Professional Documents
Culture Documents
T H T- K L
| DR. SEPRIANI | DR. YOLINA | DR. OKTRIAN | DR. REZA | DR. CEMARA |
| DR. AARON | DR. CLARISSA | DR. KAMILA | DR. EDWIN |
Jakarta
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872
WA. 081380385694/081314412212
Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Sari, Kec. Medan Selayang 20132
WA/Line 082122727364
w w w. o p t i m a p r e p . c o . i d
TO 1
1. Otitis Externa
• Malignant otitis externa (necrotizing OE)
– Pada pasien diabetik lansia atau imunokompromais.
https://www.uptodate.com/contents/malignant-necrotizing-external-
otitis?search=malignant%20otitis%20externa%20fever&source=search_result&selectedTitle=1~150&usage_type=
default&display_rank=1
Clinical Manifestation
• Classically present with exquisite otalgia and otorrhea, which are
not responsive to topical measures used to treat simple external
otitis.
• The pain is generally more severe than that found in simple
external otitis
– tends to be nocturnal and extend into the temporomandibular
joint, resulting in pain with chewing.
• On physical examination:
– granulation tissue is frequently visible in the inferior portion of the
external auditory canal at the bone-cartilage junction (at the site of
Santorini's fissures)
• As the infection advances, osteomyelitis of the base of the skull
and temporomandibular joint osteomyelitis can develop
– Progression of the osteomyelitis can be associated with cranial
nerve palsies VI, VII, IX, X, XI, XII
https://www.uptodate.com/contents/malignant-necrotizing-external-
otitis?search=malignant%20otitis%20externa%20fever&source=search_result&selectedTitle=1~150&usage_type=
default&display_rank=1
Tatalaksana
• Antipseudomonal antimicrobials are the mainstay
of therapy for malignant external otitis.
• For adults, ciprofloxacin (400 mg intravenously
[IV] every 8 hours; 750 mg orally every 12 hours)
remains the antibiotic of choice.
• Levofloxacin is also likely to be effective since it
has activity against P. aeruginosa similar to
ciprofloxacin, but clinical experience with
levofloxacin has not been reported. The dose of
levofloxacin for adults is 750 mg orally or IV once
daily.
https://www.uptodate.com/contents/malignant-necrotizing-external-
otitis?search=malignant%20otitis%20externa%20fever&source=search_result&selectedTitle=1~150&usage_type=
default&display_rank=1
2. Rhinitis vasomotor
• Definisi :
– keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi,
eosinofilia, hormonal atau pajanan obat
• Etiologi :
– belum diketahui; Dicetuskan oleh rangsang non-spesifik seperti
asap, bau, alkohol, suhu, makanan, kelembaban, kelelahan,
emosi/stress
• Diagnosis:
– riw. hidung tersumbat ber gantian kiri dan kanan, tergantung posisi
pasien disertai sekret yang mukoid atau serosa yang dicetuskan
oleh rangsangan non spesifik
• Rinoskopi anterior:
– Edema mukosa hidung, konka merah gelap atau merah tua dengan
permukaan konka dapat licin atau berbenjol (hipertrofi) disertai
sedikit sekret mukoid
Rinitis Vasomotor
• Rinitis non imunologis
• Ditandai dengan gejala obstruksi nasal, rinorea, dan
kongesti.
• Gejala dieksaserbasi oleh bau tertentu (parfum, asap
rokok, cat semprot, tinta), alkohol, makanan pedas,
emosi, dan faktor lingkungan seperti suhu dan
perubahan tekanan udara.
• Diduga disebabkan peningkatan aktivitas kolinergik
(hidung berair) dan peningkatan sensitivitas neuron
nosiseptif (obstruksi nasal)
• Pemeriksaan penunjang menyingkirkan diagnosis
lain.
3. Tonsilitis difteri
• Gambaran klinik dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
– Gejala umum : subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu
makan, badan lemah, nadi lambat, nyeri menelan
– Gejala lokal: tonsil membengkak ditutupi bercak putih
kotor membentuk membran semu yang mudah
berdarah, kelenjar limfe leher membengkak menyerupai
leher sapi (bullneck/ Burgemeester’s hals)
– Gejala akibat eksotoksin:
• Pada jantung miokarditis hingga dekom kordis
• Pada n.kranial kelumpuhan otot palatum & otot pernapasan
• Pada ginjal albuminuria
Pemeriksaan penunjang
• Saat KLB tidak rutin dilakukan. Kecuali diagnosis tidak jelas
(pembengkakan leher tanpa pseudomembran), atau dicurigai
adanya resistensi antimikroba
• Bisa lakukan swab tepi lesi mukosa dan masukkan dalam media
transport (Amies atau Stuart), kemudian inokulasi dalam:
– blood agar
– media mengandung tellurit (setelah periode inkubasi 18-24 jam)
– isolasi dalam media Loeffler
• Koloni bisa diperiksa produksi toksinnya menggunakan tes
immunopresipitat Elek (24-48 jam)
• Bila kultur positif dan ditemukan toksin, konfirmasi etiologi
diagnosis
http://www.who.int/immunization/policy/position_papers/wer_31_diphtheria_updated_position_paper.pdf?ua=1
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/68334/1/WHO_V-B_03.01_eng.pdf?ua=1
PPM RSCM Dept IKA 2015
Pencegahan
• Pada kondisi KLB, orang yang kontak erat di nilai status vaksinasi
nya. Anaka dapat imunisasi dasar: booster toksoid difteria
• Dapat diberikan vaksin serta antibiotik profilaksis
WHO
4. Presbiakusis
• Gangguan pendengaran pada lansia, 25-30% terjadi pada usia 65-70 tahun.
• Presbikusis: tuli simetris, terutama nada tinggi (suara wanita memiliki
frekuensi lebih tinggi dari pria), karena proses penuaan, tinnitus bilateral
(terjadi pada fase yang lanjut)
– Sensorik: sel rambut & sel sustentakular berkurang, organ korti rata
– Neural:neuron koklea berkurang
– Strial: atropi stria vaskularis
– Konduktif: membran basilar kaku
• TatalaksanaRehabilitasi
– Pemasangan alat bantu dengar
– Latihan membaca ujaran (speech reading)
– Latihan mendengar (auditory training)
Jenis/ Patogenesis Karakteristik Audiometri Nada Murni Diskrimina
Prevalensi si Wicara
Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
4. Timpanosklerosis
• Timpanosklerosis merupakan scarring dan penebalan
dari membran timpani. Timpanosklerosis juga dapat
melibatkan tulang telinga dan telinga tengah.
• Faktor risiko:
– Otitis media berulang
– Riwayat pembedahan membran timpani
– Riwayat penggunaan tuba timpanostomi
• Diagnosis:
– Patch putih ireguler pada membran timpani
– Audiometri tuli konduktif
• Tatalaksana:
– Hearing aid
– Pembedahan untuk menghilangkan bagian yang sklerotik
GANGGUAN PENDENGARAN
• Otosklerosis
– Spongiosis tulang stapes (tersering) rigid tidak bisa menghantarkan
suara ke labirin
– Otosklerosis terkait faktor genetik, ¼-2/3 pasien memiliki saudara dengan
kelainan serupa.
– Rasio perempuan: laki-laki 2:1.
– Ketulian mulai timbul pada usia 10-30 tahun dan bersifat progresif.
MUMPS
Akut, swasirna, penyakit virus sistemik yang memiliki
ciri khas bengkak pada salah satu atau lebih kelenjar
air liur, biasanya pada kelenjar parotid.
