraksi yang umumnya disebabkan
oleh teknik bedah yang buruk, sehingga hal ini bisa diminimalkan (namun tidak bisa dihindarkan)
dengan memperhatikan detil.
Ileum terminal memiliki fungsi penyerapan yang penting, jadi jika perlu reseksi usahakan sedikit
mungkin.

81

GASTROINTESTINAL BAWAH

PEMBENTUKAN LOOP ILEOSTOMY


Indikasi

masukkan selang karet melalui lubang tersebut.

Loop ileostomy lebih disukai daripada loop colostomy dalam mengistirahatkan (defunction)
anastomosis kolorektal.
Persiapan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anestesi umum.
Pipa nasogastrik.
Profilaksis antibiotik.
Profilaksis anti-DVT-stockings, heparin
Kateter urin
Posisi terlentang.
Gbr 6.34

Prosedur
Loop ileostomy dibentuk setelah reseksi kolon
dan anastomosis kolorektal distal atau kolo-anal,
sehingga hampir selalu dilaksanakan laparotomi.
Buat insisi melintang pada tempat yang telah
ditentukan sebelum operasi, biasanya pada
kuadran kanan bawah.

Masukkan forsep jaringan melalui lubang stoma


dan pegang ileum. Perlahan-lahan bawa ileum
keluar dinding abdomen dengan hati-hati agar
usus tidak terpuntir. Sementara ini dikerjakan,
ganti selang karet dengan ileostomy bridge.

Insisi kulit berbentuk lingkaran berdiameter 2 cm


pada lokasi yang sesuai, di atas pertengahan
luar otot rektus, dan teruskan insisi ke bawah
sampai fasia rektus (Gambar 6.21)
Buat insisi berbentuk salip pada fasia dan
gunakan diseksi tumpul untuk memotong serabut
otot sampai ke peritoneum (Gambar 6.22).
Pilih suatu lengkung (loop) ileum yang akan
mencapai lokasi stoma tanpa tegangan dan beri
tanda bagian proksimal dari loop dengan
benang. Buat lubang pada mesenteriumnya dan
Gbr 6.35

Selesaikan prosedur primer dengan membilas


rongga peritoneum, pasang suction drain dan
tutup dinding abdomen. Taruh handuk bersih di
sekitar luka.
82

PEMBENTUKAN LOOP ILEOSTOMY


Pasang tiga atau empat jahitan putus benang
serap untuk fiksasi sisi stoma yang tidak
berfungsi ke kulit, dan enam sampai delapan
jahitan pada sisi yang berfungsi.

GASTROINTESTINAL BAWAH

Buka ileum dengan menyayat separuh lingkaran


usus, dengan menggunakan diatermi pada suatu
titik 2 cm dari permukaan kulit di bagian distal
loop.

Ujung aktif

Gbr 6.36
Gbr 6.38
Bentuk spout ileum pada bagian proksimal dari
loop dengan memasukkan sepasang forsep
jaringan ke dalam lumen dan dengan lembut
cengkeram mukosa. Dengan forsep diseksi,
seacara hati-hati kupas usus kebelakang sampai
spout ileum terbentuk.

Kenakan peralatan ileostomi.

Pokok-pokok penting.
1.

2.
3.

Gbr 6.37

Perhatikan untuk membalik (eversi) loop


proksimal yang berfungsi, bukan loop distal
yang tidak berfungsi. (Catatan: eversi adalah
mengubah/membalik permukaan dalam
keluar)
Jangan lakukan rotasi lebih dari 90 o ketika
menarik melalui dinding abdomen.
Coba eversi ileum 2-3 cm untuk membantu ahli
terapi stoma.

83

GASTROINTESTINAL BAWAH

PENUTUPAN LOOP ILEOSTOMY


Indikasi
Memulihkan kontinuitas usus setelah pengalihan
sementara dari jalan keluar feses.

Perdalam insisi untuk membebaskan ke dua


bagian ileum terminal dari mucocutaneous junction.

Persiapan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anestesi umum.
Pipa nasogastrik.
Profilaksis antibiotik.
Profilaksis anti-DVT-stockings, heparin
Kateter urin
Posisi terlentang.

Prosedur
Mobilisasi stoma mulai dengan cara sama seperti
penutupan kolostomi. Buat insisi sekeliling stoma
kira-kira 0,5 cm dari pinggir mukokutan.

Gbr 6.40

Gbr 6.39

84

PEMBENTUKAN LOOP ILEOSTOMY

GASTROINTESTINAL BAWAH

Dalam menyambung kedua bagian (limb),


usahakan tidak mempersempit ileum yang sudah
kecil kalibernya. Oleh karena itu, teknik stapling
lebih disukai untuk menghasilkan anastomosis
samping-dengan samping.
Dengan menggunakan stapler linier kaitkan
kedua limb dengan hati-hati tanpa melibatkan
mesenterium.

Gbr 6.41a

Gbr 6.41 b

Tutup dan eksisi mucocutaneous junction yang


lama dengan menembakkan mesin potong/stapling pada kedua ujung ileum yang terbuka.

Pokok-pokok penting
1.
2.

Selalu check integritas anastomosis sebelum


mempertimbangkan penutupan ileostomi.
Jangan mempersempit lumen atau merusak
vasa mesenterica ketika menembakkan mesin
stapling.

Gbr 6.42
Tutup Dinding abdomen dengan jahitan putus
benang non-serap, dan kulit dengan jahitan
subkutis terputus atau kontinyu dengan benang
serap.
85

7
ANAL/ PERIANAL

87

ANAL/ PERIANAL

PROKTOSKOPI DAN SIGMOIDOSKOPI


Indikasi
Proktoskopi dan sigmoidoskopi adekuat
diperlukan sebelum melaksanakan prosedur
perianal. Ini bisa dikerjakan dalam setting rawatjalan atau di kamar operasi jika pasien
dijadwalkan untuk operasi selanjutnya.
Persiapan

Sigmoidoskop lebih panjang dan digunakan


untuk memeriksa rektum yang lebih proksimal,
tetapi jarang sekali ini bisa dilakukan pada setting rawat jalan. Sigmoidoskop dilengkapi
dengan pompa udara dari karet yang
memungkinkan inflasi dinding rektum. Biopsi bisa
dicapai dengan melepas jendela pada ujung
sigmoidoskop dan memasukkan forsep panjang
di bawah penglihatan langsung.

1. Posisi lateral kiri.


Prosedur
Proktoskop dan sigmoidoskop bisa terbuat dari
bahan logam (bisa dipakai ulang) atau plastik
(disposable) dan dimasukkan bersamaan
dengan obturatornya.
Proktoskop dilengkapi oleh lampu yang berguna
untuk menginspeksi saluran anus dan
mendiagnosis hemoroid. Banding dan
penyuntikan hemoroid bisa dikerjakan melalui
proktoskop.

Gbr 7.2
Lakukan pemeriksaan rektum dengan lembut
dengan tujuan diagnosis dan menilai apakah
anus nyeri tekan.
Kemudian tempatkan alat pada sfingter dan
tunggu sampai sfingter relaksasi sebelum
memasukkan alat. Jangan paksa bila ada
tahanan karena ini bisa menyebabkan rasa nyeri
hebat.

Gbr. 7.1
Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.
5.

88

Selalu check sambungan dan sumber lampu sebelum melakukan prosedur.


Jangan coba pemeriksaan di bagian rawat-jalan jika anda mencurigai suatu fisura ani. Pada keadaan
demikian, lakukan pemeriksaan di bawah pembiusan.
Jangan over-inflasi rektum, karena bisa menimbulkan nyeri. Juga ketika skop dilepas, pakaian anda
bisa kena semburan!
Pemeriksaan dengan sigmoidoskop lentur lebih disukai jika ada, karena memungkinkan visualisasi
ke bagian kolon yang lebih proksimal.
Pasien idealnya diberikan microlax /enema fosfat ketika mereka datang pertama kali di klinik, agar
ketika pemeriksaan mukosa bisa diinspeksi lebih jelas.