Mumps
TANDA DAN GEJALA
• Salah satu penyebab
• Prodromal
parotitis, mengakibatkan
epidemic parotitis. • Malaise
• Paramyxovirus pada • Bengkak pada pipi
kelenjar dan syaraf • Keluar air liur tanpa disadari
• Menular melalui droplet • Mulut terasa kering
• Masa inkubasi 12-25 hari • Nyeri terutama saat
mengunyah kelenjar
dengan penularan terjadi 6 parotid berhubungan
hari sebelum timbulnya dengan ramus mandibular
pembengkakan parotid serta mastikasi otot
hingga 9 hari kemudian terangsang saat gerakan
mengunyah
Mumps: Komplikasi & Tatalaksana
KOMPLIKASI
• Meningitis, encephalitis, SNHL/tuli, Guillain-Barre
Syndrome, Tiroiditis, Miokarditis, Orkitis biasa terjadi
pada lelaki postpubertal (unilateral)
TATALAKSANA
• Swasirna simtomatik/suportif. Tidak ada indikasi
pemberian antiviral.
• Edukasi: asupan makanan oral, mengurangi makanan asam
dan encer/berkuah karena dapat menyebabkan sulit
menelan dan iritasi lambung
• Analgesik
TO 2
6. Komplikasi OMSK
Komplikasi Otitis
Media
Komplikasi Mastoiditis
Devan PP. Mastoiditis. Emedicine. 2018.
Sullivan DJ. Chronic otitis media, cholesteatoma, and mastoiditis. Uptodate 2018.
http://www.medscape.com/viewarticle/463782_3
Abses Bezolds
• A rare complication of mastoiditis
• Pathogenesis:
– The mastoid tip is composed of thin-
walled air cells
– Accumulation of pus from the mastoiditis,
erodes the thin medial side of mastoid tip
• Clinical manifestation:
– The symptoms may present with acute or
chronically, with time of symptom onset to
diagnosis ranging from 3 days to 3 years
– neck pain
– neck mass
– post auricular pain
– Otalgia
– Otorrhea
– hearing loss
– Less commonly, fever, headache, hearing
loss, facial paralysis, or cervical
lymphadenopathy.
Bezold’s Abscess
• contrast-enhanced CT
imaging of the
temporal bone and
neck provides the most
useful information for
both diagnosis and
subsequent surgical
intervention
Contrast-enhanced CT-scan shows left-
sided, low-attenuation, inframastoid
abscess (arrow)
• Normally:
– Between tables of vertical
plate in frontal bone
– Can extend beyond frontal
bone inot the orbital plates
• Rarely symmetrical
• Number varies
(occassionally absent)
• Within maxilla
– Above upper teeth
http://www.fulspecialista.hu/en/nose/maxillary-sinusitis
Copyright © 2005, Mosby, Inc.
Sphenoid Sinuses
• Below sella turcica
– Extends between
dorsum sellae and post
clinoid processes
• Drains into
sphenoethmoidal recess
of nasal cavity
Copyright © 2005, Mosby, Inc
Ethmoid Sinuses
• Within lateral masses of
ethmoid bone
• Three groups:
– Anterior, middle & posterior
• Posterior
– 2-6 cells
– Drain into superior nasal
meatus
• 2 key passageways
– Infundibulum
– Middle nasal
meatus
TRANSILLUMINATION TEST
• Dim the room lights.
https://id.pinterest.com/yamahafreddy/skull-sinuses-facial-bones/ imageradiology.blogspot.co.id/2012/09/x-ray-pns-position-occipito-frontal.html
Modalitas X-Ray
Foto Deskripsi
Waters Maxillary, frontal, & ethmoidal sinus
Patel ZM. Uncomplicated acute sinusitis and rhinosinusitis in adults: Treatment. Uptodate 2018
Tatalaksana Acute Bacterial Rhinosinusitis
(ABRS)
Empiric antimicrobial therapy for outpatient treatment of uncomplicated acute
bacterial rhinosinusitis (ABRS) in immunocompetent adults
* Indications for antibiotic therapy include lack of adequate follow-up, worsening symptoms during observation, and symptoms
unchanged after 7 days of observation. Refer to the UpToDate topic on treatment of uncomplicated acute sinusitis and
rhinosinusitis in adults for details.
Δ Risk factors for resistance include:
– Living in geographic regions with rates of penicillin-nonsusceptible S. pneumoniae exceeding 10%
– Age ≥65 years
– Hospitalization in the last 5 days
– Antibiotic use in the previous month
– Immunocompromise
– Multiple comorbidities (eg, diabetes or chronic cardiac, hepatic, or renal disease)
– Severe infection (eg, evidence of systemic toxicity with temperature of ≥102°F, threat of suppurative complications)
◊ Fluoroquinolones should be reserved for those who have no alternative treatment options as the serious adverse effects
associated with fluoroquinolones generally outweigh the benefits for patients with acute sinusitis.
§ The diagnosis of ABRS can be confirmed clinically. In patients in whom there are concerns for complications, imaging should be
obtained. In other patients in whom symptoms are not completely consistent with ABRS, imaging is reasonable to rule out
sinusitis and/or evaluation for alternative diagnosis.
¥ Refer to the UpToDate topic on treatment of uncomplicated acute sinusitis and rhinosinusitis in adults for details.
‡ Choice of second-line agent will depend on initial therapy.
For patients not allergic to penicillin, options include:
– Amoxicillin-clavulanate 2000 mg/125 extended-release tablets mg orally twice daily
– Levofloxacin 500 mg orally once daily
– Moxifloxacin 400 mg orally once daily
– For penicillin-allergic patients options include:
– Doxycycline 100 mg twice daily or 200 mg once daily
– Levofloxacin 500 mg orally once daily
– Moxifloxacin 400 mg orally once daily
Cara Irigasi Nasal
Irigasai Nasal dgn Normal Saline
Manfaat
• Saline (saltwater) membersihkan mucus dan
iritan dari hidung.
• Melembabkan jalur sinus.
• Penelitian menunjukkan bahwa irigasi nasal
meningkatkan kerja sel.
Cara Irigasi Nasal
Bahan
• Siapkan sebuah wadah.
• Isi dengan air bersih
• Tambahkan 1 hingga 1,5 sendok the garam.
• Tambahkan 1 sendok teh baking soda
• Campurkan bahan-bahan tadi dan simpan dalam
suhu ruangan.
Cara Irigasi Nasal
Tatacara
• Irigasi hidung Anda sebanyak 1 atau 2 kali sehari.
• Jika akan menggunakan obat melalui hidung,
lakukan irigasi hidung terlebih dahulu.
• Larutan dapat dihangatkan terlebih dahulu
sebelum digunakan.
• Dengan sedikit membungkuk, semprotkan cairan ke
lubang hidung satu per satu.
• Cairan akan masuk dari satu lubang hidung dan
keluar di lubang hidung sebelahnya.
9. Meniere Disease
• Patofisiologi: akibat hidrops endolimfe
• Gejala meniere: sensorineural hearing loss, vertigo perifer,
fluctuating aural fullness.
• Menurut consensus ICVD (International Classification of Vestibular
Disorders) didiagnosis sebagai definite meniere apabila terdapat:
– Minimal terdapat 2 gejala vertigo vestibuler perifer spontan dengan
durasi minimal 20 menit
– SNHL (frekuensi rendah-sedang) yang terdokumentasi melalui
audiometri yang terjadi saat atau setelah serangan episodik vertigo.
– Fluctuating aural symptoms (seperti tinnitus, telinga terasa penuh)
biasanya unilateral
– Kemungkinan diagnosis vestibuler lain telah disingkirkan.