BANDING HEMOROID 7

Banding hemoroid dikerjakan pada hemorid


derajat satu dan dua.

Cengkeram massa hemoroid melalui bagian


tengah alat banding dan ikat pada dasar
hemoroid.

Persiapan
Posisi lateral kiri

ANAL/ PERIANAL

Indikasi

Prosedur
Setelah melakukan pemeriksaan sigmoidoskopi
lengkap, tempatkan proktoskop pada saluran
anus. Tarik proktoskop perlahan-lahan sampai
terlihat massa hemoroid
Gbr 7.4
Prosedur serupa bisa dilakukan dengan suction
bander.
Dua atau tiga massa hemoroid bisa diikat pada
satu kunjungan rawat jalan.

Gbr 7.3
Banding bisa dicapai dengan suction bander atau
dengan Barons bander. Barons bander tidak
membutuhkan asisten untuk memegang
proktoskop.

Pokok-pokok penting
1.
2.

3.

4.
5.

Konseling pasien penting dan jelaskan bahwa


prosedur ini bisa menimbulkan nyeri
sesudahnya,
Jangan tempatkan band terlalu dekat ke linea
dentata karena anda bisa tanpa sengaja
menyertakan mukosa yang sensitif dan
menimbulkan nyeri hebat.
Retensi urin bisa terjadi, dan jika band
ditempatkan terlalu superfisial, nyeri hebat
bisa menyusul sehingga membutuhkan
pelepasan band.
Biasanya band keluar spontan kira-kira
seminggu kemudian
Laksatif harus diberikan untuk mencegah
konstipasi.

89

ANAL/ PERIANAL

INJEKSI HEMOROID
Indikasi
1. Hemoroid derajat satu atau derajat dua kecil.
2. Prolapsus kecil dari mukosa.

Massa hemoroid divisualisasi dan disuntikkan


fenol 5% atau polidocanol (Aethoxysklerol) ke
dasar benjolan sampai jaringan superfisial
memutih, karena ini merupakan petunjuk bahwa
penyuntikan pada dataran yang tepat.

Persiapan
Posisi lateral kiri
Prosedur
Tempatkan proktoskop pada saluran anus.

Gbr 7.5

Kira-kira 3 ml bisa disuntikkan ke dalam setiap tempat

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.

90

Peringatkan pasien sebelumnya bahwa prosedur bisa nyeri dan mereka mungkin mengamati banyak
darah keluar setelah prosedur.
Jangan menyuntik terlalu dekat dengan linea dentata karena bisa menyebabkan nyeri hebat.
Mulai dengan benjolan paling kecil sehingga setiap perdarahan tidak akan menghalangi penglihatan.
Periksa kembali setelah 6 minggu dan ulangi penyuntikan pada hemoroid yang tersisa.

HEMOROIDEKTOMI

Hemoroid eksterna (derajat tiga).

Dengan menggunakan diseksi tumpul dan tajam,


dorong jaringan subkutan ke arah saluran anus
sampai serabut sfinter interna terlihat.
Transfiksi dan ikat benjolan dengan benang
serap, yang meninggalkan ujung-ujung benang
untuk membantu identifikasi pada kasus
perdarahan.

Persiapan
1. Anestesi umum.
2. Posisi litotomi.

ANAL/ PERIANAL

Indikasi

Prosedur
Sebelum mengerjakan hemoroidektomi, periksa
pasien dengan seksama dan visualisasi saluran
anus dan rektum dengan proktoskop. Pastikan
posisi massa hemoroid dengan memasukkan
swab kasa kering ke dalam saluran anus dan
tarik perlahan-lahan.
Gunakan forsep lengkung ke kulit perianal tepat
di sisi luar mucocutaneous junction pada posisi
jam 3, 7, dan 11, berhadapan dengan massa
hemoroid pertama. Tarik forsep-forsep ini agar
massa hemoroid jelas terlihat dan jepit masingmasing dengan forsep. Mulai dari benjolan di
posisi jam 7, masukkan telunjuk ke rektum sambil
menahan klip di telapak tangan. Mulai diseksi
dengan insisi kulit di dekat hemoroid berbentuk
U

Gbr 7.7

Titik-titik perdarahan kecil bisa diatasi dengan


diatermi. Ulangi prosedur yang sama untuk
benjolan-benjolan
lainnya,
sehingga
meninggalkan jembatan kulit yang tegas.

Gbr 7.8

Gbr 7.6

Insisi keliling hemoroid

Pada akhir prosedur tinggalkan kasa yang telah


diberi jel petrolatum lunak atau seaweed dressing pada saluran anus.
Pasien akan mengluarkan swab tersebut setelah
24 jam.

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.

Selalu lakukan sigmoidoskopi sebelum prosedur sekalipun orang lain telah melakukannya.
Usahakan anda tidak terlalu radikal dengan eksisi; tinggalkan jembatan mukokutan untuk mencegah
stenosis. Jika bentuknya seperti clover berarti the trouble is over; jika terlihat seperti dahlia maka
ini berarti gagal.
Berikan pelunak feses setelah operasi.
Perdarahan harus selalu dihentikan sebelum meninggalkan kamar operasi, karena darah yang keluar
dari titik-titik perdarahan yang luput terdeteksi bisa banyak.

91

ANAL/ PERIANAL

SFINGTEREKTOMI INTERNAL LATERAL


Indikasi
Fisura ani kronik
Persiapan

Dengan scalpel bermata kecil, insisi kulit sambil


menjaga mata pisau antara kulit dan sfinter
interna. Putar scalpel untuk membawa pinggir
potongan ke arah sfinter dan insisi ke linea
dentata. Setiap serabut yang tersisa bisa dirusak
dengan tekanan jari.

1. Anestesi umum
2. Posisi litotomi.
Prosedur
Pertama, lakukan pemeriksaan standar termasuk
proktoskopi dan sigmoidoskopi untuk
memastikan diagnosis karena ini mungkin belum
dikerjakan pada setting rawat-jalan (nyeri).
Masukkan retraktor anus yang memiliki dua
katup dan palpasi pinggi bawah dari sfingter internal pada posisi jam 3.

Gbr 7.10
Sfingterektomi dengan pisau

Suntik tempat insisi dengan bupivicaine 0,25%.


Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.

Gbr 7.9

92

Sebagian fisura ani membaik dengan


penatalaksanaan konservatif dengan krem
gliseril trinitrat dan pelunak feses.
Setelah operasi pasien memerlukan pelunak
feses.
Ingatkan pasien akan kemungkinan
inkontinensia flatus yang berlangsung
sementara.
Peregangan anus tidak direkomendasikan lagi
dewasa ini.

EKSISI FISTULA ANI

1. Fistula dengan discharge persisten.


2. Pembentukan abses rekuren yang bertalian
dengan fistula.
Persiapan

Seandainya probe berjalan superfisial , fistula


bisa dieksisi. Jika saluran terletak dalam, fistula
bersifat kompleks .
Untuk mengeksisi fistula, lakukan sayatan pada
probe dan jika perlu potong serabut luar dari
sfingter interna.

ANAL/ PERIANAL

Indikasi

1. Anestesi umum.
2. Posisi litotomi atau posisi prone jack-knife
Prosedur
Lakukan
pemeriksaan
lengkap
dan
sigmoidoskopi untuk melihat muara interna
daripada fistula. Jalankan probe perlahan-lahan
ke dalam muara external daripada fistula dan
catat arah dan kedalaman yang dilalui probe.
Ingat hukum Goodsall dalam menilai arah suatu
saluran.
Gbr 7.12
Pectinate line

Transversal

Garis anus

Pangkas setiap kulit yang tergantung di kedua


sisi fistula untuk merangsang penyembuhan
dengan granulasi.
Kenakan kasa alginat untuk membantu hemostasis.

Anal orifice

Cincin anorektal

Gbr 7.11

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.

Jika pasien mengidap fistula rekuren, pikirkan


penyakit Crohn dan jangan eksisi jaringan
terlalu banyak.
Kirim setiap jaringan yang dieksisi untuk
pemeriksaan histologi.
Pada fistula letak tinggi, masukkan selang
nilon untuk membantu drainase.

93

ANAL/ PERIANAL

EVAKUASI HEMATOMA PERIANAL


Indikasi

Buat insisi 1 cm pada permukaan hemoroid dan


keluarkan bekuan.

Hematoma simtomatik.
Persiapan
1. Anestesi lokal lebih disukai tetapi pada
pasien yang cemas mungkin dibutuhkan
anestesi umum.
2. Posisi leteral kiri
Prosedur
Suntikan 5 ml lignokain 1% dengan adrenalin
ke dalam kulit sekitar hematoma.

Gbr 7.14

Eksisi setiap kelebihan kulit untuk mengurangi


risiko pembentukan skin tag.; kemudian biarkan
luka sembuh.
Pokok penting

Gbr 7.13

94

Resepkan bulking agent untuk mencegah


konstipasi selama proses penyembuhan.

ABSES PERIANAL 7

Abses perianal yang menonjol keluar. Abses


ischiorektal mengarah jauh dari pinggir anus dan
diatasi dengan cara serupa.
Persiapan
1. Anestesi umum.
2. Posisi litotomi.

Prosedur
Lakukan pemeriksaan proktoskopi dan inspeksi
muara fistulan interna. Insisi abses dan buat
insisi berbentuk salip kira-kira 2 cm.
Eksisi setiap kelebihan kulit dan dengan jari
pecahkan setiap lokulus abses. Kirim pus dan
kulit untuk biakan dan pemeriksaan histologi.

ANAL/ PERIANAL

Indikasi

Bungkus luka dengan kasa alginat.

Gbr 7.15

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.

Jika anda mendapatkan fistula, jangan coba


eksisi saat itu juga, karena anatomi sukar
dinilai jika ada sepsis.
Jika pus berasal dari tempat jauh di atas dari
levator ani, ini perlu ditangani oleh ahli bedah
digestif.
Fistula bisa didiagnosis dengan USG anorektal
jika tidak terlihat secara visual.

95

ANAL/ PERIANAL

EKSISI SINUS PILONIDAL


Indikasi
Sinus pilonidal persisten atau rekuren.
Persiapan

Prosedur
Masukkan probe ke dalam sinus dan nilai jumlah
dan arah saluran, Buat insisi elips yang
mencakup semua lubang.

1. Anestesi umum.
2. Posisi lateral kiri (atau prone jack-knife)
dengan bokong dipisahkan dengan strap.

Gbr 7.16
Perdalam insisi sampai fasia sakralis dan eksisi
jaringan secara blok.
Gunakan diatermi untuk hemostasis. Eksisi
setiap saluran yang jauh melalui insisi bterpisah.
Hanya sinus-sinus kecil yang tidak purulen harus
ditutup lapis demi lapis. Yang lainnya harus
dibungkus dengan seaweed dressing.
Setelah 48 jam, dressing bisa diganti dengan
silastic foam yang bisa ditangani sendiri oleh
pasien.

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.

96

4.

Anjurkan pasien untuk membebaskan daerah


ini dari rambut dengan mencukur.
Penyembuhan yang berlarut-larut bisa
disebabkan oleh sepsis. Gunakan swab yang
telah dicampur dengan antibiotik.
Prosedur alternatif adalah mengeksisi sinus
dan menurup defek
Flap rotasi juga bisa digunakan.

8
VASKULAR

97

VASKULAR

VENA VARIKOSA (VARISES)


Indikasi
1. Varises simtomatik, dengan inkompetensi
sapheno-femoral atau sapheno-popliteal.
2. Kosmetik.
3. Membantu penyembuhan ulkus varikosa.
Persiapan
1. Anestesi umum.
2. Posisi terlentang untuk saphena magna dan
telungkup untuk saphena parva dengan
posisi Trendelenburg untuk ikatan tinggi.
3. Persiapkan tungkai dari abdomen sampai
telapak kaki.

Telusuri vena saphena magna dan


percabangannya ke sapheno-femoral junction.
Identifikasi, ligasi dan potong semua
percabangan, Arteri pudenda external superficial selalu dijumpai; jika perlu ini bisa dipotong.
Setelah mengikat semua percabangan, ikat
sapheno-femoral junction, ikat rangkap ke arah
proksimal.
Vena saphena magna siap untuk diikat

Prosedur
Saphena magna prosedur Trendelenburg
Buat insisi pada garis kulit 1,5 cm lateral dan di
bawah tuberkulum pubis.
Gbr 8.2
Masukkan stripper dalam vena saphena magna
ke bawah sampai lutut dan buat insisi kulit lebih
lanjut untuk mengisolasi stripper. Tandai ujung
stripper dan dengan traksi lembut, lakukan stripping vena ke arah atas sampai lipat paha.
Tutup insisi kecil dengan steristip. Gunakan
jahitan serap untuk mendekatkan fasia dari insisi
lipat paha dengan jahitan subkutis untuk kulit.
Copot semua varises lokal di betis sebelah
bawah melalui insisi tusukan dengan
menggunakan klip arteri kecil atau kait vena
untuk mencari vena. Biasanya tidak perlu ligasi.
Gbr 8.1

98

VENA VARIKOSA (VARISES)

Vena pendek biasanya tidak perlu stripping.


Gunakan scan doppler sebelum operasi untuk
memberi tanda sapheno-popliteal junction.
Melalui insisi transversal kulit, telusuri vena
saphena parva ke sapheno-popliteal junction dan
ikat vena pada pertemuan ini. Hati-hati, nervus
suralis terletak di sebelah lateral saphenopopliteal junction.

VASKULAR

Saphena parva

Gbr 8.3
Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.

Identifikasi vena-vena ini sebelum operasi dengan spidol yang tidak bisa dihapus.
Hati-hati dalam mendiseksi bagian proksimal dari vena saphena magna jangan lakukan diseksi
secara buta di sekitar sapheno-femoral junction.
Anjurkan pasien untuk mobilisasi segera mungkin.
Varises rekuren harus selalu dipetakan dengan USG Doppler.

99

VASKULAR

EMBOLEKTOMI FEMORAL
Indikasi
Iskemia akut dari tungkai bawah.
Persiapan
1. Anestesi umum.
2. Posisi terlungkup.
Prosedur
Rasakan arteri femoralis pada titik pertengahan
inguinal dam buat insisi longitudinal di atasnya,
perlebar insisi ke atas melintasi garis kulit dari
lipat paha.

Perdalam insisi sampai ligamentum inguinale.


kemudian masukkan retraktor. Identifikasi arteri
femoralis tepat di bawah ligamentum inguinale,
kemudian pisahkan dari fasia sekelilingnya dan
masukkan pita nilon atau tali silikon melingkari
arteri.
Tarik tali dan jauhkan jaringan dari arteri dengan
menggunakan pledget kecil yang dipegang
dengan forsep arteri. Identifikasi arteri femoralis
superfisial dan kemudian cari arteri femoralis
profunda, yang berpangkal pada lateral dan kirakira 5 cm dari ligamentum inguinale. Kelilingi
setiap arteri tersebut dengan tali.

Gbr 8.5

Gbr 8.4

100

Arteri-arteri yang lebih kecil bisa dikendalikan


dengan memasang benang dua kali melingkari
masing-masing pembuluh dan ditraksi. Jangan
ikat benang tetapi jepit dengan klip. Sebagai
alternatif bisa digunakan bulldog clip.

EMBOLEKTOMI FEMORAL
Bila inflow bagus, suntikkan salin yang telah
dicampur heparin ke dalam pembuluh darah dan
gunakan kembali klem. Ulang prosedur dengan
menggunakan kateter Fogarty ukuran 4 pada
arteri femoralis superfisialis dan profunda.