Rekomendasi Terapi
• Diet rendah garam < 1500 gr/hariMengurangi konsumsi garam maksimal 1.5-2.0
gram per hari
• Berhenti merokok
• Membatasi konsumsi air
• Membatasi konsumsi kopi, teh, alcohol, MSG
• Diuretik
– Menurunkan tekanan hidrostatik di telinga dalam
– Membantu mencegah terjadinya gejala namun tidak memiliki efek setelah gejalanya muncul
– Contoh: HCT, asetazolamide
• Histamin agonis
– Contoh: Betahistin (selain menguragi gejala vertigo juga bisa mengurangi hidrops endolimfe
(improving microvascular circulation in the stria vascularis of the cochlea)
• Untuk betahistine HCl, dosis awal pemakaian adalah 8-16 mg, 3 kali sehari. Dosis pemakaian
selanjutnya (dosis pemeliharaan) adalah 24-48 mg per hari.
• Untuk betahistine mesilate, dosis yang digunakan adalah 6-12 mg, 3 kali sehari.Antihistamin:
difenhidramine, sinarisin
http://www.aafp.org/afp/2007/0515/p1523.html
Serumen Obturans
• Serumen adalah produksi kelenjar sebasea,
kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas
dan partikel debu. Biasanya ditemukan pada
sepertiga liang telinga bagian depan.
• Konsistensi serumen bisa lunak dan keras,
dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim, usia dan
keadaan lingkungan.
• Gumpalan serumen (sermen plug) dapat
menyebabkan gangguan berupa tuli konduktif.
• Serumen plug dapat terjadi ketika telinga masuk
air (mandi, berenang) dan menyebabkan
serumen mengembang sehingga menimbulkan
gangguan pendengaran dan rasa tertekan pada
telinga.
• Serumen • Metode ekstraksi
obturans adalah serumen disesuaikan
serumen yang tidak dengan konsistensinya:
berhasil dikeluarkan – Lembek: dengan lilitan
dan menyebabkan kapas
sumbatan pada kanalis – Keras: dengan pengait
akustikus eksternus. atau kuret. Bila tidak
berhasil, dilunakkan
• Menimbulkan tuli dulu dengan tetes
konduktif. karbogliserin 10%
• Serumen dilunakkan selama 3 hari.
terlebih dahulu dengan
tetes karbogliserin
10% selama 3 hari.
Serumen Prop
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Otitis Media Supurasi Kronik 2018
Otitis Media Supuratif Kronik
• Dimulai dengan adanya episode infeksi akut iritasi dan inflamasi
mukosa telinga tengah edema dan inflamasi lanjutan
menyebabkan kerusakan epitel dan ulkus granulasi
• Siklus di atas berulang perforasi membran timpani dengan
drainase persisten
• Dapat terjadi dengan/tanpa kolesteatoma
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Otitis Media Supurasi Kronik 2018
Otitis Media Supuratif Kronik
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Otitis Media Supurasi Kronik 2018
Roland PS. Chronic supurative otitis media. Emedicine. 2017.
Penanganan OMSK (2)
• Kortikosteroid topikal
– Kombinasi dengan antibiotic topical untuk efek antiinflamasi
– Pertimbangkan berikan pada pasien peradangan mukosa telinga
tengah disertai jaringan granulasi
– Misalnya deksametason 0.1%, hidrokortison, triamsinolon
• Antibiotik sistemik
– Dibandingkan antibiotik topikal, antibiotik sistemik kurang
efektif untuk mengatasi otorea setelah 1-2 minggu terapi
– Pilihan lini kedua pada OMSK, pertimbangan otorea persisten
setelah 3 minggu manajemen antibiotic topical atau bila ada
komplikasi intracranial
– Antibiotik sistemik sesuai etiologic dan hasil uji resistensi
– Bisa penisilin, sefalosporin, aminoglikosida, klindamisin,
kloramfenikol, trimethoprim sulfametoksazol oral
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Otitis Media Supurasi Kronik 2018
Tata Laksana Surgikal OMSK
• Miringoplasti (Timpanoplasti tipe I) rekonstruksi membran timpani
tanpa memperbaiki rongga telinga tengah Indikasi: OMSK tipe aman dan
tenang dengan tuli ringan.
• Timpanoplasti Tipe II-V menghentikan infeksi, memperbaiki membran
timpani, dan memperbaiki tulang pendengaran Indikasi: OMSK tipe
aman dengan kerusakan berat, OMSK tipe aman gagal medikamentosa
• Mastoidektomi:
– Sederhana menangani infeksi dan mencegah sekret Indikasi: OMSK tipe
aman yang tidak membaik dengan terapi konservatif
– Mastoidektomi dinding runtuh atau radikal (canal wall down) Membuang
jaringan patologis dan mencegah komplikasi intrakranial Indikasi: OMSK
tipe bahaya dengan infeksi/kolesteatoma luas
– Kombinasi dengan timpanoplasti eradikasi kolesteatoma dan rekonstruksi
membran timpani Indikasi: OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi luas;
OMSK tipe bahaya
2. INCS + INAH or an INCS INCS + INAH vs INCS 2. INCS + INAH or an INCS alone
alone
3. INCS + INAH rather than an INCS + INAH vs INAH -
INAH alone
4. LTRA or OAH LTRA vs OAH 4. OAH rather than a LTRA
5. INCS rather than INAH INAH vs INCS 5. INCS rather than INAH
6. either an INAH or OAH INAH vs OAH 6. Either INAH or OAH
Intranasal corticosteroid (INCS)
Oral H1-antihistamine (OAH)
Intranasal H1-antihistamine (INAH)
Leukotriene receptor antagonist (LTRA)
14. Caries Dentis
Definisi
• Penyakit akibat mikroba dimana karbohidrat mengalami fermentasi
oleh bakteri membentuk asam demineralisasi bagian gigi yg
inorganik dan disintegrasi bagian gigi organik.
• Caries dentis adalah pembusukan enamel gigi oleh bakteri.
• Terjadi akibat ketidakseimbangan antara faktor protektif dan faktor
patologis dalam rongga mulut.
• Tanda dan gejala
– Nyeri, biasanya muncul ketika makan atau minum sesuatu yang dingin,
panas, atau manis.
– Gigi sensitif
– Nyeri ketika mengunyah
– Pemeriksaan rongga mulut: tampak lubang di gigi dan plak coklat
kehitaman di permukaan gigi.
• Komplikasi: inflamasi jaringan sekitar, osteomyelitis, gigi tanggal
dan abses
14. Odontogenic infection
• Once the infectious
process has extended
beyond the tooth, it
may expand into the
surrounding medullary
bone and cause an
osteomyelitis, or it may
extend focally through
the bone as a fistular
tract draining into the
oral cavity
• The course of • Acute osteomyelitis is
osteomyelitis can include associated with the
suppuration with abscess classical features of
or fistula formation and infection including fever,
jaw bone sequestration leukocytosis,
lymphadenopathy, pain,
and soft tissue swelling
• Chronic osteomyelitis
may also involve purulent
discharge, tooth loss, or
pathologic fracture
Imaging
• Sequester adalah segmen tulang yang menjadi nekrotik karena luka iskemik yang
disebabkan proses peradangan. Gambarana ini umum dijumpai pada osteomyelitis
kronik.
15. Foreign Bodies Of The External
Auditory Canal
• Epidemiology — Most aural foreign bodies are found in children six years of age and
younger with a smaller portion occurring in older children and special needs adults.
• The most common objects removed include beads, pebbles, tissue paper, small toys,
popcorn kernels, and insects.
• Clinical manifestations and diagnosis — Patients with foreign bodies of the EAC are
frequently asymptomatic. Common presentations include:
– Caregiver concern of EAC foreign body based upon witnessing placement or seeing something in the ear
– Incidental finding during routine otoscopy
– Decreased hearing or ear pain
– Purulent or bloody ear drainage (rare)
– Chronic cough or hiccups (rare)
• Visualization of a foreign body in the EAC on otoscopy confirms the diagnosis. The other ear
and both nostrils should also be examined closely for additional foreign bodies.