VASKULAR

Letakkan klem vaskular (De Bakey) pada ketiga


cabang pembuluh darah utama, kemudian
lakukan arteriotomi longitudinal pada arteri
femoralis communis. Setelah menguji balon
kateter dengan menyuntikkan udara atau salin,
kempiskan balon dan jalankan kateter ke atas
arah proksimal sampai bifurcatio aorta
sementara asisten anda mengendalikan
perdarahan dengan mengencangkan tape paling atas. Kembangkan balon dengan satu tangan
dan lepas kateter dengan tangan lainnya.
Gunakan sekedar tekanan yang cukup untuk
memberikan tahanan saat balon ditarik. Minta
asisten untuk mengendurkan tape untuk
membiarkan balon muncul bersama dengan
bekuan.

Setelah membersihkan semua pembuluh darah,


reparasi arteriotomi dengan menggunakan
benang non-serap ukuran 5/0. Lepaskan klem
dan tape, sambil memeriksa hemostasis. Pasang
suction drain sepanjang kateter dan tutup luka
dengan jahitan terputus benang non-serap.

Gbr 8.6
Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Prosedur bisa dilaksanakan dengan anestesi lokal pada pasien-pasien yang rapuh dengan
menggunakan bupivicaine 0,25% bersama midazolam untuk sedasi. Walaupun demikian, petugas
anestesi harus selalu hadir, saat anestesi umum lebih disukai.
Jika ada ateroma yang mendasari, kateter Forgarty yang lebih kecil mungkin dibutuhkan untuk
membersihkan pembuluh-pembuluh distal.
Jika anda tidak mendapatkan perdarahan balik dari arteri-arteri femoralis superfisialis dan profunda,
lakukan angiogram di meja operasi.
Jangan kembangkan balon berlebihan karena ini bisa merusak intima dan menjurus ke trombosis
lebih lanjut.
Jika anda berhasil menemukan embolus bukan sekedar bekuan darah sederhana, kirimkan embolus
tersebut untuk pemeriksaan histologis.
Pada akhir prosedur, cari perbaikan klinis dalam perfusi anggota gerak distal dengan memeriksa dan
mencatat nadi.

101

VASKULAR

AMPUTASI EKSTREMITAS BAWAH


Indikasi
1. Iskemia atau gangren.
2. Trauma.
3. Tumor tulang atau jaringan lunak.
Titik amputasi harus dipilih dengan seksama dan
bisa terletak antara kaki dan sendi pinggul. Ingat
bahwa amputasi pertama adalah yang terakhir.
Dua prosedur paling lazim adalah amputasi
diatas lutut dan di bawah lutut.
Persiapan
1. Anestesi umum.
2. Posisi terlungkup.
Prosedur
Amputasi atas-lutut
Tempat terbaik untuk membagi femur adalah 810 cm ( selebar satu tangan). Gunakan spidol
kulit untuk merencanakan insisi, yang harus
membuat flap anterior maupun flap posterior
memiliki panjang sama atau yang anterior sedikit
lebih panjang.

Insisi kulit

bisa terjadi perdarahan hebat pada anggota


gerak yang septik. Ikat semua vena dengan
menggunakan jarum serap 2/0. Perdalam insisi
anterior sampai tulang, sambil memotong tendon quadriceps femoris. Vasa femoralis
bersama-sama nervus poplitea media dan lateral dijumpai pada posisi posteromedial. Ikat
rangkap pembuluh darah dengan benang serap.
Sebelum memotong saraf, beri tegangan pada
saraf sehingga saraf tertarik ke dalam puntung
pada amputasi. Jika amputasi dilakukan pada
tingkat yang lebih tinggi, nervus sciaticus bisa
dijumpai. Nervus sciaticus diikuti oleh arteri yang
harus didiseksi secara terpisah dan diikat
sebelum saraf dipotong.
Setelah memotong semua otot di sekeliling femur, ikat pembuluh yang tinggal dan hindari
pemakaian diatermi. Periksa titik amputasi yang
tepat dari femur dan kerok periosteum dari tulang
di daerah ini. Otot-otot paha harus diretraksi ke
arah proksimal untuk memberikan cukup ruang
dalam menggunakan gergaji. Ini bisa dilakukan
dengan bantuan beberapa pembalut abdomen
atau retraktor khusus.

Titik pemotongan tulang

Gbr 8.8
Setelah memotong femur dan melepas tungkai
bawah, tempatkan handuk bersih di bawah
puntung dan istirahatkan puntung pada mangkok
yang dibalik.
Gbr 8.7

102

Bagi kulit dan jaringan subkutan sepanjang garis


yang direncanakan. Hemostasis biasanya tidak
sukar pada anggota gerak yang iskemik namun

Gunakan kikir untuk menghaluskan pinggir


femur, kemudian bawa otot-otot depan dan
belakang bersamaan menutup tulang dengan
jahitan terputus benang serap ukuran 1.
Pasang suction drain

AMPUTASI EKSTREMITAS BAWAH


Fibula dipotong miring dengan gergaji Gigli,
kemudian belah tibia 2 cm distal dari ini.
Bersihkan otot dari tulang dengan elevator periosteum. Potong bevel anterior pertama kali
dengan gergaji diagonal kemudian potong tegak
lurus tibia.

VASKULAR

di bawah lapisan otot. Tempatkan jahitan lapis


kedua yang lebih superfisial dalam otot dan
jaringan subkutan karena ini akan membantu
mendekatkan flap kulit. Jahit pinggir kulit dengan
beberapa jahitan putus dengan benang non
serap 2/0. Hindari memetik pinggir kulit dengan
forsep bergigi.
Tutup puntung dengan kasa dan kapas dan balut
dengan crepe bandage.

Amputasi bawah-lutut
Titik optimum untuk amputasi adalah 14 cm dari
tibial plateau, fibula dipotong 2 cm proksimal dari
ini. Beri tanda insisi, dengan flap anterior
berakhir tepat distal dari garis pemotongan
tulang pada tibia dan flap posterior meluas ke
bawah sampai tendon Achilles.

Insisi kulit

Gbr 8.10

Bevelling tibia

Bentuk sudut pada ujung bawah tibia ke arah


atas dan pisahkan massa otot dari aspek
posteriornya. Ikat rangkap semua pembuluh
darah dan potong setiap saraf yang tegang.
Lepas tungkai bagian distal.
Flap posterior ditarik ke atas membungkus
puntung tulang dan dijahit ke flap anterior. Flap
posterior mungkin perlu dikurangi dengan eksisi
jaringan otot.

Gbr 8.9

Pemotongan tulang

Buat insisi sepanjang garis yang telah diberi


tanda. Di posterior potong tendon Achilles dan
perdalam insisi untuk memotong sisa otot dan
tendon sampai tulang. Potong otot ke dalam
sampai melintasi bagian depan.

Tempatkan benang serap di antara otot di bagian


posterior dan jaringan subkutan di anterior dan
meninggalkan suction drain di bawah otot.
Satukan pinggir kulit dengan jahitan putus
benang non-serap 2/0. Pangkas sudut-sudut flap
posterior jika perlu agar bentuknya rapih. Tutup
puntung dengan katun dan balut ketat dengan
crepe bandage.

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Amputasi bisa dikerjakan dengan anestesi regional atau umum.


Periksa dengan teliti bahwa anda sedang bekerja pada tungkai yang tepat.
Usahakan mengisolasi daerah gangren misal kaki dengan sarung tangan karet.
Buat flap yang berlebihan karena flap selalu digunting lagi.
Jika jaringan anggota gerak yang iskemik tidak berdarah cukup, bergerak lebih proksimal dengan
amputasi.
Jangan jahit drain karena ini bisa dilepas tanpa membuka dressing.
Dressing bisa dibiarkan selama 2 minggu. Inspeksi luka jika pasien mengeluh nyeri berlebihan, demam
atau puntung mulai berbau.
Resepkan penisilin profilaktik jika pasien mengalami gangren.
Usahakan mobilisasi dini sehingga tidak terjadi kontraktur fleksi.

103

9
KEPALA DAN LEHER

105

KEPALA DAN LEHER

TIROIDEKTOMI
Indikasi
1.
2.
3.
4.

Tirotoksikosis
Gejala-gejala tekanan dispnea, disfagia
Kosmetik struma multinodular besar.
Keganasan.

diseksi. Dengan menggunakan diseksi tumpul


dan tajam pisahkan flap dari otot leher di
bawahnya.

Persiapan
1. Anestesi umum.
2. Posisi terlentang dengan leher ekstensi.
3. Kantung pasir di bawah bahu dan cincin
kepala untuk menopang.
Prosedur
Beri tanda insisi kulit 2 cm di atas sulkus sternum dengan menggunakan jahitan tebal. Coba
tempatkan jahitan tersebut di dalam garis kulit
yang sudah ada. Ada gunanya memberi tanda
garis sejajar pada kulit dengan menggunakan
pen untuk membantu alignment pada akhir
operasi.

Gbr 9.2
Lanjutkan proses ini ke atas sampai pinggir atas
dari kartilago tiroid, kemudian ulang ke arah
bawah sampai sulkus sternum.

Gbr 9.1
Perlebar insisi ke lateral sejauh pinggir medial
dari sternomastoid dan perdalam melalui
platysima.
Tempatkan tiga pasang forsep jaringan pada
jaringan subkutan dari flap atas dan naikkan
f orsep sehingga memperlihatkan bidang untuk
Gbr 9.3
106

TIROIDEKTOMI
Kochers director memiliki parit (groove).
Jalankan benang tebal ke dalam parit tersebut
dengan jarum aneurisma dan ikat pedikel. Ulangi
proses, kemudian potong pedikel dengan pisau.

Lakukan insisi dan potong fasia pretrakea di


garis tengah sepanjang insisi. Geser pinggir
medial dari sternomastoid.
Awali diseksi bidang di antara otot leher dan
tiroid. Identifikasi, ligasi dan potong vena
thyroidea media.

Vasa thryoidea
superior

KEPALA DAN LEHER

Lap dengan dua handuk kecil kemudian


tempatkan retraktor Joll dengan klip nya pada
titik pertengahan insisi.

Director Kocher

Gbr 9.5

Vena thyroidea media

Gbr 9.4

Dengan menggunakan swab kasa, tarik tiroid ke


arah medial dan identifikasi nervus laryngeus
rekuren. Diseksi ke bawah aspek lateral dari lobus tiroid sampai vasa thyroidea inferior dijumpai.
Ikat dan potong pembuluh darah tersebut jika
lobektomi tiroid dikerjakan. Pada kasus
tiroidektomi subtotal, vasa thryoidea inferior
dipertahankan.
N. laryngeus
recurrens

Lanjutkan ke arah kranial, diseksi perlahan-lahan


dan seksama untuk menghindari nervus
laryngeus recurrens. Identifikasi pedikel tiroid superior dan jalankan Kocher s director di
bawahnya

Vasa thryoidea inferior

Gbr 9.6

107

KEPALA DAN LEHER

TIROIDEKTOMI
Pada kasus lobektomi trioid, gunakan forsep
berat di garis tengah., potong tiroid dan jahit lobus yang tinggal dengan benang serap,
sehingga mengangkat isthmus dengan spesimen
tersebut.

Kontrol perdarahan dan pasang suction drain ke


dalam thryoid bed. Bawa drain keluar di antara
otot leher. Jika otot leher dipotong, perbaiki
dengan jahitan putus benang serap. Platysima
bisa ditutup dengan jahitan kontinyu benang
serap.

Gbr 9.8
Tutup kulit dengan klip logam

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.

Gbr 9.7
Bebaskan tiroid dari permukaan trakea. Kontrol
setiap titik perdarahan dengan klip kecil dan ikat
satu persatu.
Untuk tiroidektomi subtotal lakukan mobilisasi
serupa dengan lobus lainnya. Potong isthmus
dan bekerja ke arah lateral, sambil
membebaskan tiroid dari trakea. Gunakan
beberapa forsep pada bagian lateral kelenjar
dengan tujuan meninggalkan sekitar 5 cm 3.
Eksisi tiroid dengan scalpel dan jahit sisanya
dengan benang serap secara kontinyu dan
fiksasi ke trakea.
108

5.
6.
7.

Cord check harus dilakukan sebelum operasi.


Jika struma besar dan sukar diakses, otot
leher boleh diikat dan dipotong.
Pastikan anda mengidentifikasi bidang yang
tepat untuk diseksi. Kegagalan melakukan ini
akan mengaburkan lapangan operasi.
Ketika mengikat pedikel, jaga ke arah tiroid
sehingga tidak merusak nervus laryngeus
externus.
Selalu identifkasi dan hindari nervus laryngeus
recurrens yang berjalan di pinggir lateral
kelenjar.
Usahakan tidak merusak paratiroid atau suplai
darahnya dari arteri thryoidea inferior.
Siapkan selalu pelepas klip di bangsal untuk
berjaga-jaga jika timbul hematoma, yang bisa
menyebabkan obstruksi pernapasan.

EKSISI KISTA TIROGLOSUS

1. Kosmetik.
2. Infeksi rekuren- bila ada infeksi obati dengan
antibiotik dan eksisi setelah 4-6 minggu.
Persiapan

Jepit kista dengan forsep jaringan dan tarik


kearah kaudal. Diseksi traktus ke atas sampai
tulang hyoid dan bebaskan perlekatan otot dan
membran thyrohyoid. Isolasi bagian tengah dari
hyoid dan eksisi bersamaan dengan traktus dan
kista dengan menggunakan gunting besar atau
pemotong tulang (prosedur Sistrunk).

1. Anestesi umum.
2. Posisi terlungkup dengan leher ekstensi.
3. Kantung pasir di bawah bahu dan cincin
kepala untuk menopang.

KEPALA DAN LEHER

Indikasi

Prosedur
Buat insisi transversal di atas kista dan perdalam
insisi melalui jaringan subkutan dan platysima.

Gbr 9.11

Gbr 9.9
Potong dan ikat kedua vena jugularis anterior
saat melintasi garis tengah. Identifikasi kista dan
diseksi tajam untuk memisahkan dari jaringan
sekitarnya. Hati-hati agar tidak menusuk kista.

Periksa setiap traktus yang berjalan dari pinggir


atas hyoid menuju lidah dan eksisi jika ada.
Tutup duktus di bagian proksimal dengan jahitan
serap. Kontrol perdarahan dengan diatermi dan
pasang suction drain. Tutup jaringan subkutan
dengan jahitan serap dan kulit dengan jahitan
subkutis benang serap.

Pokok-pokok penting
1.
2.

Hati-hati jangan sampai menusuk membran


thyrohyoid ketika memotong hyoid.
Pastikan tulang hyoid dieksisi, karena jika tidak
akan menjadi predisposisi untuk kambuh.

Gbr 9.10
109

10
UROLOGI

111

UROLOGI

10

SIRKUMSISI
Prosedur

Indikasi
1. Bayi :

Balanitis rekuren
Fimosis
Alasan religius atau kultural
2. Dewasa: Balanitis rekuren
Parafimosis
Tumor glans penis

Genggam preputium dengan mosquito clips dan


belah bagian dorsal (dorsal split) dengan
gunting.
Prosedur dorsal slit ini bisa digunakan untuk
memudahkan kateterisasi uretra bila terdapat
fimosis pada pria dewasa.

Persiapan
1. Anestesi umum dengan blok dorsal
2. Posisi terlentang.

Dengan seksama pisahkan setiap perlengketan


ke glans penis dan bersihkan setiap sekresi yang
melekat. Perluas dorsal slit ke arah corona. Buat
ventral slit ke arah frenulum.