Removal Timing
• The type of foreign body determines the timing for removal.
• Button batteries, live insects and penetrating foreign bodies warrant urgent
removal for the following reasons:
– Button batteries – Once in the EAC, they cause destruction because of strong
electrical currents (rather than leakage of battery contents) and pressure
necrosis.
– Insects – A variety of insects may take up temporary residence in the EAC.
Cockroaches are most commonly found, as they prefer warm, dark
environments. A live insect can cause considerable discomfort and occasionally
may damage the tympanic membrane and middle ear.
– Penetrating foreign bodies – Foreign bodies that might have penetrated the
tympanic membrane and caused damage to middle ear structures require
immediate attention. Cotton applicators, pencil points, tree branches and hair
pins are frequent culprits.
• For other EAC foreign bodies (eg, round beads, paper, or foam rubber)
removal can be deferred until necessary equipment and personnel are
available as long as the patient is asymptomatic.
Ekstraksi Benda Asing Telinga
• Pengeluaran benda asing di telinga bergantung pada situasi klinis, jenis benda asing,
dan pengalaman operator
• Teknik :
1. Irigasi untuk benda kecil non organik atau serangga kecil
• Kontraindikasi : perforasi membran timpani, benda asing sayuran (kacang) atau
baterai
2. Ekstraksi Manual : forceps aligator, cunam (pengait), bayonet
• Binatang hidup sebaiknya diteteskan oleh cairan rivanol, lidokain atau mineral oil
ke dalam telinga ekstraksi forceps alligator
• Benda lunak (kertas atau penghapus atau benda asing dengan tipe tidak rata)
ekstraksi forceps bayonet
• Objek yang berbentuk bulat atau mudah hancur ekstraksi cunam (pengait)
3. Suction digunakan untuk benda asing yang mobile
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459136/EarForeignbodyRemoval
Ekstraksi Benda Asing Telinga
ORGANIK NON-ORGANIK
• Tidak hidup : • Metal
Kertas • Batu
Kayu • Plastik mainan
Kotton bud
• Baterai bulat
Spons
Penghapus
Kacang
• Hidup
Cacing
Serangga
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459136/EarForeignbodyRemoval
Ekstraksi Benda Asing Telinga
https://www.aafp.org/afp/2007/1015/p1185.html
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459136/EarForeignbodyRemoval
Ekstraksi Benda Asing Telinga
Uptodate. 2019
Uptodate. 2019
Uptodate. 2019
Uptodate. 2019
Uptodate. 2019
Uptodate. 2019
TO 3
16. Otitis Externa
• Malignant otitis externa (necrotizing OE)
– Pada pasien diabetik lansia atau imunokompromais.
https://www.uptodate.com/contents/malignant-necrotizing-external-
otitis?search=malignant%20otitis%20externa%20fever&source=search_result&selectedTitle=1~150&usage_type=
default&display_rank=1
Clinical Manifestation
• Classically present with exquisite otalgia and otorrhea, which are
not responsive to topical measures used to treat simple external
otitis.
• The pain is generally more severe than that found in simple
external otitis
– tends to be nocturnal and extend into the temporomandibular
joint, resulting in pain with chewing.
• On physical examination:
– granulation tissue is frequently visible in the inferior portion of the
external auditory canal at the bone-cartilage junction (at the site of
Santorini's fissures)
• As the infection advances, osteomyelitis of the base of the skull
and temporomandibular joint osteomyelitis can develop
– Progression of the osteomyelitis can be associated with cranial
nerve palsies VI, VII, IX, X, XI, XII
https://www.uptodate.com/contents/malignant-necrotizing-external-
otitis?search=malignant%20otitis%20externa%20fever&source=search_result&selectedTitle=1~150&usage_type=
default&display_rank=1
Tatalaksana
• Antipseudomonal antimicrobials are the mainstay
of therapy for malignant external otitis.
• For adults, ciprofloxacin (400 mg intravenously
[IV] every 8 hours; 750 mg orally every 12 hours)
remains the antibiotic of choice.
• Levofloxacin is also likely to be effective since it
has activity against P. aeruginosa similar to
ciprofloxacin, but clinical experience with
levofloxacin has not been reported. The dose of
levofloxacin for adults is 750 mg orally or IV once
daily.
https://www.uptodate.com/contents/malignant-necrotizing-external-
otitis?search=malignant%20otitis%20externa%20fever&source=search_result&selectedTitle=1~150&usage_type=
default&display_rank=1
17. Komplikasi OMSK
Komplikasi Otitis
Media
Komplikasi Mastoiditis
Devan PP. Mastoiditis. Emedicine. 2018.
Sullivan DJ. Chronic otitis media, cholesteatoma, and mastoiditis. Uptodate 2018.
http://www.medscape.com/viewarticle/463782_3
Abses Bezolds
• A rare complication of mastoiditis
• Pathogenesis:
– The mastoid tip is composed of thin-
walled air cells
– Accumulation of pus from the mastoiditis,
erodes the thin medial side of mastoid tip
• Clinical manifestation:
– The symptoms may present with acute or
chronically, with time of symptom onset to
diagnosis ranging from 3 days to 3 years
– neck pain
– neck mass
– post auricular pain
– Otalgia
– Otorrhea
– hearing loss
– Less commonly, fever, headache, hearing
loss, facial paralysis, or cervical
lymphadenopathy.
Bezold’s Abscess
• contrast-enhanced CT
imaging of the temporal
bone and neck provides
the most useful
information for both
diagnosis and
subsequent surgical
intervention Contrast-enhanced CT-scan shows left-
sided, low-attenuation, inframastoid
abscess (arrow)
contrast-enhanced CT imaging of the temporal bone and neck provides the most useful
information for both diagnosis and subsequent surgical intervention of deep neck abscess
https://slideplayer.com/slide/2803114/ | https://www.medscape.com/viewarticle/463782_3
Abses Bezold
• Tata Laksana:
– Antibiotik spektrum luas sefalosporin generasi 3
(cefotaxime, ceftriaxone), klindamisin, atau golongan
karbapenem (merponeme)
– Pembedahan untuk drainage abses dan debridement
jaringan granulasi di sekitarnya bersamaan dengan
mastoidektomi
http://emedicine.medscape.com/article/858558-overview#a5
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6424705/
Bullous myringitis (BM)
• It is commonly associated with the middle ear
disease and there can be a transient inner ear
dysfunction in more than half of the BM patients.
• Pathogenesis of Myringitis bullosa is very poorly
understood
– association with common cold
– Inflammation is thought to involve the lateral surface
of the tympanic membrane and the medial portion of
the canal wall
– Perhaps the bullae are the end result of a viral or
Mycoplasma invasion of the Tympanic membrane
Clinical Manifestation
• Ear pain is the predominant
symptom in BM
• Conductive hearing loss
– Due to the accompanying
middle ear fluid
• Sensorineural hearing would
also be abnormal in more
than half of the BM patients
– The mechanism of reduced
sensorineural thresholds in
these patients is not clearly
understood
• Ear examination might reveal
clear fluid filled blister(s) or
hemorrhagic blisters
occupying the part or whole
of the TM
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6424705/
Myringitis Bullosa
• The treatment of BM • Surgery in the form of
comprises mainly myringotomy may be
analgesics, anti- required in refractory cases
inflammatory agents, and or those with impending
nasal decongestants. complications due to
• A combination of systemic associated acute otitis
and topical antibiotics with media
topical steroid is shown to • In 95% of the patients of
be effective (Elzir and BM, the pain subsides in 3
Saliba, 2013) days, and otorrhea resolves
in 5 days
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6424705/
20. Epistaksis
Penatalaksanaan
• Perbaiki keadaan umum
– Nadi, napas, tekanan darah
• Hentikan perdarahan
– Bersihkan hidung dari darah & bekuan
– Pasang tampon sementara yang telah dibasahi adrenalin
1/5000-1/10000 atau lidokain 2%
– Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan
• Perikondritis Aurikular
Disebabkan trauma dgn penetrasi pd kulit dan luka yg
terkontaminasi
Aurikel jd merah, bengkak, panas dan nyeri
infection under the perichondrium)
Th/: antibiotics. Jika fluktuasi + dari pus drainase.