Dorsal split

Ventral split

Gbr 10.1

112

Gbr 10.2

SIRKUMSISI

Frenular stitch

Lakukan ligasi setiap perdarahan dengan


benang halus serap, kemudian jahit pinggir kulit
ke mukosa secara terputus dengan benang
serap mulai pada posisi jam 3, 6, 9 dan 12,
kemudian rapatkan celah antara jahitan-jahitan
ini.

UROLOGI

Amankan arteri frenularis dengan benang serap,


satu ujung dibiarkan panjang.

10

Jahitan terakhir pada posisi jam 6 bisa digunakan


untuk memegang penis sementara dressing
dikerjakan. Oles luka dengan gel lignokain. Yang
termudah dirawat adalah Sporran dressing.

Gbr 10.3
Preputium yang sekarang sudah terbagi dua bisa
dieksisi dengan gunting, sambil mempertahankan tegangan pada jahitan frenulum.

Gbr 10.5

Tarik

Gbr 10.4

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.
5.

Jangan tinggalkan terlalu banyak kulit kira-kira 0,5 cm di sekeliling glans penis sudah cukup.
Hindari meatus ketika mengerjakan dorsal slit.
Kasih tahu orang tua bahwa selama proses penyembuhan, luka bisa terlihat sedikit menakutkan,
tetapi segera setelah krusta lepas penyembuhan akan berlangsung mulus.
Hindari pemakaian diatermi. Jika perlu gunakan diatermi bipolar.
Prosedur ini ideal untuk kasus di mana pasien tidak dirawat inap.

113

UROLOGI

10

VASEKTOMI
Indikasi

Lakukan insisi sepanjang vas deferens dan


dengan diseksi lembut identifikasi vas tersebut.
Dengan kilp handuk genggam vas dan pisahkan
dari pembungkusnya dengan scalpel.

Sterilisasi pria.
Persiapan
1. Anestesi lokal.
2. Posisi terlentang.
Prosedur
Rahasia keberhasilan operasi ini adalah
melokalisasi dan memfiksasi vas deferens
dengan satu tangan sampai bisa digenggam oleh
alat melalui insisi dengan tangan lainnya. Sambil
berdiri di sisi kanan pasien, raba vas deferens
di dalam skrotum atas dengan ibu jari tangan
kiri dari belakang dan telunjuk serta jari tengah
pada permukaan anterior.
Infiltrasi kulit dengan lignokain 1% dan lebih
lanjut masukkan anestesi lokal ke pembungkus
vas deferens itu sendiri.

Potongan ke arah vas

Gbr 10.7

Eksisi segmen vas kira-kira sepanjang satu


sentimeter.
Telunjuk

Jempol

Gbr 10.6

Infiltrasi ke kulit dan vas

Gbr 10.8

114

VASEKTOMI
Kemudian ligasi ujung-ujung yang sudah
dipotong dua kali.

UROLOGI

Ikat dasar vas deferens.

10

Gbr 10.10
Gbr 10.9
Tutup insisi dengan jahitan terputus benang
serap sebelum mengulang prosedur pada vas
deferens sisi yang lain.

Pokok-pokok penting
1.

Konseling kedua partner penting sebelum operasi, dengan menyebutkan bahwa prosedur bersifat
permanen dan pemeriksaan dua kali setelah operasi perlu memastikan tidak ada sperma. Juga sebutkan
alasan kegagalan yang bisa bersifat teknis pada awal operasi atau karena rekanalisasi vas di kemudian
hari.

115

UROLOGI

10

HIDROKEL
Indikasi
Pembengkakan simtomatik pada pria dewasa.
Persiapan
1. Anestesi umum.
2. Posisi terlentang.
Prosedur
Regang skrotum pada aspek anterior hidrokel
dengan tangan kiri, dan buat insisi di antara
pembuluh-pembuluh yang terlihat dengan
menggunakan pisau atau diatermi potong.

Buat insisi kecil pada tunica vaginalis dan


evakuasi cairan. Perbesar lubang dengan
gunting sampai cukup besar untuk
memungkinkan testis diangkat dari hemiskrotum. Periksa bahwa testis normal.
Dua teknik utama digunakan untuk reparasi
hidrokel.
Jaboulay
Dengan jahitan serap, ikat pinggir tunika di
belakang duktus deferens dan kemudian
kembalikan testis ke skrotum.

Jahit tunika di
belakang cord

Gbr 10.12
Gbr 10.11

116

HIDROKEL 10

Dengan beberapa jahitan cat gut, ikat sisa


kantong sekeliling testis sebelum mengikat
benang dan mengembalikan testis ke dalam
skrotum. Ingat, untuk mengembalikan testis ke
dalam skrotum, anada harus membuat rongga
dengan diseksi tumpul menggunakan jari.

UROLOGI

Prosedur Lord

Tempatkan semua jahitan sebelum mengikatnya

Gbr 10.13
Hemostasis sangat penting. Luangkan waktu
untuk ini sebelum menjahit luka.
Tutup kulit dengan jahitan terputus benang
serap.
Pokok-pokok penting
1.
2.
3.
4.

Ingat pada pria usia 35-40 tahun, pikirkan tumor testis pemeriksaan ultrasonografi preoperatif
bisa membantu.
Pada usia lanjut dan sakit kronis mungkin lebih sesuai dikerjakan aspirasi jarum berulang.
Darah dalam hidrokel dijumpai pada trauma, torsi dan beberapa tumor testis, jadi hati-hati dalam
mengerjakan aspirasi hidrokel.
Teknik pada anak sama seperti untuk herniotomi inguinale pada bayi. Hidrokel infantil tidak perlu
dioperasi kecuali jika menetap sampai usia lebih dari 18 bulan sampai 2 tahun.

117

UROLOGI

10

VARIKOKEL
Indikasi
1. Infertilitas pria.
2. Rasa sakit dan tidak nyaman dalam skrotum.

Pisahkan vena dari vas deferens dan arteri


testikular. Setelah dipotong ligasi dengan
benang serap.

Ada beberapa teknik untuk pengobatan


varikokel:

Embolisasi radiologis.

Pemotongan varikokel secara laparoskopik


dari dalam rongga peritoneum.

Pendekatan bedah jika setinggi cincin


interna.
Hanya yang terakhir akan diuraikan di sini.
Gbr 10.15

Persiapan

Reparasi aponeurosis obliqus externus dengan


jahitan serap dan tutup insisi kulit dengan jahitan
subkutis benang non-serap.

1. Anestesi umum.
2. Posisi terlentang.
Prosedur
Varikokel biasanya terletak di sebalah kiri. Buat
insisi di atas cincin interna, sejajar dengan ligamentum inguinale.
Potong aponeurosis obliqus externus, visualisasi
duktus deferens dan belah fasia spermatica
secara longitudinal untuk memungkinkan vena
testikular yang besar terlihat.
Fasia
kremaster

Pokok-pokok penting
1.
2.
Vena
testicularis

Gbr 10.14
118

Varikokel kiri yang timbul mendadak bisa


terjadi sebagai gejala tumor sel ginjal pada
sisi kiri, namun varikokel lebih sering dijumpai.
Varikokel disertai dengan oligospermia.

EKSISI KISTA EPIDIDIMIS 10

Kista besar dan menimbulkan keluhan.

Gunakan klip arteri untuk membawa testis dan


epididimis melalui insisi skrotum. Eksisi kista,
yang sering lebih dari satu, dan kembalikan testis ke dalam skrotum.

UROLOGI

Indikasi

Persiapan
1. Anestesi umum.
2. Posisi terlentang.

Transfiksi dinding kista yang tinggal dengan


jahitan serap. Kontrol setiap titik perdarahan dan
tutup insisi dengan jahitan terputus benang
serap.