• Keloid
Dapat timbul pd tempat tindikan di telinga.
Perikondritis Aurikula
• Perichondritis infection of the perichondrium.
• Chondritisinflammation and infection of the cartilage itself.
• These infections can result in drastic deformity of the ear
• Signs of perichondritis or chondritis include:
– pain, swelling and erythema of the overlying skin.
– Fluctuant swelling indicates an abscess that must be drained;
• Pseudomonas aeruginosa is the pathogen in up to 95 percent of cases
• Treatment:
– Antibiotic options include oral fluoroquinolones (eg, levofloxacin) in
adolescents and adults and parenteral
– antibiotics (eg, ceftazidime) in children.
• Even with timely and proper antibiotic treatment, these infections may
result in cartilage necrosis and cosmetic disfigurement.
https://www.uptodate.com/contents/assessment-and-management-of-auricle-ear-
lacerations?sectionName=Perichondritis%20or%20chondritis&search=perichondritis%20auricula&topicRef=86127&anchor=H5
325954&source=see_link#H5325954
Cauliflower ear
• The permanent deformity caused by fibrocartilage overgrowth that
occurs when an auricular hematoma is not fully drained, recurs, or is left
untreated
• It is the complication of auricula hematom
• Pathophysiology:
– When traumatic hematoma occurs, the blood accumulates within the
subperichondrial space (between the perichondrium and
cartilage)barrier between the cartilage and its perichondrial blood supply
– Deprived of perfusion, the underlying cartilage necroses and may become
infectedcartilage loss followed by fibrosis and neocartilage formation
– This healing process is disorganized and results in the cosmetic deformity of
cauliflower ear
• Early drainage of the hematoma and re-apposition of the perichondrial
layer to the underlying cartilage restores perfusion to the cartilage and
reduces the likelihood of cauliflower ear.
https://www.uptodate.com/contents/assessment-and-management-of-auricular-hematoma-and-cauliflower-
ear?search=perichondritis%20auricula&source=search_result&selectedTitle=6~12&usage_type=default&display_rank=6
22. Abses Peritonsil (Quinsy)
Abses Peritonsilar
Tonsilitis yang tidak diobati dengan adekuat penyebaran infeksi pembentukan pus di peritonsil
Terapi
Aspirasi jarum bila pus (-) selulitis antibiotik.
Bila pus (+) abses
Bila pus ada pada aspirasi jarum disedot sebanyak mungkin
Infiltrat Peritonsil Abses Peritonsil
Waktu (setelah tonsilitis akut) 1-3 hari 4-5 hari
Trismus Biasanya kurang/tidak ada Ada
Deviasi uvula Biasanya Tidak ada Ada
• Untuk memastikan infiltrate atau abses peritonsil, dilakukan pungsi
percobaan di tempat yang paling bombans (umumnya pada kutub atas
tonsil).
Jika pus (+): abses
Jika pus (-): infiltrate
Terapi Abses Peritonsil
Stadium Infiltrasi Stadium Abses
• Antibiotika dosis tinggi : • Antibiotik
• Penisilin 600.000-1.200.000 unit DAN • Bila telah terbentuk abses, dilakukan
metronidazol 3-4 x 250-500 mg needle aspiration atau insisi drainase.
• Ampisilin/amoksisilin 3-4 x 250-500 • Kemudian dianjurkan operasi
mg tonsilektomi , paling baik 2-3 minggu
• Sefalosporin 3-4 x (250-500 mg). sesudah drainase abses.
• Obat simtomatik .
• Kumur-kumur dengan air hangat dan
kompres dingin pada leher.
Treatment
• Drainage, antimicrobial therapy, and supportive
care are the cornerstones of management for
peritonsillar abscess (PTA)
– Drainageneedle aspiration or incision and drainage
• Peritonsillar cellulitis responds to antimicrobial
therapy and supportive care alone.
• Supportive care includes provision of adequate
hydration and analgesia and monitoring for
complications
https://www.uptodate.com/contents/peritonsillar-cellulitis-and-
abscess?search=peritonsillar%20abscess&source=search_result&selectedTitle=1~52&usage_type=default&display_rank=1
https://www.aafp.org/afp/2017/0415/p501.html
Tonsilitis
• Indikasi tonsilektomi:
– Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali pertahun walau
dengan terapi adekuat
– Menimbulkan maloklusi gigi dan gangguan pertumbuhan
orofasial.
– Sumbatan jalan nafas
– Infeksi kronis seperti rhinitis, sinusitis dan peritonsilitis.
– Nafas berbau
– Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh grup A
streptococcus beta hemolitikus
– Hipertrofi tonsil yang curiga keganasan
– Otitis media efusa/ otitis media supuratif.
Tonsilektomi
Papillomatosis
Papilloma laring Tumbuh pada pita suara anterior atau subglottik. Seperti
buah murbei, putih kelabu/kemerahan. Sangat rapuh, tidak
berdarah, & sering rekuren.
Gejala: parau, kadang batuk, sesak napas. Terapi: ekstirpasi
Polip pita suara Penyebab: inflamasi kronik. Polip bertangkai, unilateral. Di
sepertiga anterior/medial/seluruhnya. Dapat terjadi di segala
usia, umumnya dewasa. Gejala: parau. Jenis: polip mukoid
(keabu-abuan & jernih) & polip angiomatosa (merah tua).
Nodul pita suara Penyebab: penyalahgunaan suara dalam waktu lama. Suara parau.
Laringoskopi: nodul kecil berwarna keputihan, umumnya bilateral, di
sepertiga anterior/medial.
Penyakit Laring
• Pemeriksaan • Komplikasi
Deformitas pd hidung, Komplikasi akut : abses
epistaksis, nyeri. septal yg dapat menyebar
Inspeksi dgn otoskop : ke sinus paranasal dan
septum asimetris, deviasi intrakranial.
septum. Komplikasi lebih lanjut :
Palpasi : terdapat meningitis, abses
pembengkakan, fluktuasi. intrakranial, selulitis orbita,
trombosis sinus kavernosus.
Hematoma yg membesar
• Tatalaksana
avaskular nekrosis
Drainase hematoma.
perforasi septum
saddle nose deformity.
Ngo J. Septal hematom available from http://emedicine.medscape.com/article/149280-overview#showall
28. Epistaksis
Penatalaksanaan
• Perbaiki keadaan umum
– Nadi, napas, tekanan darah
• Hentikan perdarahan
– Bersihkan hidung dari darah & bekuan
– Pasang tampon sementara yang telah dibasahi adrenalin
1/5000-1/10000 atau lidokain 2%
– Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan
The major virulence of the organism lies in its ability to produce the
potent 62-kd polypeptide exotoxin, which inhibits protein synthesis and
causes local tissue necrosis
Within the first few days of respiratory tract infection , a dense necrotic coagulum
of organisms, epithelial cells, fibrin, leukocytes and erythrocytes forms, advances,
and becomes a gray-brown, leather-like adherent pseudomembrane . Removal is
difficult and reveals a bleeding edematous submucosa
Pemeriksaan penunjang
• Saat KLB tidak rutin dilakukan. Kecuali diagnosis tidak jelas
(pembengkakan leher tanpa pseudomembran), atau
dicurigai adanya resistensi antimikroba
• Bisa lakukan swab tepi lesi mukosa dan masukkan dalam
media transport (Amies atau Stuart), kemudian inokulasi
dalam:
– blood agar
– media mengandung tellurit (setelah periode inkubasi 18-24 jam)
– isolasi dalam media Loeffler
• Koloni bisa diperiksa produksi toksinnya menggunakan tes
immunopresipitat Elek (24-48 jam)
• Bila kultur positif dan ditemukan toksin, konfirmasi etiologi
diagnosis
WHO: Operational protocol for clinical management of Diphtheria, 2017
Difteri
• Pemeriksaan :
– Pemeriksaan Gram & Kultur; sediaan berasal dari swab
tenggorok, jika bisa diambil dibawah selaput
pseudomembran
– Kultur bisa menggunakan medium cystine tellurite blood
agar (CTBA), medium hoyle dan medium tinsdale
medium selektif untuk kultur Corynebacterium diphtheriae
– Untuk megisolasi Corynebacterium digunakan agar darah
telurit (Mc Leod), sebagai media selektif, setelah inkubasi
selama 24 jam koloni bakteri terlihat berwarna abu-abu tua-
hitam.
– Selanjutnya untuk biakan murni Corynebacterium digunakan
media perbenihan Loeffler dalam tabung
Penisillin prokain 50.000-100.000 Unit/kgBB IM per hari selama 10-14 hari atau
eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 10-14 hari
http://www.who.int/immunization/policy/position_papers/wer_31_diphtheria_updated_position_paper.pdf?ua=1
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/68334/1/WHO_V-B_03.01_eng.pdf?ua=1
PPM RSCM Dept IKA 2015
Komplikasi
• Biasanya karena keterlambatan pemberian antitoksin
• Komplikasi:
– Miokarditis (muncul umumnya minggu ke-2, rerata 1-6 minggu),
takikardia, bunyi jantung 1 menjauh, murmur, aritmia
– Gangguan system saraf neuropati perifer, paralisis palatum molle
– Otitis media
– Gawat napas akibat obstruksi jalan napas atas
• Ringan: batuk menggonggong hilang timbul, stridor (-), retraksi (-)/ringan
• Sedang: batuk menggonggong lebih sering, stridor istirahat, retraksi tanpa
distress napas/agitasi
• Berat: batuk menggonggong lebih sering, stridor inspirasi, retraksi jelas
dengan distress napas dan agitasi signifikan
• Gagal napas terjadi segera: stridor kadang sulit didengar, retraksi, letargi,
penurunan kesadaran, sianosis
30. Labirinitis
• Disebut juga sebagai otitis interna (inflamasi pada labirin atau
saraf VIII ganglion koklearis)
• Biasanya menyebabkan vertigo dan tuli mendadak
• Ketulian melibatkan sistem konduktif dan sensorineural
• Etiologinya masih belum diketahui pasti, namun diduga akibat
infeksi (seringnya virus), cedera kepala, hingga stress dan
alergi.
• Merupakan salah satu indikator dari OMSK Maligna
Labirinitis
• Inflamasi pada rongga telinga dalam akibat
virus yang dapat terjadi melalui 3 rute
(timpanogenik, meningeal, dan hematogen)
• Onset subakut (meningkat dalam beberapa
jam), membaik secara bertahap dalam 2
minggu
• Bentuk labirinitis:
1. Labirinitis serosa : difus atau sirkumskripta
2. Labirinitis supuratif : akut atau kronik
Labirinitis
• Labirinitis supuratif terjadi dalam 4 stadium:
1. Iritatif/serosa: produksi eksudat pada perilimfe
2. Akut/purulen: invasi bakteri dan leukosit
3. Fibrosa/laten: proliferasi fibroblas dan jaringan
granulasi pada perilimfe
4. osseosa/sklerotik: deposisi jaringan tulang baru
• Gejala penurunan pendengaran, tinitus,
gejala vestibular (vertigo, kehilangan
keseimbangan, nistagmus)
Neuritis Vestibuler
Kelenjar limfe
Penyebaran retrofaringeal/penyebaran
lokoregional
sistemik (paranasofaringeal/parafarin
geal, erosi dasar tengkorak)
Manifestasi Klinis
Gejala dapat dibagi dalam lima kelompok, yaitu:
1. Gejala nasofaring
2. Gejala telinga
3. Gejala mata
4. Gejala saraf
5. Metastasis atau gejala di leher
Manifestasi Klinis
• Gejala telinga:
– rasa penuh di telinga,
– rasa berdengung,
– rasa tidak nyaman di telinga
– rasa nyeri di telinga,
– otitis media serosa sampai perforasi membran
timpani
– gangguan pendengaran tipe konduktif, yang
biasanya unilateral
Manifestasi Klinis
• Gejala hidung:
– ingus bercampur darah,
– post nasal drip,
– epistaksis berulang
– Sumbatan hidung unilateral/bilateral
• Indikasi
Small to medium non infected chronic TM
perforation that occupies no more than one quadrant
of the TM and is accompanied by a less than 30 dB
conductive hearing loss.
• Kontraindikasi
Active ear infection
Squamous epithelium on the medial surface of the TM
Poor eustachian tube function (relative
contraindication)
Paper Patch Myringoplasty
• A cigarette paper patch, Steri-Strip, or silk
patch is applied to the lateral surface of the
tympanic membrane
http://newenglandent.com/hearing_perforation.php
33. ADENOID
o Jaringan limfoid di dinding nasofaring
o Letak di dinding posterior, tidak berkapsul
o Bagian dari cincin Waldeyer
o Pada anak sampai pubertas
o Umur 12 tahun mengecil
o Umur 17 – 18 tahun menghilang
Fungsi:
• Sistem pertahanan tubuh pertama (lokal) sal. nafas
• Memproduksi limfosit
• Membentuk antibodi spesifik (Ig)
ADENOIDITIS KRONIS
Etiologi : Akibatnya:
– rinolalia oklusa ( bindeng ) krn
– Post nasal drip sekret koane tertutup
kavum nasi jatuh ke belakang – mulut terbuka utk bernapas
muka terkesan bodoh ( adenoid
– Sekret berasal dari : sinus face )
maksilaris & ethmoid
– aproseksia nasalisSulit
berkonsentrasi
– Sefalgi
Gejala klinis : – pilek dan batuk
– nafsu makan menurun
– Disebabkan oleh hipertrofi
adenoid buntu hidung – oklusio tuba pendengaran
menurun
– tidur ngorok
222
Pemeriksaan
• Rinoskopi anterior : Adenoid membesar
• Phenomena palatum mole (-)
– Pergerakan palatum molle pada saat pasien diminta untuk
mengucapkan huruf “ i “
– Akan negatif bila
• terdapat massa di dalam rongga nasofaring yang menghalangi pergerakan palatum
molle
• kelumpuhan otot-otot levator dan tensor velli palatini
224
Indikasi Adenoidektomi
• Pembesaran menyebabkan obstruksi jalan nafas hidung yang
dapat menyebabkan obstruksi pernafasan, gejala obstructive
sleep apnea, dan pernafasan lewat mulut kronik (dapat
menyebabkan abnormalitas palatum dan gigi-geligi).
http://emedicine.medscape.com/article/872216-overview#a10
34. Rinitis Medikamentosa
• Kelainan hidung berupa gangguan respons normal vasomotor
akibat pemakaian vasokonstriktor topikal (tetes hidung atau
semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga
menyebabkan sumbatan menetap terjadi rebound
dilatation dan rebound congestion
Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
Rhinitis Medikamentosa
• Patofisiologi rhinitis medikamentosa tidak diketahui sepenuhnya.
• Diduga karena penurunan produksi norepinefrin endogen oleh mekanisme
feedback. Pada pemakaian dekongestan jangka panjang/penghentian pemakaian,
saraf simpatis tidak bisa menjaga vasokonstriksi karena produksi norepinefrin
tersupresi.