Prosedur
Dengan tangan kiri anda regangkan kulit skrotum
di permukaan anterior hidrokel. Identifikasi setiap
pembuluh darah kecil dan lakukan insisi di antara
pembuluh-pembuluh ini. (Gambar 10.11).
Evakuasi cairan dengan membuat insisi kecil di
tunica vaginalis dan perbesar sampai cukup
untuk mengeluarkan testis.

Pokok penting
Cairan jernih menyiratkan kista epididimis
sedangkan cairan putih berarti spermatokel

Gbr 10.16

119

UROLOGI

10

ORKIDOPEKSI
Indikasi
Undescended testis pada anak.
Persiapan

Mobilisasi duktus deferens cukup untuk membuat


testis turun ke dalam ke skrotum. Capai ini
dengan memotong pita yang melekat ke duktus
deferens di lateral dan medial. Hati-hati jangan
sampai mengenai vas deferens dan pembuluh
darah testis.

1. Anestesi umum.
2. Posisi terlentang.
Prosedur
Buat insisi sepanjang 3 cm pada garis kulit inguinal.
Testis biasanya dijumpai pada daerah cincin
eksterna; jika tidak segera jelas, beri sedikit
tekanan proksimal di atas ring agar testis muncul.
Insisi aponeurosis obliqus externus dengan
lembut raih testis dan potong gubernakulum testis.

Membebaskan
perlekatan di medial
spermatic cord

Gbr 10.18
Identifikasi kantung hernia yang sering
menyertai. Dengan hati-hati pisahkan kantung
ini dari duktus deferens, ikat dan potong pada
cincin interna.
Persiapkan skrotum dengan memasukkan jari ke
dalamnya dan membuat insisi transversal pada
kulit skrotum pada ujung jari.

Testis

Obliqus
externus

Gbr 10.17

120

Gbr 10.19

Sayat ke arah jari (hati-hati)

ORKIDOPEKSI 10
Fiksasi tetsis ke otot dartos dengan jahitan putus
benang serap dan tutup kulit skrotum dengan
benang yang sejenis. Tutup luka di lipat paha
dengan jahitan kontinyu ke obliqus externus dan
jahitan subkutis dengan benang serap.

UROLOGI

Tinggalkan lapisan fasia yang menutup jari dan,


dengan membuka daun gunting, siapkan
subdartos pouch di antara fasia dan kulit di
atasnya. Dorong ujung forsep ke arah jari anda
sehingga menggapai lapisan fasia. Saat jari anda
ditarik, jalankan forsep ke atas luka inguinal
untuk menjemput testis.
Dengan hati-hati tarik testis ke bawah skrotum
melalui defek di fasia.

Skrotum

Pokok-pokok penting
1.
2.
3.

Gbr 10.20

4.
5.

Kira-kira 30% bayi prematur memiliki testis


yang tidak turun dalam skrotum. Insiden pada
bayi cukup bulan 3%.
Kantung skrotum yang kosong menandakan
tidak ada testis, retraktil, ektopik atau tidak
turun.
Jika anda sukar memasukkan testis ke dalam
skrotum walaupun sudah berusaha,
tempatkan testis serendah mungkin dan anda
rencanakan prosedur lanjutan ketika anak
bertambah besar.
Jika tidak ada testis, usahakan anda mencari
ke inguinal canal; namun laparoskopi mungkin
diperlukan kemudian.
Kebanyakan orkidopeksi harus dikerjakan
antara usia 2 dan 3 tahun.

121

UROLOGI

10

EKSPLORASI TESTIS
Indikasi

Buka tunica vaginalis, inspeksi dan balikkan


torsi.

Kecurigaan adanya torsi


Persiapan
1. Anestesi umum
2. Posisi terlentang.
Prosedure
Akses testis melalui insisi skrotum.

Gbr 10.22

Gbr 10.21

122

Bungkus testis dengan swab hangat lembab. Jika


testis tampak viabel, kembalikan ke dalam
skrotum. Lebih baik teliti daripada mengeksisi
testis dengan percuma, Namun jika testis
nekrotik, gunakan klem crushing dan transfiksi
dan ikat duktus deferens. Kemudian testis
dieksisi.

EKSPLORASI TESTIS 10
Jika dijumpai testis terpuntir (torsi), testis pada
sisi yang lain difiksasi dengan cara sama sebagai
pencegahan.
Tutup insisi dengan jahitan terputus benang
serap.

UROLOGI

Fiksasi testis ke tunica vaginalis dengan tiga


jahitan, pada masing-masing kutup dan satu di
tengah.

Gbr 10.23

Pokok-pokok penting
1.

2.
3.

4.

Bila ditegakkan diagnosis torsi testis,


eksplorasi cito diindikasikan dalam 8 jam.
Setelah 8 jam kecil kemungkinan infark testis
akan pulih.
Neonatus bisa mengalami torsi testis ketika
lahir dengan massa skrotum merah dan tidak
nyeri tekan.
Jika dicurigai torsi, testis yang tidak turun ke
dalam skrotum (undescended testis) lebih
sering terpuntir daripadatestis normal. Jika
undesecnded testis dirasakan nyeri, ini
menyiratkan torsi.
Sukar membedakan torsi testis dan torsi appendages testis. Jika appendages testis
terpuntir, eksisi lesi. Dalam hal ini eksplorasi
testis kontraleteral tidak diindikasikan.

123

INDEKS

125

INDEKS
Abses apendik 67
ischiorektal 95
payudara 45
perianal 95
Accessorius, nervus
Adrenalin 16,18,20,94
Aksila, pembersihan 38-39
Alginate dressing 45, 93, 95, 96
Amputasi
atas lutut 102-103
bawah lutut 103
Anastomosis gastroenterostomi 52-53
kolon 72, 74
Antikoagulan 58
Anus 88-96
Apendektomi 66-67
Apendik retrosekal 67
Arteri femoralis 100, 102
Arteri femoralis communis 101
Arteri femoralis profunda 100
Arteri femoralis superfisial 100
Arteri frenularis 113
Arteri gastroduodenalis 55
Arteri sistikus 57, 60
Aspirasi hidrokel 117
Aspirasi jarum halus 19
Balanitis 112
Barons bander 89
Batu duktus koledukus 61
Batu empedu 56, 57,61
Biopsi endoskopik 49
Biopsi payudara 37
Biopsi rektum 88
Bupivicaine 8, 11, 92, 101
Calot, trigonum 57, 60
Capacitance coupling 13
Colostomy bridge 78
Connel, jahitan 69
Crohn, penyakit 71, 93

126

Dartos, otot 121


DeBakey, klem 101
Desjardin, forsep 61
Diatermi 12-13
bipolar 12
monopolar 12
Discharge payudara 44
Divertikulitis sigmoid 67
Divertikulum Meckel 67, 68, 70
Divertikulum soliter 71,73
Duk 3, 13
Duktus koledukus 57, 60
Duktus koledukus, anatomi 57, 60, 61
Duktus koledukus, eksplorasi 61
Duktus payudara, ektasia 44
Duktus sistikus 57, 58, 59, 61
Duodenektomi 61
Duodenum, perforasi 54

Ekplorasi saluran empedu 57


Eksisi duktus payudara(operais Hadfield) 44
Eksisi fisura ani 93
Eksisi payudara dan pembersihan aksila 38-39
Eksplorasi laparoskopik 57
Ekstremitas bawah amputasi 10-2-103
gangren 103
iskemia 100,102
Embolektomi femoral 100-101
Empiema kandung empedu 56
End colostomy 77
End ileostomy 80-81
Endoskopi 48-49
Esofago-gastroduodenoskopi (endoskopi) 48-49
Falsiformis, ligamentum 56, 59
Fasia rektus abdominis 11
Fenol 20, 90
Fibroadenoma 36
Fimosis 112
Fisura ani 88
Fogarty, kateter 61
Fulgurasi 12
Gangren 103
Gastroenterostomi anterior 52-53
Gastroenterostomi posterior 53
Gastro-esophageal junction 48
Gastro-lienalis, ligamentum 62, 63
Gigli, gergaji 103
Ginekomastia 42
Gliseril trinitrat, krem 92
Hadfield, operasi 44
Hartmann, prosedur 74, 75-76
Hartmanns pouch 59
Hassan, kanula 9-11
Helicobacter pylori 49
Hematoma 36, 39, 41
payudara 36, 39, 41
perianal 94
Hemikolektomi dekstra 67, 71-72
Hemikolektomi sinistra 73-74
Hemophilus influenzae B 63
Hemoproid. injeksi 90
banding 89
proktoskopi 88
Hemoroidektomi 91
Hemostasis, diatermi 12-13
Hernia 22-33
bilateral 23
epigastrik 31
femoralis 26-27
insisional 22-25, 117
paraumbilikal 30
umbilikal 28-29
occult 23
Hernia, repair dengan jala propilen
Herniorafi femoral 26-27
inguinal 24-25