Rinitis Medikamentosa
Tatalaksana
Pada minggu pertama: pemberian kortikosteroid
intranasal sambil pasien diedukasi untuk
menghentikan penggunaan vasokonstriktor secara
perlahan.
Solusio garam buffer dpt diberikan untuk irigasi untuk
melembabkan.
Dekongestan sistemik.
Kortikosteroid oral tidak selalu diberikan.
Operasi jika terdapat polip atau deviasi septum.
Tatalaksana Rinitis Medikamentosa
• Topical decongestant use must be discouraged and discontinued as
soon as possible.
• The oral corticosteroids are often used for 5-10 days, with nasal
corticosteroids started at the same time and continued until the
process is corrected.
https://emedicine.medscape.com/article/995056-treatment
DIAGNOSIS CLINICAL FINDINGS
Riwayat atopi. Gejala: bersin, gatal, rinorea, kongesti. Tanda: mukosa
RINITIS ALERGI
edema, basah, pucat atau livid, sekret banyak.
Algorithm for allergic rhinitis diagnosis and management from Bousquet et al.
Allergy. 2008;63 Suppl 86:8-160. Reprinted with permission.
Rhinitis alergi
Rinitis Alergi
TO 5
36. Rhinosinusitis
Diagnosis Clinical Findings
Rinosinusitis akut 2/lebih gejala: obstruksi nasal/rhinorea ditambah nyeri wajah atau
hiposmia/anosmia.
• Nyeri pipi: sinusitis maksilaris
• Nyeri retroorbital: sinusitis etmoidalis
• Nyeri dahi atau kepala: sinusitis frontalis
Akut bila gejala sampai 4 minggu, lebih dari 3 minggu sampai 3 bulan
disebut subakut.
Sinusitis kronik Kronik: > 3 bulan. Gejala tidak spesifik, dapat hanya ada 1 atau 2 dari gejala
berikut: sakit kepala kronik, postnasal drip, batuk kronik, gangguan
tenggorok, gangguan telinga akibat sumbatan tuba, sinobronkitis, pada anak
gastroenteritis akibat mukopus yang tertelan.
Sinusitis dentogen Dasar sinus maksila adalah prosesus alveolaris, dan hanya terpisahkan oleh
tulang tipis. Infeksi gigi rahang atas mudah menyebar secara langsung ke
sinus, atau melalui pembuluh darah dan limfe.
Sinusitis jamur Faktor risiko:pemakaian antibiotik, kortikosteroid, imunosupresan, dan
radioterapi.Ciri: Etiology: Candida or Aspergillus. Sinusitis unilateral, sulit
sembuh dengan antibiotik, terdapat gambaran kerusakan tulang dinding
sinus, atau bila ada membran berwarna putih keabuan pada irigasi antrum.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Rhinosinusitis
Diagnosis Clinical Findings
Acute Rhinosinusitis Two or more symptoms, included nasal obstruction or nasal
discharge as one of them and: facial pain/pressure or
hyposmia/anosmia.
http://www.tipdisease.com/2013/12/sinusitis-sinus-infection-causes.html
Mangunkusomo E., Soetjipto D. Sinusitis dalam Soepardi E. A. et al : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. FKUI. 2007
TRANSILLUMINATION TEST
• Dim the room lights.
https://id.pinterest.com/yamahafreddy/skull-sinuses-facial-bones/ imageradiology.blogspot.co.id/2012/09/x-ray-pns-position-occipito-frontal.html
Modalitas X-Ray
Foto Deskripsi
Waters Maxillary, frontal, & ethmoidal sinus
Patel ZM. Uncomplicated acute sinusitis and rhinosinusitis in adults: Treatment. Uptodate 2018
Tatalaksana Acute Bacterial Rhinosinusitis
(ABRS)
Empiric antimicrobial therapy for outpatient treatment of uncomplicated acute
bacterial rhinosinusitis (ABRS) in immunocompetent adults
* Indications for antibiotic therapy include lack of adequate follow-up, worsening symptoms during observation, and symptoms
unchanged after 7 days of observation. Refer to the UpToDate topic on treatment of uncomplicated acute sinusitis and
rhinosinusitis in adults for details.
Pemeriksaan Lab
– WBC is sometimes elevated.
– On differential, left shift is almost universal.
– Gram stain and culture of tracheal secretions confirm diagnosis.
– Blood cultures are positive in a minority.
Pemeriksaan Radiologis
• Lateral x-ray examination of neck
1. Normal epiglottis
2. Vague density or a “dripping candle” appearance of tracheal
mucosa
a. Secretions
b. Pseudomembranes
• Chest radiograms
1. Not diagnostic
2. Should not be performed on patients in acute respiratory
distress, because severe or fatal upper airway obstruction can
develop suddenly
• Pneumonic infiltrates frequent
• Atelectasis: unusual but can lead to lobar collapse
Nasoendoskopi
• Nasal endoscopy involves
evaluation of the nasal and sinus
passages with direct vision using a
magnified high-quality view. It is a
commonly performed procedure in
the otolaryngologist’s office and
serves as an objective diagnostic
tool in the evaluation of nasal
mucosa, sinonasal anatomy, and
nasal pathology.
• Nasal endoscopy may be
accomplished with either a flexible
fiberoptic endoscope or a rigid
endoscope
Nasofaringoskopi
Nasofaringoskopi kaku (Rigid nasopharyngoscopy)
• Alat yang digunakan terdiri dari teleskop dengan
sudut bervariasi yaitu 0, 30, dan 70 derajat
dengan tang biopsi.
• Nasofaringoskopi dapat dilakukan dengan cara
– Transnasal, teleskop dimasukkan melalui hidung
– Transoral, teleskop dimasukkan melalui rongga
mulut
BPPV Non-BPPV
Tidak selalu diprovokasi gerakan
Diprovokasi gerakan kepala
kepala
Diagnosis: Perasat Dix-Hallpike, Diagnosis: Head Thrust (Impulse) Test,
Sidelying, Roll Dynamic Visual Acuity Test
Nistagmus vestibuler pada tes posisi:
Nistagmus vestibuler pada tes posisi:
arah ke sisi telinga yang sehat, tidak
arah ke sisi telinga yang sakit, terdapat
terdapat masa laten, dapat terjadi
masa laten, dapat terjadi reverse
reverse nistagmus, tidak selalu
nistagmus, terdapat decay (fenomena
ditemukan decay (fenomena
kelelahan).
kelelahan).
Sistem Vestibular
BPPV
• BPPV adalah gangguan
keseimbangan perifer yang
sering dijumpai. Gejala
yang dikeluhkan adalah
vertigo yang datang tiba-
tiba pada perubahan posisi
kepala. Anatomi telinga dalam
• Sering pada usia 60-70
tahun (Batuecas, 2013)
• Lebih sering pada wanita
(Kollen, 2012)
Sistem Vestibular
Sistem Vestibular
• BPPV disebabkan oleh debris yang berasal dari
utrikulus (nama lama: otolith, nama baru: canalith)
masuk ke kanalis semisirkularis & melekat pada kupula
atau mengambang di dalam endolimf.
https://www.uptodate.com/contents/benign-paroxysmal-positional-vertigo
Nystagmus
• Nystagmus dapat
didefinisikan sebagai osilasi
periodik okular berirama
mata.
• Nystagmus: horizontal,
vertical, rotatoar
• Nystagmus rotatoar mengacu
pada gerakan putar dari
dunia sekitar sumbu
anteroposteriornya
– Biasanya disebabkan oleh
disfungsi dari sistem
vestibular
Tatalaksana:
Epley
maneuver
• Home treatment
for BPPV: Brandt
Daroff maneuver
– 3 sets x 5
repetitions/day
for 2 weeks
– Success rate 95%
– Mostly complete
relief after 30 sets
(10 days)
Tatalaksana Medikamentosa BPPV
• Symptomatic treatment:
– Antivertigo (vestibular suppressant)
• Ca channel blocker: flunarizin
• Histaminic: betahistine mesilat (drug of choice)
• Antihistamin: difenhidramine, sinarisin
– Antiemetic:
• prochlorperazine, metoclopramide
– Psycoaffective:
• Clonazepam, diazepam for anxiety & panic attack
39. Karsinoma Laring
• Tumor ganas pada laring.
• Faktor risiko: merokok (utama), konsumsi alkohol, laki-laki, infeksi HPV, usia,
diet rendah sayur, pajanan thd cat, radiasi, asbestos, diesel, refluks
gastroesofageal.
• Gejala:
– Suara serak
– Dispnea dan stridor
– Disfagia
– Batuk, hemoptisis
– Gejala lain: nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk, mudah lelah, penurunan
berat badan
– Pembesaran KGB
– Nyeri tekan laring
• Pemeriksaan fisik dengan laringoskopi: tampak massa ireguler pada pita suara.
• Pemeriksaan penunjang:
– Biopsi
– CT scan/MRI untuk mengetahui perluasan massa
Karsinoma Laring: Stadium TNM
Penyakit Laring Lainnya
Papilloma
Laringitis
Penyakit Laring
Diagnosis Karakteristik
Polip pita suara Lesi bertangkai unilateral, dapat berwarna keabuan (tipe
mukoid) atau merah tua (angiomatosa). Gejala: suara parau.
Lokasi di sepertiga anterior/medial/seluruhnya.
Umum dijumpai pada dewasa, namun bisa pada semua usia.
Nodul pita suara Suara parau, riwayat penggunaan suara dalam waktu lama.
Lesi nodul kecil putih, umumnya bilateral, di sepertiga
anterior/medial.
Laringitis Inflamasi laring, gejala suara parau, nyeri menelan/bicara, batuk
kering, dapat disertai demam/malaise.
Mukosa laring hiperemis, edema di atas dan bawah pita suara.
Papilloma laring Massa seperti buah murbei berwarna putih kelabu/kemerahan.
Massa rapuh, tidak berdarah.
Gejala: suara parau, dapat disertai batuk dan sesak.
Lokasi pada pita suara anterior atau subglotik.
40. Gingivitis Ulseratif Nekrosis
Tanda-tanda Oral:
1. Lesi seperti kawah ulkus
dengan tepi yang meninggi
2. Membran semu membran
abu atau putih kekuningan yang
bila lepas akan merah, berkilat
dan berdarah
3. Eritema linear membatasi lesi dengan bagian gingiva
yang tidak terlibat
4. Perdarahan gingiva spontan
5. Fetid odor akibat jaringan yang nekrosis
6. Hipersalivasi
Gingivitis Ulseratif Nekrosis
Gejala Oral:
1. Lesi sangat sensitif terhadap sentuhan
2. Nyeri hebat bertambah parah bila terkena makanan
panas atau pedas
3. Banyak keluar ludah kental
• Tonsilitis kronik
– Tonsil membesar dengan permukaan tidak
rata, kriptus melebar, & beberapa terisi
detritus.
– Gejala: rasa mengganjal, kering, & halitosis
Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
Uji Penala
• Cara Pemeriksaan :
– Tes Rinne penala digetarkan, tangkainya diletakkan pada prosesus
mastoid, setelah tidak terdengar penala diletakkan depan telinga
• Positif (+) bila masih terdengar
• Negatif (-) bila tidak terdengar
– Tes Weber penala digetarkan dan tangkai penala dilerakkan di garis
tengah kepala
– Tes Swabach penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada
prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi, lalu segera pindahkan
pada prosesus mastoid pemeriksa.
• Memendek bila pemeriksa masih mendengar
• Jika pemeriksa tidak mendengar maka penala digetarkan pada processus mastoid
pemeriksa lebih dulu. Sampai tidak terdengar bunyi, tangkai penala segera
dipindahkan pada proc mastoideus telinga pasien, bila pasien masih dapat
mendengar bunyi maka swabach pasien memanjang.
43. Epistaksis
Penatalaksanaan
• Perbaiki keadaan umum
– Nadi, napas, tekanan darah
• Hentikan perdarahan
– Bersihkan hidung dari darah & bekuan
– Pasang tampon sementara yang telah dibasahi adrenalin
1/5000-1/10000 atau lidokain 2%
– Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan
Tanda OE:
Nyeri jika aurikel ditarik ke belakang atau tragus
ditekan.
• Otitis externa sirkumskripta (furuncle)
– Etiologi: Staph. aureus, Staph. albus
– Terbatas pada kelenjar minyak/rambut yg
terobstruksi
– Hanya pada bagian kartilago telinga, tidak
ada jaringan penyambung di bawah kulit
sangat nyeri
– Th/: AB topikal, analgetik topikal.
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Otitis Externa
• Otitis eksterna difus (swimmer’s ear)
– Etiologi: Pseudomonas, Staph. albus, E. coli.
– Kondisi lembab & hangat bakteri tumbuh
– Sangat nyeri, liang telinga: edema, sempit, nyeri
tekan (+), eksudasi
– Jika edema berat pendengaran berkurang
– Th/: AB topikal, kadang perlu AB sistemik
– AB: ofloxacin, ciprofloxacin, colistin, polymyxin B,
neomycin, chloramphenicol, gentamicin, &
tobramycin.
– Ofloxacin & ciprofloxacin: AB tunggal dengan
spektrum luas untuk patogen otitis eksterna.
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Otitis Externa
• Malignant otitis externa (necrotizing OE)
– Pada pasien diabetik lansia atau imunokompromais.
Rinitis vasomotor Gejala: hidung tersumbat dipengaruhi posisi, rinorea, bersin. Pemicu:
asap/rokok, pedas, dingin, perubahan suhu, lelah, stres. Tanda: mukosa
edema, konka hipertrofi merah gelap.
Rinitis hipertrofi Hipertrofi konka inferior karena inflamasi kronis yang disebabkan oleh
infeksi bakteri, atau dapat juga akrena rinitis alergi & vasomotor. Gejala:
hidung tersumbat, mulut kering, sakit kepala. Sekret banyak &
mukopurulen.
Rinitis atrofi / Disebabkan Klesiella ozaena atau stafilokok, streptokok, P. Aeruginosa pada
ozaena pasien ekonomi/higiene kurang. Sekret hijau kental, napas bau, hidung
tersumbat, hiposmia, sefalgia. Rinoskopi: atrofi konka media & inferior,
sekret & krusta hijau.
Rinitis Hidung tersumbat yang memburuk terkait penggunaan vasokonstriktor
medikamentosa topikal. Perubahan: vasodilatasi, stroma edema,hipersekresi mukus.
Rinoskopi: edema/hipertrofi konka dengan sekret hidung yang berlebihan.
SUBMANDIBULAR Fever, neck pain, swelling below the mandible or tongue. Trismus often
ABSCESS found. If spreading fast bilateral, cellulitis ludwig angina
ISPA, Selulitis ec
Komplikasi Penjalaran
ETIOLOGI limfadenitis Penjalaran infeksi penjalaran
tonsilitis infeksi
retrofaring infeksi
• Audiometri tutur
– Menilai kemampuan pasien dalam pembicaraan sehari-hari
– Pasien mengulangi kata-kata yang didengar melalui tape
– Jumlah kata yang benar speech discrimination score:
• 90-100%: normal
• 75-90%: tuli ringan
• 60-75%: tuli sedang
• 50-60%: sukar mengikuti pembicaraan seharihari
• <50%: tuli berat