INDEKS
Herniotomi inguinal 22-23
infantil 117
Hidrokel, 116-118
Hyoid, tulang 109
Ileostomi retraksi 81
Ileostomi, herniasi 81
prolapsus 81
Infeksi abses payudara 45
kista sebasea
kista tiroglosus 109
operasi Hartmann 76
pasca splenektomi 63
repair hernia paraumbilikal 30
subungual 20
Insisi abdomen 4-5
Kocher 4, 59
Lanz 4, 66
laparotomi darurat 4
median 4-5, 27
paramedian 4,5
pararektal (McEvedy) 27
periareolar 44
Pfannenstiel 27
servikal 19
subkosta 5
suprainguinal 27
transversal 4
tusukan 28
Inspeksi rongga peritoneum 11
Iskemia ekstremitas bawah 100, 102
kulit 45
usus halus 68
Jaboulay, prosedur 116
Jahitan 7-8
Connel 69
jauh dan dekat 7
kontinyu 7
matras 8
median 7
paramedian 7
purse string 11, 67
putus (interrupted) 9
rangkap dekat-dan-jauh 7
serab rangkap dua 69
Jahitan serap berbentuk J 11
seromuskular 69
tegang 7
Jejunostomi 52-53
Jenkin, kaidah 7
Joll retraktor 107
Kandung empedu, diseksi retrograd 61
empiema 56
keganasan 58
lihat kolesistektomi
perforasi 58
Kanker payudara, mastektomi 40-41
penentuan stadium 38

Karsinoma basal 16
Karsinoma duktus payudara 37
kolon 71-73
sekum 67, 71
skuamosa 16
Kelenjar getah bening aksila 38-39
Kista epididimis 119
infeksi 18
limpa 61
sebasea 18
tiroglosus 109
Koagulasi 12
Kochers grooved director 107
Kolangiografi operatif 57, 60, 61
Koledoskop 61
Kolektomi total 80
Kolesistektomi laparoskopik 56-58
terbuka 9-10,59-61
Kolesistitis 56
Kolik bilier 56
Kolitis 73
Kolon, anastomosis 72, 74
Kolon, angiodisplasia 71
Kolostomi transversum 78
Kosmetik, apendektomi 66
eksisi payudara 38,39
lesi kulit 16
operasi Hadfield
Kulit, iskemia 45
nekrosis flap 41
penutupan 8,11
persiapan 3
Lahey, swab 39,41
Lambung 49
Langenback, retraktor 36, 42
Langer, garis 16, 17
Laparoskopi 9-11
Laparoskopi diatermi 13
Laparoskopi tertutup 9
Laparotomi b6
Liechtenstein, prosedur 25
Ligamentum inguinale 26, 27, 100
Ligamentum lieno-renalis 62
Ligamentum pektineus 27
Treitz 52
Lignokain 16,18,20,94, 114
Limfadenopati 19
Limfedema 39
Limfonodus,lihat kelenjar getah bening
Limpa, kista 62
ruptur 62,63
Lipoma 17
Lobektomi trioid 108
Loop colostomy 78
penutupan 79
Loop ileosotmy, penutupan 84-85
Loop ileostomy 82-83
Lord, prosedur 117
Luka, penutupan 7-8, 11

127

INDEKS
Luminal stent 48
Mamogram 37
Maryland, forsewp 57
Mastektomi Patey 40-41
subkutan 42
Matras, jahitan 8
Mayo, teknik 30
McBurney, titik 66
Meckel diverikulektomi 70
Meckel divertikulum 67, 68, 70
Melanoma 16
Mesenterium transiluminasi 68,71,73,75
Meso-apendik 67
Midazolam 101
Mikorkalsifikasi payudara 37
Mikrodokektomi 43
Nail bed, ablasi 20
Nekrosis flap kulit 41
Nekrosis puting susu 44
Nekrosis testis 122
Nekrosis usus halus 68
Nervus ilioinguinalis 24
Nervus intercostobrachialis 19,39
Nervus laryngeus externus 108
Nervus laryngeus recurrens 107, 108
Nervus thoracalis longus 38, 41
Nervus thoracodorsalis 38,41
Obstruksi kolon 74
Obstruksi usus besar 74
Obstruksi usus halus 68
Onychogryphosis 20
Orkidektomi 25
Orkidektomi 25
Orkidopeksi 120-121
Orkidopeksi 120-121
Pacemaker 13
Panproktokolektomi 80
Parafimosis 112
Payudara 36-45
PEG (percutaneous endoscopic gastroenterostomy) 48, 5051
Pemotongan peritoneum 5, 59, 60
Pencukuran rambut 3
Penisilin 63, 103
Persiapan preoperatif 3
Piloprus 49
Piloroplasti 55
Pipa T 61
Pneumoperitoneum 9-10
Polidocanol 20, 90
Posisi Trendelenberg terbalik 56
Proktoskopi 88, 91
Prosesus vaginalis paten 22
Puntung rektum 76
Rekonstruksi 41

128

Rektum biopsi 88
pemeriksaan 88
sigmoidoskopi 88
Repair hernia epigastrik 31
hernia paraumbilikal 30
hernia umbilikal 29
Reseksi usus halus 68-69
Riedel, lobus 56
Ring block, anestesi lokal 20
Saluran empedu lihat juga duktus koledukus; duktus sistikus
Sapheno-femoral junction 98,99
Sapheno-popliteal junction 99
Sebasea, kista 18
Sekum 66
Sfingterektomi 92
duktus koledukus 61
fisura ani 92
Sigmoid, divertikulitis 67
lesi 75
tumor 74
volvulus 75,76
Sigmoidoskopi 88
Sinus pilonidal 96
Sirkumsisi 112-113
Sistrunk, prosedur 109
Splenektomi darurat 63
Splenektomi elektif 62-63
Splenorafi 63
Split skin graft 41
Stenosis pilorus 52
Sterilisasi pria 114
Stoma permanen 80-81
herniasi 77
posisi 76,78
Struma 106,108
Subkutis, jahitan 8
Testis 121
ektopik 121
maldescended 121
nekrotik 122
undescended, 120-121, 123
Testis, tumor 117
Tetrasiklin 76
Tiroidektomi 106
subtotal 107,108
Torsi apendages testis 123
Trisglosus, kista 109
Trokar, insersi 10, 56
pelepasan 11
Tukak duodenum, perforasi 54
Tukak lambung, perforasi 54
Tukak peptik lambung 54
Tukak peptik perdarahan 48, 55
Tukak peptik perforasi 54
Tunika vaginalis 116, 119, 122, 123
Ultrasonografi anorektal 95

INDEKS
Umbilikal , hernia 28-29
Ureter 71, 72, 75
Usus besar lihat kolon
Varikokel 118
Varises, perdarahan 48
Vas deferens 114-115
Vasektomi 114
Vena femoralis 26,102
Vena saphena magna 98, 99
Vena saphena parva 99
Vena varikosa (varises) 98
Veress, jarum 9, 11, 56
Vocal cord, periksa preoperatif 108
Zadik, operasi 20

129

You might also like